• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.3 Deskripsi Hasil penelitian

4.3.4 Masalah Institusional dalam Perencanaan Strategis Alokasi Dana Desa Dana Desa

4.3.4.2 Pola Interaktif Dalam Perencanaan Strategis Alokasi Dana Desa

wilayahnya, akan terpulang kepada kemampuan Kepala Desa itu sendiri di dalam memimpin untuk mempengaruhi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak masyarakat agar masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi dan kerjasama untuk mencapai tujuan program pemerintah mengenai Partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Karena, semakin kuat kemampuan Kepala Desa dalam kepemimpinannya, maka semakin kuat pula turut serta masyarakat dalam meningkatkan partisipasi masyarakat.

4.3.4.2 Pola Interaktif Dalam Perencanaan Strategis Alokasi Dana Desa

Lembaga (institusional) adalah pola interaksi yang sangat stabil, yang diorganisir di seputar ide penting. Pola-pola interaksi dalam organisasi publik dan nirlaba menjadi “lembaga” manakala pola tersebut dimasuki nilai dan karakter

-yang terpadu dengan maksud tertentu dan dengan dinamika. Pola interaksi pada Pemerintahan Desa memang sangat penting demi kelancaran pembangunandan tujuan-tujuan dari pemerintah, Dalam pola interaksi terkait Alokasi Dana Desa tentu membutuhkan interaksi antar masyarakat Desa Khususnya masyarakat Desa Wanayasa Kecamatan Pontang yaitu dalam hal sosialisasi dan komunikasi dari Perangkat Desa Wanayasa Seperti yang telah I1-3 yang menyatakan bahwa :

“Sosialisasi hanya dilakukan hanya 1 kali dalam 1 tahun. Komunikasi berjalan dengan baik seperti saya meluangkan waktu untuk berbincang dengan ibu-ibu karna mungkin kepala desanya wanita jadi ibu-ibu terkadang suka cerita tentang maslah yang paling bisa sampai pada maslah pribadi atau dapat dikatakan masalah rumah tangga.” (Wawancara/ Senin 07 November 2016 / pukul 10.00 WIB / dilakukan di Kantor Desa Wanayasa kecamatan Pontang).

Dari wawancara yang dilakukan Peneliti sosialisasi hanya dilakukan 1 kali dalam 1 tahun terkait pemahaman Alokasi Dana Desa dan program serta kegiatan dari Pemerintah Desa ini yang disayangkan bahwa sosialisai yang dilakukan sangat kurang sehingga masyarakat desa tidak memahami Alokasi Dana Desa dan tidak ikut serta dalam Program dan Kegiatan pemerintah desa kususnya Desa Wanayasa. Hal Serupa juga di katakan oleh I2-1 Sebagai Masyarakat Desa Wanayasa yang menyatakan bahwa:

“Sosialisasi disini mah jarang neng paling ada sekali doang, kalau kaya Alokasi Dana Desa kami kurang paham yang kami tau cuma dana 1 milyar buat desa tapi engga tau buat apa uangnya paling kayanya sih buat jembatan yang kemaren itu doang deh sama ambulan, kegiatan sama program juga kami kurang ikut soalnya kaya ga ada kegiatan apa apa sih paling kegiatan 17 agustusan aja yang paling rame,Kalau ngobrol-ngobrol sama kepala desa engga pernah tapi kebetulan kepala desanya kan wanita jadi sering

/ pukul 15.00. WIB / dilakukan di rumah kediaman bapak cali Desa Kampung Sampang Kulon Desa Wanayasa)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat di simpulkan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintahan Desa Wanayasa sangat kurang terbukti dari pernyataan masyarakat wanayasa yang mengeluhkan kurangnya sosialisasi dan komunikasi padahal dalam proses Perencanaan Strategis terkait Alokasi Dana Desa memerlukan sosialisasi dan komunikasi untuk menetukan hal-hal yang di butuhkan oleh masyarakat seperti rencana menengah tahunan atau RPJMDesa yang rencananya dilakukan untuk 1 (satu) tahun Kedepan memerlukan rencana yang sigap dalam menetukan nasib pembangunan yntuk 1 tahun kedepan.

pada pola interaksi yang dilakukan oleh pemerintahan desa memiliki permasalahan dalam hal koordinasi hal tersebut di lontarkan oleh I1-1 yang menyatakan bahwa :

“Terkait dengan keterkaitan antara instansi instansi atau SKPD yah dapat dikatakan kaitannya sangat erat sekali selama ini SKPD yang terkait dengan pembangunan desa berjalan sendiri-sendiri jadi kurang koordinasi kepada desa, seharusnya SKPD saling koordinasi kepada dalam kegiatan-kegiatan yang mencakup pembangunan seperti jikalau desa membutuhkan paud maka koordinasi dengan dinas pendidikan, untuk pembangunan infrastruktur koordinasi dengan Pekerjaan Umum dan lain sebagainya dengan itu maka semua akan berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan bersama.” (Wawancara/ Kamis, 03 November 2016 / Pukul 15.30 WIB / dilakukan di Kantor Bagian Pemerintahan Desa Kabupaten Serang).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa keterkaitan antara SKPD keberadaannya sangat dibutuhkan untuk proses pembangunan khususnya di Desa tetapi hal ttersebut tidak di lakukan dalam hal koordinasi

antara masing-masih instansi yang terkait. Hal serupa di ungkapkan oleh informan I1-3 yang menyatakan bahwa:

“Koordinasi dengan SKPD terkait dalam hal pembangunan desa dirasa kurang karna bekerja sendiri-sendiri, seperti PU kemarin yang membangun ajalan mereka tidak koordinasi terlebih dahulu dengan kami, sebenrnya keterkaitan antara SKPDitu sangat terkait sekali tatapi yah begitu benerja sendiri sendiri seperti dinas sosial yang survei warga yang membutuhkan dana renovasi rumah tidak melakukan koordinasi dengan kami padahal kami yang jauh lebih tau siapa yang pantas untuk mendapatkan sehingga maenimbuklan rasa ketidakadilan, hal tersebut juga berdampak pada pemahaman masyarakat bahwa bantuan tersebut bersumber dari desa.”(Wawancara/(Wawancara/ Senin 07 November 2016 / pukul 10.00 WIB / dilakukan di Kantor Desa Wanayasa kecamatan Pontang).

Terkait interaksi yang menghasilkan koordinasi antara masing masing instansi, dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti bahwa koordeinasi yag dilakukan kepada SKPD terkait pembangunan Desa tidak berjalan dengan baik tetapi dalam hal koordinasi antaran kabupaten kecamatan dan desa berjalan dengan baik seperti pernyataan yang di ungkapkan oleh I1-2 yang menyatakan bahwa :

“Kami selalu melakukan koordinasi kepada pemdes kabupaten dan tentunya kepala desa yah untuk menjalankan peroses pemerintahan yang baik demi tujuan-tujuan pembangunan, selama ini koordinasi yang kami lakukan sangat baik kepada Kabupaten maupun Desa.” (Wawancara/ Senin 07 November 2016 / pukul 13.30 WIB / dilakukan di Kantor Kecamatan Pontang).

Dari wawancara yang dilakukan oleh Peneliti maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa penting adanya peningkatan kerjasama antar satuan

merealisasikan program pembangunan khususnya di Desa. Interaksi dalam hal kerjasama sebenarnya bukan hal yang sulit tapi karena adanya sikap masa bodoh dan keengganan berkomunikasi dengan baik. Perkembangan karakter lembaga dan komunitas sebagian besar merupakan tanggung jawab kepemimpinan. Satu yang perlu digaris bawahi dalam hal ini adalah jika para pemimpin gagal dalam tugas kepemimpinan transformatif, integritas lembaga akan dipertanyakan. Hambatan-hambatan kunci dalam pelaksanaan Strategi tidak dapat dipisahkan satu sama lain. 4.4 Pembahasan

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 otonomi desa merupakan hak, wewenang dan kewajiban untuk mngatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat untuk tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa tersebut. Urusan pemerintah berdasarkan usul-usul desa, urusan yang menjadi wewenang pemerintahan kabupaten atau kota diserahkan pengaturannya kepada desa. Otonomi desa menghasilkan berbagai interaksi antar individu dalam masyarkat atau merupakan hasil cipta, rasa dan karsa masyarakat dalam kenyataannya pasti akan timbul keanekaragaman, baik keanekaragaman dari penataan desa, tata kehidupan masyarakat, potensi desa, susunan pemerintahan desa, maupun tatanan pemerintahan yang sangat dipengaruhi oleh keanekaragaman asal-usul dan adat istiadat masyarakatnya, oleh karena itu dalam waktu bersamaan perlu pula dikembangkan program untuk meningkatkan keterlibatan secara langsung seluruh sumber daya manusia

pembangunan seperti para pelaku ekonomi. Tentang potensial, lembaga kemasyarakat desa seperti PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), LKMD (Lembaga Ketahanan Masarakat Desa), karang taruna, tokoh masyarakat pemangku adat, dan tokoh-tokoh agama. Dimasa yang akan datang peran unsur-unsur pembangunan non pemerintahan harus menempati porsi yang besar karna dengan hal itu akan mampu memberikan efek positiflangsung kepada masyarakat desa. Sedangkan Fasilitas dan koordinasi dari aparat pemerintahan menjadi posisi paling tepat dalam pemenuhan kebutuhan dan pelaksanaan pembangunan pedesaan serta memberikan perhatian dan pengawasan kepada desa sehingga pengeloaan kebutuhan dapat di kendalikan sesuai dengan sasaran pemerintah. dalam proses pembangunan membutuhkan sebuah perencanaan yang baik, tetapi pada kenyataannya membuat sebuah perencanaan tidak mudah ada beberapa tantangan seperti yang dikatakan oleh Bryson yang jika dilihat dari masing-masing indikator yaitu sebagai berikut :