• Tidak ada hasil yang ditemukan

A’WOT (SWOT-AHP)

Penilaian AHP dilakukan oleh para pakar, mereka menilai bahwa diantara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman; faktor yang paling penting adalah faktor peluang (0.4). Faktor kedua yang dianggap penting adalah faktor kekuatan (0.267) diikuti faktor ancaman (0.167) serta faktor kelemahan (0.166).

Faktor peluang memberikan kondisi yang menguntungkan apabila perusahaan dapat memanfaatkannya. Faktor peluang terdiri beberapa kondisi dimana peluang pasar bioetanol masih besar untuk dimasuki, infrastruktur di wilayah perusahaan berada mendukung aktivitas perusahaan, kondisi demografi di wilayah perusahaan memberikan SDA yang mendukung pengoperasian perusahaan, hubungan yang baik dengan distributor, teknologi yang berkembang dalam pengelolaan dan pemanfaatan limbah serta kebijakan pemerintah dalam pengembangan sumber energi baru terbarukan. Faktor dianggap penting oleh pakar untuk dimanfaatkan adalah masih besarnya peluang pasar bioetanol (0.340), yang. Dimana pemanfaatan bioetanol ini tidak hanya dimanfaatkan untuk bahan bakar tapi bisa digunakan dalam farmasi, kosmetik, maupun campuran produk lain yang membutuhkan etanol sebagai campuran maupun sebagai bahan baku

52

setengah jadi. Menurut ardriansyah (2005) menyebutkan bahwa peluang pasar menjadi faktor peluang perusahaan dalam pengembangannya.

Tabel 12 Penilaian AHP faktor SWOT PASA Djatirotoa

Faktor Internal PASA Incon-

sistency Global Lokal

Kekuatan : 0.02 0.267

1. Tidak ada biaya transportasi dalam pengadaan molases

0.014 0.051 2. Bahan bakar lebih hemat karena memanfaatkan

uap proses pengolahan tebu

0.025 0.092

3. Kualitas produk bersaing 0.052 0.196

4. Pemanfaatan limbah bioetanol sebagai pupuk perkebunan tebu

0.031 0.118 5. Kerjasama pihak akademisi dalam pengelolaan

limbah biotanol

0.019 0.07

6. Posisi perusahan yang strategis 0.024 0.09

7. Ketersediaan bahan baku 0.102 0.383

Kelemahan : 0.01 0.166

1. Kapasitas mesin kecil 0.019 0.115

2. Biaya produksi tinggi 0.089 0.536

3. Umur tehnis mesin yang tua 0.035 0.211

4. Tenaga kerja (SDM) masih banyak berpendidikan masih rendah

0.023 0.139 Faktor Eksternal PASA

Peluang : 0.02 0.4

1. Peluang pasar bioetanol yang masih besar 0.136 0.34

2. Infrastruktur yang mendukung 0.033 0.083

3. Demografi wilayah memberikan Sumber daya alam yang mendukung pengoperasian pabrik

0.033 0.084

4. Hubungan distributor yang baik 0.064 0.159

5. Teknologi baru pengolahan memanfaatkan limbahnya

0.068 0.171 6. Kebijakan pengembangan energi baru terbarukan 0.065 0.163

Ancaman : 0.03 0.167

1. Persaingan yang ketat tidak hanya dari dalam tapi dari produk luar

0.018 0.198

2. Pajak beacukai yang tinggi 0.033 0.11

3. Lokasi perusahaan yang dekat dengan pemukiman 0.006 0.039

4. Harga tetes yang fluktuatif 0.046 0.281

5. Harga indeks pasar yang rendah 0.051 0.305

6. Perijinan dan birokrasi 0.011 0.067

53 Pada faktor yang menjadi kekuatan perusahaan adalah perusahaan tidak mengeluarkan biaya transportasi dalam pengadaan bahan baku molases, bahan bakar yang digunakan lebih hemat karena memanfaatkan uap proses pengolahan tebu dari pabrik gula, kualitas produk yang masih dapat menyaingi pasar, pemanfaatan limbah bioetanol untuk pemupukan kebun tebu, kerjasama dengan akademisi dalam pengelolaan limbah bioetanol, posisi perusahaan yang strategis karena dekat sumber bahan baku dan dekat dengan jalur pemasaran, dan ketersediaan bahan baku. Pada penilaian lokal faktor kekuatan, sub faktor ketersediaan bahan baku yang cukup untuk perusahaan (0.383) menjadi penilaian yang dianggap para pakar penting untuk dipertimbangankan dan dikembangkan. Dapat diketahui bahwa pabrik gula Djatiroto menghasilkan molases dan mampu menyediakannya bahan baku bioetanol untuk PASA. Lokasi dari PG sebagai pemasok bahan baku tidak jauh dari lokasi pengolahan bioetanol sehingga tidak ada biaya transportasi dalam pengadaan bahan bakunya.

Pada faktor kelemahan, penilaian yang dianggap penting para pakar untuk bisa diminimalkan adalah sub faktor tingginya biaya produksi dari biaya yang dibebankan PASA. Sub faktor tingginya biaya produksi (0.536). Tingginya biaya produksi karena harga molases yang fluktuatif, PASA yang belum mencapai titik efisien dalam produksinya. Sub faktor yang menjadi kelemahan dari PASA adalah umur tehnis mesin yang sudah cukup tua yaitu 32 tahun beroperasi, rendahnya kualitas SDM karena masih banyak yang berlatar pendidikan rendah serta kapasitas produksi PASA yang kecil dibanding kapasitas produksi pesaing.

Faktor eksternal yang menjadi pertimbangan lainnya adalah faktor ancaman. Dimana para pakar menilai bahwa pada faktor ancaman yang paling penting untuk dihindari adalah subfaktor harga indeks pasar yang masih rendah (0.305). Rendahnya harga pasar bioetanol, banyak industri yang memilih untuk mengekspor barang keluar negeri daripada menjualnya di dalam negeri. Harga bioetanol dipasar luar negeri lebih mendukung industri untuk mendapatkan harga yang layak. Selain itu harga molases yang fluktuatif menjadi ancaman untuk PASA dalam memproduksi etanol. Persaingan yang ketat di industri bioetanol menjadi ancaman bagi PASA karena pesaing memiliki kapasitas produksi yang lebih besar. Persaingan ini tidak hanya persaingan di kalangan industri tapi juga masuknya produk yang sama dari luar negeri yang memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan produk dalam negeri sendiri. Faktor ancaman berikutnya bagi PASA yaitu pajak cukai yang dibebankan pada industri tinggi, perijinan dan birokrasi yang terkadang menjadi kendala perusahaan dalam beroperasi misal peraturan tentang baku mutu limbah. Ancaman terakhir PASA adalah dekatnya lokasi pabrik dengan pemukiman, akan tetapi ancaman ini sangat kecil pengaruhnya terhadap PASA. Pada penelitian Andrianyah (2005) menyebutkan bahwa tingkat harga, pesaing dari perusahaan lain, fluktuasi harga, serta intervensi pemerintah menjadi ancaman dalam pengembangan perusahaan.

Analisis Matriks SWOT

Alternatif strategi yang akan direkomendasikan ke perusahaan dirumuskan dari matriks SWOT dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Analisis SWOT merupakan perumusan strategi konvensional yang

54

mendasari bentuk strategi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan perusahaan dan pasar. Dalam perumusan strategi dengan Matriks SWOT (Gambar 14) beberapa alternatif strategi yaitu :

Strategi S–O( Strenght-Opportuniy)

Alternatif strategi SO merupakan strategi yang dirumuskan dengan mempertimbangkan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada seoptimal mungkin. Strategi SO yang dirumuskan yaitu:

1. Meningkatkan kapasitas produksi dan mempertahankan kualitas produk sehingga dapat memperluas pangsa pasar (S3, S7, O1). Ketersediaan bahan baku yang ada dan kualitas yang mampu bersaing perlu dikembangkan dengan memperbesar kapasitas produksi agar dapat memperluas pangsa pasar.

2. Mengembangkan produk dengan menjadikan bioetanol campuran (S7, O1, O4, O6). Memanfaatkan bahan baku yang ada dan adanya peluang dari kebijakan pemerintah akan pengembangan bioetanol sebagai sumber bahan bakar alternatif, hubungan dengan distributor yang baik dan peluang ekspor yang baik untuk bioetanol campuran bahan bakar. Banyak negara diluar yang telah menggunakan bioetanol sebagai campuran bahan bakar untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Strategi S - T (Strenght-Threat)

Strategi ST yang dihasilkan merupakan strategi yang digunakan untuk menghindari ancaman yang datang dari lingkungan eksternal dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki yaitu dengan pemanfaatan limbah untuk diversifikasi produk (S4, S5, T1, T5). Pengalaman pemanfaatan limbah etanol untuk perkebunan tebu didukung dengan rencana kerjasama dengan pihak akademisi dalam pengolalaan limbah diharapkan mampu menciptakan produk baru yaitu pupuk cair. Produk baru akan menambah penerimaan perusahaan dan menutupi tingginya pajak beacukai yang dibebankan di perusahaan, mengatasi harga pasar bioetanol yang masih rendah serta mengatasi permasalahan rumitnya perijinan tentang baku mutu limbah yang dihadapi PASA saat ini.

Strategi W - O (Weakness-Opportunity)

Alternatif strategi WO merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi efek yang muncul dari beberapa kelemahan pada perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Alternatif strategi W-O untuk perusahaan yaitu melakukan perawatan dan perbaikan mesin secara rutin dan berkala agar mutu tetap terjaga dan tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan distributor dan memanfaatkan peluang pasar yang ada yaitu industri turunan alkohol (W1,W3,O1,O4). Dalam pemasaran bioetanol PASA dilakukan dengan kontrak untuk periode tertentu dengan distributor. Hal ini menjadi peluang PASA dalam menjual produk secara kontinu dan memanfaatkan peluang pasar yang masih besar walaupun kapasitas produksi kecil. PASA perlu melakukan perawatan dan perbaikan mesin produksi yang mulai tua secara rutin agar tetap optimal berproduksi.

55

Kekuatan (S)

1. Tidak ada biaya transportasi dalam pengadaan molases 2. Bahan bakar lebih hemat karena

memanfaatkan uap proses pengolahan tebu

3. Kualitas produk bersaing 4. Pemanfaatan limbah bioetanol

sebagai pupuk perkebunan tebu 5. Kerjasama pihak akademisi

dalam pengelolaan limbah biotanol

6. Posisi perusahan yang strategis 7. Ketersediaan bahan baku

Kelemahan (W)

1. Kapasitas mesin kecil 2. Biaya produksi tinggi 3. Umur tehnis mesin yang

tua 4. Tenaga kerja (SDM) masih banyak berpendidikan masih rendah Peluang (O)

1. Peluang pasar bioetanol yang masih besar 2. Infrastruktur yang

mendukung

3. Letak demografi memberikan Sumber daya alam yang mendukung dalam pengoperasian pabrik 4. Hubungan distributor yang baik 5. Teknologi baru pengolahan memanfaatkan limbahnya 6. Kebijakan pengembangan energi baru terbarukan Strategi S-O

1.Meningkatkan kapasitas produksi dan mempertahankan kualitas produk sehingga dapat memperluas pangsa pasar (S3,S7,O1)

2.Mengembangkan produk dengan menjadikan bioetanol campuran bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nasional (S7,O1, O4, O6)

Strategi W-O

1. melakukan perawatan dan perbaikan mesin secara rutin dan berkala agar mutu tetap terjaga dan tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan distributor (W3,O4).

Ancaman (T)

1. Persaingan yang ketat tidak hanya dari dalam tapi dari produk luar 2. Pajak beacukai yang

tinggi

3. Lokasi perusahaan yang dekat dengan pemukiman

4. Harga tetes yang fluktuatif

5. Harga indeks pasar yang rendah

6. Perijinan dan birokrasi

Strategi S-T

1.pemanfaatan limbah untuk diversifikasi produk sehingga mengatasi permasalahan perusahaan tentang limbah, memberikan tambahan penerimaan perusahaan, menutupi tingginya beban pajak dan mengatasi harga pasar bioetanol yang rendah. (S4, S5, T1, T5).

Strategi W-T

1. Berproduksi hanya untuk permintaaan PG Sesodara (W1, W2, T1, T2)

2. Menekan biaya produksi dengan mengurangi biaya- biaya yang tidak penting dan mengefisienkan sarana produksi agar penerimaan meningkat. (W2, W4, T4,T5)

3. Fokus pada segmen kecil yaitu dalam negeri untuk memenuhi permintaan retailer kecil (W1, W2, T5, T6)

56

Strategi W - T (Weakness-Threats)

StrategiWT merupakan alternatif strategi yang sifatnya defensif, dimana strategi mampu meminimalisasi kerugian akibat dari kelemahan yang dimiliki sekaligus bagaimana menghindari ancaman-ancaman yang datang yaitu dengan :

1. Berproduksi hanya untuk permintaaan (W1, W2, T1, T2). Dengan kecilnya kapasitas produksi PASA dan tingginya biaya produksi, alternatif strategi yang dilakukan adalah memenuhi permintaan dari unit usaha PG sesodara maupun permintaan pelanggan tetap dari PASA. Hal ini dilakukan untuk mengatasi tingginya pajak yang dibebankan dan ketatnya persaingan yang tidak hanya datang dari dalam negeri tapi datang produk bioetanol dari luar negeri yang harganya lebih murah. Dengan memproduksi sesuai permintaan akan mengurangi kerugian akibat adanya ancaman.

2. Menekan biaya produksi dengan mengurangi biaya-biaya yang tidak penting dan mengefisienkan sarana produksi agar memperoleh laba yang lebih. (W2, W4, T4, T5). Penekanan biaya dapat dilakukan dengan pengurangan tenaga kerja yang tidak dibutuhkan atau mengurangi biaya-biaya yang dianggap terlalu berlebihan seperti penggunaan ragi yang seharusnya bisa dibibitkan kembali dari creamy yeast (sisa dari fermentasi molases) sehingga tidak perlu membeli ragi setiap kali produksi. Pengurangan biaya produksi dapat pula dilakukan dengan pembelian sarana produksi yang murah namun mempunyai kualitas yang baik. Penggunaan sarana produksi efisien akan menghasilkan output yang maksimum sehingga dapat meningkatkan penerimaan perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi harga tetes yang fluktuatiatif dan cenderung tinggi dan harga indeks pasar bioetanol yang masih kurang memihak industri bioetanol.

3. Fokus pada segmen kecil yaitu dalam negeri (W1, W2, T5, T6). Dengan kapasitas produksi kecil dan harga indeks pasar yang rendah, strategi yang dapat dilakukan adalah PASA tetap pada posisi sekarang yaitu fokus pada segmen kecil yaitu melayani permintaan retailer kecil maupun industri kecil pengguna bioetanol misal pabrik rokok.

Berdasarkan penilaian AHP dalam penentuan prioritas alternatif strategi (Tabel 13), prioritas strategi menurut pakar adalah dengan memanfaatkan limbah untuk diversifikasi produk (0.266). Pada prioritas kedua yaitu menekan biaya produksi dengan mengurangi biaya-biaya yang tidak penting dan mengefisienkan sarana produksi agar memperoleh laba yang lebih (0.217). Prioritas ketiga yaitu mengembangkan produk dengan menjadikan bioetanol campuran (0.141). Alternatif strategi dengan melakukan perawatan dan perbaikan mesin secara rutin dan berkala agar mutu tetap terjaga dan tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan distributor (0.129). Prioritas kelima dari alternatif strategi yaitu meningkatkan kapasitas produksi dan mempertahankan kualitas produk sehingga dapat memperluas pangsa pasar (0.114). Sedangkan alternatif strategi berikutnya adalah berproduksi hanya untuk permintaaan (0.074) dan fokus pada segmen kecil (0.57).

57 Tabel 13 Penilaian dalam penentuan prioritas strategi PASA Djatiroto

Hasil Pembobotan Strategi Incon-

sistency Bobot Prioritas 1. Meningkatkan kapasitas produksi dan

mempertahankan kualitas produk sehingga dapat memperluas pangsa pasar (S3,S7, O1)

0.01

0.114 5

2. Mengembangkan produk dengan menjadikan bioetanol campuran (S7, O1, O4, O6)

0.141

3 3. Melakukan perawatan dan perbaikan mesin

secara rutin dan berkala agar mutu tetap terjaga dan tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan distributor (W3,O4).

0.129

4 4. Fokus pada segmen kecil (W1, W2, T5, T6) 0.057 7 5. Pemanfaatan limbah untuk diversifikasi

produk (S4, S5, T1, T5). 0.266 1

6. Berproduksi hanya untuk permintaaan

(W1, W2, T1, T2) 0.074 6

7. Menekan biaya produksi dengan mengurangi biaya-biaya yang tidak penting dan mengefisienkan sarana produksi agar memperoleh laba yang lebih. (W2, W4, T4,T5)

0.217 2

Hasil prioritas strategi alternatif menyajikan strategi perusahaan yang dianggap pakar paling penting untuk dilakukan yaitu strategi pemanfaatan limbah untuk diversifikasi produk karena dari pemanfaatan limbah ini perusahaan akan memperbaiki kembali sistem pengolahan baru dan menerapkan teknologi pengolahan limbah yang baru. Pada strategi tersebut solusi dari permasalahan internal perusahaan saat ini yaitu tingginya BOD dan COD. Dengan memanfaatkan limbah, perusahaan dapat bisa memperoleh penerimaan selain dari penjualan bioetanol. Sedangkan strategi dengan prioritas kedua, ketiga, keempat dan ke lima, menunjukkan strategi perusahaan secara bertahap. Pada prioritas kedua menyarankan perusahaan untuk bisa berproduksi lebih efisien apabila efisiensi sudah tercapai, perusahaan dapat menerapkan strategi ketiga dengan memproduksi bioetanol dengan fuel grade dengan penambahan instalasi kolom untuk meningkatkan grade. Namun pada strategi ini perlu dipertimbangkan apakah sudah ada kepastian tentang harga dan pasar dalam negeri dengan bioetanol fuel grade. Pada strategi keempat merupakan stretegi untuk menjaga agar produksi tetap kontinu untuk memenuhi permintaan dan mempertahan pelanggan agar tidak pergi akibat produksi yang tidak kontinu dan pada strategi ke lima bila kondisi perusahaan sudah mencapai efisiensi dan permintaan sudah meningkat. Sedangkan pada prioritas strategi ke enam dan ke tujuh merupakan strategi yang tidak ingin dilakukan perusahaan karena perusahaan mempunyai keinginan untuk maju dan berkembang. Pada strategi ke lima dan keenam memungkin dilakukan bila kondisi perusahaan sudah sangat lemah.

58

8

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal perusahaan, didapat faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan. Lingkungan internal perusahaan yang menjadi kekuatan (S) utama perusahaan adalah ketersediaan bahan baku. Faktor yang menjadi prioritas utama dalam kelemahan (W) perusahaan adalah biaya produksi yang tinggi. Lingkungan eksternal yang menjadi prioritas utama dari faktor peluang (O) perusahaan adalah peluang pasar bioetanol yang masih besar. Faktor yang menjadi ancaman (T) utama bagi perusahaan adalah harga indeks pasar bioetanol yang masih rendah.

Berdasarkan analisis SWOT dihasilkan 7 alternatif strategi untuk pengembangan usaha PASA. Berdasarkan penilaian/pembobotan AHP dihasilkan prioritas utama strategi yaitu strategi pemanfaatan limbah untuk diversifikasi produk. Prioritas kedua yaitu strategi menekan biaya produksi dengan mengurangi biaya-biaya yang tidak penting dan mengefisienkan sarana produksi agar memperoleh laba yang lebih. Prioritas ketiga adalah strategi mengembangkan produk dengan menjadikan bioetanol campuran pada. Strategi melakukan perawatan dan perbaikan mesin secara rutin dan berkala agar mutu tetap terjaga dan tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan distributor di prioritas keempat. Prioritas kelima, strategi meningkatkan kapasitas produksi dan mempertahankan kualitas produk sehingga dapat memperluas pangsa pasar. Prioritas keenam yaitu strategi dengan berproduksi hanya untuk permintaan dan prioritas terakhir adalah strategi yang fokus pada segmen kecil di dalam negeri.

Saran

1. Berdasarkan prioritas utama dari alternatif strategi terpilih maka saran yang dapat dilakukan bagi perusahaan dalam pengembangan agroindustri bioetanol PASA yaitu : a) memperbaiki sistem teknologi produksi agar produksi lebih optimal dan efisien, b) Selain itu mengevaluasi kembali sistem pengelolaan limbahnya sehingga limbah yang dihasilkan dapat dimanfaatkan lebih lanjut dan PASA memperoleh pendapatan dari pemanfaatan limbah dengan diversivikasi produk selain produk alkohol.

2. Dalam pengembangan agroindustri bioetanol di Indonesia tidak lepas dari dukungan pemerintah. Pemerintah disarankan agar mengevaluasi kembali kebijakan harga pasar bioetanol dalam negeri untuk dapat memacu pertumbuhan industri etanol serta adanya perlindungan produsen etanol dalam negeri dalam persaingan dengan produk bioetanol impor serta adanya kepastian pasar dalam penjualan produk bioetanol fuel grade. Diharapkan adanya penelitian lanjutan mengenai prospek bioetanol baik food grade maupun fuel grade dengan melihat aspek finansial maupun non finansial berdasarkan jenis bahan baku dan ketersediaan bahan baku serta melihat aspek permintaan dan aspek penawaran bioetanol baik food grade maupun fuel grade.

59

Dokumen terkait