• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROBLEMATIKA PARIWISATA DI KABUPATEN BADUNG (ANALISIS PARADIGMA TRANSTURISME)

Dalam dokumen PROSIDING. Kuta, Desember 2017 i (Halaman 90-97)

I Gusti Agung Oka Mahagangga1), I Putu Anom2)

1Prodi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Jalan Dr. Goris, Nomor 7 Denpasar Bali. Telp/Fax : (0361) 223798. E-mail : [email protected]

2Prodi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana Jalan Dr. Goris, Nomor 7 Denpasar Bali.

ABSTRAK

Tujuan penelitian memahami paradigma kabupaten Badung dan komponen pariwisata melaksanakan pembangunan sektor pariwisata. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan memadukan pendekatan emik dan pendekatan etik dan dianalisis secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kabupaten Badung memiliki varian problematika pariwisata berdasarkan perspektif Pemerintah Kabupaten Badung, praktisi pariwisata, masyarakat dan wisatawan. Paradigma transturisme telah menjadi paradigma pembangunan pariwisata di kabupaten Badung. Paradigma transturisme merupakan paradigma dari tahap kompromi sebagai salah satu tahap perkembangan parwisata di Bali sebagai turismemorfosis. Pada tahap ini terjadi banyak kompromi untuk keberlanjutan pariwisata. Di kabupaten Badung, paradigma transturisme jelas terlihat dari upaya penyelesaian problematika-problematika pariwisata yang sebenarnya tidak ditemukan solusi, namun tetap dianggap sudah terselesaikan. segala sesuatu yang bertentangan dengan peraturan dan kebijakan dapat selalu dikompromikan. Terdapat kesadaran seluruh komponen pariwisata dan masyarakat Badung bahwa tanpa pariwisata kabupaten Badung akan sulit berkembang. Sehingga mengutamakan kompromi dan menghindari terjadinya konflik kepentingan secara terbuka.

Kata Kunci : Problematika, Analisis, Paradigma, Transturisme

ABSTRACT

The purpose of the study to understand Badung regency and tourism component paradigm to tourism development sector. The method used is qualitative method by combining emic approach and ethical approach and analyzed qualitatively technic. The results are Badung regency has a variant of tourism problematics based on the perspective from Badung Regency Government, tourism practitioners, local people and the tourists. The paradigm of transturism has become the paradigm of tourism development in Badung regency. The paradigm of transturism is a paradigm of the compromise period as one of the developmental periods in Bali as a turismemorfosis. At this periode, there are many compromises for tourism sustainability. In Badung regency, the transturism paradigm were used by the government and the other to solve all the tourism problems altough without solution. But still considered to have been resolved. Anything that not obedient with the rules and policies can always be compromised with. All components of tourism and the people of Badung have awareness that without tourism sector, Badung regency will be lose many thing. Next, all the tourism component will open to compromise and avoid open conflict of interest.

Keywords : Problematic, Analysis, Paradigm, Transturism

1. PENDAHULUAN

Artikel ini merupakan upaya pembuktian bahwa secara atau tidak disadari kabupaten Badung, telah menganut paradigma transturisme dalam pembangunan sektor pariwisata di wilayahnya. Mulai dari pemerintah kabupaten sebagai pemegang kebijakan, DPRD kabupaten Badung sebagai legislator, praktisi pariwisata, masyarakat lokal dan termasuk wisatawan domestik maupun mancanegara.

Mengejar pertumbuhan ekonomi dengan meraih Pendapatan Asli Daerah (PAD) setinggi-tinggi, bersumber dari Pajak Hotel dan Restoran (PHR) dan sumber pendapatan lain seperti retribusi, dan mendorong terbukanya iklim investasi dari para investor besar. Namun segala sesuatu yang bertentangan dengan peraturan dan kebijakan dapat selalu dikompromikan. Terdapat kesadaran di seluruh komponen pariwisata dan masyarakat Badung bahwa tanpa pariwisata kabupaten Badung akan sulit berkembang. Sehingga sedapat mungkin mengedepankan kompromi dan menghindari terjadinya konflik kepentingan secara terbuka.

Paradigma bukan mengenai benar dan salah, melainkan adalah suatu tempat berpijak dalam melihat realitas. Paradigma yang mendominasi atas paradigma yang lain disebabkan karena para pendukung dari paradigma yang menang itu lebih memiliki kekuatan dan kekuasaan (power) dari

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017

“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

pengikut paradigma yang dikalahkan, dan sekali lagi bukan karena paradigma mereka lebih baik dari yang dikalahkan (Ritzer, 1975 dalam Karsidi, 2001).

Tujuan penelitian yang tertuang dalam artikel ini, pertama adalah pemahaman atas problematika pariwisata di kabupaten Badung. Kedua, melihat paradigma transturisme bekerja secara disadari maupun tidak dalam pembangunan sektor pariwisata di kabupaten Badung.

Hasil penelitian Anom, dkk., (2017) berjudul “Turismemorfosis : Tahapan selama seratus tahun perkembangan dan prediksi pariwisata Bali”, terungkap bahwa saat ini perkembangan pariwisata Bali (termasuk kabupaten Badung) berada pada tahap kompromi. Bercirikan problematika yang kompleks dan menganut paradigma transturisme. Telah terjadi banyak perubahan aspek-aspek kehidupan seperti aspek budaya, aspek sosial, aspek lingkungan dan aspek lainnya. Di satu sisi memberikan banyak dampak positif namun di sisi lain dampak negatif seperti tidak terhindarkan.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif secara naturalis menggabungkan pendekatan emik dan pendekatan etik (Moleong, 2005). Penentuan informan menggunakan purposive sampling (Koenjaraningrat, 1997) terdiri dari aparatur pemerintah kabupaten Badung, praktisi pariwisata, masyarakat lokal dan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Unit analisis utama adalah interpretasi dari informan (Moleong, 2005) dengan metode pengumpulan data observasi, wawancara mendalam dan studi pustaka (Bungin, 2003).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan terdapat lebih dari 50 daya tarik wisata (dtw / objek) di kabupaten Badung yang tersebar di wilayah Badung Selatan, Badung Tengah dan Badung Utara. Tidak termasuk hotel, penginapan, homestay, villa, restoran dan fasilitas pendukung lainnya. Hanya yang perlu diperhatikan adalah ternyata tidak kesemua dtw di atas ramai dikunjungi wisatawan. Terutama di dtw di wilayah Badung Utara masih minim kunjungan wisatawan, kecuali pura Taman Ayun, Mengwi dan Sangeh (untuk rafting di sungai Ayung cukup ramai dikunjungi wisatawan rata-rata per hari 1000-1500 orang wisatawan mancanegara). Baru-baru ini terdapat dtw yang sedang berkembang yaitu sumber mata air Taman Mumbul sebagai tempat rekreasi yang juga terletak di desa Sangeh.

Hal yang wajar ketika kabupaten Badung selalu mampu meraih Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi problematika pariwisata di kabupaten Badung tampak begitu kompleks. Memudahkan analisis, problematika pariwisata di kabupaten Badung dipilah menurut beberapa perspektif. Pertama dari perspektif pemerintah kabupaten Badung, kedua dari perspektif praktisi pariwisata, ketiga dari perspektif masyarakat lokal dan keempat dari perspektif wisatawan.

Tabel 3.1 Problematika Pariwisata di Kabupaten Badung (Perspektif Pemkab)

N o

Problematika Wilayah

1 .

Kemacetan lalu lintas dan parkir Badung Selatan 2

. Limbah Badung Selatan

3 .

Sampah kiriman Badung Selatan

4 .

Sampah plastik Seluruh Badung

5 .

Sampah rumah tangga Seluruh Badung

6 .

Saluran Air (got) tersumbat Badung Selatan

7 .

Koordinasi intra Pemkab dan antara Pemkab dengan instansi lain, dengan pengusaha serta masyarakat

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017 “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan” 8

.

Pemerataan Pembangunan Infrastruktur Badung Tengah dan Badung Utara

9 .

Tata ruang Badung Selatan

1 0.

Alih Fungsi Lahan Badung Selatan

1 1.

Desa Wisata yang masih sulit berkembang terutama aspek kelembagaan dan pemasaran

Badung Tengah dan Badung Utara

1 2.

Badung Utara mengarah kepada mass tourism Badung Utara 1

3.

Memadukan sektor pariwisata dengan sektor pertanian / perkebunan

Badung Tengah dan Badung Utara

1 4.

Pembatalan kedatangan ke Bali karena Erupsi Gunung Agung

Seluruh Badung 1

5.

Kriminalitas yang menimpa wisatawan Badung Selatan Sumber : Hasil Penelitian, 2017

Perspektif praktisi pariwisata di kabupaten Badung yang memandang problematika pariwisata dari dunia usaha. Berikut dapat dilihat pada tabel 4.3 Problematika Pariwisata di Kabupaten Badung (Perspektif Praktisi Pariwisata) dibawah ini :

Tabel 3.2 Problematika Pariwisata di Kabupaten Badung (Perspektif Praktisi Pariwisata)

N

o Problematika Wilayah

1 .

Regulasi yang berganti dan penegakan hukum yang lemah

- 2

. Koordinasi Internal Pemkab Badung -

3

. kesulitan dalam perencanaan dan implementasi Pemkab Badung memiliki anggaran yang besar namun Seluruh Badung 4

. Pelayanan oleh Pemkab Badung masih lambat (partial) Badung Selatan

5

. Pesaing yang semakin banyak dan kuat -

6 .

Zonasi Hotel Badung Selatan

7

. Over supply kamar hotel Badung Selatan 8

. Jaringan telekomunikasi (Internet) Seluruh Badung

9

. Terjadi penurunan penjualan barang kerajinan Badung Selatan

1 0.

Pengelolaan sampah dan penataan di daya tarik wisata / destinasi wisata

Seluruh Badung 1

2. Agung Pembatalan kedatangan ke Bali karena Erupsi Gunung Seluruh Badung

1

3. Kemacetan Badung Selatan

1

4. Jaminan Keamanan dan Kriminalitas Badung Selatan

1 5.

Pungutan Liar Badung Selatan

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017

“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

Perspektif masyarakat lokal terhadap problematika di kabupaten Badung. Berikut dapat dilihat pada tabel 4.4 Problematika Pariwisata di Kabupaten Badung (Perspektif Masyarakat Lokal) dibawah ini :

Tabel 3.3 Problematika Pariwisata di Kabupaten Badung (Perspektif Masyarakat Lokal)

N o

Problematika Wilayah

1 .

Pemkab Badung masih lamban menangani permasalahan Pemerataan Pembangunan

Badung Utara dan Badung Tengah

2 .

Sulit menjalin kemitraan dengan pengusaha pariwisata

Badung Utara dan Badung Tengah

3 .

Kesadaran Wisata Rendah Badung Tengah dan

Badung Utara 4

.

Kesulitan perencanaan desa wisata Badung Utara dan Badung Tengah

5 .

Sampah / banjir Seluruh Badung

6 .

Kemacetan Badung Selatan dan Badung

Tengah 7

.

Alih fungsi lahan Seluruh Badung

8 .

Masa depan sektor pertanian Badung Tengah dan

Badung Utara 9

.

Perilaku Wisatawan yang tidak tertib Badung Selatan dan Badung Tengah

1 0.

Kriminalitas Badung Selatan

1 1.

Kriminalitas Badung Selatan

1 2.

Pembatalan kedatangan ke Bali karena Erupsi Gunung Agung

Seluruh Badung Sumber : Hasil Penelitian, 2017

Untuk dapat mengetahui pandangan orang luar dalam hal ini wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal maka disajikan perspektif wisatawan terhadap problematika di kabupaten Badung. Berikut dapat dilihat pada tabel 4.5 Problematika Pariwisata di Kabupaten Badung (Perspektif Wisatawan) dibawah ini :

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017 “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

Tabel 3.4 Problematika Pariwisata di Kabupaten Badung (Perspektif Wisatawan)

N o.

Problematika Wilayah

1 .

Khawatir budaya dan alam akan berubah Seluruh Badung 2

.

Kemacetan dan parkir Badung Selatan

3 .

Transportasi umum Seluruh Badung

4 .

Hospitalitas dan pelayanan tergantung uang yang dikeluarkan

Seluruh Badung 5

.

Kebersihan dan kenyamanan di daya tarik wisata Badung Selatan 6

.

Sampah Plastik Badung Utara

7 .

Kesulitan mencari informasi Badung Utara

8 .

Perbedaan pelayanan kepada wisatawan domestic Badung Selatan 9

.

Halal Seluruh Badung

1 0.

Pembatalan kedatangan ke Bali karena Erupsi Gunung Agung

- Sumber : Hasil Penelitian, 2017

Berdasarkan problematika pariwisata di kabupaten Badung dlihat dari perspektif pemerintah kabupaten, perspektif praktisi pariwisata, perspektif masyarakat lokal dan perspektif wisatawan, tampak persamaan maupun perbedaan yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena masing-masing memiliki kepentingan dan cara pandang dari sudut berbeda. Namun yang perlu diperhatikan adalah kesamaan problematika diantara keempat perspektif tersebut. Ada pun persamaan yang dapat dilihat adalah Kemacetan, Sampah, Alih Fungsi Lahan dan pembatalan kedatangan ke Bali karena Erupsi Gunung Agung. Tampak ketiga permasalahan di atas menjadi permasalahan mendasar yang dirasakan oleh pemerintah kabupaten Badung, praktisi pariwisata, masyarakat lokal dan para wisatawan (domestik dan mancanegara). Untuk permasalahan keempat yaitu Pembatalan kedatangan ke Bali karena Erupsi Gunung Agung mungkin hanya bersifat sementara karena merupakan bencana alam yang sulit dihindari.

Artinya segenap komponen di Badung harus dapat duduk bersama dengan melibatkan para akademisi termasuk bersama pemerintah kabupaten / kota, pemerintah provinsi dan pemerintah pusat untuk dapat memecahkan permasalahan kemacetan, sampah dan alih fungsi lahan secara komprehensif. Sebagai suatu sistem pariwisata tidak dapat dikesampingkan komponen-komponen yang terlibat (Leiper, 1990). Perbedaan kepentingan pasti terjadi (terbukti dari varian problematika seperti pada tabel-tabel di atas), namun harus secara intens diupayakan untuk mendapatkan solusi terbaik.

Selain faktor kepentingan yang sering menimbulkan masalah baru adalah solusi yang instan (terburu-buru), bersifat parsial dan sarat muatan politis. Kesadaran bahwa Badung merupakan satu kesatuan sistem bersama kabupaten / kota lain dalam pemerintahan provinsi Bali dan sangat mengandalkan sektor jasa pariwisata perlu ditekankan. Seperti keadaan saat ini ketika ada indikasi bencana alam erupsi gunung Agung maka akan mempengaruhi bukan hanya kabupaten Karangasem, melainkan mempengaruhi kabupaten / kota lain di provinsi Bali dalam segala aspek terutama aspek pariwisata. Jika erupsi secara besar gunung Agung terjadi sudah dapat diproyeksikan kepariwisataan Bali di tahun 2018 (wisatawan mengurungkan niatnya datang ke Bali dan beberapa event besar dunia rencananya diselenggarakan di Bali seperti Konferensi IMF Bank Dunia yang melibatkan ribuan peserta di ITDC Nusa Dua terancam batal di Bali), kondisi perekonomian, dan situasi psikologi dan

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017

“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

sosial masyarakat, praktisi pariwisata dan pemerintah daerah. Untuk itu sangat penting dipahami bahwa pariwisata di kabupaten Badung bukan hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah kabupaten Badung saja, melainkan memerlukan pemikiran dan penanganan dari seluruh komponen di Badung, seluruh kabupaten / kota di Provinsi Bali serta wisatawan yang sudah berulang kali ke Bali sebagai suatu sistem yang terintegrasi.

Dari fakta-fakta tersebut maka pada tahun 2017 ini dengan problematika pariwisata di kabupaten Badung yang kompleks namun tetap mampu meningkat PAD dengan sumber utama PHR (pajak hotel dan restoran), retribusi dan sumber pendapatan lainnya, maka jelas kabupaten Badung sudah menganut paradigma transturisme dalam pembangunan sektor pariwisata. Seperti dapat dilihat pada matrik 4.1 Model Analisis Paradigma Transturisme di Kabupaten Badung (dipilih satu problematika pariwisata di Kabupaten Badung yaitu alih fungsi lahan) :

4.1 Model Analisis Paradigma Transturisme di Kabupaten Badung

PROBLEMATIKA ALIH FUNGSI LAHAN Komponen Paradigma Komponen Pariwisata Penafsiran Rasional Hegemoni Sinergi Pemkab. Badung Sulit membendung karena terbentur iklim investasi Mengarahkan kepada seluruh komponen untuk turut menjaga sektor pertanian

Memberikan bantuan-bantuan dana untuk kelestarian lahan pertanian yang tersisa

Praktisi Pariwisata Bukan menjadi tanggungjawabnya Memanfaatkan view pertanian atas dasar wisatawan menikmatinya

Akan melakukan pendekatan-pendekatan

persuasif jika ada keperluan untuk bisnis Masyaraka t Sebenarnya tidak diharapkan,namun karena kebutuhan ekonomi dan perkembangan zaman Tanah warisan adalah urusan internal

Konversi dari pertanian ke sektor jasa Wisatawan Konservasi penting Berharap pemerintah dapat mengatasinya

Selalu ke Bali karena kecintaan akan budaya dan alam sambil berharap Bali tidak pernah berubah

Sumber : Hasil Penelitian, 2017

Matriks 4.1 Model Analisis Paradigma Transturisme di Kabupaten Badung di atas sebagai temuan model pada penelitian ini. Melalui Matriks Model Analisis Paradigma Transturisme dapat dikembangkan atau digunakan untuk menganalisis problematika lain dan pada daerah lain yang telah sampai pada tahap kompromi pariwisata. Menggunakan model analisis paradigma transturisme akan memberikan pemahaman dan menjawab problematika-problematika pariwisata yang terjadi.

Paradigma transturisme sebagai sebuah penafsiran secara rasional namun tidak mengacu kepada paham positivistik yang kaku (Habermas, 1990; Hardiman, 1993 dalam Sudrajat 1998 dalam Anom,

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017 “Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

dkk., 2017). Hegemoni (Gramsci dalam Bobbio 1988; Sassoon 1988a, 1988b dalam Alam, 014 dalam Anom, dkk., 2017) dilakukan oleh institusi apa pun ketika mampu memberikan bukti nyata bahwa upaya dan usahanya dalam pariwisata telah menjadikan daerahnya semakin maju dan sejahtera karena pariwisata. Akan terjadi sinergi ketokohan yang terlihat secara manifes saling mengisi namun sebenarnya memiliki resiko laten yang dapat meletus sewaktu-waktu jika kompromi dikesampingkan (Anom, dkk., 2017).

Paradigma transturisme berdimensi etis sebagai hasrat bersama para stakeholders untuk saling menguatkan (menyama braya). Sebagai sebuah gerakan transturisme berpretensi memfasilitasi aspirasi para aktor untuk saling sharing modal dan bersifat adaptif terhadap berbagai tipikal/model pariwisata ditengah kemajuan informasi dan teknologi (IT), dan beragam intervensi dengan keyakinan Bali masih memiliki kekuatan internal yaitu tradisi dan adat-istiadat yang dijiwai oleh agama Hindu (Anom, dkk., 2017). Di sisi lain Bali (termasuk kabupaten Badung) identik dengan pariwisata berbasis budaya yang memerlukan pengelolaan dengan kreatifitas tinggi sehingga budaya luhur Bali akan menjiwai setiap aktifitas usaha dan penting untuk diversifikasi, dilestarikan dan dijunjung tinggi. Pelaku pariwisata harus berperan bersama-sama pemerintah menggali potensi budaya dan mengkreasikannya menjadi produk berkualitas disertai strategi pengelolaan yang agresif (Pitana dalam Bali Tribune, 2017).

4. KESIMPULAN

Problematika pariwisata di kabupaten Badung dapat diselesaikan dengan mengedepankan komunikasi dan kompromi di internal, lintas kabupaten / kota se-provinsi Bali sebagai suatu sistem pariwisata. Paradigma transturisme sudah terjadi dan akan terus berkembang kedepannya. Satu hal yang harus diwaspadai adalah sinergi ketokohan yang terlihat secara manifes saling mengisi namun sebenarnya memiliki resiko laten yang dapat meletus sewaktu-waktu jika kompromi dikesampingkan.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih kepada Rektor Universitas Udayana, Ketua LPPM Universitas Udayana, Dekan Fakultas Pariwisata-Ketua Program Studi S1 Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, para informan, mahasiswa dan pihak-pihak yang mendukung penelitian sampai kepada terselesaikannya penulisan artikel ini.

5. DAFTAR PUSTAKA

Anom, I Putu, Suryasih, IA., Nugroho, S. dan Oka Mahagangga, IGA. 2017. Turismemorfosis : Tahapan selama seratus tahun perkembangan dan prediksi pariwisata Bali. Jurnal OJS Jurnal Kajian Bali, Volume 07, Nomor 02, Oktober 2017. Hal. 59-80. Denpasar : Universitas Udayana. Google Scholaar Link

Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Karsidi, R. (2001). Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan dalam Pemberdayaan Masyarakat. MediaTor (Jurnal Komunikasi), 2(1), 115-125.

Koenjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian ilmu Sosial. Jakarta : Rajawali Leiper, Neil. 1990. Tourism Systems : An Interdisciplinary Perspective. Palmerston

North : Massey University

Moleong, Lexy. 2005. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya, Bandung Pitana, I Gde. 2017. “Optimis Tembus 15 Juta Wisatawan”. Harian Bali Tribune,

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI IV 2017

“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”

MENGHINDARI INFEKSI VIRUS PADA PENANAMAN

Dalam dokumen PROSIDING. Kuta, Desember 2017 i (Halaman 90-97)