• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pihak-pihak yang Kepentingannya

berikan pedoman siapa-siapa yang berhak untuk mendapatkan tanah obyek landreform. Terlebih dahulu diberikan prioritas kepada:

a. Petani yang mempunyai ikatan keluarga sejauh tidak lebih dari derajat kedua dengan bekas pemiliknya, dengan ketentuan sebanyak-banyaknya 5 orang.

b. Petani yang terdaftar sebagai veteran.

c. Petani janda pejuang kemerdekaan yang gugur. d. Petani yang menjadi korban kekacauan.

Kemudian lagi dapat dibagikan kepada para petani menurut prioritas sebagai berikut:

a. Penggarap yang mengerjakan tanah yang bersangkutan; b. Buruh tani pada bekas pemilik, yang mengerjakan tanah yang

bersangkutan;

c. Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan; d. Penggarap yang belum sampai 3 tahun mengerjakan tanah

yang bersangkutan;

e. penggarap yang mengerjakan tanah pemilik;

f. penggarap tanah-tanah yang oleh pemerintah diberi peruntuk- kan lain berdasarkan pasal 4 ayat 2 dan 3;

g. penggarap yang tanah garapannya kurang dari 0,5 Ha; h. pemilik yang luas tanahnya kurang dari 0,5 Ha; i. petani atau buruh tani;

Syarat-syarat umum bagi mereka yang berhak menerima tanah obyek landreform tersebut adalah:

a. Warga negara Indonesia dan bertempat tinggal di Kecamatan tempat letak tanah yang bersangkutan dan kuat kerja dalam pertanian.

b. Sebagai syarat khusus., bahwa terhadap prioritas a, b, e, f, dart g telah mengerjakan tanah yang bersangkutan sekurang-kurang- nya 2 tahun berturut-turut bagi petani golongan d, telah mengerjakan tanah tersebut dalam 2 musim dan bagi pekerja tetap yang tergolong pada prioritas c, telah bekerja pada bekas pemilik selama 3 tahun berturut-turut.

Ketentuan khusus yang tersebut pada pasal 10 menyebutkan bahwa di daerah yang padat 'maka kepada para penggarap tanah jika sudah rnempunyai tanah 1 Ha tidak mendapatkan lagi pembagian; penggarap yang tidak mempunyai tanah akan mendapat 1 Ha; sedangkan petani dari golongan c, g, h dan i pasal 8 ayat 1, mendapatkan pembagian 0,5 Ha. Untuk di daerah tidak padat maka tergantung dari pertimbangan Panitia Landreform tingkat Kabupaten.

Pegawai negeri yang bertempat. tinggal sementara di luar daerah kecamatannya dapat memperoleh hibah namun hanya maksimum 2/5 dari yang diperkenankan pemilikan tanah pertanian, dengan catatan bahwa tanah yang sudah dimilikinya sendiri dan yang akan diperoleh tidak dilanggar ketentuan batas maksimum pemilikan tanah sebagaimana ditentukan oleh Prp 56/60. Dalam penjelasan surat edaran Menteri Agraria Nomor Ka 5/3/36 tanggal 19 Februari 1962 dinyatakan bahwa pasal 3 alinea terakhir Peraturan Pemerintah Nomor 224/1961: "Di dalam perkecualian yang dimaksudkan dalam pasal 3 ayat 4 termasuk pula pemilikan oleh isteri dan/atau anak-anak yang masih menjadi tanggungannya".

Pihak-pihak yang kepentingannya terpengaruh kebijakan pertanahan, dalam hal ini kebijakan landreform melalui redistribusi tanah terdiri dari :

1. Petani penggarap penerima tanah redistribusi 2. pemilik tanah asal

3. kelompok kepentingan 4. pemerintah

Untuk mengetahui tanggapan responden tentang pihak- pihak yang kepentingannya terpengaruh implementasi kebijakan pertanahan dapat dilihat pada tabel 4.19 berikut ini:

Tabel 4.20

Tanggapan Responden Terhadap Pihak-pihak yang Kepentingannya Terpengaruh Kebijakan

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai persentase rata-rata tanggapan responden untuk dimensi pihak-pihak yang kepenting- annya terpengaruh kebijakan pada konten kebijakan pertanahan di Kabupaten Subang dan Kabupaten Garut sebesar 72,31 %. Jika nilai ini dirujuk pada tabel kritik berada pada interval cukup. Artinya bahwa pihak-pihak yang kepentingannya terpengaruh kebijakan pertanahan secara umum memandang implementasi kebijakan pertanahan cukup baik akan tetapi masih belum

SKOR TOTAL SKOR 5 4 3 2 1 F % F % F % F % F % F % Pemilik tanah Petani penggarap Kelompok kepentingan Pihak lain 0 24 0 5 0,00 30,77 0,00 6,41 77 44 40 35 98,72 56,41 51,28 44,87 1 10 21 24 1,28 12,82 26,92 30,77 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 17 14 0,00 0,00 21,79 17,95 78 78 78 78 100 100 100 100 145 784 168 0 31 1128 Maksimum Total Skor

% Total Skor 1560 72,31 Frekuensi X Skor PIHAK-PIHAK YANG KEPENTINGANNYA TERPENGARUH KEBIJAKAN

maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan konten kebijakan yang dapat memenuhi akomodasi kepentingan pemilik tanah, akomodasi kepentingan petani penggarap dan akomodasi kepentingan interest groups. Selain hal tersebut konten kebijakan juga tidak mendapat usaha penentangan dari pihak-pihak yang terkena kebijakan secara berarti.

Petani merupakan pihak yang paling terpengaruh oleh kebijakan pertanahan, karena para petanilah yang menjadi objek utama sekaligus subjek yang berperan menjadikan kebijakan redistribusi ini berhasil atau tidak. Semakin banyak petani yang memiliki dan menguasai tanah dan atau semakin sejahtera petani setelah kebijakan diimplementasikan, maka semakin efektif kebijakan ini mencapai tujuannya. Peraturan menetapkan bagi para petani yang mendapatkan pembagian tanah diharuskan mem- bayar uang sewa selama 1-2 tahun yang kelak dapat diper- hitungkan pada pembayaran ganti rugi kepada pemerintah. Disamping itu mereka harus membayar ganti rugi atas pembagian tanah tersebut yang harus disetor ke kas yayasan dana landreform c.q. Bank Koperasi dan Tani Nasional (BKTN).

Pemilik tanah asal merupakan pihak kedua yang terkena dampak kebijakan redistribusi tanah, terutama para pemilik tanah kelebihan maksimum dimana tanahnya harus diserahkan kembali kepada negara dengan memperoleh ganti rugi. Para pemilik tanah yang tanahnya diambil akan menerima 'surat hutang landreform' yang diterbitkan oleh pemerintah. Ganti rugi akan dibayar kembali dalam tenggang 12 tahun dengan bunga 5% setahun, dan pemerintah akan membayar setiap tahunnya 1/12 dari hutang tersebut, yang terdiri dari barang-barang modal pemerintah dan/atau uang tunai. Surat hutang landreform tersebut tidak dapat dijadikan jaminan untuk mendapatkan kredit dari bank pemerintah/lembaga keuangan kecuali mendapatkan izin dari Menteri Agraria.

Pihak lain yang terkena dampak dari kebijakan landeform adalah berbagai interest groups, terdiri dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan implementasi kebijakan per- tanahan seperti organisasi petani dimana objek atau kebijakan pertanahan diimplementasikan dan lembaga swadaya masyarakat yang biasanya merupakan kelompok penekan terhadap berbagai kebijakan yang dibuat pemerintah.

Implementasi kebijakan pertanahan harus mengakomodasi- kan berbagai kepentingan di atas dan seminimal mungkin menghindari konflik atau adanya pertentangan dari satu terhadap lainnya. Dari hasil wawancara dengan petani di desa Padaawas Kabupaten Garut, mereka beranggapan bahwa. karena mayoritas penduduk, khususnya Rt 04 RW 01, adalah para buruh tani dan tidak memiliki lahan garap dan hanya memiliki tanah yang ditempatinya (lahan untuk rumah sendiri) maka konflik antar petani di daerah tersebut tidak penah terjadi sebab penduduk sudah memiliki blangko atau akta jual beli tanah atas lahan masing masing. Sebab lain dikarenakan masyarakatnya yang tidak terlalu mempermasalahkan.

Adapun konflik yang pernah terjadi adalah konflik antara petani dengan Perhutani. Dimana perhutani melarang masyarakat untuk membuka lahan pertanian di tempat tersebut karena tanahnya di bawah penguasaan Perhutani. Untuk penyelesaian konflik tersebut pihak Perhutani menetapkan kebijakan bahwa para petani penggarap boleh menggarap lahan tersebut asalkan petani tersebut juga menanam kopi.

Tidak ada konflik berarti dalam proses pemutihan/pembuat- an sertifikasi. Karena sekarang kebijakan landreform khususnya pembagian tanah oleh pemerintah sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya pemutihan atau sertifikasi massal. Sedangkan sertifikasi massal di daerah ini jarang diadakan sehingga tidak menimbulkan konflik.

Tidak ada warga yang menentang karena telah mendapat kesempatan yang sama dalam memperoleh sertifikat. Bagi warga yang belum mendapat sertifikat lebih disebabkan mereka tidak mampu menyediakan biaya pensertifikatan sebesar Rp. 250000 - Rp. 300.000,00.

Dokumen terkait