• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prioritas untuk pembangunan perikanan pantai yang responsif gender

BAB 4 KONDISI UMUM

1. Reproduktif Jenis makanan v

5.4 Pembangunan Perikanan Pantai Yang Responsif Gender

5.4.2 Prioritas untuk pembangunan perikanan pantai yang responsif gender

Fokus dari penelitian ini adalah pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Fokus ini diletakkan di puncak hirarki atau di tingkat pertama.

X (0,600, 0,35)

Threats

Strengths Weaknesses

Tingkat di bawahnya atau tingkat kedua adalah pelaksana atau pelaku yang dapat mewujudkan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Pelaku ini terdiri dari tiga unsur yaitu aparat pemerintah daerah (Pemda), pengurus KUD Mina dan nelayan.

Tingkat ketiga dari hirarki ini adalah faktor penting yang diperlukan agar program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender dapat tercapai. Dalam pelaksanaan program, faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan adalah kebijakan (policy) yang melandasi pelaksanaan program, pendanaan untuk pelaksanaan program, sarana-prasarana untuk pelaksanaan program dan sumberdaya manusia (SDM) yang akan melaksanakan program tersebut.

Tingkat keempat atau yang paling bawah dari hirarki ini adalah program- program yang perlu dilakukan untuk mencapai pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Program tersebut merupakan hasil analis SWOT berupa program-program untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender di Kabupaten Subang kemudian dianalisis dengan AHP. Program tersebut terkait langsung dengan pemangku kepentingan pembangunan perikanan pantai yaitu pemerintah, KUD dan masyarakat perikanan laut (nelayan). Program pencatatan atau inventarisasi kegiatan perikanan laut dan pelakunya yang termasuk strategi SO, sudah dapat dilaksanakan bersamaan dengan inventarisasi produksi perikanan laut lainnya, sehingga program tersebut tidak dimasukkan dalam hirarki AHP. Mengingat tingkat SDM masyarakat nelayan dan penduduk pesisir lainnya pada umumnya masih rendah (lihat Subbab 5.1.2), maka diperlukan tambahan satu program untuk dilaksanakan yaitu pengembangan sumberdaya manusia (SDM) masyarakat, lelaki dan perempuan, melalui peningkatan pendidikan yang termasuk strategi WO. Peningkatan pendidikan ini ditujukan untuk memberantas buta aksara bagi penduduk yang belum pernah sekolah dan tidak lulus melalui Paket Kelompok Belajar (Kejar) A, sedangkan penduduk yang tidak lulus SMP dapat mengikuti Paket Kejar B dan yang tidak lulus SMA dapat mengikuti Paket Kejar C. Program peningkatan pendidikan dimasukkan ke dalam hirarki AHP karena tinggi-rendahnya tingkat SDM dapat mempengaruhi pelaksanaan program secara keseluruhan dan berkelanjutan.

Bentuk hirarki AHP untuk mencapai pembanguan perikanan pantai yang responsif gender terlukis dalam Gambar 5.

Gambar 5 Hirarki Pembangunan Perikanan Pantai Yang Responsif Gender (1) Analisis prioritas tingkat kepentingan pelaku

Hasil analisis AHP (lihat Lampiran 7) menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender (fokus yang terletak pada tingkat satu), pelaku (terletak pada tingkat kedua) yang paling berperan penting adalah Pemerintah Daerah (Pemda) dengan nilai prioritas 0,4679. Temuan dari AHP ini memperkuat isi Inpres No. 9/2000 tentang PUG dan Kepmendagri No 132 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan PUG Di Daerah bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintahan di tingkat pusat dan daerah. Nelayan merupakan pelaku kedua yang dianggap dapat berperan dalam membuat program pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender ini dapat terlaksana dengan nilai prioritas 0,3227, dan yang tingkat ketiga yang berperan adalah KUD Mina dengan nilai prioritas 0,2094.

Responden rata-rata berpendapat bahwa keberhasilan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender banyak tergantung kepada pemerintah, namun program pemerintah yang bagus pun tidak akan berhasil tanpa peranserta masyarakat perikanan laut yang bersangkutan yaitu nelayan. KUD Mina sebagai pengelola PPP dan TPI yaitu lembaga penyedia jasa antara nelayan dan pembeli

Tingkat 1 : Fokus : Pembangunan perikanan pantai yang responsif gender

Tingkat 2 : Pelaku: Pemda KUD Nelayan

Tingkat 3 : Faktor:

Kebijakan Sarana Pendanaan SDM

Tingkat 4 : Program:

Pembinaan Peningkatan Peningkatan Pengembangan Perluasan masyarakat, pendidikan, partisipasi, teknologi akses lelaki- lelaki- lelaki- perikanan laut usaha, perempuan perempuan perempuan & pantai, lelaki- lelaki- perempuan perempuan

dan yang memperoleh keuntungan dari uang jasa lelang penjualan ikan hasil tangkapan (Perda Propinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005), sudah seharusnya terlibat sepenuhnya dalam pembangunan perikanan pantai.

(2) Analisis prioritas tingkat kepentingan faktor pelaksanaan program

Tingkat ketiga hirarki adalah tentang faktor-faktor penting pelaksanaan program. Pada tingkat ini, responden yang diwawancarai adalah aparat Pemda dan pengurus KUD Mina, karena mereka merupakan lembaga yang terkait dengan penyelenggaraan program pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender. Menurut Pemda, faktor yang terpenting untuk melaksanakan suatu program adalah adanya kebijakan yang melandasi pelaksanaan program (0,6042), hal ini terkait kedudukan pemerintah adalah sebagai pembuat kebijakan (policy maker). Menurut pengurus KUD Mina yang terpenting adalah ketersediaan SDM (0,3700) yang akan melaksanakan program tersebut, hal ini disebabkan oleh pelaksanaan program perikanan banyak diselenggarakan di lingkungan kerja mereka. Hasil analisis berdasarkan kepentingan faktor untuk pembangunan perikanan pantai menurut pelaku dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37 Kepentingan faktor untuk pembangunan perikanan pantai yang responsif gender menurut pelaku

Pelaku Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Pemda Kebijakan (0,6042) Sarana (0,2176) Pendanaan (0,1064) SDM (0.0718) KUD Mina SDM (0,3700) Pendanaan (0,2768) Sarana (0,2317) Kebijakan (0,1214) Menurut aparat Pemda, faktor yang paling penting untuk pelaksanaan program, adalah kebijakan. Penentuan kebijakan dilakukan sebelum melaksanakan program untuk menentukan arah dan tujuannya program. Kebijakan yang melandasi program pembangunan perikanan pantai berkelanjutan berbasis kesetaraan gender adalah Inpres 9 Tahun 2000 tentang PUG, diperkuat oleh Kepmendagri No. 132 Tahun 2003 tentang PUG Di Daerah yang diarahkan oleh Perpres No. 7 Tahun 2005 tentang RPJMN 2005-2009, yaitu program perlu memperhatikan kesetaraan gender dan untuk kepentingan pembangunan berkelanjutan. Kebijakan yang bersifat nasional ini menjadi landasan untuk program pembangunan perikanan pantai di daerah. Berdasarkan GAP (lihat Subbab 5.2.2) telah diketahui bahwa program Dislutkan Kabupaten Subang belum

responsif gender, oleh karena itu untuk melaksanakan PUG dalam kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan maka diperlukan komitmen dari pimpinan Dislutkan untuk membuat pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender. Hal ini sesuai dengan pendapat Bemmelen (1995) yang menyatakan bahwa untuk melaksanakan program yang responsif gender diperlukan peraturan perundang-undangan dan komitmen dari pemerintah.

Faktor kedua yang terpenting menurut aparat Pemda adalah sarana penunjang program. Setelah kebijakan ditentukan, apakah sudah tersedia sarana penunjangnya? Jika sarana sudah tersedia, pelaksanaan pun akan lebih mudah dilakukan. Dislutkan dapat menyediakan sarana untuk pelaksanaan program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender, tergantung kebijakan Dislutkan sendiri. Sarana penunjang program dari segi PUG untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender, menurut Kepmendagri No 132 Tahun 2003, adalah pembentukan Kelompok Kerja PUG dan Focal Point PUG. Kelompok Kerja PUG adalah wadah konsultasi bagi para pelaksana dan penggerak PUG dari berbagai instansi/lembaga. Focal Point PUG adalah individu-individu yang telah sensitif gender yang berasal dari instansi/lembaga/organisasi yang mampu melaksanakan PUG ke dalam setiap kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah masing-masing. Dislutkan Kabupaten Subang, pada saat penelitian dilakukan, belum mempunyai Kelompok Kerja PUG, bahkan belum ada Focal Point PUG-nya. Untuk mencapai tujuan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender, Dislutkan perlu mengadakan Kelompok Kerja PUG dan Focal Point PUG.

Faktor ketiga yang terpenting untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender menurut aparat Pemda adalah pendanaan. Jika kebijakan sudah ditentukan, sarana sudah mencukupi maka keperluan dana pun dapat dihitung, dan jika dana memungkinkan maka program pun dilaksanakan. Menurut Kepmendagri No. 132 Tahun 2003, pembiayaan untuk keperluan PUG di daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing Propinsi, Kabupaten dan Kota sekurang-kurangnya minimal sebesar 5 (lima) persen dari

APBD. Dalam hal ini, komitmen pimpinan Pemda untuk menyediakan biaya untuk keperluan PUG menjadi penting, terkait dengan kebijakan yang telah dibuat. Menurut responden dari BPMD, anggaran untuk PUG di Kabupaten Subang belum mencapai lima persen sesuai Kepmendagri 132 Tahun 2003, pembiayaan kegiatan dari APBD II didasarkan pada skala prioritas pembangunan daserah. Menurut responden dari Dislutkan, anggaran untuk Dislutkan tidak banyak dan tidak mencukupi untuk pelaksanaan semua program sesuai Renstra, maka pembiayaan untuk pelaksanaan program disesuaikan dengan skala prioritas kepentingan program tersebut.

Faktor keempat yang terpenting menurut aparat Pemda adalah SDM. Mutu SDM yang telah dimiliki oleh BPMD untuk PUG sudah mencukupi, meskipun dari segi kuantitas kurang, tetapi untuk pelaksanaan program sudah memungkinkan. Namun SDM di Dislutkan yang pernah mengikuti sosialisasi PUG baru satu orang dan bukan pengambil keputusan sehingga belum memberikan pengaruh kepada proses perencanaan pembangunan yang responsif gender. Oleh karena itu, Dislutkan perlu meningkatkan SDM pegawai agar sensitif gender sehingga tujuan program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender dapat terlaksana.

Menurut pengurus KUD Mina, faktor SDM-lah yang paling penting atau utama. Kemampuan SDM yang tinggi akan memperlancar pelaksanaan program, tanpa SDM yang mampu maka pelaksanaan dapat tidak mencapai sasaran. Pada saat ini, SDM dari KUD Mina masih perlu ditingkatkan, karena kekhususan (spesialisasi) KUD Mina di bidang perikanan laut adalah pelelangan, sehingga untuk perlu program pengembangan dari SDM KUD Mina sendiri sebelum melaksanakan program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender.

Faktor terpenting kedua adalah pendanaan. Jika dana tersedia maka pelaksanaan program pun lancar, dengan kata lain, ada dana maka ada kegiatan. Dalam kondisi keuangan KUD Mina saat ini, penyisihan dana untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender ini perlu dibuat skala prioritas kegiatannya dahulu sesuai sumber dana yang ada.

Menurut pengurus KUD Mina, sarana pelaksanaan program merupakan faktor ketiga terpenting karena ketersediaan sarana penunjang dapat membantu

terlaksananya program. Sarana yang dimiliki oleh KUD Mina untuk pelaksanaan program pembangunan perikanan pantai yang responsif gender saat ini adalah terbatas, oleh karena perlu pengadaan sarana dan berarti perlu biaya pengadaannya.

Faktor terpenting keempat adalah kebijakan. Jika faktor SDM yang mencukupi, dana dan sarana tersedia, maka kebijakan pelaksanaan program akan dibuat atau diputuskan. Hal ini merupakan kebalikan dari pendapat aparat Pemda, dengan demikian komitmen dari KUD Mina baru akan dibuat setelah kebutuhan fisik terpenuhi.

(3) Analisis prioritas tingkat kepentingan program

Tingkat keempat dari hirarki AHP adalah tingkatan kepentingan program yang perlu dilaksanakan dalam mewujudkan tujuan pembangunan perikanan pantai berbasis kesetaraan gender. Hasil analisis program terpenting berdasarkan pelaku dan faktor untuk pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender dapat dilihat pada Tabel 38-39 (hasil analisis lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7).

Hasil analisis menunjukkan bahwa aparat Pemda memprioritaskan program yang sama untuk semua faktor yang penting bagi pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender. Hasil dapat dilihat pada Tabel 38.

Tabel 38 Program terpenting pembangunan perikanan pantai yang responsif gender berdasarkan faktor penting dan menurut aparat Pemda

Faktor Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Kebijakan Pembinaan (0,3999) Pendidikan (0,3108) Partisipasi (0,1349) Teknologi (0,0954) Akses (0,0591) Pendanaan Pembinaan (0,3747) Pendidikan (0,2388) Partisipasi (0,1923) Teknologi (0,1037) Akses (0,0906) Sarana Pembinaan (0,4233) Pendidikan (0,2502) Partisipasi (0,1628) Teknologi (0,0947) Akses (0,0689) SDM Pembinaan (0,3783) Pendidikan (0, 2599) Partisipasi (0,1783) Teknologi (0,0963) Akses (0,0873) Menurut aparat Pemda, program pembinaan kepada masyarakat baik lelaki dan perempuan dan program peningkatan pendidikan bagi pemangku kepentingan lelaki dan perempuan perlu didahulukan karena terkait dengan pengembangan SDM baik melalui jalur pembinaan yaitu sosialisasi berbagai program pemerintah, penyuluhan dan pelatihan yang digolongkan sebagai pendidikan non formal, juga melalui program peningkatan pendidikan yang bersifat formal, seperti jalur

sekolah atau paket Kelompok Belajar (Kejar) A untuk setara tingkat SD dan paket Kejar B setara tingkat SMP serta paket Kejar C setara tingkat SMA. Masyarakat pesisir yang sudah berusia di atas 25 tahun pada umumnya tidak lulus SD, sedangkan generasi yang lebih muda umumnya lulus SD tetapi tidak lanjut ke SMP atau tidak lulus SMP. Oleh karena itu, untuk dapat mengubah pola pikir masyarakat tersebut diutamakan program pembinaan dan pendidikan agar mereka termotivasi untuk mengubah nasib mereka sendiri.

Program yang diprioritaskan pada tingkat ketiga untuk dilaksanakan adalah peningkatan partisipasi pemangku kepentingan, lelaki dan perempuan. Menurut aparat Pemda, tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pemerintah akan membantu keberhasilan program tersebut, jadi semakin banyak anggota masyarakat yang terlibat akan menambah tingkat partisipasi mereka.

Program keempat yang berpeluang untuk dilaksanakan adalah program pengembangan teknologi perikanan laut dan pantai tepat guna berbasis lokal bagi pemangku kepentingan lelaki dan perempuan. Menurut aparat Pemda, adanya pengembangan teknologi baru berarti dapat membuat peluang baru yang berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir sehingga tidak terlalu hanya tergantung kepada usaha menangkap ikan. Program ini berhubungan dengan program perluasan akses usaha.

Program yang kelima adalah perluasan akses usaha yang terkait dengan usaha perikanan laut dan pantai bagi lelaki dan perempuan. Program ini terkait dengan usaha membangun kemandirian masyarakat sehingga mereka sendiri yang termotivasi untuk memperbaiki nasibnya sendiri.

Menurut pengurus KUD Mina program yang paling berpeluang untuk dilaksanakan adalah berdasarkan faktor kepentingan dari pelaksanaan program yang bersangkutan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 39.

Tabel 39 Program terpenting pembangunan perikanan pantai yang responsif gender berdasarkan faktor penting dan menurut pengurus KUD Mina Faktor Prioritas 1 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 4 Prioritas 5 Kebijakan Teknologi (0, 3175) Akses (0,2412) Pembinaan (0,1780) Partisipasi (0,1356) Pendidikan (0,1276) Pendanaan Pembinaan (0,3322) Partisipasi (0,2815) Pendidikan (0,1830) Akses (0,1097) Teknologi (0,0935) Sarana Akses (0,3089) Partisipasi (0,2311) Teknologi (0,2167) Pendidikan (0,1224) Pembinaan (0,1210) SDM Pembinaan (0,3360) Pendidikan (0,2219) Akses (0,1784) Teknologi (0,1323) Partisipasi (0,1313) Dilihat dari faktor kebijakan, program pertama yang paling berpeluang dilaksanakan adalah pengembangan teknologi perikanan laut dan pantai tepat guna bagi lelaki dan perempuan. Menurut pengurus KUD Mina, pengembangan teknologi perikanan ini mungkin dapat meningkatkan jumlah produksi perikanan, sehingga dapat dilelang dengan harga yang lebih baik, selain itu dengan adanya penjualan jenis baru olahan ikan akan meningkatkan pendapatan KUD.

Dilihat dari faktor pendanaan, program yang paling berpeluang untuk dilaksanakan pertama adalah pembinaan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan biaya pelaksanaan program pembinaan cukup rendah dibandingkan dengan pelaksanaan program lainnya.

Dilihat dari faktor sarana, program yang paling berpeluang adalah perluasan akses usaha. Hal ini dikarenakan sarana untuk menunjang program tersebut sudah tersedia di dua KUD di lokasi penelitian, sehingga dapat mempermudah pelaksanaan program.

Dilihat dari faktor SDM, program yang paling berpeluang adalah pembinaan kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan SDM untuk pelaksanaan program tersebut sudah ada.

Masyarakat perikanan laut yang umumnya nelayan berpendapat lain mengenai program-program tersebut. Masyarakat nelayan adalah pelaku dari kegiatan perikanan laut dan pantai. Menurut nelayan, faktor yang terpenting bagi mereka adalah kemampuan SDM sebagai nelayan.

Program pembangunan perikanan pantai yang paling penting bagi nelayan adalah pembinaan (seperti sosialisasi, pelatihan, penyuluhan) kepada masyarakat lelaki dan perempuan (0,2722). Alasan mereka adalah program tersebut tidak memerlukan waktu lama dan program tersebut sudah mempunyai tujuan yang

jelas untuk pengembangan SDM. Program kedua yang penting adalah peningkatan pendidikan bagi lelaki dan perempuan (0,2291). Program ketiga adalah perluasan akses usaha (0,1973), disusul dengan program keempat adalah pengembangan teknologi tepat guna (0,1607), dan yang terakhir adalah peningkatan partisipasi (0,1407).

Prioritas bagi nelayan yang diperlukan oleh mereka adalah pengembangan SDM, pengembangan peluang usaha yang mencakup aspek, baik dari segi teknologi dan diversitas usaha dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Program terakhir yang nelayan anggap penting adalah peningkatan partisipasi mereka dalam pelaksanaan program karena menurut mereka keikutsertaan mereka saat ini dalam pelaksanaan program pemerintah sudah cukup baik.

Tiga pelaku dalam pembangunan perikanan pantai memiliki kepentingan dan alasan masing-masing untuk memilih program yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang mereka miliki. Secara umum, hasil analisis menunjukkan bahwa program yang paling banyak dipilih oleh tiga pelaku sebagai program yang paling berpeluang dan penting untuk dilaksanakan lebih dahulu adalah program pembinaan tentang perikanan pantai dan kelautan kepada masyarakat lelaki dan perempuan (lihat Tabel 40). Saat ini program pembinaan sudah dilaksanakan tetapi lebih banyak ditujukan kepada lelaki, sedangkan perempuan jarang dilibatkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan reformulasi program-program agar lebih responsif gender sehingga SDM perempuan pesisir dapat meningkat dan kesejahteraan keluarga pun dapat meningkat, karena potensi semua anggota keluarga, lelaki dan perempuan, termanfaatkan dengan optimal.

Tabel 40 Rekapitulasi urutan program terpenting dalam pelaksanaan pembangunan perikanan pantai yang responsif gender menurut pelaku di Kabupaten Subang

Urutan program yang terpenting

Program terpenting menurut pelaku

Pemda KUD Mina Nelayan

Prioritas 1 Pembinaan Pembinaan Pembinaan

Prioritas 2 Pendidikan Partisipasi Pendidikan

Prioritas 3 Partisipasi Teknologi Akses

Prioritas 4 Teknologi Pendidikan Teknologi