• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada juga yang dulunya pengendara vespa akhirnya berpindah ke lain hati, beralih menjadi pengendara sepeda motor. Seorang mahasiswi asal Lampung yang mengambil jurusan B.A Islamic Studies memilih menggunakan sepeda motor dengan bentuk yang mirip dengan Royal Enfield.

Lagi-lagi perhitungan ekonomis yang menjadi alasan utamanya, karena pemakaian bensinnya lebih hemat dari vespa, perawatannya juga tidak semanja vespa. Dia berkata, “Cocok juga untuk dibawa pergi jauh,” dan imbuhnya, “Terlihat lebih cool ketika mengendarai.”

Dia membeli sepeda motor second itu dengan harga berkisar 3 juta rupiah dalam kondisi bagus. Tetapi, harganya terbilang jauh lebih tinggi dari vespa yang berkisar Rp 800.000 saja (tapi belum biaya modifikasi). Menurutnya, memang mahal di awal tapi untuk ke depannya lebih hemat dari segi pemakaian bensin dan biaya perawatannya.

Gadis ini juga memberikan beberapa tips untuk tetap menjaga sepeda motor tetap bugar

kondisinya. Caranya dengan rutin mengganti oli dua bulan sekali, sering dicuci bore mesinnya agar tidak kotor dan berkerak, karena itu yang membuat sepeda motor cepat rusak. Meskipun cewek, pengetahuannya tentang mesin hebat juga ya!

Selain itu, ada teman asli India bernama Rida Ali, mahasiswi B.A Communicative English yang sekelas dengan Farrasa, yang mengendarai sepeda motor matic untuk pergi ke kampus. Karena tidak tinggal di asrama kampus, maka dia mengendarai kendaraan bermotor adalah pilihan terbaiknya untuk kemudahan

transportasi. Farrasa sempat tanya alasan kenapa dia memilih sepeda motor matic.

Rida Ali memberikan alasan, “Karena motor matic atau scooty itu lebih terpercaya kualitasnya. Walaupun harganya mahal tetapi kualitasnya terjamin dan hemat.” Karena motor

matic miliknya hanya menghabiskan sekitar Rp

50.000 untuk pemakaian dua minggu. Benar-benar irit!

Oh, ternyata ada pertimbangan lain yang membuat orang berpikir-pikir lama untuk memiliki kendaraan bermotor. Meskipun harganya amat murah, tetapi kalau mental belum siap dengan brutalnya kondisi jalanan India, maka keadaan ini belum menjadi pilihan bagi sebagian teman untuk mengendarai vespa dan sejenisnya.

Jika dilihat di jalanan umum hampir tidak ada pengendara yang menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Padahal pihak kepolisian India dan pihak-pihak terkait tiada henti menyerukan agar pengendara menggunakan helm. Tetapi, seruan saja tak kunjung mendatangkan kesadaran mereka.

Nah, datanglah ide cemerlang supaya pengendara bermotor terpaksa mengenakan helm. Peraturannya cukup unik, siapapun yang

tidak memakai helm maka tidak diperbolehkan mengisi bensin. Sekilas aturan ini menyeramkan, razia polisi India dapat diakali, tetapi kalau bensin habis tak mungkin diakali pakai Chai dong.

Dan bukan hanya garang di atas kertas, peraturan ini lebih galak dalam praktiknya. Banyak pengendara bermotor yang tak berhelm ditolak saat mengisi bensin. Kejadian macam ini bikin pusing kepala, kemana hendak membeli helm? Kalau pun punya waktu membelinya, tentu butuh bensin pergi ke tokonya.

Orang India memang cerdik dalam mengakali peraturan, (lebih cerdik mana sama orang Indonesia he he he). Kemudian terlihat kejadian lucu, ketika seorang pengendara yang mengenakan helm berhasil mengisi bensin, maka pengendara lain yang tidak berhelm meminjamnya dari pengendara itu.

Begitulah kejadiannya berulang kali, yang membuat aturan berhelm tak kunjung efektif berlaku. Apalagi ada yang hanya memakai helm ketika mengisi bensin saja. Sayangnya, para mahasiswa asing yang sebetulnya telah berbudaya helm dengan baik di negaranya, malah banyak terbuai gaya tanpa helm di India. Ini kan berbahaya!

Oke, kita balik lagi membahas vespa ya! Selain itu, vespa masih menjadi primadona disebabkan faktor kemudahan lainnya. Misalnya, terkait pembayaran pajak yang dikenakan pada pemilik sepeda motor. Dimana mereka melakukan pembayaran pajak setahun sekali. Tetapi beruntungnya, untuk pemilik vespa di sini mereka malah tidak membayar pajak. Bahkan mereka bebas tilang.

Secara umum, meskipun vespa atau sepeda motor di India amatlah murah dibanding Tanah Air, tetap saja bagi kami, atau kalangan mahasiswa Aligarh masih dipandang gaya hidup mewah. Kalau pun mahasiswa mampu menalangi dari aspek ekonomi, kebanyakan masih tidak tega melangkahi gaya sederhana dari para profesor.

Bukannya tidak ada uang, toh para dosen Aligarh Muslim University (AMU) digaji amat tinggi, tetapi para pengajar di Aligarh bangga mengayuh sepeda dan menghindari kendaraan bermotor. Dan hingga detik ini, sepeda kayuh masih menjadi idola di Aligarh Muslim

University.

Meskipun demikian, kami tetap menghormati para pengendara vespa dan yang sejenisnya. Terlebih mereka memilih kendaraan

bermotor demi penghematan dan juga efisiensi. Namun para pemilik vespa atau kendaraan bermotor lainnya juga menanggung risiko besar. Mereka harus ikhlas tiap sebentar dipinjami oleh teman-teman he he he.

Kalau begini kita jadi serba tidak enak; tidak dipinjamkan tidak enak hati karena teman membutuhkannya, apalagi untuk transportasi lumayan jauh, bila dipinjamkan hati pemilik tidak enak sebab dia pun membutuhkannya.

Apalagi ketika ada yang meminjam sering tak kira-kira, misalnya memakai bisa seharian penuh. Dan tak jarang pula yang lupa atau sengaja melupakan urusan mengisi ulang bensin. Padahal pemilik kendaraan juga mesti menanggung biaya service rutin atau penggantian oli. Dan dapat dikatakan pemilik kendaraan termasuk insan yang punya kualitas sabar yang teruji.

Dan kami berlima belum punya niat (tepatnya tidak punya daya) berpindah ke lain hati, dan tetap setia mengayuh sepeda cantik bersama puluhan ribu mahasiswa Aligarh Muslim University. Lagi pula kawasan kendaraan bermotor amat dibatasi di lingkungan kampus, sedangkan sepeda kayuh mendapatkan kebebasan yang luar biasa.

Episode 18