Strategi Pengelolaan Lingkungan Ekowisata Subak Jatiluwih Potensi ekowisata yang dimiliki Subak Jatiluwih harus dapat dikelola dengan baik dan benar. Pengelolaan potensi ekowisata di Subak Jatiluwih harus memberikan manfaat bukan saja pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota subak namum dapat memberikan perlindungan terhadap lingkungan dan keberlangsungan subak agar dapat dinikmati oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Strategi pengelolaan potensi ekowisata di Subak Jatiluwih harus menghasilkam program-program yang baik dan berkelanjutan.Penentuan strategi pengelolaan lingkungan di Subak Jatiluwih dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap lingkungan internal maupun eksternal.Pengamatan tersebut bertujuan untuk menjabarkan faktor internal dan eksternal yang ada di Subak Jatiluwih.Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Subak Jatiluwih, sedangkan faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang ada di Subak Jatiluwih.
Analisis Faktor Internal
Analisis faktor internal menggambarkan kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih sebagai berikut.
1. Kekuatan
a. Adanya awig-awig yang berwawasan lingkungan.
Awig-awig yang ada di Subak Jatiluwihmerupakan salah satu upaya mendukung pelestarian lingkungan.Awig-awigmengatur bagaimana anggota masyarakat berinteraksi baik dengan sesama manusia, manusia dengan lingkungan, maupun hubungan manusia dengan Tuhan.Salah satu contoh awig-awig di Subak Jatiluwih adalahmelarang adanya kegiatan menembak burung, menyetrum ikan di sungai maupun membuang sampah di sungai.
b. Memiliki lahan persawahan bertingkat yang indah.
Subak Jatiluwih memiliki keindahan panorama persawahan bertingkat yang terdapat hampir di semua sub subak. Ada banyak pilihan pemandangan persawahan di Subak Jatiluwih, ada yang terletak di pinggir jalan utama, adalah pula yang harus melalui jalur sepeda atau bahkan dengan berjalan kaki.
Keindahan tersebut harus tetap dijaga kelesariannya agar terus dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk generasi sekarang namun juga generasi yang akan datang.
c. Memiliki sumber mata air alami dan air terjun.
Mata air banyak ditemui di beberapa wilayah di Subak Jatilwih.Terdapat tiga air terjun di Subak Jatiluwih.Mata air dan air terjun merupakan beberapa sumber air irigasi utama yang digunakan untuk mengaliri areal persawahan.Oleh karena itu mata air dan air terjun harus dijaga kelestariaanya karena pertanian sawah seperti subak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap air.
d. Memiliki varietas beras merah unggulan yang sudah terkenal.
Subak Jatiluwih terkenal akan produksi beras merahnya.Beberapa beras merah yang dihasilkan telah memiliki sertifikat SNI pangan organik unggulan karena tidak menggunakan pestisida.Penggunaan bahan makanan organik harus terus dikembangkan karena selain baik untuk kesehatan petani dan penggunanya juga berguna untuk kelestarian lingkungan.
e. Sudah memiliki lembaga pengelola.
Lembaga pengelola pada suatu daerah berfungsi untuk mempermudah koordinasi, pembagian kerja dan tanggung jawab.Badan pengelola yang ada di Jatiluwih terdiri semua stake holder yang ada serta memiliki visi meningkatkankesejahteraan masyarakat Jatiluwih melalui pengembangan pembangunan yang BALI (Bersih, Aman, Lestari, Indah) dengan menitik beratkan pada pertanian.
f. Terdapat jalur trecking dan cycling yang cukup memadai.
Salah satu kegiatan wisata yang berwawasan lingkungan dan mudah dikelola adalah kegiatan tracking dan cycling. Jalur tracking dan cyclingyang ada di Subak Jatiluwih sangat beragam dari yang berjalur tanah, pengerasan berbahan semen hingga paving. Kegiatan tracking dan cycling yang melibatkan anggota subak dapat membantu anggota subak untuk mengecek aliran irigasi dari sumber air, sehingga mempercepat penanganan apabila terdapat gangguan pada saluran irigasi.
g. Aktifitas anggota subak yang sarat akan budaya dan berwawasan lingkungan.
Hampir tidak ada aktivitas anggota subak yang tidak luput dari kegiatan upacara.Semua kegiatan upacara yang dilakukan bertujuan untuk menyelaraskan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan sesama manusia.Kegiatan upacara yang memerlukan beberapa bahan-bahan yang bersumber dari alam baik berupa tanaman maupun hewan, oleh karena itu anggota Subak Jatiluwih senantiasa merawat dan memelihara bahan-bahan alamsebagai sarana pada pelaksanaan upacara-upacara tersebut.
2. Kelemahan
a. Kerusakan saluran irigasi dan berkurangnya debit sumber air menyebabkan lahan persawahan rentan mengalami kekeringan.
Pertanian sawah seperti subak memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap air.Terjadinya perubahan cuaca, musim dan berkurangnya debit air dari sumber mata air serta banyaknya kerusakan saluran irigrasi baik karena faktor alam maupun manusia berpotensi menimbulkan kekeringan yang pada akhirnya dapat merugikan petani.
b. Topografi wilayah dengan tingkat kemiringan yang cukup tinggi dan kondisi curah hujan yang tinggi bepotensi menyebabkan longsor.
Longsor sering terjadi di Subak Jatiluwih, terutama pada musim hujan.Longsor tidak hanya merugikan areal persawahan yang terkena longsor saja namun apabila longsor terjadi pada daerah
saluran irigasi hal tersebut dapat mengurangi jumlah pasokan air ke areal persawahan dibawahnya yang pada akhirnya dapat menyebabkan kekeringan dan mematikan tanaman padi.
c. Minimnya kualitas SDM terutama dalam penguasan bahasa asing.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata di Subak Jatiluwih.Pengembangan tersebut hendaknya melibatkan anggota subak, namun kualitas dan kompetensi yang dimiliki anggota subak masih kurang memadai, terutama dalam hal penguasaan bahasa asing. Hasil wawancara dengan Klian Subak Jatiluwih dan Klian Tempek, hanya KlianSubak Jatiluwih dan Klian Sub Subak Umadui yang cukup menguasai bahasa Inggris, hal tersebut dikarenakan pada umumnya anggota subak berprofesi sebagai petani dan hanya mengenyam pendidikan rendah.
d. Kurangnya fasilitas penunjang pariwisata seperti parkir dan toilet umum.
Lahan parkir yang memadai saat ini hanya terdapat di Desa Soko.Wisatawan yang berkunjung ke Subak Jatiluwih umumnya memarkir kendaraanya di bahu jalan.Lahan parkir yang tersedia di Jatiluwih bersifat khusus dan diperuntukan bagi pengunjung rumah makan dan café yang ada di sepanjang jalan utama.Penggunaan bahu jalan sebagai area parkir sangat mengganggu dan dapat menyebabkan kemacetan. Ketersediaan toilet umum di Subak Jatiluwih pada saat ini masih sangat terbatas, para wisatawan biasa menggunakan toilet yang ada
pada beberapa rumah makan dan café atau di kantor badan pengelola DTW Jatiluwih.
e. Pengelolaan potensi subak belum maksimal (kebanyakan wisatawan hanya melihat pemandangan sawah dari pinggir jalan utama).
Sejak ditetapkanya Subak Jatiluwih sebagai bagian Catur Angga Batukaru penerima status Warisan Budaya Dunia dari UNESCO banyak wisatawan yang berkunjung.Kebanyakan wisatawan yang datang berkunjung hanya sekedar melihat-lihat pemandangan persawahan baik secara langsung maupun dari café atau rumah makan yang ada di sepanjang jalan utama.
f. Kondisi jalan menuju Subak Jatiluwih yang kurang memadai.
Kondisi jalan di Subak Jatiluwih terbagi atas dua bagian yaitu menuju Subak Jatiluwih dan di Subak Jatiluwih itu sendiri baik yang berupa jalan setapak atau pematang sawah.Kondisi jalan menuju Subak Jatiluwih banyak yang mengalami kerusakan dan kurang memadai (kecil), terutama jalan dari Desa Senganan hingga Desa Soko.Kondisi jalan di Subak Jatiluwih banyak yang masih berupa tanah sehingga kurang memadai terutama pada musim hujan.
g. Konflik penggunaan air baik antar sesama anggota subak, dengan pemerintah dan swasta.
Air merupakan sumber penting bagi pertanian sawah. Ketika sumber daya air berkurang dalam hal jumlah sumber dan debitnya sedangkan jumlah pengguna air meningkat hal tersebut akan memunculkan berbagai permasalahan. Semakin langka air yang tersedia dalam suatu subak semakin sering terjadi
perselisihan yang berhubungan dengan pemnfaatan air. Anggota Subak yang sangat kekurangan air akan tergoda untuk memanfaatkan air yang ada dengan cara-cara yang kurang baik.
Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal menggambarkan peluang dan ancaman dalam pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih sebagai berikut.
3. Peluang
a. Status Subak Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO.
Penetapan Subak Jatiluwih sebagai bagian warisan budaya dunia membuat Subak Jatiluwih dikenal oleh masyarakat dunia.Program Warisan Budaya Dunia dari UNESCO bertujuan untuk mengkatalog dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting dan berarti bagi manusia sehingga dapat menjadi warisan bagi generasi berikutnya.
b. Perubahan paradigma terhadap kegiatan wisata berbasis lingkungan yang cenderung meningkat.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, paradigma kegiatan pariwisata telah mengalami pergeseran seiring dengan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan secara global.Kegiatan pariwisata mulai bergeser dari pariwisata dengan modal dan jumlah besar (mass tourism) ke pariwisata berbasis alam dan budaya lokal.Jenis kegiatan wisata ini mulai digemari oleh wisatawan karena mementingkan nilaikonservasi,
kealamian dari suatu tempat dan penghargaan konsep-konseppreservasi dan konservasi terhadap lingkungan dan budaya lokal.
c. Merupakan pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan budaya.
Perkembangan industri pariwisata sering diidentikan dengan kerusakan lingkungan.Banyak pembangunan fasilitas penunjang pariwisata dilakukan dengan merubah bentang alam.Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan budaya agar bukan hanya mendatangkan manfaat ekonomi saja namun terhadap pelestarian alam dan budaya setempat.
d. Kebijakan pemerintah pusat untuk swasembada pangan.
Program swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah pusat pada tahun 2017 memberikan angin segar kepada para petani. Anggaran dibidang pertanian mengalami peningkatan.Banyak program bantuan kepada petani digulirkan seperti bantuan alat atau mesin pertanian, pupuk dan benih padi.Kebijakan-kebijakan tersebut merupakan peluang yang sangat membantu petani untuk meningkatkan produksi dan keberlangsungan sawah.
e. Perubahan paradigma terhadap bahan makanan organik terutama beras merah yang cenderung meningkat.
Gaya hidup sehat menjadi pilihan masyarakat dewasa ini.Masyarakat kini mulai meninggalkan gaya hidup yang serba instan,termasuk makanan terutama beras. Beras organik dan beras merah merupakan produk makanan yang mulai digemari
karena mengandung nutrisi yang berguna bagi tubuh.
Permintaan akan beras organik dan beras merahdiperkirakan akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Peluang tersebut harus dapat dimanfaatkan oleh petani agar dapat meningkatkan kesejahteraanya.
f. Banyak sumber dana yang secara tidak langsung mengarah pada pengembangan kepariwisataan seperti perbaikan lingkungan.
Pengembangan dan pembangunan yang ada di Subak Jatiluwih bukan hanya berasal dari satu bidang atau sumber saja, karena kawasan persawahan seperti Subak Jatiluwih pengelolaanya dan pengembanganya mencakup banyak bidang.Pengembangan dan pembangunan saluran irigasi dan kelengkapnya berasal dari Dinas Pekerjaan Umum.Dinas Pertanian menangani masalah benih, pupuk dan alat pertanian.Pelestarian kawasan penunjang sumber air didapat dari Dinas Kehutanan atau Badan Lingkungan Hidup.Promosi, penguatan budaya dan adat didapat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan.
g. Harga paket ekowisata yang ditawarkan berpeluang terus meningkat karena berhubungan dengan kepuasan wisatawan dan kelengkapan fasilitas penunjang.
Subak Jatiluwih merupakan kawasan yang baru berkembang, badan pengelola yang dibentuk baru berumur dua tahun.Seiring dengan pengembangan dan pembangunan fasilitas serta peningkatan kualitas SDM yang mumpuni, harga paket ekowisata yang ditawarkan dapat terus ditingkatkan apalagi ditunjang dengan peningkatan kepuasan wisatawan.Peningkatan harga paket ekowisata tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan petani dan masyarakat sekitar sehingga keberadaan subak dapat terus terjaga.
4. Ancaman
a. Adanya persaingan antar daerah tujuan wisata yang memiliki kesamaan potensi.
Pulau Bali memiliki berbagai tempat yang dikembangkan sebagai tempat tujuan wisata.Sebagai salah satu tempat yang baru berkembang Subak Jatilwuih dihadapkan dengan persaingan untuk merebut perhatian para wisatawan yang berkunjung ke Bali.Persaingan tersebut datang dari daerah yang memiliki kesamaan potensi dan memiliki pengelolaan lingkungan yang cukup baik serta sudah lebih dahulu terkenal.
b. Perubahaan dan ketidakpastian musim yang dapat menyebabkan kekeringan dan musim hujan berkepanjangan.
Tanaman padi sangat tergantung pada kondisi musim dan cuaca.Kegagalan musim tanam dapat terjadi lantaran curah hujan sedikit, sementara air irigasi semakin sedikit akibat musim kemarau panjang. Tingginya curah hujan yang turun hari juga dapat membuat tanaman padi yang siap dipanen manjadi tergenang air, apabila air tidak surut dalam beberapa hari maka tanaman padi akan membusuk dan mati sehingga dapat merugikan petani.
c. Banyaknya peternakan ayam di sekitar subak yang dapat menyebabkan pencemaran.
Peternakan ayam selain meningkatkan kesejahteraan juga membawa dampak negatif bagi lingkungan.Salah satu dampak negatif dari usaha peternakan ayam adalah menimbulkan bau yang kurang sedap, merusak pemandangan dan meningkatkan
jumlah lalat, sehingga perlu dibuat pengaturan tentang tata letak peternakan ayam yang diluar daerah-daerah yang sering dikunjungi wisatawan.
d. Meningkatnya kunjungan wisatawan akan meningkatkan alih fungsi lahan.
Meningkatkanya kunjungan wisatawan pasca ditetapkanya Subak Jatiluwih sebagai Warisan Budaya dunia dari UNESCO dibarengi dengan peningkatan pembangunan fasilitas penunjang pariwisata seperti café, restoran dan penginapan. Peningkatan alih fungsi lahan berpotensi membahayakan subak, karena subak adalah sebuah sistem yang terpadu, ketika sebagian lahan dijual, beban yang ditanggung oleh persawahan di sekitarnya akan meningkat. Kondisi ini memberikan tekanan yang lebih besar bagi petani untuk menjual sawahnya, yang kemudian mengancam keberlangsungan seluruh subak.
e. Kebijakan pemerintah yang belum jelas.
Perda Kabupaten Tabanan Nomor 6 Tahun 2014 tentang Kawasan Jalur Hijau, menyebutkan bahwa Kawasan Jalur Hijau Senganan-Jatiluwih berjarak 1.000m dari sebelah kanan dan kiri jalan. Berdasarkan peraturan tersebut diluar jarak 1.000m dari jalan masyarakat yang memiliki lahan baik berupa lahan persawahan maupun perkebunan dapat mendirikan sebuah bangunan. Hal tersebut tentu bertentangan dengan Perda Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 dimana Subak Jatiluwih masuk dalam Kawasan Warisan Budaya yang harus dipertahankan keasliannya.
f. Minimnya pendapatan petani dari mengelola sawah.
Dewasa ini sangat sedikit anggota masyarakat yang ingin menjadi petani padi.Hal tersebut dikarenakan minimnya
penghasilan sebagai petani padi.Ongkos produksi mulai dari membeli benih, pupuk, pestisida, ongkos mengolah tanah, membayar tenaga kerja tanam, penyiangan, dan panen yang dikeluarkan hampir sebanding dengan pendapatan yang diperoleh dari hasil panen. Hal tersebut menyebabkan banyak lahan persawahan yang dijual atau petani lebih memilih pekerjaan lain untuk dapat menghidupi keluarganya.
g. Serangan hamaseperti wereng dan tikus yang dapat merusak tanaman padi.
Subak Jatiluwih seperti areal persawahan pada umumnya sangat rentan akan serangan hama seperti wereng dan tikus. Banyak hal yang sudah dilakukan petani untuk mengusir hama tersebut namun serangan hama semakin hari semakin meresahkan.
Wereng biasanya menyerang batang dan daun padi.Tikus menyerang batang muda dan buah menyebabkan kerusakan parah pada tanaman padi dan penurunan produksi. Serangan hama tersebut dapat menyebabkan gagal panel dan menyerang keseluruhan subak bahkan dapat menyebar ke subak-subak lainnya yang berbatasan dengan subak yang terkena serangan.
Analisis EFAS dan IFAS
Analisis IFAS (Internal Factor Analysis Summary) digunakan untuk menganalisis faktor internal berupa kekutan dan kelemahan.Analisis EFAS (Exsternal Factor Analysis Summary) digunakan untuk menganalisis faktor eksternal berupa peluang dan ancaman.Setelah dijabarkan faktor-faktor internal dan eksternal tahap selanjutnya adalah melakukan pembobotan terhadap masing faktor.Penentuan pembobotan masing-masing faktor dilakukan oleh narasumber yang dinilai mampu dan mempunyai bidang pekerjaan pada pengelolaan lingkungan subak
dan ekowisata.Identitas narasumber terdapat pada Lampiran 7.Penentuan pembobotan dilakukan dengan metoda perbandingan berpasangan, yaitu dengan membandingkan satu faktor dengan faktor lainnya secara bepasangan.Hasil pembobotan faktor internal dari masing-masing narasumber terdapat pada Lampiran 14, sedangkan hasil rata-rata pembobotan seperti disajikan pada Tabel 7.1.
Tabel 7.1
Hasil Rata-Rata Pembobotan Faktor Internal
Sumber: Hasil Pengkajian Tahun 2016
Hasil rata-rata pembobobotan narasumber untuk faktor kekuatan menunjukkan bahwa aktifitas anggota subak yang sarat akan budaya dan berwawasan lingkungan memiliki bobot tertinggi disusul sudah adanya lembaga pengelola di posisi kedua dan adanya jalur trecking dan cycling yang cukup memadai di posisi ketiga. Hasil pembobotan dari narasumber tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas anggota subak yang sarat akanbudaya dan berwawasan lingkungan serta adanya lembaga pengelola diSubak Jatiluwih merupakan kekuatan utama dalam pengelolaan lingkungan ekowisata. Dengan adanya aktivitas anggota subak yang sarat akan budaya dan berwawasan lingkungan maka kelestarian lingkungan akan terjaga. Badan Pengelola akan mempermudah koordinasi dan pengawasan dalam pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih.
Hasil rata-rata pembobotan untuk faktor kelemahan menunjukan bahwa kerusakan saluran irigasi dan berkurangnya debit sumber air yang menyebabkan lahan persawahan rentan mengalami kekeringan memiliki bobot tertinggi, disusul adanya konflik penggunaan air baik antar sesama anggota subak, dengan pemerintah dan swasta serta kurangnya fasilitas penunjang pariwisata seperti parkir dan toilet umum dengan bobot yang sama. Kondisi tersebut menyatakan bahwa kerusakan saluran irigasi dan berkurangnya debit air dapat menyebabkan kekeringan merupakan kelemahan utama dalam pengelolaan lingkungan di Subak Jatiluwih, karena subak merupakan faktor utama pengelolaan ekowisata di Subak Jatiluwih dan Desa Jatiluwih yang harus dijaga kelestariannya.Hasil pembobotan untuk faktor eksternal dari narasumber terdapat pada Lampiran 15.Sedangkan Hasil rata-rata pembobotan faktor eksternal disajikan pada Tabel 7.2.
Tabel 7.2
Hasil Rata-Rata Pembobotan Faktor Eksternal
Sumber: Hasil Pengkajian Tahun 2016
Hasil rata-rata pembobotan narasumber untuk faktor peluang menunjukkan bahwa status Subak Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO memiliki bobot tertinggi disusul pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan budaya di posisi kedua
dan banyaknya sumber dana yang secara tidak langsung mengarah pada pengembangan kepariwisataan seperti perbaikan lingkungan di posisi ketiga. Sejak ditetapkanya Subak Jatiluwih sebagai bagian Catur Angga Batukaru penerima status Warisan Budaya Dunia dari UNESCO banyak perbaikan dan pengembangan yang dilakukan di Subak Jatiluwih seperti pembentukan badan pengelola dan manajamen operasional serta adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Subak Jatiluwih. Hal tersebut mengindikasikan bahwa status Subak Jatiluwih sebagai warisan budaya dunia dari UNESCO merupakan peluang utama dalam pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih.
Hasil rata-rata pembobobotan narasumber untuk faktor ancaman menunjukkan bahwa serangan hama seperti wereng dan tikus yang dapat merusak tanaman padi memiliki bobot tertinggi disusul adanya persaingan antar daerah tujuan wisata yang memiliki kesamaan potensi seperti ubud, payangan serta perubahaan dan ketidakpastian musim yang dapat menyebabkan kekeringan dan musim hujan berkepanjangan dengan bobot yang sama.Ketiga faktor ancaman dengan bobot tertinggi dua diantaranya merupakan ancaman yang secara langsung dapat menganggu keberlangsungan subak. Serangan hama dan perubahaan serta ketidakpastian musim secara langsung dapat menganggu keberlangsungan subak yang pada akhirnya dapat menganggu pengelolaan lingkungan ekowisata di Subak Jatiluwih.
Tahap selanjutnya dalam analisis IFAS dan EFAS adalah menentukan peringkat (rating) dari masing faktor baik internal (kekuatan dan kelemahan) maupun eksternal (peluang dan ancaman). Penilaian rating faktor dilakukan dengan memberikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 untuk masing masing faktor, dengan keterangan nilai 1 (sangat lemah),
2 (agak lemah), nilai 3 (cukup kuat) dan nilai 4 (sangat kuat). Penilaian rating faktor internal dari narasumber terdapat pada Lampiran 16 sedangkan penilaian rating faktor eksternal terdapat pada Lampiran 17. Analisis IFAS dan EFAS mengahasilkan Tabel IFAS disajikan pada Tabel 7.3.
Tabel 7.3
Tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS)
Sumber: Hasil Pengkajian Tahun 2016
Hasil rata-rata penilaian faktor kekuatan (Lampiran 16) menunjukkan bahwa lahan persawahan bertingkat yang indah memiliki nilai tertinggi dengan nilai 3,571, disusul memiliki sumber mata air alami dan air terjun dengan nilai3,429.Peringkat ketiga terdapat dua kekuatan dengan nilai yang sama yaitu adanya awig-awig yang berwawasan lingkungan dan Aktifitas anggota subak yang sarat akan budaya dan berwawasan lingkungan dengan nilai masing-masing 3,143. Hasil rata-rata penilaian untuk faktor kelemahan (Lampiran 16) menunjukan bahwa kelemahan dengan nilai tertinggi adalah kurangnya fasilitas penunjang pariwisata seperti parkir dan toilet umum dengan nilai 3,143 disusul oleh dua faktor kelemahan dengan nilai yang sama yaitu adanya kerusakan saluran irigasi dan berkurangnya debit sumber air menyebabkan lahan persawahan rentan mengalami kekeringan dan kondisi jalan menuju Subak Jatiluwih yang kurang memadai dengan nilai masing-masing 2,857. Hasil penjumlahan perkalian antara bobot dan rating untuk faktor internal menghasilkan nilai 2,957.Analisis EFAS mengahasilkan Tabel EFAS seperti disajikan pada Tabel 7.4.
Tabel 7.4
Tabel Exsternal Factor Analysis Summary (EFAS)
Sumber: Hasil Pengkajian Tahun 2016
Hasil rata-rata penilaian faktor peluangdari narasumber (Lampiran 17) menghasilkan dua fakor peluang dengan nilai tertinggi yaitu status Subak Jatiluwih sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO dan merupakan pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan budaya dengan nilaimasing-masing 3,286. Sedangkan adanya perubahan paradigma terhadap kegiatan wisata berbasis lingkungan yang cenderung meningkat menempati peringkat berikutnya dengan nilai 2,857. Hasil rata-rata penilaian dari narasumber untuk faktor ancaman (Lampiran 17) menujukkan bahwa ancaman dengan nilai tertinggi adalah adanya persaingan antar daerah tujuan wisata yang memiliki kesamaan potensi dengan nilai 3, disusul oleh tiga ancaman dengan nilai yang sama yaitu perubahaan dan ketidakpastian musim yang dapat menyebabkan kekeringan dan musim hujan berkepanjangan, meningkatnya kunjungan wisatawan akan meningkatkan alih fungsi lahan sertakebijakan pemerintah yang belum jelas dengan nilai masing-masing 2,571. Hasil penjumlahan perkalian antara bobot dan rating untuk faktor internal
Hasil rata-rata penilaian faktor peluangdari narasumber (Lampiran 17) menghasilkan dua fakor peluang dengan nilai tertinggi yaitu status Subak Jatiluwih sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO dan merupakan pengembangan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan budaya dengan nilaimasing-masing 3,286. Sedangkan adanya perubahan paradigma terhadap kegiatan wisata berbasis lingkungan yang cenderung meningkat menempati peringkat berikutnya dengan nilai 2,857. Hasil rata-rata penilaian dari narasumber untuk faktor ancaman (Lampiran 17) menujukkan bahwa ancaman dengan nilai tertinggi adalah adanya persaingan antar daerah tujuan wisata yang memiliki kesamaan potensi dengan nilai 3, disusul oleh tiga ancaman dengan nilai yang sama yaitu perubahaan dan ketidakpastian musim yang dapat menyebabkan kekeringan dan musim hujan berkepanjangan, meningkatnya kunjungan wisatawan akan meningkatkan alih fungsi lahan sertakebijakan pemerintah yang belum jelas dengan nilai masing-masing 2,571. Hasil penjumlahan perkalian antara bobot dan rating untuk faktor internal