• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Kualitas cairan rumen hasil fermentasi dengan metode RUSITEC

4.2.6 Produksi dan kandungan gas

Produksi gas merupakan parameter aktivitas mikroba rumen dalam mendegradasi pakan dengan produk akhir berupa gas. Hasil produksi gas setiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-beda dengan kisaran 1124-1303 mL/hari selama 8 hari inkubasi (Gambar 17). Hasil produksi gas tertinggi

-H2O

Trigliserida

Gliserol Asam Lemak

47

diperoleh pada sampel B sebesar 1303 mL/hari, sedangkan sampel A dan C sebesar 1220 dan 1124 mL/hari. Hasil statistik yang tergambar pada uji ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi produksi gas oleh mikroba cairan rumen (p≥0,05) (Lampiran 4).

Gambar 18. Hasil produksi gas total pada hari ke-1 hingga hari ke-8 hay sorghum, silase sorghum dan silase sorghum + BIOS K2

Hasil produksi gas pada sampel B sedikit lebih tinggi dibandingkan sampel A dan C. Hasil produksi gas yang semakin tinggi seiring dengan kandungan gas metana yang dihasilkan semakin tinggi. Gas yang dihasilkan pada inkubasi bahan pakan secara in vitro dapat berasal dari fermentasi substrat secara langsung (CO2 dan CH4) serta berasal dari produksi gas tidak langsung melalui mekanisme buffering yakni berupa gas CO2 yang dilepaskan dari buffer bikarbonat yang diproduksi selama proses fermentasi (Jayanegara et al., 2009).

Selain itu, produksi gas sebagian besar dihasilkan dari fermentasi karbohidrat menjadi asetat, propionat dan butirat. Kandungan asetat pada sampel A dan C yang lebih sedikit sehingga produksi gas yang dihasilkan lebih sedikit. Adapun terdapat gas-gas lain seperti H2, N2, dan O2 namun dalam jumlah yang sangat kecil. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gas CO2 dan CH4 yang dihasilkan pada masing-masing perlakuan berbeda (Gambar 18).

1220

48

Gambar 19. Kandungan gas CH4 dan CO2 pada hari ke-1 hingga hari ke-8 hay sorghum,silase sorghum dan silase sorghum + BIOS K2

Kandungan gas CO2 pada sampel B dan C lebih rendah dibandingkan dengan sampel A sebesar (1,20%) dan konsentrasi gas CO2 terendah diperoleh pada sampel C yang ditambahkan probiotik BIOS K2 yaitu sebesar 0,6%. Gas CO2 dalam rumen memiliki konsentrasi yang paling besar dibandingkan dengan gas lain, yaitu mencapai sekitar 56%. Hal itu karena sebagian besar mikroba yang hidup di dalam rumen merupakan mikroba anaerob, sehingga ketersediaan gas CO2 dalam rumen sangat mendukung terjadinya proses fermentasi pakan (Arora, 1995).

Produksi gas total yang meningkat biasanya diikuti oleh peningkatan produksi gas CH4 sehingga untuk menilai tingkat penurunan emisi gas CH4 digunakan variabel konsentrasi gas CH4. Produksi gas dapat digunakan sebagai indikator fermentabilitas in vitro suatu pakan. Menurut Carro (1999) volume produksi gas selama inkubasi berkolerasi positif dengan pertumbuhan mikroba rumen dan jumlah pakan yang terfermentasi. Sebagian besar gas yang diproduksi merupakan hasil samping dari fermentasi karbohidrat, sedangkan gas yang berasal dari fermentasi protein relatif lebih kecil.

0.000%

49

Kandungan metana pada sampel B (silase sorghum) dapat meningkat apabila kandungan asam lemak terbang (VFA) seperti asetat tinggi. Asam asetat ini digunakan sebagai substrat pada reaksi metanaogenesis untuk menghasilkan gas CH4 dan CO2 (Jayanegara et al., 2009).

Bakteri metanogenesis

CH3COOH  CH4 + CO2 + H2 (Jayanegara et al., 2008)

Pemanfaatan asam asetat dan butirat yang dihasilkan menjadi prekusor asam amino didalam rumen sehingga ketersediaan H2 yang dimanfaatkan oleh bakteri metanogenesis akan berkurang dan selanjutnya akan mengurangi produksi gas metana..

BAB V PENUTUP

50 5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan kualitas produk fermentasi cairan rumen domba yang diberi pakan silase sorghum yang disuplementasi probiotik BIOS K2 dengan metode RUSITEC memiliki kualitas yang lebih baik berdasarkan rendahnya kandungan metana (CH4) yang dihasilkan sebesar 0,027%

dan nilai pH yang masih dalam kondisi stabil sebesar 7,06. Selain itu ditunjang dengan hasil degradasi bahan kering dan organik pada pakan silase menunjukkan bahwa sampel silase + BIOS K2 memiliki nilai degradasi tertinggi dibandingkan dengan hay sorghum sebesar 40,59 dan 44,72%.

5.2 Saran

Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan hewan ruminansia seperti domba dan sapi secara in vivo.

DAFTAR PUSTAKA

51

Adams, M.R. & Moss M.O. 2000. Food Microbiology. United Kingdom: 2nd ed.

Royal Society of Chemistry, Athenaeum Press Ltd, University of Surrey, Guildford.

Akhter, S., Owen E. & Hossain M.M. 1996. Effluent from RUSITEC noculated with rumen liqour or cow faeces as sources of micro organism for in vitro digestion of forages. Asian-Aust J Anim Sci. 9(4): 375-379.

Arora, S.P. 1995. Pencernaan mikroba pada ruminansia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2013. Teknologi pembuatan silase jerami untuk pakan sapi. Bandung: Tanaman Pangan Leaflet APBN.

Battha, R., Tajima K. & Kurihara M. 2006. Influence of themperature and pH on fermentation pattern and methane production in the rumen simulation fermenter: (RUSITEC). Asian-Aust J Anim Sci. 19 (3): 376-380.

Blummel, M., Steingass H. & Becker K. 1999. A note on the stoichiometrical relationship of short chain fatty acid production and gas formation in vitro in feed stuffs widely differing quality. J Anim Physiol A Anim Nutr. 78 (9):

92-102.

Bryant, M.P. 1970. Norma flora rumen bacteria. Am J Clin Nutr. 23 (11): 1440-1450.

Chatterjee A., Ajmera, N. & Goyal V. 2013. Aloe vera it’s effect on gingivitis.

Journal of Indian Society of Periodontology 17(4):435-438.

Chen, Y., & Weinberg Z.G. 2008. Changes during aerobic exposure of wheat silages. J Anim. Feed Sci. Technol. 154:76 -82.

Church, D.C. 1986. Feed and Feeding. New York: Practice Hill A Division of Simon and Schuster Inc. Englewood Cliffs.

Czerkawski, J.W & Breckenriridge G. 1977. Design an development of a long term rumen simulation technique (Rusitec). Br J Nutr. 38: 37-384.

Colombo, D., Crovetto G.M., Colombini S., Galassi G. & Rapetti L. 2007.

Nutritive value of different hybrids of sorghum forage determined in vitro.

Ital J Anim Sci. 6 (1): 289-291.

52

Deepa, N.R & Kumari V. 2012. Effective image compression techniques using prefiltering of daubechies transform. International Journal of Computer Applications 47 (24):17-23.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 1996. Sorghum manis komoditi harapan di provinsi kawasan timur Indonesia. [Risalah] Simposium prospek tanaman sorghum untuk pengembangan Agoindustri, 17-18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian No. 4-1996:6-12

Direktorat Jenderal Peternakan. 2013. Populasi dan produksi peternakan di Indonesia. Jakarta: Kementrian Pertanian Republik Indonesia.

France, J., Dhanoa M.S., Theodorou M.K., Lister S.J., Davies D.R & Isac D.

1993. A model to interpret gas accumulation profiles associated with in vitro degadation of ruminant feeds. J theor Biol. 163: 99-111.

Garcia, G.R.J., Gonzalez S. & Lopez S. 2010. Decrease of ruminal methane production in RUSITEC fermenters through the addition of plant material from rhubarb (Rheum spp.) and alder buckthorn (Frangula alnus). J Dairy Sci. 93: 3755-3763.

Hartadi, H., Soedomo R. & Alley D.F. 1990. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Yogyakarta: UGM Press.

Hartati, E. 1998. Suplementasi minyak ikan lemuru dan seng ke dalam ransum yang mengandung silase pada kakao dan urea untuk memacu pertumbuhan sapi Holstein jantan.[Disertasi]. Bogor: Progam Pascasarjana IPB.

Hendraningsih, L. 2010. Nilai serat kasar dan produksi jerami pada (secara in vitro) dengan introduksi bakteri selulotik. [Skripsi]. Malang: Fakultas Peternakan-Perikanan Universitas Muhammadiyah.

Imanda, S. 2015. Uji in vitro silase sinabung jerami sorghum varietas samurai 2 yang disuplementasi probiotik BIOS K2 dalam cairan rumen kerbau.

[Skripsi] Jakarta: Universitas Al Azhar Indonesia.

Jamila, Tangdilintin F.K. & Astuti R. 2009. Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Pada Feses Ayam yang Difermentasi Dengan Lactobacillus sp. [Skripsi]. Makasar: Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin.

53

Jayanegara, A., Sofyan A., Makkara H.P.S & Becker K. 2009. Kinetika produksi gas, kecernaan bahan organik dan produksi gas metana in vitro pada hay dan jerami disuplementasi hijauan mengandung tanin. Media Peternakan Vol 32 (2) : 120 – 129.

Kajikawa, H.H., Jin F., Terada & Suga T. 2003. Operation characteristics newly improved and marketable artificial rumen (Rusitec). Mem Natr Inst Liv Gass Sci. Japan No. 2.

Madigan, M.T., Martink J.M & Parker J. 2003. Brock biology of microorganisms.

London: Prentice Hall

Mc Donald, P., Edwards R.A & Geen J.F.D. 2002. Animal Nutrition. Singapore:

Lognan.

Moss AR, Jouany JP & Newbold J. 2000. Methane production by ruminants: its contribution to global warming. Annual Zootechnology. 49: 231- 253.

Musa, HH, SL, WU, CH, ZHU, HI, Seri & GQ ZHU. 2009. The potential benefits of probiotics in animal production and health. Journal of Animal and Veterinary Advances, 8 (2), 313-321.

Nuswantara, L.K. 2002. Ilmu makanan ternak ruminansia. Semarang: Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro.

Offer, Y & Robert. 1996. Peran mikroba rumen pada ternak ruminansia.

http://Jajo66.artikel.com. [Diakses 18 Januari 2016]

Owens, F.N & Goetsch A.L. 1988. Ruminal fermentation. In: Church, D.C. (Ed.) The Ruminal Animals, Digestive Physiology and Nutrition. Prentice Hall, New Jersey. pp. 145 – 171

Parrakkasi, A. 1999. Ilmu gizi dan makanan ternak rumnansia. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Pelczar, Michael J. & Chan E.C.S. 1988. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Plummer, D.T. 1971. An introductional of biochemistry. Tatta Mc Gaw-Hill Publishing company.

54

Preston, T.R. & Leng R.A. 1987. Matching ruminant production sistems with available resources in the tropic and sub-tropic. Australia: International colour production. Stanthorpe, Queensland.

Purwantari, T. 2008. Fermentabilitas in vitro dan produksi biomassa mikroba ransum komplit yang mengandung jerami sorgum, konsentrat dengan penambahan suplemen pakan [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan.

IPB.

Rasyaf, M. 1994. Makanan ayam boiler. Yogyakarta: Penerbit Kasinus.

Riswandi, Muhakka & Lehan M. 2015. Evaluasi nilai kecernaan secara in vitro ransum ternak sapi Bali yang disuplementasi dengan probiotik biosplus.

Jurnal Peternakan Sriwijaya. Vol. 4, No. 1 Juni 2015, pp. 35-46.

Sanjaya. 2014. Tentang pakan ternak dan jenisnya.

http://www.ilmupeternakan.com/2014/06/tentangpakanternakdanjenisnyasit us-peternakan.html. [Diakses tanggal 20 Juli 2016]

Sauvant, Dijkstra & Martens. 1995. Peran mikroba rumen pada ternak ruminansia. http://Jajo66.artikel.com.[Diakses 18 Januari 2016]

Sirappa, M.P. 2003. Prospek pengembangan sorghum di Indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan ndustri. Jurnal Litbang Pertanian, 22(4).

Siregar, S.B. 1992. Sapi perah, jenis, teknik pemeliharaan dan analisa usaha.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Sugoro, I. 2010. Pemanfaatan probiotik khamir untuk peningkatan produksi ternak ruminansia. Iptek Nuklir Bunga Rampai Prestasi Ilmah Peneliti Madya/Utama. 1(1). 253-314.

Sugoro, I. & Pikoli M.R.. 2004. Uji viabilitas isolat khamir bahan probiotik dalam cairan rumen kerbau steril. [Prosiding] Prestasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan X 389-395.

Sutardi, T. 1997. Ikhtisar ruminologi. Bahan kursus peternakan sapi perah. Kayu Ambon. Dirgen Peternakan FAO. 55-60.

Syapura, Bata M. & Pratama S. 2013. Peningkatan kualitas jerami padi dan pengaruhnya terhadap kecernaan nutrient dan produk fermentasi rumen kerbau dengan feses sebagai sumber inoculum. Agipet 13 (2): 59-67.

55

Taufik, R.D. 2014. Mengetahui jenis-jenis kambing dan domba di Indonesia.

http://organichcs.com/2014/04/04/mengetahui-jenis-jenis-kambing-dan-domba-di-indonesia/. [Diakses tanggal 18 Januari 2016]

Tilman, A.D., Hartadi H., Reksohadiprodjo S., Prawirokusumo P. & Edosukardjo S. 1983. Ilmu makanan ternak dasar. Yogyakarta: Fakultas Peternakan Universitas Gajah. Mada.

Wahyono, T. 2015. Evaluasi fermentabilitas ransum kerbau yang mengandung sorghum dengan pendekatan in Sacco, in vitro, dan RUSITEC. [Tesis].

Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Widodo, F., Wahyono & Sutrisno. 2012. Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi VFA, dan NH3 pakan komplit dengan level jerami padi secara in vitro. J Animal Agicultur 1 (1): 215-230.

Williams, A.G & Coleman G.S. 1988. The rumen protozoa. In: The rumen microbial ecosystem (Ed. P. N. Hobson). Elsivier applied Science Publisher. Ltd. pp. 77-128.

Wohlt, J.E., Clark J.H. & Balaisdell F.S. 1976. Effects of sampling location, time and method on concentration of ammonia nitrogen in rumen fluid. J.

Dairy Sci. 554

Zakariah, M.A. 2012. Evaluasi kecernaan beberapa bahan pakan pada ternak peranakan ongole (PO) dan peranakan frisien holstein (PFH). Yogyakarta:

Fakultas Peternakan, Universitas Gajah Mada.

Zubair, A. 2009. Tanaman sorghum.

http://www.google.co.id/search?q=tanaman+sorghum [Diakses 18 Januari 2016].

LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagam Alir Penelitian

Cairan Rumen Domba Hijauan sorghum

dipotong-potong

56 Lampiran 2. Pembuatan Larutan Saliva Buatan Tabel 3. Komposisi Larutan Mc Dougall

Bahan Konsentrasi (g/L)

Analisis Data Anova - pH

- Amonia

- VFA (Parsial dan Total) - Bomassa (protozoa/bakteri)

Silase Soghum Silase Sorghum +

Probiotik

Dimasukan kedalam wadah kedap udara + prebiotik BIOS, dan disimpan selama 21 hari

Sampel pakan ditimbang sebanyak 15 g kemudian ditambahkan cairan rumen, lalu dimasukkan dalam alat simulasi dengan metode RUSITEC

Pencuplikan sampel

57 NaHCO3

Na2HPO4.12H2O NaCl

KCl

CaCl2 (atau CaCl2.2H2O) MgCl2 (atau MgCl2.2H2O)

9.8 9.3 0.47 0.57 0.04 0.06 Sumber: Mc Dougall (1948) & Kajikawa et al., (2003) Lampiran 3. Hasil kromatogram VFA Parsial sampel silase

Contoh perhitungan VFA Parsial sampel silase komponen asam propionat

VFA (mM) =

58 19,51 (mM) = ,

Luas area standar VFA =

.

Luas area standar VFA = 1874,71

Lampiran 3. Hasil kromatogram VFA parsial silase + BIOS K2

59

Contoh perhitungan VFA Parsial sampel silase + BIOS K2 komponen asam asetat

VFA (mM) =

25,71 (mM) = ,

Luas area standar VFA =

.

Luas area standar VFA = 886,42

Lampiran 3. Hasil kromatogram VFA parsial hay sorghum

60

Contoh perhitungan VFA Parsial sampel hay sorghum komponen asam butirat

VFA (mM) =

3,26 (mM) = ,

Luas area standar VFA =

.

Luas area standar VFA = 2661.74

Lampiran 4. Analisis data pengujian in vitro dengan uji ANOVA

ANOVA

61

Within Goups 81833,238 45 1818,516

Total 89456,885 47

Volume Gas

Between Goups 254244,792 2 127122,396 ,471 ,628 Within Goups 12155967,188 45 270132,604

Total 12410211,979 47

BM Protozoa

Means for goups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,000.

Degadasi Bahan Kering

62

Means for goups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,000.

Degadasi Bahan Organik

Means for goups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,000.

Konsentrasi Gas CH4

Means for goups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 16,000.

Lampiran 5. Hasil pengukuran pH

Perlakuan Hari ke- Lampiran 6. Hasil pengukuran ammonia

Perlakuan [NH3] mM

Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8

63

Hay Sorghum 0,84 3,42 1,67 0,92 6,85 2,92 0,78 2,17 2,45 Silase Sorghum 1,67 2,76 1,34 1,59 5,76 2,84 2 2,59 2,57 Silase+BIOS K2 1,25 6,26 1,5 0,67 3,24 3,01 4,09 2,17 2,77 Contoh Perhitungan:

NH3 [mM] =Volume terpakai (mL)x [HCl]N x 1000

= 0,05 mL x 0,0167 N x 1000

= 0,84 mM

Lampiran 7. Hasil rata-rata pengukuran VFA total

Perlakuan [VFA] mM

Rerata

1 2 3 4 5 6 7 8

Hay sorghum 60 63 60 87 60 124 57 138 81

Silase sorghum 83 83 133 90 103 170 115 55 104 Silase + BIOS K2 64 65 28 60 46 69 112 151 74 Contoh Perhitungan:

VFA [mM] = − Volume terpakai (mL) x [HCl]N x 1000 = (5 − 4,3)mL x 0,0167 N x 1000

= 60 mM

Lampiran 8. Hasil pengukuran VFA parsial

Perlakuan VFA (mM)

Asam Asetat Asam Propionat Asam Butirat

Hay sorghum 27,77 16,88 3,26

Silase sorghum 40,96 19,51 3,31

Silase + BIOS K2 25,71 9,84 1,94

Lampiran 9. Hasil rata-rata pengukuran volume gas

Perlakuan Hari ke- Rerata

64

Lampiran 10. Hasil rata-rata pengukuran komposisi gas

Perlakuan Kandungan Gas CH4 Kandungan Gas CO2

Hay sorghum 0,450% 1,20%

Silase sorghum 0,780% 0,60%

Silase BIOS K2 0,027% 0,60%

Lampiran 11. Hasil rata-rata pengukuran biomassa bakteri

Perlakuan Hari ke-

Lampiran 12. Hasil rata-rata pengukuran biomassa protozoa

Contoh Perhitungan:

65

= 9,8182- 9,7932 g

= 0,025 g x 1000 mg/g

= 25 mg Lampiran 13. Foto proses persiapan sampel

Gambar 19. Sampel Pakan A, B, dan C sebelum dikeringkan

Gambar 20. Serbuk pakam sorghum

Gambar 21. Pemerasan cairan rumen Gambar 22. Pengambilan padatan rumen

66

Gambar 23.Optimasi alat RUSITEC

Gambar 24. Komponen Gas Analyzer

Dokumen terkait