• Tidak ada hasil yang ditemukan

PKS (SURYADI JAYA PURNAMA, S.T.): Terima kasih Pak Ketua

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 82-112)

(RAPAT DISKORS PUKUL 13.05 WIB) Rapat, saya skors

F- PKS (SURYADI JAYA PURNAMA, S.T.): Terima kasih Pak Ketua

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Yang kita hormati Komisi V, Rekan-rekan Anggota, Bapak Menteri, 3Tiga Menteri, Pak Wakil Menteri beserta seluruh jajaran.

Karena waktu yang agak terbatas, saya langsung saja. Sebagaimana kita ketahui bahwa APBN ini merupakan perkawinan antara pokok-pokok pikiran Pemerintah dan DPR dan tadi Pak Menteri sudah menyampaikan pokok-pokok pikiran dan tadi juga rekan-rekan di Komisi V menyampaikan pokok-pokok pikirannya.

Kami sebagai salah satu Anggota Komisi V juga menyampaikan pokok-pokok pikiran yang terangkum dalam usulan yang nanti akan saya serahkan kepada ketiga Bapak Menteri. Kita berharap khususnya saya secara pribadi dan juga sebagai Anggota DPR tidak bertepuk sebelah tangan.

Artinya, kita sudah mengistimewakan mitra kerja kita ini menjadi mitra baik dan demikian juga sebaliknya para menteri yang ada di mitra kerja Komisi V ini mengistimewakan ya menjadi mitra yang baik Komisi V.

Setelah mendengar paparan tadi dari ketiga kementerian walaupun sebetulnya masih agak terasa bertepuk sebelah tangan, beberapa program

yang belum dimunculkan mudah-mudahan ini tidak semuanya begitu. Satu contoh, Kementerian Perhubungan tadi hampir semua provinsi dipresentasikan, Nusa Tenggara Barat tidak dimasukkan tadi. Nah saya berharap setidaknya tapi karena ini baru pokok-pokok pikiran Pemerintah, nanti setelah digabung dengan pokok-pokok pikiran dari kami, Insya Allah akan lebih sempurna begitu.

Saya kira demikian dan termasuk juga di Kementerian PUPR ada program yang judulnya Rehabilitasi Gempa Lombok. Tapi setelah kita lihat isinya disitu ada di Palu, ada di Pantai Selatan begituktapi belum dirinci di Lomboknya. Mudah-mudahan ini karena baru, contoh saja yang dua itu, mudah-mudahan yang Lombok juga masuk karena banyak sekali, NTB merupakan salah satu provinsi yang terdiri dari 400 pulau lebih sehingga membutuhkan infrastruktur baik itu infrastruktur sipil secara keseluruhan maupun di perhubungan dan juga desa. Kita termasuk provinsi yang masih di papan di bawah, salah satunya karena infrastruktur.

Oleh karena itu, memang harus ada program-program afirmatif terhadap provinsi-provinsi yang mungkin masih berada di papan bawah. Saya tidak perlu merinci Pak Menteri, semuanya terangkum dalam usulan kami ya mulai dari Kawasan Samota itu Teluk Saleh, Pulau Moyo, Gunung Tambora, ada Pelabuhan Kilo Pak Menteri Perhubungan.

Kemudian juga pengelolaan air bersih di Lombok Bagian Selatan, Lombok Timur, Lombok Tengah, ada juga jalan dari port to port ya di Pelabuhan Lembar menuju Pelabuhan Kayangan dan seterusnya. Oleh karena itu, saya tidak perlu memperpanjang. Ini adalah usulan, usulan itu adalah doa dan doa itu ada waktu-waktu istijabahnya. Nah saya kira saat inilah waktu yang tepat untuk terkabulnya doa apalagi kepada orang yang tepat ketiga menteri kita ini.

Izin Pak Ketua saya menyampaikan doa masyarakat Nusa Tenggara Barat kepada Pak Menteri.

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT (LASARUS, S.Sos., M.Si.): Ya silakan-silakan.

F-PDIP (JIMMY DEMIANUS IJIE):

Bapak Menteri PUPR, Menteri Perhubungan, dan Menteri Desa yang saya hormati.

Selamat berjumpa kembali setelah berbulan-bulan kami mengungsi di Papua. Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal. Yang pertama, bahwa kita Papua ini Bulan Agustus, Bulan September itu bulan yang panas. Suhu politik di Papua kan meningkat di 2 bulan ini. Oleh karena itu, yang memang begitu, Papua memang begitu.

Jadi 2 itu selalu panas. Jadi saya melihat akhir-akhir ini orang-orang Papua banyak pesimis apakah bangsa ini akan melindungi mereka atau membiarkan mereka begitu saja. Oleh karena itu, saya sering di dalam kegiatan sosialisasi 4 pilar maupun kunjungan dapil atau reses kami banyak memberikan optimisme kepada mereka bahwa matahari masih terbit dari timur menyinari Indonesia ini masih ada harapan untuk orang Papua. Jadi jangan pesimis.

Bapak Menteri PUPR.

Beberapa waktu yang lalu saya memimpin rombongan delegasi Komisi V berkunjung ke Kabupaten Tambrauw Kabupaten ini memiliki sejarah panjang presepemberontakan di Papua. Disinilah tempat lahirnya Gerakan Papua Merdeka. Oleh karena itu, saya berharap kita memberikan perhatian pada kabupaten ini agar bisa memberikan harapan kepada kabupaten-kabupaten lain bahwa bangsa ini masih tersedia harapan untuk orang Papua di masa mendatang.

Kabupaten ini adalah kabupaten yang terluas kedua di Provinsi Papua Barat setelah Kabupaten Sorong. Saya melihat infrastruktur kabupaten ini jauh dari layak. Jalan-jalannya hancur, padahal ada ruas jalannya statusnya ruas nasional.

Mohon diperhatikan itu Pak Menteri. Mereka hanya minta karena mereka itu terlupakan oleh Balai Bina Marga ini. Satker itu kedudukannya di Kota Sorong. Dia mau mengurusi wilayah kabupaten Sorong dan Tambrauw yang luas itu, apa tidak mungkin mereka diberikan 1 satker biar jalan-jalan mereka ini diperhatikan? Mungkin itu saja yang diminta oleh masyarakat dan Bupatinya.

Lalu yang kedua itu menyangkut Kota Sorong Bapak Menteri. Beberapa waktu yang lalu kita lihat ada banjir yang merenggut 7 nyawa bukan 700 seorang. Itu berita media saja itu, cuman 7 orang karena kebetulan saya berada di lokasi 7 orang yang meninggal meskipun cuman 7 tapi itu manusia Pak, bukan anjing yang mati. Setelah saya telusuri, alasan Pemerintah Kota

bahwa ruas jalan disitu kebanyakan itu adalah ruas nasional tetapi drainasenya, salurannya itu tidak dibenahi.

Itu juga salah satu penyumbang tersumbatnya air yang mengalir ke tempat atau mengalir ke muara. Saya berharap Balai Sumber Daya Air untuk mengambil peran ini karena Kota Sorong ini adalah Pintu Masuknya ke Papua. Banyak orang melihat perkembangan itu dari Kota Sorong.

Mereka belum tentu sampai ke Nduga sampai ke Merauke yang jauh-jauh atau Agas tapi mereka melihat Kota Sorong. Kami berharap Kota Sorong ini mendapatkan perhatian dan tadi secara kebetulan saya di Kamar Kecil bertemu Bapak Menteri untuk minta waktu agar wali kotanya dan jajarannya bisa bertemu dan menyampaikan apa yang kita hendak kita perbaiki.

Kemudian Bapak Menteri tadi saya dengar teman-teman ini banyak bicara program-program padat karya yang ada di Kementerian PUPR, cuman saja sebagai pendatang baru saya baru menikmati yang namanya BSPS. Selain dari itu, saya tidak tahu. Itu pun Pak Menteri banyak masyarakat berterima kasih sekali dengan BSPS. Saya pikir program-program seperti ini menunjuk bahwa wajah negara ada di tengah-tengah mereka.

Bapak Menteri Perhubungan.

Saya ingin mengusulkan untuk Bandara Deo Kota Sorong itu bisa diperpanjang Pak, perpanjangnya ke laut karena Kota Sorong ini mulai ramai berdatangan wisatawan asing. Oleh karena itu, kami berharap ini diperpanjang.

Lalu kemarin saya masih ingat beberapa waktu yang lalu saya mengusulkan agar satu pelabuhan ekspor dibangun di Papua Barat yaitu di Kabupaten Sorong. Saya pikir kalau akhir-akhir ini perdebatan tentang adanya smelter untuk Freeport yang diperdebatkan dibangun di Pulau Jawa atau di Papua.

Saya pikir Kabupaten Sorong memiliki lahan yang cukup dan mampu untuk pengembangan kalau saja ada pelabuhan ekspornya disitu karena itu juga menampung produk kami seperti kayu, rotan, ikan yang selama ini didagangkan ke luar negeri melalui pelabuhan-pelabuhan seperti Makassar dan Surabaya.

Itupun sudah pakai merk kayu-kayu Surabaya. Masa ada Kayu Merbau di Jawa Timur? Produk ikan kami Ikan Tuna itu terkenal di beberapa pasar di Amerika, tapi begitu itu dikirim ke luar itu melalui Pelabuhan Makassar atau Pelabuhan Bitung. Masa daerah penghasilnya saja tidak bisa

mengekspor langsung Bapak Menteri. Saya pikir itu yang disampaikan oleh Masyarakat.

Kemudian mengenai Pelabuhan di Kota Sorong. Kami mendukung bahwa Pelabuhan itu harus menjadi pelabuhan yang modern. Tapi akhirnya menimbulkan kecemburuan masyarakat pencari kerja di pelabuhan. Banyak tenaga buruh yang merasa kehilangan pekerjaan karena dibangunnya crane itu.

Beberapa waktu yang lalu, seminggu lalu mereka menghadap saya di rumah dan menyampaikan aspirasi ini. Kalau boleh, biarlah mereka yang bekerja disitu karena mereka juga tidak punya keterampilan untuk jadi Pengusaha. Mereka hanya punya kemampuan memikul barang dari kapal ke pelabuhan, ke luar begitu. Jadi jangan dikurangi ruang kerja mereka.

Kemudian di Kabupaten Sorong juga beberapa waktu yang lalu mantan Bupati Kabupaten Sorong itu berencana membangun suatu Bandara Internasional. Lokasinya sudah tersedia.

Saya pikir dari Angkatan Udara sudah melihat kesana, mereka tertarik dengan lokasi itu. Kalau bisa saja ini dikembangkan, saya berharap ini bisa memberikan multiplier effect kepada Papua Barat.

Lalu kepada Menteri Desa. Di Papua sekarang ini lagi ramai, mereka resah karena ada berita bahwa Dana Desa akan dihentikan. Oleh karena itu, butuh klarifikasi dari Kementerian Desa. Mohon maaf karena saya sudah mendahului menjelaskan kepada mereka bahwa berita itu belum ada keputusan resmi dari Pemerintah.

Katanya yang ngomong itu Ibu Menteri Keuangan. Jadi ini perlu klarifikasi karena mungkin daerah lain. Kalau di Papua Dana Desa ini benar-benar membuktikan bahwa negara ini ada dan melindungi mereka. Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan mewakili kami Papua Barat.

Terima kasih Bapak Menteri yang bertiga. Selamat berjuang demi Indonesia yang jaya. Merdeka!

KETUA RAPAT (LASARUS, S.Sos., M.Si.): Merdeka!!

Kita mendengarkan secara seksama Papua dan saya yakin Pak Menteri beserta seluruh jajarannya sudah mencatat Pak Jimmy. Selanjutnya, dari virtual sekarang.

F-PDIP (JIMMY DEMIANUS IJIE):

Izin Pak Ketua, saya menyerahkan aspirasi. Sebentar saja.

KETUA RAPAT (LASARUS, S.Sos., M.Si.):

Silakan. … aspirasi masyarakat walaupun berat langkahnya Pak Jimmy, tetap saja melangkah ya Pak Jimmy ya. Semoga lekas sembuh.

Sekarang dari virtual, Bu Sri Wahyuni ada? Ya wajahnya sudah kelihatan, suaranya belum kedengaran. Ya coba dibuka dulu, di-unmute, suaranya belum masuk ya. Coba Sekretariat, ini dari kita atau dari sana.

Ibu Sri Wahyuni, dibuka dulu Bu suaranya. Kalau rada gaptek minta tolong di sebelah Bu, soalnya kita tangan tak sampai dari sini. Ya kalau begitu Ibu siap-siap dulu, kita serahkan dulu ke Pak Gatot Sudjito.

Pak Gatot, masih monitor? Nah ini juga tidak ada suaranya Pak Gatot. Apakah dari sini? Nah silakan Pak Gatot. Singkat, padat, jelas.

F-PG (DR. H. GATOT SUDJITO, M.Si.):

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Pak Ketua, Pimpinan Komisi V dan Anggota yang sangat kami hormati, saya banggakan dan saya cintai adalah Pak 3 Menteri (Menteri PUPR, Menteri Perhubungan dan Menteri Desa PDT).

Memang saya berkeinginan sebetulnya pada masalah APBN ini adalah dibahas itu karena walaupun itu direktifnya itu adalah Presiden, Wakil Presiden dan itu adalah Rapat Kabinet maupun aspirasi. Tetapi ini memang harus dibahas 2-3 hari begitu sehingga bisa menyimpulkan, menyatukan semua kepentingan. Tetapi karena ini sebuah tradisi dan aturan main di DPR dan khususnya Komisi V, saya taat dan tawadhu untuk menjalankan aturan main itu.

Untuk Pak Menteri PUPR dulu, saya langsung-langsung saja, mohon maaf Pak Menteri, barangkali ada statement-statement saya yang tidak berkenan. Memang di dalam Ditjen Cipta Karya pembiayaan dan penyediaan perumahan itu ada 3 menteri itu akan ada yang namanya rumah susun,

BSPS, kemudian rumah umum dan komersial maupun rumah khusus itu, itu persentasenya berapa setiap Dirjen itu apakah alokasi itu ada perimbangan-perimbangan sehingga paling tidak kita bisa melihat gambaran-gambaran beban pembiayaan itu dimana khususnya? Untuk rumah susun, itu dari 411 triliun apakah itu konsentrasinya untuk Jawa Barat? Disitu kok tertera adalah Jawa Barat padahal ada 9.210 unit itu yang per unitnya adalah kalau dihitung itu 446 juta?

Kemudian BSPS itu karena anggarannya itu adalah 2151 sehingga ada 1.120 unit, eh 111.200 unit sehingga kalau diflat, rata-rata adalah 20 juta. Kemudian di rumah komersial yang umum itu 410 milyar dengan jumlahnya adalah 40 ribu sehingga harga per unit itu ada senilai 10.250 juta. Kemudian rumah khusus adalah 610 milyar dengan jumlah unitnya adalah 2.440 sehingga harga per unitnya adalah 250 juta. Nah dari kerangka ini memang konsekuensinya di situ BSPS itu sangat dibutuhkan oleh teman-teman tadi Pak Menteri.

Memang masyarakat dan kita dikenal Komisi V itu kalau ngomong Komisi V, maka yang menjadi niscaya berdaya, menjadi martabat kita keniscayaan itu adalah termasuk program-program yang BSPS, P3TGAI kemudian PISEW.

PISEW itu adalah jadi satu unggulan yang luar biasa yang itu mestinya kira-kira pada APBN saat ini kebutuhan yang, karena kita ini mitra menjadi harapan-harapan walaupun harapan ini adalah tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi pembicaraan-pembicaraan final untuk kebutuhan antara mitra sebagai Anggota Dewan maupun kebutuhan Pemerintah itu barangkali bisa dipertemukan disini kira-kira angkanya berapa.

Walaupun nanti ada kesempatan adalah di tingkat pendalaman di Eselon I barangkali tetapi saya dan teman-teman mungkin kalau sudah bertemu dan rapat bersama Pak Menteri walaupun Pak Menteri ini bisa bicara ya-ya tetapi tidak itu lego, artinya sudah puas kita itu.

Artinya, kalau sudah rapat dengan Pak Menteri ini beda rasanya. Oleh karena itu, untuk Menteri PUPR ini memang sangat dibutuhkan karena kepentingan infrastruktur sampai di tingkat bawah terutama desa itu dibutuhkan persoalan jembatan gantung, BSPS dan PISEW dan P3TGAI dan Embung.

KETUA RAPAT (LASARUS, S.Sos., M.Si.): Pak Gatot, langsung ke sasaran saja.

F-PG (DR. H. GATOT SUDJITO, M.Si.):

Ya baik-baik. Kemudian saya ingin sampaikan Pak Menteri kaitannya terkait dengan urusan Dapil. Barangkali ini penting juga adalah Dapil kami adalah karena Jatim VII Ngawi, Magetan, Ponorogo, Trenggalek, Pacitan, maka yang pertama adalah persoalan JLS Prigi dan Tulung Agung itu ada rest area yang tentunya perlu dibangun karena itu menjadi sentra kegiatan usaha maupun itu adalah bisa menjadi market daripada pertanian. Kemudian Trenggalek ada juga jembatan yang bahaya yang itu adalah di wilayah zaman belanda itu adalah Desa Bendo Kecamatan Pogalan itu jembatan. Artinya itu untuk jalan nasional.

Kemudian di Ngawi Pak Menteri itu adalah DAM Plesungan, itu yang mengairi sawah dan Ngawi adalah Lumbung Pangan Jawa Timur itu juga menjadi sesuatu yang harus segera diperbaiki dan mohon untuk Bengawan Solo ini pekerjaan Bengawan Solo. Sedangkan Magetan Pak Menteri, DAM Desa Geplak Kecamatan Karas itu juga sangat memprihatinkan perlu penanganan serius karena DAM ini adalah pembangunan dari Belanda. Oleh karena itu, digunakan untuk kepentingan pertanian dan wisata desa.

Pak Menteri Perhubungan.

Program yang namanya prioritas strategis infrastruktur itu penting terutama jaringan Pelabuhan Utama Terpadu yaitu itu sangat tepat karena persoalan konektivitas itu menjadi 1 keharusan untuk kepentingan saat ini. Nah sedangkan yang menjadi menarik itu adalah dwelling time. Itu yang 3 hari itu sebetulnya sudah tidak perlu. Itu menjadi ukuran-ukuran karena kalau lihat adalah di tingkat infrastruktur pelabuhan itu adalah Singapura itu di nomor 2 di dunia, Malaysia 24, Thailand 56, Indonesia itu 89.

Nah ukuran-ukuran yang paling penting adalah indeks yang terkait dengan persoalan indeks konektivitas maupun indeks infrastruktur. Ini yang penting, sehingga yang namanya dwelling time itu yang namanya misalkan Singapura itu hanya jam, China itu hanya jam, kita hanya mematok pada 3 hari. Ini yang menjadi perlu evaluasi agar kita tidak semakin ketertinggalan dengan negara samping itu Malaysia maupun Thailand tadi dan persoalan Dapil yang ingin kami sampaikan.

Saya tadi kebetulan terbang bersama Jenderal Udara di Djuanda itu adalah berkaitan dengan kita diskusikan adalah Terminal II, terkait dengan akses jalan tol padahal Terminal II itu adalah merupakan agak lebih branded begitu dibanding Terminal I tetapi persoalannya adalah urusannya adalah saku kiri dan saku kanan itu adalah tentang persoalan tentang pertahanan dan tentang Menteri Perhubungan maupun Angkasa Pura. Dapil yang ingin

kami perjuangkan Pak Menteri yaitu adalah kelanjutan dan kepastian terhadap persoalan Pacitan yaitu Pelabuhan Gelon yang itu tadinya pengumpul menjadi pengumpan kemudian pengumpul lagi tetapi dalam FS maupun kesiapan Pemerintah Daerah itu segera menyerahkan sertifikatnya kepada Pemerintah. Tetapi pandangan dari sisi Pemerintah Pusat barangkali Pelabuhan tidak begitu layak. Tetapi saya perlu ingatkan ini adalah proyek Pemerintah yang mangkrak yang itu menjadi pertontonan masyarakat yang tidak baik itu akan menjadi persoalan trust kepada Pemerintah dari masyarakat.

Ini perlu ada suatu jalan keluar tetapi jalan keluarnya adalah misalkan Pelabuhan Ikan yang itu juga yang keduanya adalah di Wilayah Kecamatan Pacitan perlu mendapatkan tidak hanya penjelasan tetapi adalah kepastian karena jauh hari masyarakat mengharapkan bahwa Pelabuhan Gelon itu bisa diteruskan dan menjadi suatu kebanggaan dari masyarakat Pacitan.

Sedangkan yang terakhir Pak Menteri Desa, mohon izin saya percepat ini. Kaitannya dengan jumlah desa yang sebetulnya antara jumlah desa dengan yang 74.957 dengan data BPS Tahun 18 itu adalah justru adalah 75.436. Kemudian kelurahannya adalah 8.444 kemudian 51 unit adalah transmigrasi. Persoalannya begini Pak, Anggaran Tahun 2020 itu untuk pendamping desa itu adalah 37.185 pendamping tetapi target yang akan dilakukan oleh Pak Menteri Desa 21 adalah hanya 36.561 padahal pertumbuhan desanya tambah.

Apakah persoalan ini adalah kekurangan anggaran daripada sebetulnya desa itu fungsinya luar biasa, tidak hanya menguntit bagaimana kesejahteraan masyarakat, pembangunan infrastruktur maupun tata kelola dan pelayanan publik di masyarakat desa, karena desa adalah lumbung pangan masyarakat.

Jadi kalau misalkan itu dana 1,7 Triliun itu adalah untuk 1 pendamping desa untuk mendampingi 2 bisa 3 desa tetapi kalau 1 desa didampingi oleh 1 desa tentunya adalah efektivitas dan kualitas desa itu akan lebih banyak, maka kenapa kita harus tidak memberikan plafon anggaran dan kita harus mendapat support dan dukungan oleh Komisi V, karena ini mitra, mitra ini adalah sahabat karib dan sahabat setia sehingga Pak Menteri maupun Komisi V harus sama-sama memberikan support masing-masing sehingga 174 Triliun itu kalau dikalikan 2 kira-kira butuh 3,6 triliun tetapi ini adalah tidak hanya membuka lapangan kerja tetapi bisa memberikan supporting yang luar biasa bagi desa itu agar desa itu mempunyai tata kelolanya dan pelayanan yang lebih baik.

Nah oleh karena itu, saya berharap ini bisa didorong dan diwujudkan mumpung ini adalah kita akan membahas bersama. Jangan malah dikurangi begitu. Jadi 1 desa itu 2 tambah dikurangi jadi 1 pendamping bisa melakukan 3 desa padahal kalau itu jaraknya baik itu mungkin tidak bisa dilaksanakan oleh pendamping desa yang kemudian pada posisi Perpres 63 Tahun 2020 27 April itu ada 60 kabupaten itu daerah tertinggal.

Nah targetnya Tahun 2001 itu cuman 1 kabupaten yang akan dituntaskan, semestinya kalau kita bicara RPJMN itu 2020 sampai 2025 maka semestinya ukurannya harus persentase setiap tahunnya adalah kalau dibagi 5 20%-20% itu diselesaikan, jangan hanya satu kabupaten. Saya pikir ini kurang bijaksanalah. Oleh karena itu, karena kabupaten tertinggal ini perlu segera untuk penanganan secara serius.

Kemudian urusan Dapil kami Pak. Jadi Dapil ini tentunya adalah persoalan BumDes yang bersifat padat karya kemudian embung kluster desa yang mempunyai oleh Kementerian itu adalah desa, mohon kami ini tidak hanya dilibatkan tetapi diberikan kepercayaan untuk bisa berinteraksi bisa melakukan pendekatan karena kami ini pasti janjinya akan dituntut oleh konstituen di bawah.

Oleh karena itu, saya berharap Pak Menteri PUPR, Perhubungan dan Pak Menteri Desa karena tiga menteri adalah Menteri bijaksana dan baik hati, mudah-mudahan anggarannya itu diberikan kesempatan kepada Komisi V sebagai mitra sejati Bapak ini dalam rangka untuk bisa lebih eksis, lebih berwibawa dan dipercaya oleh masyarakat.

Mudah-mudahan ini yang bisa saya sampaikan. Terima kasih.

Kurang lebihnya, saya mohon maaf.

Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA RAPAT (LASARUS, S.Sos., M.Si.): Terima kasih Pak Gatot.

Bu Sri Wahyuni, sudah bisa? Silakan. F-P.NASDEM (SRI WAHYUNI):

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Yang saya hormati Pimpinan Komisi V, yang saya hormati 3 Kementerian yaitu Kementerian PUPR, Kementerian Desa dan Pak Menteri Perhubungan. Yang saya cintai Rekan-rekan seluruh Anggota Komisi V.

Tadi panjang lebar Pak Gatot sudah menyampaikan terkait Dapil kami, kami sama-sama di Dapil VII Jawa Timur dan Beliau juga sudah menyampaikan soal anggaran-anggaran. Ini saya langsung saja, saya khusus ke Kampung Saya Ponorogo Pak Menteri, Pimpinan.

Yang pertama, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kementerian PUPR (Pak Menteri) bahwa program yang kami usulkan yang ada di Kementerian PUPR Alhamdulillah sudah turun ke masyarakat dan masyarakat sangat senang sekali Pak Menteri dan mereka memohon agar supaya ke depan bisa ditambah lebih banyak lagi.

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 82-112)

Dokumen terkait