• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Analisis

4.2.2 Pola Elemen Konteks Situasi

Leech (1993) dalam (Rahardi, 2013: 18) merumuskan lima elemen konteks situasi yang terdapat dalam tuturan. Berdasarkan data tuturan yang telah dianalisis, peneliti menemuan dua pola elemen konteks situasi. Kedua pola elemen konteks situasi tersebut yaitu konteks yang mengandung lima elemen dan konteks yang mengandung empat elemen.

4.2.2.1 Konteks yang Mengandung 5 elemen

Berikut adalah analisis data tuturan yang mengandung lima elemen konteks situasi menurut Leech (1993) dalam (Rahardi, 2003: 18). Kelima konteks tersebut (1) Penyapa dan pesapa, penyapa juga dapat diibaratkan sebagai pembicara atau penulis. Pesapa dapat mengacu pada pengertian pendengar atau pembaca. (2) Konteks tuturan mencakup pada beberapa aspek yakni aspek lingkungan fisik dan sosial serta latarbelakang yang sama-sama dimiliki oleh partisipan tutur (penutur dan mitra tutur). (3) Tujuan tuturan antara lain, menyuruh, meminta, bertanya, menghimbau dan memberitahu. (4) Tuturan sebagai aktivitas ujar yang mengandung arti sebagai sesuatu yang bersifat konkret dan mengandung tindakan verbal yang terjadi dalam situasi maupun

55

waktu tertentu. (5) Tuturan sebagai tindak verbal, secara gramatikal merupakan tuturan berupa kalimat.

Data tuturan 30:

Rm: Apakah temen-temen semua bahagia hari ini? Um: Bahagia

Rm: Yakin?? Um: Yakin. Rm: Seriusss?? Um: Serius!!!

Rm: Oke kalau begitu sekarang beri salam pada orang yang berada di samping depan belakang kanan kiri.

Um: Hahaha (tertawa sambil bersalaman)

(Konteks pertuturan: Pertuturan terjadi saat ibadat pelajar hari Jumat, 4 Januari 2019 pukul 07.30 di Gereja Santo Petrus Kanisius. Rm merupakan seorang romo yang memimpin misa pelajar, sedangkan Um merupakan umat usia sekolah dari TK, SD, SMP, maupun SMA. Situasi pertuturan formal karena sedang menjalankan ibadah. Suasana ceria dan menyenangkan karena seorang romo berhasil mencairkan suasana dengan menanyakan kabar sekaligus menyuruh umat agar saling bersalaman.)

Tuturan terjadi pada siang hari pukul 07.30 WIB saat diadakan misa pelajar di Gereja Katolik Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul. Pertuturan terjadi antara Rm (romo) dan Um (umat yang rata-rata merupakan para pelajar SD, SMP, dan SMA). Tuturan tersebut berlangsung dengan suasana yang menyenangkan agar umat lebih fokus dan tidak mengantuk dikarenakan misa yang dimulai pada pagi hari.

Berdasarkan aktivitas tuturan di atas, terdapat 5 elemen konteks situasi menurut Leech (1993) dalam (Rahardi, 2003: 18) yang mendasari tuturan

56

antara rohaniwan dengan umat. Tuturan di atas mengandung elemen penyapa (yang menyapa) dan pesapa (yang disapa). Penyapa dalam tuturan di atas yakni seorang romo, sedangkan pesapa merupakan umat yang merupakan pelajar SD, SMP, dan SMA.

Konteks tuturan mengacu pada aspek lingkungan fisik dan lingkungan sosial serta latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur untuk mempermudah mitra tutur dalam memahami dan menafsirkan maksud percakapan. Konteks tuturan di atas terjadi antara Rm (romo) dengan Um (umat) saat ibadah atau misa pelajar. Tuturan tersebut berlangsung di Gereja Katolik Santo Petrus Kanisius Wonosari Gunungkidul pada pagi hari yakni pukul 07.30 WIB sebelum masuk pembelajaran di sekolah. Suasana misa terlihat bahwa para umat kurang semangat dan mengantuk. Dari tuturan tersebut seorang romo berusaha untuk membangkitkan semangat para umat dengan menyuruh mereka agar bersalaman dengan umat lain yang berada di samping depan belakang kanan kiri. Tuturan diujarkan dengan menggunakan bahasa Indonesia formal karena situasi resmi yakni ibadat/ misa.

Tujuan tuturan dapat dikategorikan menjadi beberapa macam, antara lain menyuruh, menghimbau, meminta, memberitahu, maupun bertanya. Data tuturan di atas bertujuan untuk menyuruh umat agar memberi salam kepada umat lain yang berada di samping depan belakang kanan kiri untuk memunculkan semangat siswa.

57

Tuturan sebagai tindak verbal secara gramatikal berupa kalimat, tetapi secara pragmatik merupakan tuturan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Dari data tuturan di atas, yang menandai adanya tuturan sebagai tindak verbal merupakan jawaban yang diberikan oleh pesapa berupa tuturan gramatikal dengan memberikan tanggapan berupa jawaban lisan.

Tuturan sebagai aktivitas ujar yakni pragmatik menangani sesuatu yang bersifat konkret dan berupa tindakan verbal yang terjadi dalam situasi serta waktu tertentu. Tuturan sebagai aktivitas ujar dalam tuturan data di atas berupa tindakan dari pesapa Um (umat) yang bersalaman dengan umat yang berada di depan, belakang, kiri maupun kanan.

4.2.2.2 Konteks yang Mengandung Empat Elemen

Berikut diberikan sampel data tuturan yang mengandung empat elemen konteks situasi menurut Leech (1993) dalam (Rahardi, 2003: 18). Dari data yang telah dianalisis elemen konteks situasi yang paling dominan muncul yakni (1) penyapa yang mengacu pada pengertian pembicara atau penulis dan pesapa yang merupakan pendengar atau pembaca. (2) konteks tuturan mengacu pada lingkungan fisik dan sosial serta latar belakang partisipan tutur. (3) tujuan tuturan yaitu bertanya, memberitahu, meminta, menyuruh, maupun menghimbau. (4) tuturan sebagai tindak verbal secara gramatikal dikenal dengan sebutan kalimat.

58

Data Tuturan 26:

Um: Kalau PIA itu Sabtu sore ya sekarang, Mo? Rm: Iya Sabtu sore, setengah 4 sebelum misa. Um: Itu dari PIA Wonosari apa semua?

Rm: Oo, semua. Itu campur yang dari Pulutan juga bisa kesini, Semanu, Kelor juga bisa.

Um: Ooo, pantesan kemarin itu banyak sekali yang datang. Rm: Iya saya juga kaget, ternyata banyak ya.

(Konteks tuturan: Pertuturan berlangsung di samping gereja Katolik Santo Petrus Kanisius pada hari Minggu, 3 Februari seusai pendampingan bagi calon krisma baik remaja maupun dewasa. Um merupakan seorang umat berjenis kelamin perempuan berusia 19 tahu, yang ingin turut mendampingi para PIA. sedangkan Rm merupakan seorang romo. Situasi yang terjadi santai dan menyenangkan. Pertuturan menggunakan Bahasa Indonesia santun)

Berdasarkan aktivitas tuturan tersebut, terdapat 4 elemen konteks situasi yang hadir. Keempat elemen konteks itu didasarkan pada pendapat Leech (1993) dalam (Rahardi, 2003: 18). Tuturan tersebut mengandung pesapa dan penyapa. Pesapa yang hadir dalam tuturan tersebut yakni seorang umat berjenis kelamin perempuan yang sedang mengikuti pembelajaran untuk sakramen krisma. Sementara itu penyapa merupakan seorang romo yang mendampingi pembelajaran krisma pada hari itu.

Konteks tuturan meliputi lingkungan fisik dan sosial serta latar belakang yang sama antara peserta tutur, sehingga dapat maksud percakapan dapat dipahami dengan baik. Data tuturan tersebut berlangsung di samping Gereja

59

Katolik Santo Petrus Kanisius. Pertuturan terjadi seusai diadakannya pembelajaran krisma. Situasi berlangsung dengan santai dan menyenangkan.

Tujuan tuturan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yakni menyuruh, menghimbau, bertanya maupun mengajak. Tujuan yang terdapat pada data tuturan tersebut ialah bertanya untuk memperoleh kepastian mengenai informasi yang telah diterima sebelumnya. Dalam pertuturan tersebut seorang umat (Um) bertanya untuk memperoleh kepastian mengenai pertemuan para PIA yang sebelumnya diadakan pada hari Minggu pagi diubah menjadi hari Sabtu sore.

Tuturan sebagai tindak verbal secara gramatikal berupa kalimat, tetapi secara pragmatik merupakan tuturan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur. Dari data tuturan di atas, terlihat jelas bahwa semua tuturan yang diujarkan oleh penyapa dan pesapa merupakan tuturan gramatikal. Penyapa memulai pertuturan dengan menanyakan terkait pertemuan PIA dan pesapa memberikan jawaban tersebut dengan tuturan gramatikal yaitu berupa kalimat