• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsolidasi jaringan

DINAMIKA SOSIAL, POLITIK DAN SEJARAH PEMUDA PANCASILA KABUPATEN LABUHAN BATU

1.7. Kerangka Teor

1.7.1. Elit Politik Lokal

Elit politik lokalmerupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik tinggi ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti: Gubenur,Bupati, Walikota, Ketua DPRD, dan pimpinan-pimpinan partai politik15

15

S.P. Varma. 1987 ,Teori Politik Modern, Jakarta: Rajawali Pres. hal. 203 204

. Elit non politik lokal adalah seseorang yang menduduki jabatan-jabatan strategis dan mempunyai pengaruh untuk memerintah orang lain dalam lingkup masyarakat. Elit non politik ini seperti: elit keagamaan, elit organisasi kemasyarakatan, kepemudaan, profesi dan lain sebagainya. Perbedaan tipe elit lokal ini diharapkan selain dapat membedakan

ruang lingkup mereka, juga dapat memberikan penjelasan mengenai hubungan antar-elit politik maupun elit mesyarakat dalam proses Pemilihan Kepala Daerah di tingkat lokal.

Dalam sirkulasi elit, konflik bisa muncul dari dalam kelompok itu sendiri maupun antar kelompok pengusaha maupun kelompok tandingan. Sirkulasi elit menurut Pareto terjadi dalam dua kategori yaitu Pertama, pergantian terjadi antara kelompok-kelompok yang memerintah sendiri, dan Kedua, pergantian terjadi di antara elit dengan penduduk lainya. Pergantian model kedua ini bisa berupa pemasukan yang terdiri atas dua hal yaitu: Individu-individu dari lapisan yang berbeda kedalam kelompok elit yang sudah ada, dan Individu-individu dari lapisan bawah yang membentuk kelompok elit baru dan masuk kedalam kancah perebutan kekuasaan dengan elit yang sudah ada16

Sementara Mosca melihat bahwa pergantian elit terjadi apabila elit yang memerintah dianggap kehilangan kemampuanya dan orang luar di kelas tersebutu menunjukan kemampuan yang lebih baik, maka terdapat segala kemungkinan bahwa kelas yang berkuasa akan dijatuhkan dan digantikan oleh kelas penguasa yang baru. Dalam sirkulasi elit yang disebutkan oleh masco, terutama karena terjadinya penjatuhan rezim konflik pasti tidak terhindarkan, karena masing- masing pihak akan menggunakan berbagai macam cara. Duverger menjelaskan bahwa dalam konflik-konflik politik sejumlah alat digunakan seperti organisasi dan jumlah, uang (kekayaan), sistem, militer, kekerasan fisik, dan lain sebagainya.

.

16

Untuk memetakan perubahan politik di masyarakat antar waktu misalnya, kita bisa meminjam kategori teoritik dari Amitai Etzionis yang membagi masyarakat atau massa kedalam tiga kategori besar. (1) massa moral; (2) massa kalkulatif, dan (3) massa alienatif. Tata cara mekanisme sirkulasi elit ini akan sangat menentukan sejauh mana sistem politik memberikan karangka bagi terujutnya pergantian kekuasaan di negara Dalam konteks pergantian seperti itu, kenyataannya perosesnya tidak selalu mulus, apalagi dalam konteks politik Internasional yang menunjukan sifat-sifat ketidaknormalan. Meskipun ada tata cara umum sebagaimana di atur dalam UU No.22/1999, tetapi masing-masing DPRD mempunyai tata cara dan mekanisme masing-masing dalam pergantian elit. Dalam memahami konstelasi dan rivalitas politik elit, perlu juga di pahami tentang fenomena dan perilaku massa17

Massa moral adalah yang potensial terikat secara politik pada suatu orsospol karena loyalitas normativ yang dimilikinya. Massa moral bersifat tradisional, cenderung kurang atau tidak kritis terhadap krisis-krisis empirik. Massa kalkulatif adalah massa yang memiliki sifat-sifat yang amat peduli dan kritis terhadap krisis-krisis empirik yang dihadapi oleh masyarakat di sekitarnya. Massa ini akrap dengan modenitas, sebagian besar menepati lapisan tengah masyarakat, memiliki sifat kosmopolit (berpandangan mendunia) dan punya perhitungan (kalkulasi) terhadap berbagai interaksi. Massa alienatif adalah massa yang terlienasi (terasingkan) dan pasrah pada mobilitisi politik, dan pada saat

.

17 Ibid hal 34

yang sama tidak menyadari sepenuhnya akibat-akibat mobilitas politik itu bagianya dan bagi proses politik secara umum. Bagaimanapun karakteristik konfliknya, kecenderungan untuk terjadinya integras dalam rangka untuk mengakhiri konflik pasti terjadi. Oleh karena itu, gagasan pendekatan baru bahwa sistem politik demokrasi dapat digunakan sebagai upaya penyelesaian konflik dan dapat digunakan sebagai pisau analisis18

Elit politik memiliki kekuasaan politik.pembaharuan dalam sistem pemilu tersebut menandai babakan baru bagi proses demokratisasi yang lebih substantif dan partisipatif di Indonesia. Dalam kaitan dengan pemilihan kepala daerah secara

.

Elit merupakan seseorang yang menduduki jabatan-jabatan politik (kekuasaan) di eksekutif dan legislatif yang dipilih melalui pemilihan umum dan dipilih dalam proses politik yang demokratis ditingkat lokal. Mereka menduduki jabatan politik ditingkat lokal yang membuat dan menjalankan kebijakan politik. Elit politiknya seperti: Gubenur,Bupati, Walikota, Ketua DPRD, dan pimpinan- pimpinan partai politik. Dalam menganalisa kedudukan elit dalam masyarakat, elemen yang perlu di perhatikan adalah konsep kekuasaan. Hal ini disadari bahwa elit dan kekuasaan merupakan dua variable yang tidak dapat dipisahkan, karena elit adalah merupakan sekelompok orang yang memiliki sumber-sumber kekuasaan dan sebaliknya. Kekuasaan merupakan salah satu unsur terbentuknya elit.

18

Peter Harris dan Ben Reilly.2000 (edisi),Demokrasi dan konflik yang mengakar: Sejumlah Pilihan Untuk Negosiator.Jakarta: Internasional IDEA hal. 141.

langsung.19

Kekuasaan (power) merupakan suatu kondisi yang memunculkan dua pemahaman. Pertama pemahaman tentang orang yang memperoleh kekuasaan dan kedua pemahaman tentang orang dikuasai atau tunduk pada kekuasaan. Pemahaman sentral yang berkenaan dengan ini berkisar pada sumber kekuasaan sebagai legitimasi atas kekuasaan itu pada satu sisi dan kemauan seseorang untuk tunduk pada kekuasaan yang maknanya adalah pembatasan dan bahkan menerima tekanan pada sisi yang lain.

Hal ini juga terlihat bagaimana banyaknya para kader Pemuda Pancasila yang menduduki jabatan politik di tingkat lokal yang rerindikasi terlibat langsung dalam memberikan pengaruhnya untuk kepentingan sepihak dengan calon yang mereka dukung di dalam konstelasi.di tingkat lokal.

1.7.2 . Teori kekuasaan

20

19

S.P. Varma. 1987 ,Teori Politik Modern, Jakarta: Rajawali Pres. hal. 275

20

Samsul Wahidin,2007 Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. hal. 1

. Dengan kata lain, kekuasaan yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk bertindak, untuk memerintah dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mengubah tingkah laku atau mengerjakan apa yang dikehendaki dari pelaku yang mempunyai kekuasaan. Oleh karena itu diperlukan batas yang tegas tentang berapa lama dan bagaimana kekuasaan itu harus diimplementasikan. Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan, kekayaan atau kepercayaan. Kedudukan diperoleh dengan cara kekuasaan fisik, pewarisan, pengangkatan dan lain sebagainya. Kekayaan diperoleh dengan cara menguasai

beberapa sumbersumber ekonomi ataupun warisan yang diberikan. Sedangkan kepercayaan diperoleh dengan mendapatkan dukungan masyarakat atau seorang pemimpin yang dianggap mempunyai wibawa.

Menurut Miriam Budiardjo kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.21 Sedangkan Laswell berpendapat dalam buku Miriam Budiarjo dasar-dasar ilmu politik bahwa kekuasaan itu adalah suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan dari pihak pertama22

Esensi dari kekuasaan adalah hak mengadakan sanksi. Cara untuk menyelenggarakan kekuasaan berbeda-beda. Upaya yang paling ampuh adalah kekerasan fisik (force). Seorang penjahat yang bersenjatakan celurit yang

Talcott Parsons seorang sosiolog terkenal lebih cenderung melihat kekuasaan sebagai senjata yang ampuh untuk mencapai tujuan-tujuan kolektif dengan jalan membuat keputusan yang mengikat didukung dengan sanksi negatif. Dia mengatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat, oleh keatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif. Kewajiban adalah sah jika menyangkut tujuan- tujuan kolektif. Jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar, terlepas dari siapa yang melaksanakan pemaksaan itu.

21

Miriam, Budiarjo 2008. Edisi Revisi. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka hal 16

22

memaksa seseorang untuk menyerahkan miliknya merupakan suatu contoh dari kekuasaan yang paling terbukan dan brutal. Kekuasaan dapat juga diselenggarakan lewat koersi (coercion), yaitu melalui ancaman akan diadakan sanksi. Suatu upaya yang sedikit lebih lunak adalah melalui persuasi yaitu proses menyakinkan, berargumentasi atau menunjuk pada pendapat seorang ahli (expert advice). Dalam kehidupan sehari-hari seseorang perlu berkuasa kadang-kadang cenderung memakai cara ini agar tidak terlalu menonjolkan kekuasaan.

Charles F. Andrain membedakan lima tipe sumber daya kekuasaan yaitu sumber daya fisik, ekonomi, normatif, keahlian dan personal.23

23

Charles F. Andrain. 1992. Kehidupan Politik dan Perubahan Sosia. Yogyakarta: Tiara Wacana hal . 132

Dengan menggunakan sumber-sumber kekuasaan itu, seseorang atau sekelompok orang dapat mempengaruhi orang lain untuk mengikuti kehendak atau keinginannya. Dalam bagian lain, Andrain mengemukakan bahwa sumber kewenangan seseorang atau kelompok untuk memerintah berasal dari: (1) hak memerintah berdasarkan dari tradisi, yaitu kepercayaan yang telah berakar dipelihara terus menerus dalam masyarakat; (2) hakmemerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau Wahyu. Kewenangan memerintah berasal dari kekuatan yang sakral; (3) hak memerintah berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik penampilannya yang agung dan dirinya yang populer maupun karena memiliki karisma; (4) hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental, seperti keahlian dan

kekayaan; dan (5) hak memerintah berasal dari peraturan perundang-undangan yang mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin pemerintahan.24

Teori sumber-sumber kekuasaan dari Miriam Budiarjo yang digunakan dalam penelitian ini adalah kedudukan dan kekayaan. Sedangkan teori sumber- sumber kekuasaan yang dikemukakan Andrain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah fisik dan ekonomi. Sumber-sumber kekuasaan yang dipilih tersebut akan digunakan untuk menjelaskan sumber-sumber kekuasaan yang dimiliki oleh Pemuda Pancasila sehingga bisa menjadi salah satu organisasi pemuda terbesar dan berpengaruh dalam konstelasi politik di Labuhan Batu Sumber kekuasaan berupa fisik, kedudukan, dan kekayaan terkait dengan asumsi awal yang diamati tentang aktivitas organisasi Pemuda Pancasila Labuhan Batu yang dikenal melakukan praktik kekerasan dan uang.

Dalam konteks ini, teori penggunaan kekuasaan dengan cara kekerasan dari Miriam Budiarjo akan digunakan untuk melihat praktik kekerasaan yang dilakukan oleh Pemuda Pancasila pada saat pemilihan Bupati-Wakil Bupati Labuhan Batu pada tahun 2015. Sedangkan penggunaan kekuasaan dengan cara koersif yang ditulis oleh Charles F. Andrain juga akan digunakan untuk melihat bentuk kekuasaan koersif yang dilakukan Pemuda Pancasila.

24

Miriam Budiardjo. 1984. “Konsep Kekuasaan: Tinjauan Pustaka”. dalam Budiardjo. Aneka Pemikiran tentang Kuasa dan Wibawa. Jakarta: Gramedia: hal. 194-197