• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

2.2 Agroindustri Minyak Kelapa Sawit dan Potensi Pengembangannya

2.2.5 Potensi Pengembangan

Dalam konsep pertanian yang holistik, dianut pandangan bahwa setiap bagian tanaman sejak panen dapat dijadikan bahan dasar industri secara berantai (Pahan, 2010). Paham ini melahirkan efek berganda (multiplier effects) yang disebut pohon industri pertanian. Pohon industri kelapa bisnis kelapa sawit secara umum digambarkan pada Gambar 2-8 (Deperin, 2011).

Gambar 2-8 Pohon Industri Kelapa Sawit

Menurut data dari Departemen Perindustrian RI, hingga tahun 2009 baru diproduksi sekitar 23 jenis produk turunan CPO di Indonesia (Indagro, 2009). Mengingat potensi minyak sawit Indonesia saat ini dan ditambah realisasi produksi CPO tahun 2011 yang telah mencapai 23 juta ton dan bahkan target 50 juta ton pada tahun 2020, maka sudah selayaknya diversifikasi produk turunan CPO ditingkatkan. Dengan pengolahan CPO ini menjadi berbagai produk turunan, maka akan memberikan nilai tambah lebih besar lagi bagi negara karena harga relatif mahal dan stabil. Penggunaan CPO untuk industri hilirnya di Indonesia saat ini masih relatif rendah yaitu baru sekitar 35% dari total produksi (Indagro, 2010). Nilai tambah ekonomi (baik nilai tambah bisnis maupun nilai tambah teknis) produk turunan CPO sangat bervariasi, tergantung dari harga bahan baku, tingkat kesulitan dalam ekstraksi produk, dan harga produk turunan di pasar.

TANDAN BUAH SEGAR Proses di

PMKS Inti Sawit

Crushing extractin Bungkil inti sawit

Blending Pakan Ternak

Minyak inti sawit

Fractionation and Refining

Refining

Splitting

Minyak kelapa sawit

Olein Stearin Confectionery fats Margarines Hydrogenation H.P.K.O. H.K.O. olein Margarines Confectioneries Filled milk Ice cream Biscuit creams Fuel Sisa-sisa TBS Confectioneries Coffee whitener Filled milk Coating fats Fatty acids Fatty Alcohols Amines Amides Glycerol Emulsifiers Humectants explosives Refining RBD PO Margarines Shortenings Vanaspati Fryng fats Ice cream Fractionation and refining RBD olein RBD stearin Frying cooking Shortenings Margrines Shortenings margarines Palm midraction Biodiesel Blending Cocoa butter equivalent Soaps Splitting Fatty acids Soaps Food emulsifiers dll Pupuk arang aktif Technical uses soaps dll

Namun, yang pasti, semakin dapat dimanfaatkan/dibutuhkan produk turunan tersebut, nilai tambahnya akan semakin tinggi. CPO yang diolah menjadi sabun mandi menghasilkan nilai tambah sebesar 300 persen, apalagi kalau diproses untuk menghasilkan kosmetik, nilai tambahnya akan meningkat mencapai 600 persen (Tabel 2-3) Nilai tambah CPO jika diolah menjadi minyak goreng sawit sebesar 60 persen, sedangkan jika menjadi margarin mencapai 180 persen (Kemenperin, 2011).

Oleh karena itu, pemerintah terus berusaha mendorong pengembangan produk turunan CPO, baik untuk keperluan bahan baku industri pangan maupun non pangan. Produk pangan yang dapat dihasilkan dari CPO dan PKO, seperti

emulsifier, margarine, minyak goreng, shortening, susu full krim, konfeksioneri,

yogurt, dan lain-lain. Sedangkan produk non pangan yang dihasilkan dari CPO dan PKO, seperti epoxy compound, ester compound, lilin, kosmetik, pelumas,

fatty alcohol, biodiesel, aviation biofuels (Venkataramani, 2011) dan lain-lain.

Tabel 2-3 Jenis Industri, Perkiraan Nilai Investasi dan Nilai Tambah Industri Berbasis Minyak Sawit

2.2.6 Strategi Pengembangan Industri Hilir CPO

Departemen perindustrian (2009) telah membuat road map pengembangan industri CPO Nasional. Strategi pengembangan industri CPO yang telah dirumuskan berfokus pada produk IHKS yang bernilai tambah tinggi melalui pengembangan klaster industri kelapa sawit. Adanya klaster industri berbasis sawit ini diharapkan dapat memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai

No Produk Bahan Baku TingkatTtekn

ologi

Perkiraan Investasi Pertambahan Nilai

1 Olein & stearin CPO Menengah 20%

2 Fatty acids CPO, PKO, katalis Tinggi 200 - 700 miliar 50%

3 Ester Palmitat, miristat Tinggi 100 - 500 miliar 150%

4 Surfactant / emulsifier Stearat, oleat, sorbitol, gliserol Tinggi 200 - 700 miliar 200%

5 Sabun mandi CPO, PKO, NaOH,

pewarna, parfum

Sederhana Mulai kurang dari 1 milar 300%

6 Lilin Stearat Sederhana Mulai kurang dari 1 milar 300%

7 Kosmetik (lotion, cream) bedak, shampoo

Surfaktan, ester, amida Sederhana 1 - 200 miliar 600%

nilai (value chain) dari industri hulunya dan mampu meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun visi dan misi yang selaras.

Terdapat empat kelompok industri yang harus dikembangkan untuk mengoptimalkan nilai tambah yang diperoleh dari kelapa sawit (Indagro, 2009) sebagaimana yang tergambar pada Gambar 2-9. Yang pertama adalah industri pemasok yang menghasilkan bahan baku industri yaitu CPO dan PKO. Yang kedua merupakan kelompok industri inti yang berada pada tahap kedua dari klaster ini yaitu antara lain industri Fatty Acid, Fatty Alcohol dan Biodiesel. Ketiga adalah industri-industri dalam kelompok industri terkait seperti industri minyak goreng, shortenings, surfaktan, dan lain sebagainya. Yang terakhir adalah industri yang berada dalam kelompok industri pendukung seperti industri kemasan, metanol, hidrogen, katalis dan bahan kimia lainnya. Dengan berkembangnya keempat kelompok industri ini dan dibarengi dengan peningkatan infrastruktur pelabuhan, jalan dan utilitas serta insentif dan regulasi yang tepat, diharapkan dapat mendukung industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan.

Gambar 2-9 Strategi Pengembangan Industri Hilir Minyak Kelapa Sawit (IHKS)

Pasar Domestik & Ekspor

(Oleofood, Oleochemical & Bioenergi)

IHKS Nasional Berkelanjutan Peningkatan Daya Saing IHKS

Peningkatan Ketahanan Pangan dan Energi Nasional

Peningkatan Perolehan Devisa

Peningkatan Nilai Tambah

Penciptaan Lapangan Kerja

Industri Pemasok (CPO & PKO)

Industri Inti (Refinery, Fraksinasi,

Fatty Acid, Fatty Alcohol, Biodiesel Industri Terkait (Minyak Goreng, Margarine, Shortening, Surfaktan/Emulsifier, Shoapchip, Sabun/ Ditergen, dll Industri Pendukung (Industri Kemasan, Industri Metanol. Hidrogen, Katalis & Bahan Kimia Lainnya

Infrastruktur (Pelabuhan, Jalan) & Utilitas Insentif dan Regulasi (Pusat, Daerah) PENGEMBANGAN IHKS Institusi Pendukung

(Lembaga Pendidikan, Lembaga Penelitian, Perbankan)

Grand Strategi Pengembangan IHKS

Pengembangan IHKS melalui pendekatan klaster untuk meningkatkan nilai tambah kelapa sawit dan mendorong produk hilir kelapa sawit Indonesia menjadi beragam produk unggulan Dunia

Fokus Pengembangan

· Fokus pada produk IHKS yang memiliki nilai tambah tinggi

· Fokus pada pengembangan klaster IHKS di Sumut, Riau dan Kaltim

· Perbaikan infrastruktur

Insentif

· Subsidi bunga untuk pengembangan IHKS baru · Keringanan perpajakan dan

insentif lainnya untuk pengembangan IHKS

Pengembangan R & D

· Penyiapan SDM · Fokus pada produk IHKS

yang bernilai tambah tinggi · Kolaborasi riset antara

perguruan tinggi, Lemlitbang dan Industri

Pengembangan Pasar

· Pengembangan pasar domestik dan luar negeri · Pembangunan citra produk

IHKS Indonesia · Promosi dan kampanye

produk IHKS Indonesia