• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perumusan Hubungan Kontraktual KIBARHUT

Dalam dokumen HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 101-115)

D. Keberlanjutan Kelembagaan KIBARHUT di Pulau Jawa

4. Perumusan Hubungan Kontraktual KIBARHUT

KIBARHUT menjadi pilihan karena dilaksanakan secara sukarela melalui kerjasama saling menguntungkan bagi para pelakunya. KIBARHUT juga didukung kemampuan dan kesediaan pelaku usaha, ada ketertarikan dan kemampuan pelaku untuk melaksanakan. Hubungan kelembagaan tersebut terjalin karena kegiatan dianggap strategis oleh pelaku usaha serta tersedianya instrumen pasar kayu. Kondisi inilah yang menjadi dasar terjadinya hubungan kontraktual diantara pelaku yang diwujudkan dalam kelembagaan KIBARHUT, serta diikat dengan suatu perjanjian (contracts).

Hubungan kontraktual KIBARHUT terwujud melalui suatu alur atau perumusan kontrak (contractual process) yang hampir seragam dan secara garis besar terdiri atas tahap pra-kontraktual, tahap persetujuan dan perjanjian, serta tahap pelaksanaan perjanjian. Tahapan-tahapan tersebut harus dipenuhi principal dan agents KIBARHUT sehingga memenuhi syarat sahnya kontrak secara hukum (Salim, 2002; Hernoko, 2008). Tahapan pra kontraktual merupakan tahap perkenalan, negosiasi, hingga keinginan principal dan agents membuat kerjasama atau pertukaran ekonomi yang diwujudkan dalam suatu kontrak. Pada umumnya, principal dan agents sudah

saling mengenal karena seluruh petani di lokasi contoh mengetahui, bahwa principal adalah INPAK yang memanfaatkan dan menggunakan kayu hasil panen dari hutan yang dikelola petani. Adanya saling kenal mengenal merupakan modal awal bagi para pelaku untuk membangun dan mewujudkan kerjasama. Gibbons (2005) mengungkapkan bahwa adanya interaksi yang sudah lama dan terus menerus diantara para pelaku (repeated games) memudahkan terbangunnya kerjasama diantara pelaku.

Proses perkenalan yang sudah terbangun lama ditindaklanjuti pendekatan principal guna kemungkinan ditingkatkan menjadi suatu kerjasama usaha. Pendekatan dilakukan melalui berbagai cara, baik secara formal (jalur resmi melalui pejabat pemerintah seperti Kepala Dinas Kehutanan, Camat, Kepala Desa, pimpinan instansi dan perusahaan) atau informal (melalui kelompok tani, tokoh/elite desa dan pemuka agama, dan sawmill di sekitar lokasi target). Kegiatan dilanjutkan dengan sosialiasi.

Sosialisasi secara garis besar adalah tentang : (i) penjelasan peran, hak dan kewajiban masing-masing; (ii) persyaratan lahan kerjasama; (iii) bagi hasil yang diterima sesuai proporsi; (iv) bentuk bagi hasil yang diterimakan para pelaku; (v) harga ditentukan berdasarkan harga pasar yang berlaku saat panen; (vi) teknis pemanenan dan konfirmasi penjualan kayu hasil KIBARHUT; (vii) bantuan non kayu untuk menghasilkan pendapatan selama masa tunggu panen kayu. Sosialisasi harus merupakan upaya para pelaku untuk membuka diri secara transparan dan ajang negosiasi sehingga tercapai komitmen kuat untuk melangkah ke tahap selanjutnya yaitu pembuatan perjanjian atau kontrak kemitraan.

Kontrak kemitraan didasarkan pada proporsionalitas hak dan kewajiban, serta tidak ada klausul dalam kontrak yang disembunyikan sehingga menghindarkan moral hazard suatu hubungan kemitraan. Upaya ini dilengkapi dengan adanya bantuan mitra antara yang berperan menjaga komitmen dan memotivasi agents untuk mematuhi dan melaksanakan kontrak. Keterlibatan dan peran mitra antara harus mendapatkan penghargaan yang sewajarnya, sebagaimana dinyatakan Muhammad (2004) bahwa masalah agency relationship seringkali muncul karena ada pelaku atau pihak yang tidak ikut memperoleh bagian dari apa yang dihasilkan oleh hubungan kemitraan antara principal dan agents.

Pada sisi lain, principal juga harus mencermati pemilihan mitra antara karena adanya salah pilih menyebabkan manfaat yang diharapkan tidak dapat menjadi

kenyataan. Kegagalan hubungan kelembagaan KIBARHUT dengan mediasi Keltan Desa (yang pengurusnya adalah pamong desa) selaku mitra antara dan agen perubahan di kontrak non-formal, merupakan fenomena yang banyak terjadi di desa. Agen perubahan di desa, umumnya, berkumpul pada satu kelompok atau orang tertentu, sehingga kinerja dan dampaknya pada perilaku petani untuk peningkatan produktivitas adalah sangat rendah (Effendy, 2009). Untuk menghindarkan kegagalan yang sama, pemilihan mitra antara yang sudah banyak berkiprah pada berbagai sektor pembangunan dan tugas formal sedapat mungkin dihindari. Principal juga sedapat mungkin melibatkan pelaku yang merupakan tokoh warga yang mempunyai pengaruh dan disegani agents, dan memiliki petugas teknis yang secara rutin dan berkala mengunjungi agents.

Keberhasilan sosialisasi hingga bersepakat bekerjasama dalam suatu kontrak kemitraan didukung pengalaman agents berhubungan dengan principal atau petugasnya selama ini. Berdasarkan uraian di atas, model usulan prosedur perolehan kontrak pada kelembagaan KIBARHUT disajikan dengan bagan alir sebagaimana pada Gambar 22.

   

Gambar 22 Bagan alir model usulan (design) prosedur perolehan kontrak KIBARHUT Organisasi khusus KIBARHUT

Kebijakan pemerintah:

a. Pasal 83, 84c, dan 99 di PP No. 6/2007 jo. No. 3/2008

b. Pasal 32 Permenhut No. P.35/Menhut - II/2008 jo. No. P.9/Menhut-II/2009 Visi dan Misi

Kebijakan/strategi perusahaan: (i) peluang usaha dengan pasar jelas dan harga pasar, (ii) optimalisasi lahan kurang produktif, (iii) kesinambungan

pasokan bahan baku

Organisasi khusus KIBARHUT dibentuk –

sinergi dengan divisi penyediaan bahan baku

Informasi kegiatan/ hubungan kontraktual KIBARHUT Informasi kegiatan/ hubungan kontraktual KIBARHUT berminat berminat Permohonan kerjasama

Kelengkapan dokumen: copy KTP, copy bukti pemilikan lahan, surat pernyataan bermeterai dari ahli waris/nama di

lahan bahwa lahan tidak dalam sengketa Fasilitasi (jika

diperlukan) Permohonan kerjasama

Materi Sosialisasi

Sosialisasi KIBARHUT di Kec/Desa/INPAK (hak dan kewajiban, draft kontrak)

Sosialisasi KIBARHUT di Mitra Antara/INPAK (hak

dan kewajiban, draft

Seleksi

Memenuhi Syarat

Daftar Petani, lahan (luas dan lokasi), jenis input produksi dibutuhkan

Surat Perjanjian (kontrak KIBARHUT) – tingkat pertama

Daftar menjadi petani mitra & siap dokumen

Surat Perjanjian (kontrak KIBARHUT) – tingkat kedua

Petani mitra Tidak

lengkap Manajemen/Direksi

INPAK Pemerintah Pusat/Kabupaten/

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka terdapat hal yang diatur secara formal dalam kontrak tertulis dan adanya norma sosial atau kebiasaan yang melekat dan dipercaya peserta, sehingga menjadi rules-in-use di action arena Kelembagaan KIBARHUT. Ketentuan formal dalam kontrak KIBARHUT sebagaimana tertuang pada Lampiran 6, dan norma atau ketentuan informal yang ada di lapangan dapat disederhanakan menjadi rules-in-use seperti pada Tabel 35.

Tabel 35 Aturan digunakan (rules-in-use) Kelembagaan KIBARHUT Aturan Uraian

Aturan tentang posisi (position rules)

• Petani • Sebagai Hulu (upstream parties) atau agents; • INPAK • Selaku Hilir (downstream party) atau principal.

• Mitra antara • Terlibat pada action arena dengan karakteristik hubungan kontraktual 2 tingkat, yaitu sebagai agents pada hubungan tingkat pertama, tapi sebagai principal pada hubungan tingkat kedua.

• pihak lain Supplier, sawmill, koperasi adalah pihak yang tidak diatur dalam kontrak tetapi ada keterlibatannya di lapangan

Guna keberlanjutan action arena maka perlu adanya keterlibatan pihak lain yang tidak terikat secara langsung (peserta), yaitu:

• Bank – penyedia dana/modal kredit ke petani yang disalurkan melalui INPAK dalam bentuk pinjaman atau kredit tunda tebang

• Pemerintah – fasilitasi/insentif pelaksanaan Aturan pembatasan (boundary rules)

• Petani/agents • Anggota kelompok (hubungan 2 tingkat) dan mendaftar sebagai pelaku • Menyediakan lahan, dan memiliki bukti legalitas kepemilikan yang sah

(kontrak di lahan milik).

• Melakukan pengolahan dan persiapan lahan

• Mengangkut bibit dan/atau input produksi lainnya yang dipasok principal ke lokasi tanam dengan biaya agents.

• INPAK/principal • Menyediakan bibit berkualitas siap tanam, jika memungkinkan melibatkan juga mitra antara dan agents dalam pelaksanaannya

• Menyediakan sebagian input produksi lainnya

• Memiliki petugas lapangan dan struktur organisasi khusus KIBARHUT • Mitra antara • Menyediakan lahan garapan pada kontrak di lahan Negara

• Memiliki kemampuan managerial untuk mengadministrasikan pelaksanaan kegiatan dan mengorganisasikan petani

• Memiliki petugas lapangan dan struktur organisasi pelaksana KIBARHUT • Kontribusi

terhadap input produksi

• Input petani di lahan milik : Lahan, tenaga kerja, ajir, alat, pupuk & obat, pemeliharaan, keamanan, input untuk tanaman tumpangsari.

• Input petani di lahan non milik: tenaga kerja, ajir, alat, pupuk dan obat, pemeliharaan, keamanan, dan input untuk tanaman tumpangsari.

• Kontribusi INPAK dan mitra antara mencakup bibit, input produksi lainnya sesuai kesepakatan (pupuk, obat), biaya dan pelaksanaan penyuluhan, biaya monev, biaya keamanan, biaya pengendalian hama dan penyakit, biaya angkutan bibit dan input produksi lainnya, dan kontribusi lainnya yang tidak tercakup sebagai kewajiban (kontribusi) input produksi dari petani.

Tabel 35 (lanjutan)

Aturan Uraian Aturan kewenangan (authority rules)

• Petani/agents • Menentukan waktu pemanenan dengan mempertimbangkan saran mitra antara atau menetapkan bersama-sama

• Berwenang dalam pemasaran kayu (kontrak di lahan milik) dan mendapat jaminan pasar dan harga wajar dari INPAK

• Penebangan dilakukan dengan sepengetahuan pelaku lainnya • Menanam palawija di antara jalur tanaman pokok

• INPAK/principal • Membantu dan memberikan bimbingan teknis silvikultur, penyuluhan, dan sosialisasi kegiatan

• Menentukan waktu pelaksanaan pemanenan bersama agents dan/atau bersama mitra antara.

• Mempunyai kewenangan terhadap hasil panen dan/atau mendapat prioritas pertama pembelian kayu hasil panen KIBARHUT

• menjamin pasar kayu KIBARHUT dengan harga berlaku saat panen • Mitra antara • Mandat dari petani untuk melakukan kerjasama KIBARHUT (khusus di

Tipe 3 mempunyai kewenangan melakukan pemasaran kayu).

• Menentukan waktu pemanenan dan/atau menyarankan waktu pemanenan. • Melakukan sebagian wewenang INPAK dalam hal supervisi, penyuluhan,

sosialisasi, monitoring, dan pengamanan tanaman Aturan pencakupan (scope rules)

• Pemanenan • Kebiasaan tebang butuh di Masyarakat petani (peserta) diantisipasi dan menjadi perhatian INPAK sebagai kebiasaan yang juga dilakukan aktor (petani peserta KIBARHUT), sehingga ukuran diameter pohon layak tebang disesuaikan dengan trend pasar.

• Kredit tunda tebang, fasilitasi untuk mendukung penundaan tebangan oleh petani dengan pemberian subsidi bunga kredit.

• Penyediaan tenaga penebangan, dan moda angkutan guna memfasilitasi peningkatan insentif positif berbentuk nilai tambah yang lebih tinggi • Pemasaran • Penjualan kayu hasil panen dijual dan dipasarkan ke principal yang

diprioritaskan atau diharuskan

• Saluran pemasaran secara langsung, melalui atau oleh mitra antara, melalui koperasi, atau melalui sawmill afiliasi

• Pemberian premium price terhadap kayu yang dipasarkan melalui saluran pemasaran KIBARHUT ke principal

Aggregation rules • Jaminan

keamanan tanaman dan pengawasan

• Menjaga keberhasilan dan keamanan tanaman

• Aturan yang mengatur para pelaku melaksanakan kewajiban yang telah disepakati bersama atau terkena sanksi

• semua pelaku secara bersama-sama terlibat dalam pengamanan tanaman • Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala

• Melibatkan tokoh desa dan agama yang dipercaya dan menjadi panutan • Menempatkan petugas lapangan

• Hubungan/ikatan

kontraktual • Kontrak tertulis formal; dapat menjadi akta autentik di pengadilan

• Disusun oleh semua pihak secara proporsional antara hak dan kewajiban pelaku, transparan, dan bertujuan untuk keberlangsungan usaha.

• ada pengaturan proporsi input produksi (input share) dan bagi hasil kayu (profit sharing)

• hubungan 2 tingkat: (i) tingkat pertama antara principal dan mitra antara; (ii) tingkat kedua antara mitra antara dan agents

Tabel 35 (lanjutan)

Aturan Uraian

Aturan kejelasan kegiatan dan informasi (information rules) • kejelasan kegiatan • Obyek perjanjian tidak dapat dialihkan

• Jenis tanaman pokok ditetapkan bersama dan tidak dapat diganti

• Bantuan input produksi principal dilarang dipergunakan pada lahan yang tidak didaftarkan dikerjasamakan

• Lahan dikerjasamakan dalam kerangka KIBARHUT tidak dapat dialih fungsikan selama pelaksanaan KIBARHUT

• menyeimbangkan informasi dan pengetahuan

• Melakukan invetarisasi tegakan secara berkala

• Melakukan kunjungan dan sosialisasi rutin oleh petugas lapangan • Kesepakatan penetapan harga berdasarkan harga pasar saat panen • Kesepakatan kualitas dan standard kayu

• Jaminan pasar kayu hasil panen KIBARHUT Payoff rules

• Biaya (costs) • Biaya/ongkos kirim input produksi sampai dengan lokasi pendaratan ditanggung principal (kewajiban principal).

• Biaya penanaman dan pemeliharan ditanggung agents atau (jika disepakati) ditanggung bersama oleh pelaku yang terlibat

• Biaya monev dan pembinaan ditanggung principal dan mitra antara, sedangkan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab semua pelaku • Biaya pengamanan tanaman ditanggung dan dilaksanakan semua pelaku • Biaya panen ditanggung para pelaku secara proporsional sesuai

perolehan output share (bagi hasilnya)

• Benefit (rewards) • Agents pada kontrak di lahan Negara mendapat payoff berupa hak menggarap lahan tanpa mengeluarkan biaya sewa lahan

• hasil panen tanaman non-kayu seluruhnya menjadi hak agents

• Bagi hasil kayu: agents memperoleh proporsi bagi hasil yang paling besar pada kontrak di lahan milik dibandingkan pada lahan Negara. Semua pelaku mendapatkan bagi hasil sesuai proporsi pengorbanan yang dikeluarkan untuk melaksanakan KIBARHUT

• Insentif principal: Insentif perizinan dan salah satu sumber bahan baku untuk penyusunan RPBBI

• jaminan pasar kayu dan harga berlaku saat panen

• Sengketa/Sanksi • Pembayaran bagi hasil berkurang secara proposional berdasarkan tingkat pengurangan pohon karena pencurian

• Pelaku tidak melaksanakan kewajiban yang telah disepakati mendapat sanksi sesuai ketentuan hukum yang berlaku

• Memanfaatkan/menjual kayu (pohon) seluruhnya/sebagian tanpa sepengetahuan pihak lainnya

• Sengketa diselesaikan secara musyawarah mufakat dan arbritase, pengadilan negeri ditetapkan

Tabel 35 menunjukkan bahwa aturan yang diterapkan dan digunakan di lapangan tidak selalu dalam bentuk aturan tertulis secara formal. Artinya, para pelaku harus memiliki perilaku yang sesuai aturan sosial atau norma kebiasaan (habitual) di lingkungan masyarakat guna keberlanjutan hubungan.

Keteraturan hubungan terjadi jika terdapat pemahaman umum yang sama, dimengerti oleh semua pelaku, dan ditegakkan secara sukarela (enforceable contract). Penegakan aturan (enforcement) merupakan aksi para pelaku untuk menjaga kepatuhan dan keteraturan hubungan. Ketidakpatuhan adalah pilihan yang selalu ada tetapi ada resiko dan sanksi yang harus ditanggung. Tidak tersedia atau tidak lengkapnya aturan yang mengatur tentang sanksi dan kejelasan hak dan kewajiban menyebabkan adanya kemungkinan pelaku bersikap oportunis. Pada sisi lain, tidak adanya kejelasan dan kepastian hak pemanfaatan atau penggunaan lahan (sebagai manfaat non finansial yang dinikmati oleh pelaku) juga mengandung resiko ketidakpatuhan dan perilaku oportunis dalam upaya memperpanjang hak pemanfaatan/penggunaan lahan.

Kepatuhan pelaku terhadap aturan yang diatur pada Kelembagaan KIBARHUT tidak hanya ditegakkan dengan pengaturan sanksi, tetapi juga dengan dilakukannya pengawasan dan adanya jalinan komunikasi diantara para pelakunya (information rules). Pengawasan secara intensif, aktif, teratur dan terus menerus terhadap pelaksanaan kegiatan dan perilaku para pelakunya dapat terwujud jika ada pengaturan penyampaian informasi dan jalinan komunikasi. Jalinan informasi dan komunikasi yang intensif dan rutin oleh principal dan agents menghasilkan pemahaman dan komitmen agents untuk memasok kayu ke principal yang lebih tinggi pada kontrak formal dibandingkan pada kontrak non-formal.

Manfaat dari adanya pertukaran (kontrak) ekonomi dikonseptualisasikan tidak hanya sebagai siapa mendapatkan apa (dan berapa banyak), kapan dan bagaimana tetapi juga harus menjelaskan mengapa diperlukan dan untuk apa, siapa yang berperan, apa yang dikuasainya, dan bagaimana pemanfaatannya. Kontrak KIBARHUT sebagai suatu kontrak komersial juga memuat tenggang waktu pencapaian kontrak, mengalokasikan sumberdaya secara berkeadilan (fairness) berdasarkan keseimbangan hak yang harus diterima dan kewajiban yang harus dikeluarkan, serta sarana hukum untuk hak gugat atau penyelesaian perselisihan. Mengacu pada argumen tersebut, maka usulan model alternatif susunan kontrak pada kelembagaan KIBARHUT adalah dideskripsikan sebagaimana pada Tabel 36.

Tabel 36 Usulan model alternatif susunan kontrak kelembagaan KIBARHUT

No Komponen Aspek yang perlu diatur Pelaku Penjelasan

agents mitra antara Principal

1. Siapa berperan sebagai apa 1. Sebutan

perjanjian kerjasama

• Sebutan/nama perjanjian kerjasama, penyebutan selan-jutnya (penyingkatan), tempat/tanggal dibuat dan ditan-datanganinya kontrak dinyatakan secara jelas dan rinci

• Identitas yang jelas memudahkan penegakan hak dan kewajiban jika terjadi sengketa

2. Identitas para

pelaku • Identitas dicantumkan dan didefinisikan secara jelas, dan pelaku yang menandatangani perjanjian

disebutkan kapasitasnya sebagai apa.

3. Ahli waris • Ahli waris/pengganti diatur dan dinyatakan secara jelas 2. Siapa mengerjakan apa

1. Lingkup

kerjasama • Maksud dan tujuan kerjasama

• Berguna untuk mengefisienkan klausul selanjutnya karena tidak perlu pengulangan

• Penjelasan ketentuan teknis diperlukan guna menghindari kerancuan definisi dan pemahaman para pelaku terhadap pekerjaan yang menjadi cakupan kerjasama atau kemitraan

• Definisi klausul penting yang hanya berlaku pada kontrak dan yang berlaku umum

• Pekerjaan yang menjadi cakupan kerjasama meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, pembinaan, penjagaan keamanan, pemanenan, pemasaran • Ketentuan teknis pekerjaan

2. Lokasi dan

luas lahan • Lokasi berdasarkan letak administrasi sebagaimana tercantum dalam bukti kepemilikan lahan (SHM, SPPT, girik/leter C)

• Dapat dibuktikan bahwa lahan bukan merupakan lahan jarahan, bermasalah dan/atau dalam sengketa • Legalitas pemilikan lahan merupakan syarat mutlak

yang harus dipenuhi guna memudahkan penegakan hak dan pelaksanaan kewajiban pada waktu panen • menghindari kemungkinan terganggunya kelancaran

produksi disebabkan masalah keabsahan dan persengketaan areal

• Luas lahan KIBARHUT

• Keabsahan lahan dan jaminan lahan tidak dalam sengketa dikuatkan dengan surat pernyataan (bermeterai) dari petani, ahli waris/atas nama lahan, dan pihak pemerintahan (Kepala Desa)

• Kompilasi/daftar kepemilikan lahan, mencakup informasi mengenai pemilik, lokasi, dan luas 3. Hubungan

kontraktual • Proporsi bagi hasil panen kayu dinyatakan secara jelas dan cara atau bentuk-bentuk pemenuhannya

• kayu hasil panen dikuasai bersama, dan INPAK memiliki prioritas pertama membeli kayu hasil

KIBARHUT 16

Tabel 36 (lanjutan)

No Komponen Aspek yang perlu diatur Pelaku Penjelasan

agents mitra antara principal

• Struktur (organisasi) KIBARHUT • Pengorganisasian petani mitra dan administrasi

pelaksanaan KIBARHUT dilaksanakan INPAK dan/atau mitra antara, termasuk penyediaan tenaga administrasi, tenaga lapangan dan (jika)

memungkinkan tenaga teknis kehutanan 4. Komunikasi

dan informasi • Mekanisme/arus komunikasi dicantumkan • Guna memudahkan proses pelaksanaan kegiatan,

khususnya pada saat penebangan

• meyakinkan para pelaku bahwa jenis kayu dikelola adalah menguntungkan

• Penyediaan dan/atau pemberian akses informasi harga pasar, prospek pasar jenis kayu yang dikerjasamakan, dan kebutuhan industri akan bahan baku kayu tersebut diinformasikan secara periodik

5. Pemanenan • Pelaksanaan penebangan oleh petani atau dengan

melibatkan petani dan kelompok petani • Menstimulus petani untuk memperoleh nilai jual

yang lebih tinggi dengan menjual dalam bentuk KB, dan memilih saluran pemasaran yang terpendek dan langsung ke industri.

• Kredit tunda tebang memfasilitasi pelaksanaan tebangan dilakukan ketika pohon telah mencapai ukuran > 20cm

• Implikasinya adalah pemerintah perlu membantu/ memberikan insentif atau mempermudah INPAK mendapatkan pembiayaan

• Pemanenan dilakukan jika pohon mencapai diameter atau ukuran yang ditentukan dan disepakati

• Pemberian fasilitas kredit tunda tebang jika dikehendaki petani, dengan jaminan tanaman KIBARHUT yang setidaknya telah berumur 4 tahun

6. Jangka waktu perjanjian kemitraan

• Penjelasan lama/periode perjanjian kerjasama, dapat dinyatakan dalam satuan tahun atau daur dan/atau gabungan keduanya

• Proses produksi tanaman KIBARHUT sampai siap panen berjangka waktu lama (tahunan) dan adanya daur yang berbeda untuk setiap jenis, sehingga penegasan periode waktu kerjasama mutlak diperlukan agar tidak menimbulkan konflik karena salah tafsir dan beda persepsi

• Mencantumkan tahun dimulainya perjanjian kerjasama dan tahun berakhirnya perjanjian kerjasama

7. Perpanjangan

kerjasama • Perpanjangan kerjasama dapat dilakukan atas kesepakatan para pelaku yang terikat dan dilengkapi alasan (spesifik) yang jelas

• Alasan spesifik meliputi: pertumbuhan tanaman terhambat, adanya trubusan/tunas/sirung berasal dari tanaman daur kesatu, dan lainnya yang ditentukan dan disepakati para pelaku

16

Tabel 36 (lanjutan)

No Komponen Aspek yang perlu diatur Pelaku Penjelasan

agents mitra antara principal

3. Siapa memiliki (sumberdaya) apa 1. Input

Produksi • Ketersediaan lahan siap tanam dengan luas dan lokasi yang sesuai dengan klausul kontrak

• tanggungjawab petani dan/atau mitra antara untuk menyediakan lahan siap tanam sesuai kontrak yang sudah disepakati

• Ketersediaan bibit dan sulamannya, dalam jumlah yang cukup berdasarkan luas lahan dan jarak tanam yang dipergunakan

• tanggungjawab INPAK untuk pemenuhannya • biaya bibit dan biaya angkut ke lokasi pendaratan

bibit yang telah ditentukan ditanggung oleh INPAK • Bibit diserahterimakan di lokasi tanam kecuali

dijelaskan lain

• Ketersediaan tenaga kerja untuk penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan

• Ketersediaan tenaga administrasi, tenaga lapangan dan

tenaga teknis (kehutanan) • Pengendalian hama dan penyakit masih terbatas

pelaksanaannya sehingga adanya petugas teknis kehutanan akan sangat membantu

• Ketersediaan pupuk dan input produksi lainnya • kewajiban pemenuhan input produksi lainnya harus

dinyatakan dengan jelas dan tertulis, sehingga ada kejelasan kontribusi input produksi yang menjadi tanggungjawab masing-masing pelaku KIBARHUT • Input produksi terkait tanaman tumpangsari

merupakan kewajiban petani untuk memenuhinya

• semua input produksi tanaman non kehutanan yang dibutuhkan untuk usahatani tanaman tumpangsari menjadi tanggungjawab petani

2. Jaminan Pasar • Adanya jaminan pasar dan harga kayu berdasarkan

harga pasar yang berlaku • jaminan pasar dan harga yang sesuai berdasarkan

harga pasar yang berlaku saat panen 4. Siapa memperoleh (sumberdaya) apa

1. Panen kayu • Proporsi bagi hasil kayu ditentukan secara jelas, tertulis (transparan) dan proporsional

• Proporsi dihitung berdasarkan keseimbangan hak dan kewajiban

2. Manfaat

non-kayu • Hasil panen tanaman tumpangsari seluruhnya merupakan hak petani

• Dinyatakan secara jelas, khususnya pada

KIBARHUT yang dilaksanakan bukan pada lahan milik petani (yaitu petani selaku penggarap) 167

Tabel 36 (lanjutan)

No Komponen Aspek yang perlu diatur Pelaku Penjelasan

agents mitra antara principal

• INPAK berhak memanfaatkan surat kontrak untuk mendapatkan kemudahan pelayanan administrasi pemerintah

• Berdasarkan Psl 32 Permenhut No. P.35/Menhut-II/2008 jo. No. P.9/Menhut-II/2009 maka syarat administrasi pemenuhan pasokan bahan baku industri dapat dilakukan dengan mencantumkan kontrak KIBARHUT yang telah dilaksanakan • INPAK mengupayakan (mengarahkan) pencapaian

sertifikasi pengelolaan hutan rakyat secara lestari • Mengantisipasi kemungkinan pelaksanaan verifikasi

guna menjustifikasi penghargaan ke INPAK • Petani wajib membantu memberikan informasi yang

diperlukan jika ada pihak lain (termasuk pemerintah) berniat melakukan verifikasi

3. Pemasaran

kayu • INPAK berhak dan wajib membeli semua kayu hasil panen KIBARHUT dengan harga pasar saat panen

• Hak dan kewajiban menjual dan membeli kayu hasil panen menjadi klausul yang saling mengikat • Pemberlakuan harga pasar saat panen dan

pemba-yaran yang dilakukan secara cash and carry akan meningkatkan kepercayaan petani terhadap INPAK • Adanya perbedaan harga kayu di pasar berdasarkan kelas diameter dan panjang log, maka syarat-syarat teknis, jika ada, harus menjadi klausul yang dijelas-kan sehingga tidak menjadi konflik sewaktu panen

Dalam dokumen HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 101-115)