• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRASYARAT PEMILIHAN RUSA SEBAGAI HEWAN TERNAK

Dalam dokumen Buku terbitan lainnya: (Halaman 51-57)

Bahwasannya ada beberapa jenis rusa di Indonesia yang potensial untuk dikembangkan sebagai hewan ternak, tidaklah berarti bahwa semua jenis atau individu rusa dapat dengan langsung diternakkan. Perlu dilakukan pemilihan atau seleksi terhadap jenis dan individu rusa agar tujuan peternakan dapat terlaksana dengan baik. Di awal perkembangan peternakan rusa merah di negara barat, para peternak telah menetapkan beberapa kriteria yang sebaiknya terpenuhi sebelum pemilihan jenis maupun individu rusa dilakukan. Beberapa prasyarat tersebut adalah:

1. Nilai ekonomi

Karena tujuan utama dari usaha peternakan adalah untuk dipasarkan, maka haruslah ada nilai ekonomi yang dapat dijual dari seekor rusa. Apabila tidak, maka tujuan pengembangan peternakan rusa tidak akan tercapai. Selintas di muka telah dikemukakan bahwa produk yang dapat dijual dari rusa cukup banyak, mulai dari daging, ranggah muda, kulit hingga pada organ dalamnya. Selain itu dapat pula dijual sebagai hewan hidup sebagai pemacek atau indukan.

2. Biaya pengembangan

Secara umum, biaya awal yang diperlukan untuk pembangunan peternakan rusa memang cukup tinggi, terlebih pada usaha peternakan berskala besar berupa model padang umbaran. Ini

mencakup penyediaan lahan, bibit rusa, pagar, hijauan pakan, kandang kerja dan fasilitas pendukung. Terlebih peternakan rusa memiliki kebutuhan peralatan yang sangat spesifik seperti kandang jepit atau keterampilan khusus seperti pembiusan. Ini memerlukan sumber daya manusia yang handal. Tetapi semua ini ada kompensasinya dari rendahnya biaya perawatan serta harga jual yang tinggi dari produk-produk yang dihasilkan.

3. Perilaku

Walaupun pada dasarnya semua rusa bersifat liar dan nervus, namun apabila diperhatikan secara seksama, akan diperoleh kelompok individu rusa yang mempunyai sifat lebih tenang dibandingkan dengan yang lainnya. Yang diinginkan adalah individu rusa yang berkepribadian tenang dan mudah diatur pada lingkungan peternakan. Pada tingkat peternakan, dengan adanya rusa yang penakut justru seringkali menjadi pemicu bagi timbulnya sifat nervus dalam kelompok rusa tersebut, sehingga menyulitkan dalam hal pengelolaannya. Dengan demikian ukuran besar tubuh rusa tidak begitu menjadi masalah.

Ada pandangan bahwa semakin kecil ukuran tubuh jenis rusa maka akan semakin liar sifatnya. Mungkin ada sedikit benarnya, tetapi hal ini juga tidak terlepas dari sifat kepribadian alaminya. Rusa timor oleh para kalangan peternak di negara barat saat ini dikenal sebagai rusa tropis yang paling mudah diatur dibandingkan dengan rusa tropis lainnya. Rusa sambar ataupun rusa chital cenderung nervus bila berada di daerah yang sempit. Sedangkan rusa Bawean dan muncak terkenal oleh sifatnya yang liar dan nervus sepanjang masa apabila dilepas di umbaran yang luas. Namun sebenarnya, apabila kita telah mampu mempelajari pribadi atau karakter dari masing-masing jenis rusa tersebut, maka pengembangannya adalah dengan cara menyesuaikan karakter tersebut dengan kehendak atau tujuan

49 dari peternakan. Dengan demikian, di dalam pengembangan peternakan rusa ada usaha untuk saling memahami dan menghormati sifat-sifat kepribadian antara manusia dengan hewan. Inilah mungkin seninya dari menternakkan kelompok satwa yang belum terdomestikasi terlalu lama dan mempunyai sifat alami liar. Tantangan pengembangan memang cukup tinggi mengingat rusa masih belum banyak dipahami perilakunya oleh kalangan peternak hewan domestik yang berpengalaman sekalipun.

4. Pakan

Demi kemudahan pengelolaan peternakan, dari sudut pandang kebiasaan pakannya, jenis rusa yang bersifat merumput lebih mudah dikelola dibandingkan dengan yang pemakan dedaunan. Apabila perlu dilakukan penambahan hijauan, maka pencarian rumput adalah jauh lebih mudah dibandingkan dengan pencarian dedaunan. Rusa pemakan rumput juga cenderung untuk menerima keragaman pakan non rumput seperti konsentrat, dedak, jagung, buah-buahan, sayuran atau limbah pertanian dengan mudah. Dalam hal ini rusa sambar, chital dan timor mampu dengan baik mengkonsumsi pakan dalam bentuk rumput sepenuhnya, sedangkan pada rusa Bawean ada kecenderungan perlu diberikan rerumputan yang lembut serta dedaunan.

5. Ketahanan terhadap penyakit

Apabila kebersihan di peternakan kurang baik, maka lingkungan di dalam peternakan tersebut relatif akan lebih banyak mengandung bibit penyakit dibandingkan dengan lingkungan kehidupan di habitat aslinya. Oleh sebab itu rusa yang akan dipelihara haruslah dari kelompok yang mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Tingginya sifat nervus dan mudah stres pada seekor rusa akan memberikan

pengaruh negatif bagi hewan itu sendiri terhadap ketahanan tubuhnya dari serangan penyakit.

6. Sosialisasi

Khususnya pada rusa jantan, hidup bersosialisasi dalam lingkungan yang kecil secara alami adalah sulit. Walau di alam bebas rusa jantan cenderung untuk hidup menyendiri dan hanya berkumpul pada saat musim kawin, namun dalam tingkat peternakan mereka harus mampu untuk hidup berdampingan dengan sesama pejantan lainnya atau betina setiap saat. Hal ini berarti mengubah perilaku aslinya. Dengan dimilikinya kemampuan untuk hidup bersosialisasi pada lingkup peternakan akan lebih memudahkan dalam hal tata laksana pemeliharaan. Ini perlu sekali diperhatikan terutama pada kelompok peternak yang tujuan utama pemeliharaannya adalah untuk dipanen ranggah mudanya. Sedangkan pada rusa betina kegiatan pengelompokan umumnya tidak akan terlalu menjadi masalah.

7. Tingkat adaptasi

Walau rusa secara alami lebih menyukai kehidupan di alam bebas, tetapi mereka harus mampu untuk bereproduksi dan berproduksi pada lingkungan yang terbatas. Untuk itu diperlukan kemampuan beradaptasi pada lingkungan yang terbatas dengan baik, sehingga rusa tidak mudah menjadi stres, yang mana hanya akan menurunkan tingkat produktivitas ataupun menjadi sakit-sakitan.

8. Pola perkawinan

Dalam dunia peternakan, melakukan sesuatu kegiatan yang dapat dikerjakan secara serempak merupakan hal yang sangat menguntungkan dan diharapkan. Tidak terkecuali dalam hal

51 perkawinan dan kelahiran. Jenis rusa yang paling tepat untuk diternakkan adalah yang bersifat poligamus, artinya pejantan dapat mengawini lebih dari satu betina dalam satu musim kawin. Dengan demikian pemilikan pejantan tidak perlu banyak yang kelak dapat menurunkan permasalahan perilaku diantara kelompok pejantan. Selain itu sebaiknya betina adalah dari kelompok rusa yang mudah untuk disinkronkan masa berahinya agar diperoleh masa kelahiran yang seragam dalam periode yang relatif pendek.

Semua persyaratan yang dikemukakan di atas tidaklah bersifat mutlak. Artinya sebatas kita mampu untuk menyesuaikan terhadap rusa yang tidak terlalu memenuhi persyaratan tersebut, maka tidak ada persoalan untuk menternakkan setiap individu atau jenis rusa. Namun diharapkan melalui penseleksian seperti di atas, maka kelak dalam pelaksanaan pemeliharaannya akan lebih mudah dan memberikan keuntungan tersendiri.

53

8

Dalam dokumen Buku terbitan lainnya: (Halaman 51-57)