• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI DAN KENDALA PENGELOLAAN LINGKUNGAN EKOWISATA SUBAK JATILUWIH

Identifikasi Potensi Lingkungan Ekowisata Subak Jatiluwih Potensi lingkungan ekowisata adalah semua obyek baik berupa fisik, budaya dan buatan, baik yang memerlukan penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan maupun yang tidak membutuhkan penanganan.Potensi lingkungan ekowisata bukan hanya berbentuk fisik biotik dan abiotik semata, namun juga termasuk aktifitas dan perilaku manusia itu sendiri yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (sosial dan budaya), dan bahkan berbentuk spiritual.

Potensi lingkungan ekowisata yang ada di Subak Jatiluwih dapat dikelola dan dikembangkan dalam bentuk paket-paket wisata yang ramah lingkungan.Pengelolaan dan pengembangan potensi lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih diharapkan dapat dikelola oleh anggota subak atau setidaknya melibatkan anggota Subak Jatiluwih.Keterbilatan anggota subak dalam pengelolaan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan tambahan pendapatan kepada anggota subak, seiring dengan minimnya pendapatan yang didapat dari mengelola sawah.

Kondisi lingkungan yang masih sangat alami dan asri dapat dijadikan sebagai modal utama untuk pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih. Kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melestarikan alam terutama sumber-sumber air dan saluranya merupakan salah satu pendukung pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih.

Potensi Abiotik

Potensi abiotik di Subak Jatiluwih berhubungan dengan kondisi tanah, air, batu dan udara yang ada di Subak Jatiluwih yang dapat dikelola untuk kegiatan-kegiatan pariwisata berbasis lingkungan.Adapun potensi abiotik yang dimiliki Subak Jatiluwih adalah sebagai berikut.

1. Potensi Panorama Persawahan

Subak Jatiluwih memiliki keindahan panorama persawahan bertingkat yang ada hampir di semua sub subak. Luas dan banyaknya pemandangan persawahan di Subak Jatiluwih memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.Ada banyak pilihan pemandangan persawahan di Subak Jatiluwih, ada yang terletak di pinggir jalan utama, adalah pula yang harus melalui jalur sepeda atau bahkan dengan berjalan kaki.

Kondisi pemandangan persawahan yang ada di Subak Jatiluwih mumnya terbagi atas empat musim, yaitu musim metekap atau mengolah sawah, musim pertumbuhan dan musim panen serta musim pasca panen. Masing-masing musim memiliki pemandangan yang berbeda beda. Pada musim metekap umumnya pemandangan persawahan akan sedikit tergenang air dan nampak bersih. Pada musim pertumbuhan atau setelah padi ditanam dan tumbuh, pemandangan persawahan di Subak Jatiluwih akan menjadi hijau.

Pada musim panen pemandangan persawahan akan berwarna kuning seiring dengan tumbuhnya bulir-bulir padi yang siap panen.

Sedangkan pada musim pasca panen umumnya pemandangan persawahan akan ditutupi jerami-jerami sisa hasil panen. Gambar

5.1 berikut memperlihatkan panomara persawahan di Sub Subak Uma Kayu pada musim metekap.

Gambar 5.1

Pemandangan Sub SubakUma Kayu pada Musim Metekap (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

2. Potensi Panorama Pura Luhur Besi Kalung

Pura Luhur Besi Kalung terletak di bagian bawah Sub Subak Besi Kalung, sedangkan Sub Subak Besi Kalung terletak di sebelah timur Sub Subak Kedamian, oleh karena itu untuk dapat menikmati panorama Pura Luhur Besi Kalung dapat dilakukan dari Sub Subak Kedamaian baik dengan berjalan kaki atau menggunakan sepeda dari pintu masuk Sub Subak Telabah Gede. Pura Luhur Besi Kalung

merupakan salah satu Pura Ulun Suwi bagi beberapa Sub Subak yang ada di Subak Jatiluwih selain Pura Luhur Puncak Petali.Gambar 5.2 berikut memperlihatkan panomara Pura Luhur Besi Kalung dari Sub Subak Kedamaian.

Gambar 5.2

Panorama Pura Luhur Besi Kalung dari Sub Subak Kedamaian (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

3. Potensi Mata Air

Mata air banyak ditemui di beberapa wilayah di Subak Jatilwih.Mata air merupakan salah satu sumber air utama yang digunakan untuk mengaliri areal persawahan, oleh karena itu kelestarianya sangat dijaga oleh anggota subak. Letak mata air di Subak Jatiluwih sangat bervariasi, ada yang terletak di tengah areal

persawahan, ada pula yang terletak di tengah hutan. Salah satu mata air yang terletak di areal persawahan adalah mata air yang terletak di Pura Cantik Kuning yang terletak di Sub SubakGunung Sari.

Mata air yang ada di Pura Cantik Kuning menyerupai mata air pada Pura Tirtla Empul di Tampak Siring namun dalam debit yang lebih kecil seperti digambarkan pada Gambar 5.3.

Gambar 5.3

Mata Air di Pura Cantik Kuning (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

Sumber mata air yang terletak di tengah hutan dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata dengan memanfaatkan anggota subak untuk memandu melakukan kegiatan tracking, selain berguna bagi wisatawan dan dapat menambah pendapatan anggota subak, kegiatan tracking ke sumber mata air juga berguna untuk mengontrol saluran irigasi dari sumber mata air ke areal persawahan. Salah satu mata air yang terdapat di tengah hutan dengan jalur dan pemandangan yang menarik terletak digambarkan pada Gambar 5.4 berikut.

Gambar 5.4

Mata Air Sumber Air Irigasi di Subak Umakayu yang terletak di tengah Hutan (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

4. Potensi Air terjun

Selain memiliki panorama pemandangan persawahan yang indah, Subak Jatiluwih juga memiliki potensi berupa air terjun.Terdapat tiga air terjun di Subak Jatiluwih.Ketiga air terjun tersebut terletak di hulu Subak Jatiluwihatau tepatnya di Sub Subak Uma Kayu, Sub Subak Kesambi dan Sub Subak Gunung Sari.Air terjun tersebut digunakan sebagai sumber air irgasi.Lokasi air terjun tersebut ada yang berlokasi di tengah hutan ada pula yang terletak berdekatan dengan areal persawahan.Ketiga air terjun tersebut dapat dicapai dengan jalan kaki dengan pemandangan alam yang indah dan masih alami.Pada saat ini hanya beberapa warga lokal yang sering mendatangi ketiga air terjun tersebut.Gambar 5.5 berikut memperlihatkan air terjun Suranadi yang terletak Sub Subak Uma Kayu.

Gambar 5.5

Air Terjun Suranadi di Sub Subak Uma Kayu (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

5. Potensi Air Panas

Sumber air panas yang ada di Subak Jatiluwih terletak di Sub Subak Besi Kalung, bersebelahan dengan aliran sungai.Lokasi sumber air panas tersebut sangat mudah dicapai baik dengan bejalan kaki maupun mengendarai sepeda atau motor.Kondisi sumber air panas tersebut sangat tidak terawat dan jarang dikunjungi oleh para wisatawan, hanya beberapa warga lokal yang kadang mengunjungi, hal tersebut dikarenakan lokasi sumber air panas tersebut berdekatan dengan peternakan ayam dan pabrik air minum.Apabila dilakukan pembenahan dan penataan sumber air panas tersebut sangat berpotensi dijadikan tempat tujuan wisata.Gambar 5.6 berikut menggambarkan kondisi sumber air panas di Subak Jatiluwih.

Gambar 5.6

Sumber Air Panas di Sub Subak Besi Kalung (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

6. Potensi Sungai

Letak Subak Jatiluwih di dataran tinggi membuat Subak Jatiluwih banyak dilalui sungai.Sungai-sungai tersebut mempunyai peran yang sangat vital yaitu untuk mengalirkan air ke areal persawahan yang dilalui.Kondisi sungai di Subak Jatiluwih sangat alami dan asri, air yang jernih dan debit air yang besar serta ditambah batu-batu besar sisa letusan gunung menambah keindahan sungai.Kondisi sungai di Subak Jatiluwih sangat berpotensi dikelola untuk berbagai kegiatan wisata, namun pengembangan kegiatan wisata harus dapat menjaga kelestarian dan keindahaanya. Kegitan yang mungkin dilakukan antara laintracking menyusuli aliran sungai.

Gambar 5.7 menggambarkan kondisi sungai di Sub Subak Uma Kayu.

Gambar 5.7

Kondisi Sungai di Sub Subak Uma Kayu (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

7. Potensi Lainnya

Banyaknya potensi alam yang indah di Subak Jatiluwih, dapat dikelola menjadi paket-paket wisata yang ramah lingkungan, salah satu kegiatan wisata yang sangat mudah dikelola dan sudah mempunyai prasarana dan sarana yang cukup memadai adalah kegiatan tracking dan cycling.Jalur cycling pada umunya terdapat pada sub subak yang memiliki jalan pada tengah-tengah areal persawahan. Salah satu jalur cycling yang memiliki pemandangan alam yang indah dengan jalur yang cukup panjang dengan melintasi Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kedamaian dan Sub Subak Besi Kalung seperti pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8

Jalur Cycling yang melintasi tiga sub subak

(Sumber: Citra Google Earth dan Hasil Observasi Tahun 2015)

Semua jalur cycling dapat digunakan sebagai jalur tracking.Jalur tracking tersedia hampir di semua sub subak, mulai dari jalur yang pendek dan ringan hingga jalur yang agak jauh dan melalui hutan hutan.Jalur tracking tersebut biasa dilalui oleh anggota subak untuk mengecek aliran irigasi dari sumber air seperti mata air dan air terjun.Salah satu jalur tracking yang memiliki jarak sedang dan memiliki pemandangan yang indah serta jalur yang menarik dan berujung pada mata air atau air terjun terdapat di Sub Subak Umakayu seperti pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9

Jalur Tracking pada Sub Subak Uma Kayu

(Sumber: Citra Google Earth dan Hasil Observasi Tahun 2016)

Potensi Biotik

Potensi biotik yang ada di Subak Jatiluwih berhubungan dengan tanaman dan hewan yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata berbasis lingkungan.Hampir tidak ada aktivitas anggota subak yang tidak luput dari kegiatan upacara. Semua kegiatan upacara yang dilakukan memerlukan beberapa bahan-bahan yang bersumber dari alam baik berupa tanaman maupun hewan, oleh karena itu anggota Subak Jatiluwihsenantiasa merawat dan memelihara tanaman yang akan digunakan sebagaisarana pada upacara-upacara tersebut.

Subak Jatiluwih terkenal akan produksi berasnya terutama beras merah, beras merah yang dihasilkan Subak Jatiluwih telah dipasarkan hingga manca negara dan ada beberapa yang telah memiliki sertifikat SNI Pangan Organik. Beras merah yang dihasilksan dari Subak Jatiluwih memiliki varietas beras merah organik unggulan karena tidak menggunakan pestisida dan telah diwariskan secara turun menurun.

Beras merah yang dihasilkan bukan hanya di untuk dimakan, bahkan untuk diminum dengan cara menyeduh beras merah hingga menghasilkan teh beras merah. Teh beras merah mempunyai cita rasa dan tekstur yang berbeda dengan teh pada umumnya, selain itu teh beras merah juga dipercaya mempunyai beberapa manfaat antara lain sebagai anti oksidan, memperkuat stamina, melancarkan peredaran darah, memperbaiki pencernaan dan lain sebagainya.Gambar 5.10 menampilkan teh beras merah produksi Subak Jatiluwih yang sudah dikemas sedemikian rupa.

Gambar 5.10

Teh Beras Merah Produksi Subak Jatiluwih (Sumber: www.balebenggong.net)

Burung Kokokan atau dalam bahasan Indonesia sering disebut Burung Bangau atau Kuntul.Burung Kokokan merupakan satwa dalam ekosistem perairan yang biasa ditemukan pada kawasan danau, pantai, dan rawa. Burung Kokokan merupakan burung yang telah mengalami kelangkaan, beberapa spesies famili burung ini sudah termasuk dalam daftar satwa liar yang dilindungi sepeti tertuang dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Burung Kokokan dapat dijumpai di beberapa titik di Subak Jatiluwih seperti di Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kedamaian dan Sub Subak Umadui.Jumlah burung Kokokan yang ada di Subak Jatiluwih memang tidak sebanyak yang ada di Desa Petulu Gianyar,

namun dengan meningkatnya kesadaran anggota subak dan anggota masyarakat untuk menjaga kelestarian alam serta adanya peraturan desa untuk melarang kegiatan menembak, jumlah burung kokokan mungkin dapat bertambah. Burung Kokokan yang ada di Subak Jatiluwih dapat dikelola menjadi daya tarik wisata berupa kegiatan birds watching dengan membuat tempat seperti bale atau kubu sederhana yang dapat digunakan untuk melihat burung kokokan. Gambar 5.11 Berikut mengambarkan burung kokokan di Subak Jatiluwih.

Gambar 5.11

Potensi Burung Kokokan di Subak Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)

Potensi Sosial Budaya

Potensi sosial budaya yang ada di Subak Jatiluwih pada umumnya berhubungan dengan upacara adat yang dilakukan baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia maupun manusia dengan lingkunganya.Potensi sosial budaya juga berhubungan dengan bangunan tradisional, sejarah, teknologi dan makanan tradisional yang berhubungan dengan Subak Jatiluwih. Potensi sosial budaya yang ada di Subak Jatiluwih antara lain:

1. Keberadaan organisasi subak dari tingkat tempek subak atau Sub Subak, subak gede, sampai subak agung, bagaimana sistem pembagian kerja antar tempek dalam subak, pembagian sumber daya serta hak kewajiban antar anggota, serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan anggota subak seperti mengolah lahan (membajak, mengaru, mencangkul memperbaiki pematang dan saluran air, menanam padi, menyiang dan memanen) apabila dikemas sedemikian rupa dan pemandu wisata mampu menjelaskanya dengan baik serta melibatkan wisatawan dalam kegiatan petani tentu akan sangat menarik bagi wisatawan dan memperkaya pengetahuan wisatawan mengenai subak.

2. Teknologi sistem pembagian air yang digunakan pada Subak Jatiluwih yang masih bersifat tradisional seperti nyorog, nugel bumbung, pelampias dengan perangkat fisik sederhana seperti aungan (terowongan), tembuku, tali kunda tentu sangat menarik untuk jelaskan kepada wisatawan sehingga dapat memperkaya wawasan wisatawan yang datang ke Subak Jatiluwih.

3. Potensi mitos pada waktu Ratu Bethara Sesuwunan di Pura Puncak Petali Melancaran. Rombongan masyarakat yang mengiringi

biasanya berjumlah hingga ratusan orang, walaupun sudah dibuatkan jalan tetapi rombongan kurang berkenan melalui jalan yang ada dan tetap melalui areal persawahan. Rombongan masyarakat yang jumlahnya banyak tersebut menginjak tanaman padi di areal persawahan yang dilalui, namun anehnya dikemudian hari tanaman yang terinjak injak tersebut dapat tumbuh kembali dengan normal dan tidak terpengaruh gangguan hama tanpa ada yang rusak atau mati.

4. Adanya 13 upacara adat yang dilakukan mulai dari mencari air irigasi, mengolah sawah, pembibitan, menanam, memelihara, memanen hingga pemanfaatan padi sebagai sumber pangan. Upacara-upacara tersebut apabila dikemas dengan cerita yang disertai gambar-gambar kegiatanya atau melihat langsung dan ikut serta dalam kegiatan anggota subak yang sedang melakukan upacara tentu akan dapat menarik dan menambah wawasan wisatawan yang datang. Tiga belas upacara yang dilakukan antara lain sebagai berikut (hasil wawancara dan Windia dan Wiguna, 2013):

a. Mapag Toyo (menjemput air), tujuan dari upacara ini adalah untuk menjemput air irigasi yang kelak akan digunakan untuk mengalirih areal persawahan. Upacara ini biasanya dilakukan di bendungan atau tempat pembagi air.

b. Ngendaginmerupakan upacara yang dilakukan apabila anggota subakakan memulai mengolah lahan. Upacara ini bertujuan untuk memohon ijin kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam manifestasi sebagai Betara Sri agar memberikan kelancaran dan kehidupan

c. Ngurit atau Mawiwih Pantun adalah upcara yang dilakukan pada saat membenihkan padi yang nantinya akan ditanam.

d. Ngerasikan, yaitu upacara yang dilakukan setelah sawah dibersihkan dan diratakan sebelum benih padi ditanam. Upacara ini dilakukan di hulu maupun di hilir sawah.

e. Nandur atau menanam padi. Sebelum menanam benih padi, sawah yang akan ditanami harus sudah bersih dan layak untuk ditanami, waktu penanaman biasanya mencari hari baik yang perhitungannya disesuaikan dengan kelahiran anggota subak atau biasa disebut mitra satru.

f. Upacara pada saat padi berumur satu bulan. Padi pada saat berumur satu bulan ditandai dengan tumbuhnya tiga buku (ruas) pada batang padi, yang diandaikan sebagai anak yang sudah lincah.

g. Upacara pada saat padi berumur dua bulan, upacara ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan karena padi yang ditanam sudah berkembang baik.

h. Upacara pada saat padi berumur tiga bulan. Padi pada saat berumur tiga bulan diibaratkan sebagai manusia yang sudah menginjak masa remaja atau sudah akil balik, upacara dilakukan selain sebagai wujud syukur juga memohon kepada Tuhan agar perkembangan tanaman padi sesuai yang diharapkan.

i. Upacara Meikuh Lasan. Upacara ini dilakukan pada saat padi tumbuh malai, sehingga nampak seperti ekor kadal, oleh karena itu upcara ini dinamai Meikuh Lasan. Upacara ini bertujuan untuk memohon kepada Tuhan agar malai yang sudah tumbuh

dapat berkembang baik sehingga dapat dipanen pada saatnya nanti.

j. Upacara Memanen Padi, merias Nini Kaki dan Nini Manuh.

Upacara ini dilakukan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas manisfestasinya sebagai Dewi Sri yang telah memberikan kelancaran, kesuksesan dalam bertani.

k. Upacara Padi di Lumbung. Upacara ini dilakukan untuk memohon kepada Tuhan agar padi yang telah dipanen dapat disimpan dengan aman sehingga dapat digunakan sebagai bahan makanan hingga panen berikutnya.

l. Upacara Menurunkan Padi. Upacara ini dilakukan pada saat padi di lumbung akan diturunkan untuk digunakan sebagai bahan pangan. Upacara ini bertujuan agar padi yang akan diolah menjadi nasi dan berguna dan memberikan kebaikan bagi siapa saja yang memakanya.

m. Upacara Mrelina Dewa Nini. Upacara ini bertujuan untuk melebur Dewa Nini yang digunakan pada saat menaikan padi ke lumbung dan sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas anugerah yang diberikan dalam hal suksesnya bertani.

Kendala Pengelolaan Potensi Lingkungan

Potensi lingkungan yang ada di Subak Jatiluwih sangat indah, alami dan beragam, namun dalam pengelolaanya ada beberapa kendala yang dapat menghambat.Kendala-kendala tersebut harus dapat ditangani dan dikelola dengan baik melalui kerjasama antar anggota subak dengan para pengusaha pariwisata di Desa Jatilwuih serta Pemerintah Daerah.Penanganan kendala-kendala tersebut diharapkan dapat

memberikan daya dukung dalam pengelolaan lingkungan ekowisata dan kepuasan wisatawan serta keberlangsungan subak. Kendala-kendala yang muncul dalam pengelolaan potensi ekowisata di Subak Jatiluwih antara lain sebagai berikut.

Kendala Sarana, Prasarana Jalan dan Selokan

Kendala sarana dan prasarana jalan yang ada secara garis besar terbagi menjadi dua kendala yaitu kendala jalan penghubung menuju Subak Jatilwuih dan yang kedua adalah kendala jalan di Subak Jatiluwih menuju potensi ekowisata.Kendala jalan penghubung menuju Subak Jatiluwih berupa rusak dan kecilnya jalan menuju Subak Jatiluwih, terutama dari Desa Senganan hingga Desa Soko.Rusaknya jalan di dari Desa Senganan ke Desa Soko disebabkan kurang baiknya kondisi jalan yang ada sehingga pada musim hujan air hujan tidak turun ke selokan namun menggenang di jalan.Kondisi tersebut diperparah dengan kurang baiknya selokan yang ada, sehingga kadang air dari selokan naik dan menggenang di badan jalan.Naik dan menggenangnya air dari selokan ke badan yang tidak diperbaiki dengan segera menyebabkan rusaknya badan jalan.Gambar 5.12 Menggambarkan kondisi jalan yang rusak di Desa Bugbugan menuju ke Subak Jatiluwih.

Gambar 5.12

Kondisi Jalan yang Rusak menuju Subak Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

Kendala kedua adalah kurang baiknya kondisi jalan menuju potensi ekowisata. Kendala kedua ini sudah mendapatkan penanganan dengan dilakukanya perbaikan jalan di tengah Subak Jatiluwih, namun perbaikan yang dilakukan sebatas perbaikan akses jalan setapak di Subak Jatiluwih yang dekat dengan jalan utama yang sering didatangi wisatawan, sedangkan untuk akses jalan menuju air terjun dan di subak bagian dalam masih kurang memadai. Kendala-kendala ini tentu dapat menganggu kegiatan masyarakat dan wisatawan yang datang ke Subak Jatiluwih terutama pada saat musim hujan. Gambar 5.13 memperliatkan proses perbaikan jalan di Subak Jatiluwih.

Gambar 5.13

Perbaikan Jalan di Subak Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)

Kendala Air dan Saluran Irigasi

Pertanian sawah seperti subak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap air.Subak merupakan organisasi petani pengelola air yang membimbing petani dalam berbagi air secara adil, proporsional dan transparan, namun seiring berjalanya waktu dan terjadinya perubahan cuaca, berkurangnya debit air dari sumber mata air dan banyak kerusakan saluran irigrasi baik karena faktor alam maupun manusia membuat persaingan mendapatkan air antar anggota subak semakin tinggi dan berpotensi menjadi konflik antar anggota. Selain daripada itu rusaknya saluran irigasi dan berkurang debit air dapat menimbulkan kekeringan yang pada akhirnya merugikan anggota subak dan wisatawan.

Kekeringan bahkan dapat terjadi pada musim hujan seperti sekarang ini.Ada tiga Sub Subak yang rawan mengalami kekeringan yaitu Sub Subak Telabah Gede, Sub Subak Kesambi dan Sub Subak Gunung sari.Gambar 5.14 Berikut memperlihatkan kekeringan yang terjadi di Sub Subak Telabah Gede.

Gambar 5.14

Kekeringan yang terjadi di Sub Subak Telabah Gede (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2015)

Kendala Parkir

Lahan parkir yang memadai saat ini hanya terdapat di Desa Soko.Desa soko terletak di luar desa tepatnya di sebelah timur Desa Jatiluwih. Lahan parkir di Desa Soko dalam kondisi memadai, baik dan rapi dengan menggunakan paving, namun lahan parkir tersebut hanya

memadai untuk kendaraan roda dua dan roda empat, sedangkan di Desa Jatiluwih para wisatawan yang berkunjung ke Subak Jatiluwih biasa memarkir kendaraanya di bahu jalan, karena sampai saat pengkajian dilakukan belum ada lahan parkir untuk umum yang memadai di Desa Jatiluwih. Lahan parkir yang tersedia bersifat khusus diperuntukan bagi pengunjung rumah makan dan café yang ada di sepanjang jalan utama.

Penggunaan bahu jalan sebagai tempat parkir tentu sangat mengganggu pemandangan dan dapat menyebabkan kemacetan, hal tersebut dikarenakan kebanyakan pengunjung yang berkunjung ke Subak Jatiluwih melalui jalur Desa Senganan dan kembali melalui jalur yang sama. Gambar 5.15 Berikut menggambarkan kondisi parkir yang menggunakan badan.

Gambar 5.15

Kondisi parkir di Jalan Utama Desa Jatiluwih (Sumber: Hasil Observasi Tahun 2016)

Kendala Pencemaran dari Peternakan Ayam

Desa Jatiluwih seperti kebanyakan desa di Kecamatan Penebel terdapat banyak usaha peternakan ayam, baik peternakan ayam pedaging

Desa Jatiluwih seperti kebanyakan desa di Kecamatan Penebel terdapat banyak usaha peternakan ayam, baik peternakan ayam pedaging

Dokumen terkait