• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sama seperti negera-negara yang baru saja merdeka, India juga mengalami masalah berat berupa kemiskinan. Namun, dalam masalah ini pula terlihat kecemerlangan pikiran serta tajamnya visi bapak bangsa India. Rakyatnya memang miskin tetapi kualitas hidup mereka tetap harus bagus.

Pemerintah menyediakan pendidikan yang supermurah dan nyaris gratis serta beasiswa melimpah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kemiskinan tidak akan menghalangi putra-putri India meraih gelar doktor sekalipun.

Bapak bangsa India juga memberikan subsidi luar biasa di bidang pangan. Rakyat miskin bukan hanya tetap harus makan tetapi juga mendapatkan kualitas gizi yang baik. Hal ini juga terlihat dalam urusan chai, yang bukan sekadar minuman khas tradisional, melainkan tergambar visi politik yang patut diancungi jempol.

Di Indonesia terkenal istilah 4 sehat 5 sempurna, dan yang ke lima (atau sempurna itu) adalah minum susu. Sayangnya, aspek ke lima ini amat sulit dicapai masyarakat Indonesia, hanya kalangan mampu yang minum susu. Rakyat yang tidak mampu, minum susu sesekali saja.

Aspek lain yang perlu diperhatikan, kalau pun minum susu kita biasanya memakai susu yang telah dalam kemasan, kotak atau kaleng, bukan lagi berupa susu murni. Lantas, bagaimana dengan India?

Kalau berpegang kepada semboyan 4 sehat 5 sempurna, maka penduduk India telah

mencapai aspek sempurna itu setiap hari. Karena dalam keseharian mereka melekat tradisi minum Chai, tidak peduli orang miskin ataupun pengemis hingga gelandangan sekalipun.

Pagi-pagi hari orang-orang India keluar rumah, ibu-ibu membeli susu sapi segar untuk menyeduh Chai bagi keluarga tercinta. Dan lebih banyak lagi yang menuju stall atau warung

Chai yang banyak tersedia. Pantas saja

anak-anak India kuat-kuat, lha minum susu murni tiap hari.

Ada anekdot juga lho! Saking miskinnya gelandangan India ada yang tak sanggup beli celana buat anaknya, tetapi mereka tetap minum susu murni berkali-kali tiap hari. Dan kalau pun kita belikan celana buat anaknya, para gelandangan itu akan menjual celana tersebut untuk membeli Chai. Ah, ada-ada saja!

Chai adalah minuman khas India yang

bahan-bahannya perpaduan antara teh, susu dan gula serta rempah-rempah. Ada juga yang menambahkan jahe di dalam minuman Chai, biasanya ketika musim dingin agar lebih nikmat dan hangat.

Memang bukan teh biasa, sebab Chai ini sejenis teh hitam ukurannya bulat-bulat mungil, dan biasanya sudah dimasukkan

rempah-rempah, seperti cinnamon, kayu manis dan lain-lain. Ketika disajikan, atau pun direguk cita rasanya berbeda dengan teh biasanya.

Anda boleh miskin di India, tetapi pasokan gizi tetap terjaga dengan baik. Mereka menggunakan susu murni berkualitas bagus, maklum sapi-sapi di India luar biasa banyaknya. Pasokan susu murni yang bagus untuk kesehatan tubuh dan kekuatan tulang hingga kecerdasan otak tersedia melimpah.

India tidak punya tradisi minum teh

doang, mestilah Chai yang komplit dengan susu

murni dan rempah-rempah. Dan tradisi minum

Chai ini tidak akan berlangsung mulus kalau

harga susu mahal. Pangan murah terjadi berkat subsidi luar biasa dari pemerintah.

Tidak mengherankan, apabila pengemis, orang miskin, gelandangan rajin minum Chai. Lha, harga per cup hanya berkisar mulai dari 5 Rupee atau Rp 1.000 saja.

Para alumni India yang telah pulang ke Indonesia sering minta oleh-oleh Chai. Kami mengirimkan teh India yang biasa dipakai meracik Chai. Meskipun dimasak pakai susu, cita rasanya menjadi tidak sama. Kok begitu ya?

Ternyata susu murni di India itu berasal dari sapi-sapi yang bahagia. Kan sapi India tidak

diikat, dan tidak dikandangkan. Hidup mereka bebas merdeka. Kabar-kabarnya, itu yang membuat susu sapi India menjadi berkualitas bagus.

Kami pernah berpikir musim panas stall (warung) Chai akan sepi, akan tetapi tidak demikian adanya. Mereka tetap berdatangan sama seperti hari-hari biasanya. Chai bagi orang India memang sudah menjadi bagian dari kehidupan.

Dalam situasi apapun, dalam suhu berapapun, bahkan malam hari stall Chai ini tetap ramai dikunjungi. Padahal ketika malam saja pas musim panas suhu bisa 30-37 derajat. Di malam tidak ada angin sama sekali, mereka tetap mengkonsumsi Chai sebagai pelengkap obrolan di stall-stall tersebut.

Ketika musim panas saja orang India tetap meminum Chai. Bayangkan saja, ketika sedang panas-panasnya, bahkan pada suhu 50 derajat sekalipun mereka tetap saja minum Chai berkali-kali dalam sehari. Begitulah kejadiannya ketika Chai telah menjadi bagian dari tradisi.

Stall Chai sendiri memang amat mudah

ditemukan di seluruh penjuru India. Minuman ini juga menyebar hingga ke negara-negara tetangganya. Chai juga menjadi inspirasi bagi kuliner negara lain, misalnya teh tarik dari Malaysia yang meniru Chai. Karena orang-orang India banyak bermukim di negeri jiran tersebut. Kalau kita lagi malas untuk pergi nongkrong ke warung Chai, biasanya membuat Chai sendiri di rumah menjadi opsi. Lagi pula tata cara membuat Chai sudah pasti mudah banget. Dengan membuat sendiri juga lebih hemat, tetapi beli di stall juga tidak mahal dan dapat sensasi nongkrong bareng pribumi India.

Biasanya juga kami yang di Aligarh punya langganan sendiri stall Chai yang memang sangat enak cita rasanya dan enak pula cara melayaninya. Tidak semua stall mampu membuat Chai seenak stall yang ini. Mungkin bisa dibilang prosedur setiap stall beda-beda dengan satu sama lain. Meski pun bisa membuat

Chai sendiri yang enak, tetapi kami tetap saja

tergoda mencicipi Chai di stall ini.

Sebenarnya yang membuat kami hampir setiap hari meminum Chai, karena memang di sini tidak ada pilihan lain untuk sekedar buat nongkrong. Dan di sini orang nongkrong

bukannya merokok atau minuman keras, tetapi minum Chai yang harganya terbilang cukup murah per gelas.

Biasanya juga stall-stall ini tidak sekadar menjual Chai, biasanya juga dilengkapi dengan berbagai jenis roti kering. Cemilan ini menyantapnya dengan dicelupkan ke Chai. Nikmatnya, luar negeri! Ha ha ha…

Ada juga warung Chai yang menjual makanan khas India lainnya, seperti Paratha,

Mujia, Saada dan omelet. Karena banyak di

antara pengunjung bukan hanya sekadar minum

Chai, tetapi sekaligus makan demi mengenyangkan perut.

Dan memang mahasiswa asing di sini tidak butuh waktu lama mengkondisikan lidah mereka dengan kekhasan Chai lndia. Cita rasa pastinya berbeda dengan teh Indonesia, tapi tidak terlalu sulit bagi lidah kami beradaptasi dengan Chai. Kalau sudah enak, kecocokan itu lekas terbentuk.

Chai sendiri bisa diminum dingin,

tentunya dengan pakai es. Akan tetapi prosesnya sama, sebelumnya tetap harus dimasak terlebih dahulu sampai mendidih. Kemudian baru didinginkan atau bisa

dimasukkan ke dalam kulkas, atau bisa juga ditambahkan es.

Akan tetapi di sini Chai dingin belum populer orang menjualnya. Chai dingin hanya variasi lain dari bentuk penyajian sebenarnya yang panas. Ketika musim panas pun orang meminta Chai yang panas.

Namun bagi kita yang belum terbiasa, begitu memesan Chai, baiknya didinginkan terlebih dahulu. Maksudnya, bukan diberi es, tetapi begitu dihidangkan jangan langsung direguk, biarkan dulu beberapa saat. Mengapa? Ada seorang petualang asal Indonesia jalan-jalan di India. Karena amat kehausan, dia langsung mereguk gelas Chai yang terhidang. Dia tidak menyadari kalau Chai itu baru saja mendidih. Akibat langsung diteguk, lidahnya bagaikan terbakar.

Dalam beberapa hari berikutnya, lidahnya bagaikan mati rasa. Anehnya, bagi orang India mereguk Chai panas itu biasa-biasa saja. Ajaib! Uang Rp 1.000 di Indonesia seperti tiada berharga saja. Paling buat beli permen! Di sini dapat menjadikan hidup orang sempurna dengan minum Chai.

Harga Chai yang demikian murah, akan lebih murah jika kita membeli susu segar, teh dan bahan-bahan Chai sendiri. Karena dapat diracik buat diminum sekeluarga selama berhari-hari.

Dan bumbu politik juga berperan dalam minuman Chai yang melegenda. Inilah yang disebut dengan political will, ada keinginan kuat bagi pemerintah dalam memberikan yang terbaik untuk rakyatnya.

India memang bukan negara yang sempurna, tetapi mana ada yang sempurna di dunia ini. Dan setiap negara punya kelebihan masing-masing, baik itu India, Indonesia atau negara manapun jua. Ah, seandainya! (silahkan berandai-andai he he he).

Episode 21

Duta Kuliner