• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Perubahan Status Perusahaan

Menurut Djohanputro (2004), Ada beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan perubahan status, salah satunya adalah perubahan hubungan holding-anak perusahaan. Perkembangan korporat sering menuntut korporat untuk menentukan hubungan antara induk selaku holding dengan anak perusahaan. Korporat yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system, di mana induk dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan operasional anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporat, holding perlu bergeser dan berlaku sebagai supporting holding, yang hanya mengambil keputusan-keputusan penting dalam rangka mendukung anak-anak perusahaan supaya berkinerja baik. Semakin besar ukuran korporat, induk harus rela bertidak sebagai investment holding, yang tidak ikut dalam aktivitas tetapi semata- mata bertindak sebagai “pemilik” anak-anak perusahaan, menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir tahun meminta anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan menyetor dividen.

Demikian yang terjadi pada lingkungan perbankan, khususnya Bank Rakyat Indonesia yang mengalami perubahan status. Adapun alasan terjadinya perubahan status adalah:

a. Bahwa dalam rangka meningkatkan layanan jasa perbankan kepada masyarakat serta mengantisipasi kebutuhan layanan perbankan yang semakin berkembang, maka BRI dalam hal ini perlu memperluas dan meningkatkan kemampuan jaringan kerjanya.

b. Bahwa untuk mengarahkan BRI menjadi satu lembaga keuangan yang sehat dan menguntungkan, maka jaringan kerja BRI berada di tempat yang strategis dan potensial baik dari segi wilayah maupun perkembangan ekonomi masyarakat. c. Bahwa dalam rangka penetrasi pasar dan peningkatan market share BRI

di wilayah potensial dana pinjaman, maka perluasan jaringan layanan BRI dalam bentuk unit kerja baru berupa Kantor Cabang Pembantu merupakan salah satu langkah yang strategis.

Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Status Perusahaan 1. Perkembangan Kebutuhan Pelanggan

Menurut Djohanputro (2004), “Perubahan status dipengaruhi oleh situasi akan perkembangan kebutuhan pelanggan, karena dalam hal ini konsumen semakin dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen”. Apalagi dalam era perdagangan bebas, produsen dari manapun boleh datang ke Indonesia. Hal ini menuntut korporat untuk memenuhi tuntutan konsumen, yang antara lain menyangkut kenyamanan (convenience), kecepatan pelayanan (speed), ketersediaan produk setiap saat (availability), kesesuaian dengan kebutuhan (conformity), dan nilai tambah yang dirasakan oleh konsumen (added value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila

perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian tugas, dan sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan tuntutan di atas.

Pada hakikatnya perluasan kebijakan perusahaan didasari keinginannya untuk lebih dekat pada pengenalan kebutuhan pelanggan. Terutama di dalam dunia perbankan, pemenuhan kebutuhan pelanggan ibarat tugas pokok mereka yang harus terus-menerus diantisipasi tingkat perubahannya. Karena dengan itulah perusahaan perbankan dapat terus bertahan di dalam tingkat persaingan yang ketat antar bank dengan terus senantiasa menjalin mitra kerja dengan nasabahnya dan meningkatkan layanan jasa perbankan serta memperluas dan menambah kemampuan jaringan kerjanya. Sehingga pada akhirnya hal tersebut mampu mengarahkan suatu perusahaan menjadi suatu lembaga keuangan yang sehat dan menguntungkan. Menurut Kotler dan Amstrong (2001) bahwa:

“Kebutuhan manusia adalah keadaan merasa kekurangan. Kebutuhan itu meliputi kebutuhan dasar berupa makanan, pakaian, kehangatan, keamanan, kebutuhan sosial berupa kebersamaan dan perhatian dan kebutuhan individu yaitu pengetahuan, eksplorasi diri. Hal ini adalah hakikat biologis dan kondisi manusia, tidak diciptakan oleh pemasar. Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginannya melalui produk, baik itu berupa barang ataupun jasa”.

Sedangkan kunci pemasaran professional adalah memenuhi apa yang sebenarnya diperlukan pelanggannya lebih baik dari saingannya. Menurut Kotler (2000), terdapat lima jenis kebutuhan pelanggan:

a) kebutuhan yang dikemukakan, pelanggan ingin harga murah,

b) kebutuhan sebenarnya, pelanggan bukan ingin harga murah, tetapi mudah didapat,

c) kebutuhan yang tidak dikemukakan, pelanggan ingin pelayanan yang baik, d) kebutuhan kesenangan, pelanggan membeli produk dan dapat hadiah,

e) kebutuhan rahasia, pelanggan ingin dinilai orang sekitarnya sebagai pembeli yang “in” dan berwawasan nilai. Sangat jelas bagi perusahaan terutama yang bergerak di bidang perbankan untuk semakin jeli melihat peluang guna memanjakan para nasabahnya.

2. Situasi Ekonomi atau Pasar

Rekstrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan. Banyak perusahaan melakukan pembenahan supaya segera lepas dari krisis melalui berbagai aspek. Secara klasik, manajemen dan penasihat perusahaan sering melakukannya melalui tahap-tahap: cash flow, peningkatan efisiensi, peningkatan produtivitas, peningkatan profitabilitas, dan diakhiri dengan peningkatan nilai perusahaan. Perbaikan-perbaikan menyangkut berbagai aspek, bahkan seluruh aspek perusahaan. Mulai perbaikan portofolio perusahaan, perbaikan permodalan, perampingan manajemen, perbaikan sistem pengelolaan perusahaan, sampai perbaikan sumber daya manusia (Djohanputro, 2004).

Bagi perusahaan yang sudah go public, maksimalisasi nilai perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham perusahaan dan harga tersebut dapat bertengger pada tingkat atas. Bertahannya harga saham menunjukkan harga tersebut bukan hasil permainan para pelaku pasar, atau hasil goreng-menggoreng saham, tetapi benar- benar merupakan cerminan ekspetasi investor akan masa depan perusahaan gemilang.

Rekstrukturisasi tetap penting dalam keadaan ekonomi apapun juga. Dalam keadaan normal, perlu melakukan pembenahan dan perbaikan supaya dapat terus unggul dalam persaingan, atau paling tidak dapat bertahan. Perusahaan yang tidak melakukan pembenahan dan penyesuaian, lambat laun akan kena libasan para pesaing. Apalagi dalam kancah ekonomi global yang terbuka.

Situasi ekonomi atau pasar sangat berpengaruh sebagai alasan terjadinya perubahan di suatu perusahaan. Situasi ekonomi/pasar yang dimaksud adalah suatu keadaan yang tingkat persaingannya terbilang ketat dan adanya fenomena-fenomena keadaan yang sudah tidak sama lagi dengan yang dulu. Artinya ada suatu keinginan yang lebih lagi yang ingin masyarakat dapatkan dari keinginan sebelumnya yang sudah terpenuhi. Keadaan pasar dan produk yang terus berubah pesat, akan dapat memecahkan atau menghancurkan organisasi jika organisasi tidak siap menghadapi perubahan pesat tersebut. Untuk dapat tetap bertahan dan berkembang, maka organisasi harus terus tumbuh dan mengadakan penyesuaian. Perusahaan harus berinovasi, mengembangkan sesuatu yang baru, berekspansi ke pasar yang baru, menata kembali status hukum, organisasi dan struktur permodalan termasuk memperkenalkan dan memanfaatkan teknologi baru, mengubah metode dan praktek kerja.

3. Perubahan Lingkungan Kerja 3.1. Pengertian Lingkungan Kerja

Pada peningkatan kinerja karyawan perlu diperhatikan lingkungan kerja yang mendukung dan memadai sehingga pekerja merasa nyaman dan bekerja dengan

sungguh-sungguh. Kesuksesan organisasi sangat tergantung pada lingkungan kerja di dalam organisasi, karena para anggota yang melakukan kegiatan operasional merasa betah dan menyukai lingkungan tempat bekerja. Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor pendukung semangat kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Simamora (1995) menyatakan: “lingkungan kerja merupakan tempat di mana pekerja melakukan kegiatannya dan segala sesuatu yang dapat membantunya di dalam pekerjaan”. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa lingkungan kerja mencakup aspek yang luas, tidak hanya meliputi aspek tempat pegawai atau karyawan melaksanakan pekerjaannya tetapi juga aspek sarana dan prasarana yang mendukung karyawan tersebut dalam menjalankan pekerjaannya seperti peralatan dan pekerjaan yang mendukung. Lingkungan kerja di dalam organisasi mutlak untuk diperhatikan dan sangat menentukan dalam segala kegiatan organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun swasta.

Sihombing (2004) menyatakan:

“Lingkungan kerja adalah faktor-faktor di luar manusia baik fisik maupun non fisik, di mana lingkungan kerja yang kurang mendukung pelaksanaan pekerjaan ikut menyebabkan kinerja yang buruk, seperti kurangnya alat kerja, ruangan kerja pengap, ventilasi yang kurang serta prosedur yang kurang jelas”.

Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan, di mana karyawan tidak akan mungkin dapat melakukan pekerjaan sebagai mana yang diharapkan tanpa ditunjang lingkungan kerja yang mendukung, kenyamanan karyawan di dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari sangat tergantung pada lingkungan kerja tempat mereka bekerja. Jika ada hal-hal yang tidak kondusif dan

gangguan pada lingkungan tempat karyawan tersebut bekerja secara tidak langsung akan berdampak buruk pada konsentrasi bekerja para pegawai yang akhirnya berpengaruh terhadap kinerja pegawai tersebut. Demikian juga jika perusahaan melakukan perubahan status yang mengakibatkan perpindahan lingkungan kerja, maka para karyawan yang bekerja berharap dengan adanya peningkatan status juga akan berdampak pada perbaikan nilai sarana maupun sarana dari lingkungan kerjanya. Dengan demikian mereka tidak lagi dibayang-bayangi oleh suasana kerja yang stagnan di mana dinilai tidak meningkatkan motivasi kerja mereka. Dan yang lebih penting lagi dengan perubahan lingkungan kerja berarti juga menambah nilai lebih kepada pelayanan kepada masyarakat yang lebih optimal, di mana masyarakat secara langsung melihat dan merasakan akibatnya, dan mereka jadi tidak mempermasalahkan keadaan jika terpaksa ketika karyawan melayani nasabah yang satu sementara yang lainnya harus menunggu agak lama, karena ini semua ditunjang oleh kenyaman lingkungan kerjanya.

3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan dapat berjalan dengan baik maka pimpinan hendaknya memperhatikan kebutuhan tenaga kerja terhadap lingkungan kerja yang selaras. Dengan diketahuinya faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, maka pimpinan harus menjaga hal tersebut agar menjadi seimbang sehingga terbina kerja sama yang baik antara pimpinan dan bawahan.

Robbins (1998) menyatakan “faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah: a) suhu, b) kebisingan, c) penerangan, d) mutu udara, e) ukuran ruangan, f) pengaturan ruangan kerja, g) privasi”.

a). Suhu

Untuk memaksimalkan kinerja adalah penting bagi karyawan bekerja di suatu lingkungan, di mana suhu diatur sedemikian rupa sehingga berada di antara rentang yang dapat diterima setiap individu. Oleh karena itu sistem pendingin seperti AC, kipas angin dan ventilasi sangat penting bagi karyawan.

b). Kebisingan

Efek dari suara-suara yang tidak konstan (tidak dapat diramalkan) cenderung mengganggu kemampuan karyawan untuk berkonsentrasi dan memusatkan perhatian sehingga dapat menurunkan kinerja karyawan. Kebanyakan kantor mempunyai tingkat kebisingan berkisar dari rendah sampai sedang dan organisasi hendaknya mempertimbangkan untuk memasang bahan kedap suara seperti: langit-langit, karpet, dan tirai yang dapat menyerap bunyi.

c). Penerangan

Untuk tugas-tugas yang sulit dan pekerjaan yang membutuhkan tingkat kecermatan yang tinggi sangat membutuhkan intensitas cahaya yang tepat. Hal ini disebabkan melakukan aktivitas di dalam intensitas cahaya yang buruk dapat membuat mata tegang dan sakit. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan sistem penerangan yang baik.

d). Mutu udara

Merupakan fakta yang tidak dapat disangkal bahwa menghirup udara yang tercemar membawa efek yang merugikan kesehatan pribadi. Sejauh ini polutan ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi di lingkungan kerja dibanding di masyarakat pada umumnya, karyawan dapat menghadapi resiko kesehatan pribadi yang serius yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja karyawan. Ini menjadi alasan bagi organisasi untuk memasang alat penyaring udara, meletakkan tumbuhan hijau pada ruangan dan kecenderungan kearah tempat kerja yang bebas rokok.

e). Ukuran ruangan

Ukuran ruangan selayaknya disesuaikan dengan kebutuhan karyawan dan tugas-tugas yang diembannya tidak terlampau sempit dan tidak terlalu luas. Sehingga karyawan dapat bergerak dengan leluasa dan hal ini sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Namun fakta di lapangan bahwa status merupakan penentu ruangan yang paling penting.

f). Pengaturan ruangan kerja

Kalau ukuran merujuk pada pengukuran besarnya ruangan per karyawan, pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas, misalnya: penempatan meja, kursi, komputer, telepon, dll. Penempatan fasilitas yang baik dengan karyawan dapat memudahkan karyawan dalam pelaksanaan tugasnya.

g). Privasi

Banyak karyawan menginginkan tingkat privasi yang besar dalam pekerjaan mereka namun banyak juga karyawan menginginkan peluang untuk berinteraksi

dengan rekan kerja. Privasi pada dasarnya membatasi gangguan yang terutama sangat menyusahkan orang-orang yang melakukan tugas-tugas yang rumit. Oleh karena itu pimpinan harus tanggap terhadap kebutuhan privasi karyawannya.

Dokumen terkait