• Tidak ada hasil yang ditemukan

LSM mempunyai fokus terhadap masalah apa yang hendak dikerjakan. Perbedaan ruang lingkup kegiatan dengan fokus isu adalah pada tujuan yang ingin dicapai,

53 ruang lingkup kegiatan lebih pada proses yang dilakukan, sedangkan fokus isu adalah pembahasaan untuk publik mengenai apa yang sedang mereka (LSM) kerjakan menyangkut bidang-bidang tertentu.

LKTS bergerak dalam isu lingkungan hidup, gender, advokasi serta penguatan kapasitas masyarakat lewat perguliran kredit mikro dan penguatan kelembagaan lokal. 3 (tiga) fokus ini direalisasilkan dalam bentuk program-program kerja yang nanti akan dijelaskan kemudian pada sub bab 4.6.1. Baik isu lingkungan hidup, gender dan ekonomi mikro ketiganya diwujudkan dalam kegiatan teknis dilapang.

LPS memiliki ciri khas lembaga pengelolaan sumberdaya yang terintegrasi. Dari mulai sumberdaya manusia yang cukup beragam dari ketrampilan, kemampuan dan latar belakang pendidikannya mempunyai komitmen untuk maju dan berkembang bersama-sama. Karakteristik yang dikembangkan juga khas berkaitan dengan pengembangan bidang pertanian. Kemitraan dan pola kerja sudah mulai dirangkai ke beberapa tempat dan lembaga lain.

Ciri lain LPS dalam konteks aktivitas kerja lembaga dalam bidang pertanian adalah fokus pada penanganan penelitian dan pengembangan pertanian, penanganan kegiatan pengembangan masyarakat (Community Development) berbasis sumberdaya pertanian, dan penanganan kegiatan produksi dan bisnis pertanian. Seluruh aktivitas kerja yang berbasis pada sektor pertanian tersebut berjalan secara sinergi dengan strategi yang saling mendukung.

54 4.5 Mitra Donor LSM

Donor bagi LSM merupakan bagian penting dari proses aksi yang dilaksanakan.

Tanpa adanya dana yang memadai tentu LSM akan kesulitas untuk menjalankan visi dan misinya. Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai dana menjadi salah satu fokus untuk melihat independensi LSM.

LKTS telah membangun jejaring baik dalam konteks finansial dan aksi, dalam aspek finansial LSM ini telah mendapat kepercayaan dari USAID, AUSAID, NZODA, YLKI, SDC, YBKS, PKM, CRP, DAP, KIA, Cordaid, CRS, ICCO, Findland Embasydan Depkes RI. Beberapa donor ini telah menjadi penyangga dana kegiatan sejak tahun 1998. Donor-donor ini bersifat sementara dengan pendekatan proyek. Pada umumnya LKTS membuat pengajuan proposal untuk isu-isu yang sedang ditawarkan oleh donor, LKTS mendapatkan persetujuan, melaksanakan kegiatan dan memberikan laporan.

LPS mendapatkan donor dari DD Republika bahkan menjadi bagian integral dari struktur organisasi ini. DD Republika mendapatkan dana langsung dari masyarakat lewat berbagai penjaringan dana yang dilakukan DD Republika. LPS pada perkembangannya beberapa kali mendapat tawaran untuk bekerjasama dengan lembaga donor, tetapi belum pernah menerima tawaran tersebut. LPS menjaga kemitraan dengan donor untuk menghidari berbagai kepentingan diluar fokus kegiatannya. Dan dalam perjalanannya, pendaan dari masyarakat dirasa sudah cukup untuk melaksanakan kegiatannya.

55 4.6 Program Kegiatan

LSM dalam melaksanakan misinya sebagai agen perubahan memiliki program kegiatan yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai. Program kegiatan yang dilakukan oleh LKTS dan LPS adalah wujud realisasi dari lingkup kerja dan fokus isu. Program kerja yang dilaksanakan oleh LKTS dan LPS akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

4.6.1 LKTS

Program kegiatan yang dilakukan oleh LKTS meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hak asasi perempuan, lingkungan hidup berkelanjutan, program advokasi dan perlawanan terhadap kemiskinan, program penguatan kapasitas organisasi, dan demokasi dan masyarakat sipil. 5 (lima) program kerja ini akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

Hak Asasi Perempuan

Program ini secara umum bertujuan mendorong terpenuhinya hak-hak perempuan sehingga tercipta kondisi yang setara dan adil bagi perempuan. Tujuan secara khusus yaitu, mendorong perubahan mindset (cara berfikir) yang mengedepankan perspektif gender dalam relasi personal dan komunitas, memperkuat kapasitas komunitas dan organisasi perempuan di tingkat lokal dalam konteks advokasi kebijakan, rekonsiliasi, resolusi dan pencegahan konflik, melakukan pendampingan secara hukum maupun non hukum, serta fasilitasi proses penyembuhan trauma bagi perempuan korban kekerasan dan perempuan korban

56 pelanggaran HAM masa lalu, memperkuat perspektif gender dalam kebijakan pemerintah daerah dan mendorong lahirnya kebijakan pro perempuan. Aktivitas yang dilakukan antara lain:

1. Pendidikan kritis dan kursus hukum

2. Pengorganisasian dan penguatan kapasitas organisasi perempuan lokal 3. Monitoring kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Tengah

4. Advokasi (litigasi dan non litigasi) dan pendampingan perempuan korban kekerasan

5. Penyembuhan Trauma (trauma healing) bagi perempuan korban pelanggaran masa lalu

6. Advokasi kebijakan pro women budget dan penanganan KTPA secara terpadu dengan model WCC (Women Crisis Centre)

7. Radio komunitas perempuan Lingkungan Hidup Berkelanjutan

Program ini bertujuan mendorong terjaminnya kualitas hidup masyarakat yang ramah lingkungan dan mampu melindungi ekosistem global. Aktivitas yang dilakukan adalah, Pengorganisasian dan konsolidasi rakyat (masyarakat di sekitar sumber air dan wilayah penyangga) Pengembangan sarana air bersih dan sanitasi, kampanye perlindungan lingkungan, advokasi kebijakan yang berperspektif lingkungan.

57 Program Advokasi dan Perlawanan Terhadap Kemiskinan

Program ini bertujuan mengorganisasikan dan memperkuat kesadaran kritis masyarakat miskin pedesaan dan perkotaan agar mampu memperjuangkan hak-haknya dan berperan aktif dalam mendorong kebijakan negara yang pro rakyat miskin. Program ini dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Pengorganisasian dan pendampingan kelompok 2. Pemetaan kemiskinan partisipatif

3. Pengembangan lembaga keuangan mikro 4. Fasilitasi dana bergulir

5. Pendidikan kritis

6. Studi dan advokasi kebijakan

Di wilayah pedesaan, partisipan yang terlibat dalam program ini adalah masyarakat miskin, buruh tani dan perempuan usaha kecil. Sedangkan di wilayah perkotaan antara lain pedagang kaki lima (PKL), asongan, buruh transportasi dan lain-lain. Saat ini program tengah berjalan di Kabupaten Boyolali meliputi : Desa Repaking Kecamatan Wonosegoro, Desa Lanjaran Kecamatan Musuk, Desa Mliwis Kecamatan Cepogo, Desa Winong Kecamatan Boyolali, wilayah kota (Lingkungan Terminal, Pasar Sunggingan dan Pasar Boyolali), di Kabupaten Klaten (Desa Polan Kecamatan Polanharjo dan kota Klaten) serta di Kabupaten Sukoharjo (Kecamatan Gatak).

58 Program Penguatan Kapasitas Organisasi

Program ini bertujuan menguatkan sistem managemen dan kapasitas sumberdaya manusia guna mendukung pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan berkelanjutan. Aktivitas yang dilakukan dalam program ini meliputi :

1. Perpustakaan LKTS 2. Website www.LKTS.org 3. Bulletin PELITA (bulanan)

4. Penerbitan Media Kampanye (T-shirt, poster, stiker, pin, leaflet dan buku) 5. Kajian kritis (bulanan)

6. Mengikuti dan atau menyelenggarakan training atau kursus 7. Mengikuti dan atau menyelenggarakan program magang 8. Review sistem dan managemen organisasi secara berkala 9. Pengadaan sarana dan prasarana kantor

10. Studi banding

11. Inisiasi pendanaan mandiri 12. Pengembangan jaringan Demokrasi dan Masyarakat Sipil

Program ini bertujuan 1) memperkuat kapasitas dan mengkonsolidasikan potensi dan sumber daya masyarakat sipil sebagai arus penyeimbang atas mainstream utama yang korup dan stagnan. 2) mendorong lahirnya kebijakan pembangunan daerah yang pro rakyat miskin, dengan menginisiasi proses-proses yang lebih

59 partisipatif dan mengedepankan perspektif HAM, gender dan lingkungan yang berkelanjutan. Aktivitas yang dilakukan adalah :

1. Pengorganisasian dan konsolidasi simpul-simpul masyarakat sipil 2. Penguatan kapasitas melaluberbagai training dan pendidikan kritis 3. Studi kebijakan

4. Legal and Alternative drafting 5. Advokasi kebijakan

4.6.2 LPS

LPS memliki program kerja yang beorientasi pada pengembangan pertanian organik. Program kerja yang dilakukan merupakan wujud realisasi proses pengembangan pertanian organik dari mulai penelitian hingga penerapannya di lapangan. Rincian program kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Program Penelitian & Pengembangan

Divisi Litbang sebagai salah satu komponen LPS-DD mempunyai peranan penting dalam kegiatan penelitian dan pengembangan produk pertanian sehat/ramah lingkungan yang terarah dan sistematis. Litbang LPS-DD tetap diharapkan dapat berperan dalam mendukung produk pertanian ramah lingkungan yang mudah diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh petani. Untuk itu, litbang LPS-DD harus mampu menghasilkan teknologi saprotan yang dibutuhkan untuk mengatasi kendala yang dihadapi petani serta mengembangkan produk meningkatkan kualitas dan mutu produk agar tetap kompetitif.

60 Divisi Litbang LPS-DD menerapkan tiga komponen manajemen Penelitian dan Pengembangan yakni manajemen kualitas produk, manajemen laboratorium dan manajemen pelatihan.

1. Pengujian dan Peningkatan kualitas produk (menurunkan kontaminasi bakteri

& uji jumlah virus)

a. Manajemen Kualitas Produk

Ada kalanya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) mampu beradaptasi bahkan mutasi sehingga kebal (resisten) terhadap pestisida (organik atau an-organik), sehingga produk pestisida juga perlu ditingkatkan kualitasnya. Apalagi mengingat pertanian di lapangan (on-farm) sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, lingkungan dan manusia. Hal ini menjadi tantangan bagi litbang untuk meningkatkan kualitas produk agar LPS memiliki produk-produk dengan kualitas yang terjamin.

Lima produk unggulan LPS yang memerlukan manajemen kualitas produk secara berkala, diantaranya adalah : beras SAE (non residu pestisida), Bio-pestisida/agen pengendali hayati (Virexi/VIR-X dan Vitura/VIR-L), OFER (kompos), dan PASTI (insektisida hayati).

Program Peningkatan Kualitas Produk dilakukan dengan tahapana proses sebagai berikut:

2. Pengembangan demplot (uji lapang produk LPS) 3. Melakukan QC (Quality Control)

61 1. Pengembangan & Penelitian produk terbaru (Pengendali penyakit, NPS,

pupuk cair)

b. Manajemen Laboratorium

Dalam melakukan inovasi dan rancang bangun teknologi, Divisi Litbang LPS-DD menggunakan laboratorium dan fasilitas penunjang kegiatannya. Laboratorium didalam ruangan (indoor) dan laboratorium lapang (outdoor). Pengelolaan manajemen laboratorium ini disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal yang disusun berdasarkan perencanaan dan prosedur yang telah dituangkan dalam rencana kerja lembaga. Prinsip yang dipergunakan adalah Teliti, Objektif dan Prestatif.

Kegiatan dalam pengelolaan manajemen laboratorium ini diantaranya adalah;

scheduling, action plan, inventarisir, dan lain-lain. Sedangkan output yang dihasilkan antara lain; data-data ilmiah, publikasi ilmiah, dan rekomendasi hasil penelitian.

Program Penelitian dan Pengembangan di Laboratorium dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

2. Pengembangan publikasi ilmiah (Buku, Buletin, Newsletter) 3. Pengembangan Jaringan Penelitian & atau Proyek Penelitian

Perlunya sarana penyampaian teknologi yang dikembangkan LPS-DD membuka peluang kegiatan transfer teknologi dan informasi melalui Pelatihan dan c. Manajemen Pelatihan

62 Workshop. Kendala penyampaian informasi ke petani dan masyarakat yang tidak lengkap menjadi salah satu sebab gagalnya program. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Divisi Litbang LPS-DD menyusun kegiatan Pelatihan untuk petani dan masyarakat dengan beberapa model pelatihan (Training). Selain mensosialisasikan ke pihak luar, secara internalpun dilakukan dengan model workshop dan kuliah/praktek umum.

Sejauh ini beberapa pelatihan–pelatihan sudah rutin dilakukan oleh LPS-DD.

Selain dari tujuan khusus tersebut, ada pula tujuan umum dari pelatihan tersebut agar dapat mendukung program–program LPS dan produk–produk LPS lebih cepat tersosialisasi. Optimalisasi dari manajemen pelatihan ini akan mampu membuka jejaring (network) seluas-luasnya dengan pihak-pihak lain serta membuka kemitraan yang saling menguntungkan.

Program utama yang ada dalam manajemen pelatihan, program ini dibagi menjadi 3 (tiga) sub program dimana ke tiga program itu adalah sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan Pendidikan & Pelatihan Keterampilan Petani Ramah Lingkungan

2. Membangun Network dengan pihak luar

3. Sosialisasi program atau produk-produk yang dikembangkan LPS-DD Pemberdayaan Masyarakat

Divisi Pemberdayaan Masyarakat LPS-DD merupakan salah satu bidang yang memiliki peranan penting dalam kegiatan membangun komunitas petani secara khusus dengan melibatkan masyarakat. Divisi juga merupakan jembatan misi dari

63 lembaga untuk akses dengan sumberdaya masyarakat petani. Divisi diharapkan mampu berperan dalam mendukung program-program lembaga.

Proses pemberdayaan petani miskin yang selama ini dilakukan oleh LPS juga telah memantapkan target yang lebih jelas. Salah satu program yang dibangun adalah P3S (Program Pemberdayaan Petani Sehat). Program tersebut tidak hanya karena visi pendistribusian dana sosial umat semata, lebih dari itu P3S merupakan refleksi kepedulian atas nasib petani yang selama ini termarjinalkan dalam lingkaran kemiskinan. Paket program pemberdayaan petani yang dilakukan oleh LPS terfokus pada kegiatan :

1. Penguatan kapasitas SDM petani

2. Introduksi dan adopsi teknologi pertanian dengan basis ramah lingkungan 3. Pembentukkan dan pengembangan kelembagaan petani.

Selain itu, pengembangan kapasitas sumberdaya permodalan yang bersifat pembiayaan juga dilakukan untuk memperkuat basis program yang akan dijalankan. Seluruh proses pemberdayaan dengan program inti dan program pendukung di atas diarahkan dalam rangka mendorong peningkatan pendapatan petani dan memperkokoh kualitas interaksi sosial antar petani dan stakeholders lainnya.

Untuk mendukung kebijakan program dengan arah dan orientasi serta tujuan umum yang telah ditetapkan, maka strategi pemberdayaan dilakukan dalam lingkup:

1. Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan petani sasaran program, dengan fokus:

a. Pembentukkan Kelompok Tani

64 b. Peningkatan Kapasitas SDM Petani

c. Penumbuhan Kader Petani Lokal

d. Pembinaan dan Pelatihan Pertanian Ramah Lingkungan e. Pembiayaan Mikro Petani

f. Penguatan Kelembagaan Petani

2. Penetapan dan Pembangunan cluster program berbasis pertanian unggul 3. Pembangunan jaringan sinergi dengan stakeholders pendukung

Untuk mengefektifkan pelaksanaan seluruh strategi program, maka dilakukan pendampingan intensif bagi komunitas sasaran yang ditangani oleh para pendamping pilihan hingga periode waktu yang telah ditentukan.

4.7 Struktur Organisasi 4.7.1 LKTS

Struktur organisasi LSM ini terdiri dari pengurus inti, pegawai dan pengurus kader. Pengurus inti adalah pengurus organisasi yang memiliki kewenangan kebijakan LSM yang terdiri dari Direktur Eksekutif, Bidang Gender dan Transformasi Konflik, Bidang Poverty Alleviation, Bidang Demokrasi dan Masyarakat Sipil, Bidang Dokumentasi dan Informasi, Bidang Financial and Office Administration and Monitoring dan Bidang Teknologi Informasi. Bidang administrasi, finansial adalah bidang yang disebut pegawai kantor. Kader adalah orang-orang lokal di lapangan biasanya adalah ketua Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai sukarelawan LSM.

65 Keseluruhan bagian dalam struktur organisasi ini mengalami proses pematangan sejak LSM ini berdiri hingga sekarang. Awalnya strukturnya masih sangat sederhana yang meliputi ketua, bendahara, dan fungsi-fungsi umum dimana banyak rangkap jabatan. Seiring perjalan waktu, terjadi perubahan struktur menjadi lebih banyak dan ada spesialisasi.

4.7.2 LPS

LPS memiliki struktur organisasi mulai dari direktur, penanggung fungsional, dan ketua kelompok tani sebagai kader dilapangan. LPS juga membangun struktur organisasi pada tingkat petani. Struktur organisasi yang selama ini berjalan sudah mengalami perubahan seiring dengan perubahan bidang yang dikerjakan. Pada awal berdiri LPS berbentuk tim kerja penelitian. Pada saat mulai melakukan aksi pemgembangan komunitas baru struktur mulai dari direktur hingga fungsi opersional di lapang. Pada saat berubah karena penambahan fungsi produksi dan bisnis, unit ini menjadi fungsi yang bersifat semi otonom.

Keseluruhan fungsi saat ini bekerja secara profesional sebagai staf LSM.

Pembagian kerja dilakukan secara spesifik berdasarkan latar belakang pendidikan dan keahlian. Sampai penelitian ini berlangsung, LSM ini sudah mengenal adanya jenjang karir dalam struktur ini.

66

BAB V

ANALISIS SISTEM PENDANAAN (ASPEK FINANSIAL) LSM

5.1 Pengantar

Pertumbuhan organisasi masyarakat sipil menimbulkan persoalan baru, yakni bagaimana mempertahankan agar institusi tersebut dapat bertahan. Persoalan sumber pendanaan menjadi hal yang cukup rumit untuk dipecahkan. Mengatasi problem keuangan untuk mempertahankan organisasi masyarakat sipil harus hati-hati. Sebab dana yang dimobilisasi dari sumber yang serampangan dapat mengganggu eksistensi organisasi. Syarat utarna bagi dana yang diperoleh oleh organisasi masyarakat sipil seharusnya dapat menjaga independensi organisasi.

Dana yang dikelola organisasi diharapkan tidak menjadi kuda tunggangan bagi kepentingan pihak lain untuk mengkooptasi publik. Selain itu sumber-sumber pendanaan seharusnya tidak membuat organisasi menjadi sangat tergantung pada pihak pemberi.

Menurut Fakih (2000) LSM mengalami ketergantungan yang cukup kuat terhadap lembaga donor. Sebagaimana diketahui bahwa sejak munculnya organisasi non-pemerintah, yang di Indonesia populer dengan istilah LSM, pada awal 1970, sangat tergantung hibah dari berbagai lembaga donor internasional seperti USAID, FNS, NOVIB, dll. Selain itu, dalam beberapa kegiatan, LSM juga menerima bantuan dana dari lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan Asian Development Bank. Dana yang diterima oleh LSM dari sumber terakhir ini ada yang bersifat hibah, ada pula yang bersifat hutang negara.

67 Apapun bentuknya menurut Uhlin (1997), dana bantuan, baik hibah ataupun hutang negara banyak menimbulkan persoalan. Persoalan pertama dana seperti ini terbukti menimbulkan ketergantungan bagi organisasi. Di awal 1970 hingga saat ini, hibah luar negeri mengalir deras. Sehingga oleh sebagian kalangan dianggap sebagai sumber daya yang mudah didapatkan (easy money). Akibatnya, para pengurus organisasi non-pemerintah terbiasa menggantungkan seluruh kegiatan yang dilakukannya pada hibah luar negeri. Padahal belajar dari berbagai pengalaman, pendanaan yang bersumber dari hibah luar negeri tidak dapat diandalkan keberlanjutannya. Persoalan kedua, dana asing tidak bisa membuat organisasi lokal dapat melakukan program sesuai dengan kebutuhan spesifik.

Selama ini yang terjadi adalah organisasi lokal selalu mengikuti arah keinginan pemberi dana (donor driven).

Dana yang berasal dari luar negeri menurut CPSM (1993) rnembuat posisi organisasi lokal lemah secara politis. Kelemahan ini terutama dalam menghadapi tuduhan yang menyatakan bahwa organisasi lokal menuruti instruksi kekuatan asing yang mungkin merugikan negara. Seberapa besar tingkat ketergantungan LSM terhadap lembaga donor asing? Sulit untuk menjawab pertanyaan itu karena sampai saat ini belum ada penelitian khusus yang berkaitan dengan masalah tersebut. Namun, direktori CSRO (Civil Society Resource Organization) atau organisasi sumber daya masyarakat sipil yang disusun Ibrahim (2002) mungkin bisa menjadi referensi awal rnengenai pola pendanaan dan komposisi dana yang digunakan oleh LSM di Indonesia. Direktori tersebut menunjukkan bahwa mayoritas LSM kita masih mengandalkan sumber bantuan luar negeri yang

68 besarnya mencapai 65 persen, sementara 35 persen sisanya didapat dari berbagai sumber dalam negeri. Sacara lebih terperinci, sumber dalam negeri meliputi hasil usaha sendiri (33 persen), sumbangan perusahaan dan dana abadi (masing-masing 17 persen), sumbangan individu (14 persen), sumbangan pemerintah (5 persen), sumbangan ornop (3 persen), dan sumber lainnya (11 persen).

Ketergantungan LSM terhadap lembaga dana asing ini dinilai sudah sangat kronis dan berdampak pada citra dan efektivitas kerja mereka. Menurut Walhi (2001) Sistem pendanaan asing bak pisau bermata dua, dana asing memberikan manfaat sekaligus masalah bagi LSM di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dari pengalaman Walhi mengelola dana bahwa di satu sisi dana asing telah berperan besar dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan LSM Indonesia berikut program dan perjuangannya. Namun, di sisi lain, dana asing juga menciptakan ketergantungan dan mematikan kreativitas LSM. Oleh sebab itulah organisasi seperti Walhi berupaya untuk mengurangi ketergantungannya pada lembaga donor terutama donor asing.

Triwibowo (2006) menyebut ketergantungan LSM kita terhadap dana asing juga menyebabkan mereka tidak kreatif, khususnya dalam menggalang potensi lokal.

Mereka lebih suka datang dan "menjajakan" programnya ke lembaga donor, ketimbang menggalang dukungan dari masyarakat lokal. Sebagian besar LSM, khususnya LSM yang bergerak di bidang advokasi, masih enggan masuk ke pasar fundraising lokal. Mereka beralasan masyarakat tidak punya kemampuan finansial untuk mendukung dan mendanai program mereka. Sebagian LSM lainnya

69 beranggapan tak banyak masyarakat yang mengerti peran dan fungsi LSM.

Mereka juga beralasan bahwa organisasi atau kegiatan mereka bukanlah tergolong organisasi atau kegiatan yang mudah mendapatkan dana atau menarik minat orang untuk mendanainya. Sayangnya, asumsi-asumsi itu belum pernah terbukti karena mereka tidak pernah membuktikannya dengan mencoba masuk ke pasar fundraising lokal.

Fakta di atas menunjukkan meskipun dana yang berasal dari luar negeri menimbulkan banyak masalah, akan tetapi tidak ada pilihan yang memadai bagi organisasi lokal. Menurut Fakih (2000) sumber dana dalam negeri tidak mencukupi kebutuhan LSM. Dana pemerintah, misalnya, dianggap tidak memungkinkan selain karena anggaran pemerintah yang sangat kecil pasca krisis ekonomi, dana seperti ini beresiko mengkooptasi kemandirian masyarakat dalam menghadapi kebijakan publik. Penggalian dana yang berasal dari perusahaan dalam negeri juga problematik. Bagi sebagian organisasi non-pemerintah, sektor swasta di Indonesia punya cukup andil dalam permasalahan bangsa. Pada masa orde baru kalangan swasta, terutama, perusahaan besar bersekongkol dengan rezim berkuasa untuk menguras kekayaan alam negara. Salah satu ulah perusahaan besar adalah mengeksploitasi secara besar besaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang ujungnya menimbulkan kerusakan dan bencana alam. Atas dasar ini organisasi lokai tidak serta merta berkeinginan untuk melakukan penggalangan dana terhadap sektor swasta besar.

70 Sindroma ketergantungan pada aspek pendanaan dapat dilihat dari beragam kepentingan sumber dana. Dana yang berasal dari pemerintah pada masa orde baru membawa kepentingan besar yang membuat LSM harus tunduk dengan pemerintah dan menjadi mitra pemerintah (seperti pengalaman Walhi sehingga mengambil jarak dengan pemerintah). Tetapi sumber dana asing juga menimbulkan ketergantungan dengan agenda kepentingan asing. Dana yang berasal dari perusahaan juga mengandung kepentingan bagi perusahaan dan jalan lain dengan mencoba menggalang dana dari masyarakat sipil.

Dana merupakan bahan bakar bagi gerak laju LSM untuk melakukan aksinya.

LSM yang terkategori mapan salah satunya bisa dilihat dari seberapa mapan menangani masalah pendanaan. Bahkan struktur paling sederhana dalam tubuh LSM, ada bagian yang disebut bendahara, dalam struktur yang lebih kompleks bagian ini dirinci lagi dalam bagian yang lebih spesifik, misalnya bagian bendahara umum, bendahara harian, bendahara perencanaan, dan bendahara audit.

Penelitian ini menfokuskan pada dinamika finansial LSM, mulai dari sumber dana, pengelolaan, hingga monitoring dan evaluasi (termasuk laporan). Pada bab ini akan diuraikan secara lebih rinci mengenai sumber-sumber dana, pengelolaan dana dan monitoring atau evaluasi dana. Penelitian ini membuat kategorisasi hubungan sistem pendanaan (BAB V) dengan aksi (BAB VI) LSM dengan donor.

71 Hasil elaborasi studi pustaka diatas menunjukkan adanya 4 model kontinum ketergantungan LSM donor yaitu :

1. LSM mandiri, bentuk hubungan yang terjadi adalah LSM secara penuh mengontrol inisiasi, aksi dan evaluasi program sesuai dengan visinya. Ini adalah bentuk ideal dari LSM seperti yang dicita-citakan Walhi.

2. LSM Kemitraan seimbang, hubungan ini memberi porsi yang seimbang

2. LSM Kemitraan seimbang, hubungan ini memberi porsi yang seimbang