• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PRODUKSI DAN KUALITAS KOLESOM:

3.4 Hasil

Analisis menggunakan uji REGWQ pada sebagian besar data peubah pengamatan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (P > 0.05) antar dosis perlakuan. Dengan demikian data dari kedua set perlakuan diolah dengan diratakan untuk masing-masing set; dan hasil olahannya disebut sebagai rata-rata kelompok organik atau inorganik. Pembandingan untuk masing-masing

kelompok menggunakan uji t-student’s pada taraf nyata (α) 1 dan 5 %. Uji

t-student’s dilakukan menggunakan perangkat lunak EXCEL 2007 atau MINITAB

14 dengan kriteria distribusi two-tail dan asumsi ragam contoh (s2) kedua kelompok pemupukan tidak sama/heteroscedastic. Data kemudian diplotkan menggunakan perangkat lunak SIGMAPLOT 10.0. Garis di atas titik data pada grafik menggambarkan selang kepercayaan 95 % ( 1.96 x galat baku) sehingga data pada grafik dinyatakan sebagai rata-rata kelompok pemupukan + (1.96 x galat baku).

Hasil uji t-student’s yang menunjukkan perbedaan antara perlakuan

organik dan inorganik pada berbagai peubah di musim hujan dapat dilihat pada Tabel 3.5. Perlakuan pupuk organik dan inorganik di 6 MST menyebabkan perbedaan pada peubah bobot basah pucuk, kandungan vitamin C, kandungan total klorofil, kandungan hara C-organik, nitrogen, fosfor, dan kalium pada tajuk.

Tabel 3.5 Rekapitulasi hasil uji t-student’s pada berbagai peubah di musim hujan

Peubah Organik vs inorganik

2 MST 4 MST 6 MST

Produksi

Bobot basah pucuk (g/tanaman) tn tn *

Metabolit primer

Kandungan total gula (mg SG/g BK) ** * tn

Kandungan vitamin C (mg/g BB) tn tn *

Kandungan protein (mg SBSA/g BB) ** * tn

Metabolit sekunder

Kandungan total fenolik (mg SAG/g BK) ** ** tn

Kandungan total flavonoid (mg SK/g BK) ** * tn

Kandungan total antosianin (x 10-2μmol/g BB) tn ** tn

Kandungan total klorofil (x 10-1μmol/g BB) ** * *

Enzim yang terkait dengan biosintesis senyawa fenolik

Aktivitas PAL (x 10-2 U/mg protein) tn tn tn

Aktivitas CAD (x 10-2 U/mg protein) tn tn tn

Aktivitas POD (x 10-2 U/mg protein) tn * tn

Kapasitas antioksidan

IC 50 (mg BK/ml) * tn tn

Kandungan hara jaringan

C-organik (%) td td **

Nitrogen (%) td td **

Fosfor (%) td td *

Kalium (%) td td *

BB = bobot basah, BK = bobot kering, SG = setara glukosa, SBSA = setara bouvine serum albumine, SAG = setara asam galat, SK = setara kuersetin, U = unit; * = berbeda nyata (P < 0.05), ** = berbeda nyata (P < 0.01), tn = berbeda tidak nyata (P > 0.05) menurut uji t-student’s dengan asumsi ragam contoh (s2) kedua jenis pemupukan berbeda; td = tidak diamati

3.4.1 Produksi Pucuk

Uji REGWQ pada akhir pengamatan menunjukkan semua dosis pada kedua jenis pemupukan yang dicobakan tidak memberikan bobot basah pucuk yang berbeda (Tabel 3.6). Dengan demikian disarankan untuk produksi pucuk kolesom di musim hujan menggunakan dosis terendah, yaitu organik-1 (6.1 ton pupuk kandang sapi/ha + 75.6 kg guano/ha + 2.7 ton abu sekam/ha) dan inorganik-1 (50 kg urea/ha + 20 kg SP-36/ha + 50 kg KCl/ha).

Tabel 3.6 Bobot basah pucuk dengan pemupukan organik dan inorganik di musim hujan pada umur 6 MST

Perlakuan Bobot basah pucuk

(g/tanaman) Organik Pupuk kandang (ton/ha) + guano (kg/ha) + abu sekam

(ton/ha) 1 6.1 + 75.6 + 2.7 164.28 a 2 9.2 + 151.2 + 4.1 165.27 a 3 12.3 + 226.8 + 5.5 172.66 a 4 15.4 + 302.4 + 6.8 215.53 a 5 18.4 + 378.0 + 8.2 224.89 a Rata-rata 188.52

Inorganik Urea (kg/ha) + SP-36 (kg/ha) + KCl (kg/ha)

1 50 + 20 + 50 195.38 a 2 75 + 40 + 75 217.31 a 3 100 + 60 + 100 237.89 a 4 125 + 80 + 125 246.80 a 5 150 + 100 + 150 196.46 a Rata-rata 218.77 Organik vs inorganik *

Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata (P > 0.05) menurut uji REGWQ; * = berbeda nyata (P < 0.05) menurut uji t-student’s dengan asumsi ragam contoh (s2) kedua jenis pemupukan berbeda

Uji t-student’s pada akhir pengamatan menunjukkan bobot basah pucuk

pada musim hujan ditemukan lebih rendah pada tanaman yang mendapat pupuk organik dibandingkan yang mendapat pupuk inorganik (Gambar 3.5). Secara umum kedua jenis pemupukan menyebabkan pertumbuhan kolesom yang digambarkan dengan peningkatan bobot basah pucuk seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Pemberian pupuk organik menghasilkan bobot basah pucuk tertinggi pada umur 6 MST sebesar 188.52 g/tanaman dan pemberian pupuk inorganik menghasilkan bobot basah pucuk 1.2 kali lebih tinggi dari kolesom yang diberi pupuk organik (P < 0.05).

Gambar 3.1 Bobot basah pucuk kolesom dengan kedua jenis pemupukan pada musim hujan. * = berbeda nyata (P < 0.05), tn = berbeda tidak nyata (P > 0.05) menurut uji t-student’s

dengan asumsi ragam contoh (s2) kedua jenis pemupukan berbeda.. Garis vertikal di atas tiap titik data menunjukkan selang kepercayaan 95 %.

3.4.2 Metabolit Primer: Kandungan Total Gula, Kandungan Vitamin C, dan Kandungan Protein

Uji t-student’s pada akhir pengamatan menunjukkan kandungan vitamin C

pada musim hujan ditemukan lebih tinggi pada tanaman yang mendapat pupuk organik dibandingkan yang mendapat pupuk inorganik. Peubah lainnya tidak berbeda antar kedua jenis pemupukan (Gambar 3.2).

Secara umum kandungan total gula pada kolesom dengan pemberian pupuk organik lebih rendah dari kolesom dengan pemberian pupuk inorganik (Gambar 3.2.A). Kandungan total gula kolesom tertinggi untuk kedua jenis pemupukan terjadi pada umur 4 MST, dan kolesom yang mendapat pupuk inorganik memiliki kandungan total gula 1.2 kali lebih tinggi dari kolesom dengan pemupukan organik (P < 0.05). Kandungan vitamin C kolesom tertinggi dihasilkan saat umur 6 MST pada kedua jenis pemberian pupuk (Gambar 3.2.B); kandungan vitamin C kolesom yang diberi pupuk organik 1.1 kali lebih tinggi dari kandungan vitamin C kolesom yang diberi pupuk inorganik (P < 0.05). Kandungan protein kolesom dengan kedua jenis pemupukan meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Gambar 3.2.C). Kandungan protein pada kolesom dengan pemberian pupuk inorganik selalu didapati lebih tinggi dari

kolesom dengan pemberian pupuk organik (P < 0.01), kecuali pada umur 6 MST (P > 0.05).

Gambar 3.2 Metabolit primer kolesom dengan kedua jenis pemupukan pada musim hujan. (A) Kandungan total gula, (B) kandungan vitamin C, dan (C) kandungan protein. BB = bobot basah, BK = bobot kering, SG = setara glukosa, SBSA = setara bouvine serum albumine. * = berbeda nyata (P < 0.05), ** = berbeda nyata (P < 0.01), dan tn = berbeda tidak nyata (P > 0.05) menurut uji t-student’s dengan asumsi ragam contoh

(s2) kedua jenis pemupukan berbeda. Garis vertikal di atas tiap titik data menunjukkan selang kepercayaan 95 %.

3.4.3 Metabolit Sekunder: Kandungan Total Fenolik, Kandungan Total Flavonoid, Kandungan Total Antosianin, dan Kandungan Total Klorofil

Uji t-student’s pada akhir pengamatan menunjukkan kandungan total

klorofil pada musim hujan ditemukan lebih rendah pada tanaman yang mendapat

A B

** * tn tn tn *

C

pupuk organik dibandingkan yang mendapat pupuk inorganik. Peubah lainnya tidak berbeda antar kedua jenis pemupukan (Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Metabolit sekunder kolesom dengan kedua jenis pemupukan pada musim hujan. (A) Kandungan total fenolik, (B) kandungan total flavonoid, (C) kandungan total antosianin, (D) kandungan total klorofil. BB = bobot basah, BK = bobot kering, SAG = setara asam galat, SK = setara kuersetin, keterangan lain pada gambar ini sama dengan Gambar 3.2.

Kandungan total fenolik kolesom menurun seiring dengan meningkatnya umur tanaman (Gambar 3.3.A). Pemberian pupuk organik pada kolesom selalu menyebabkan kandungan total fenolik yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk inorganik (P < 0.01), kecuali pada umur 6 MST (P > 0.05). Kandungan total fenolik kolesom tertinggi (10.49 mg SAG/g BK) didapatkan pada umur 2 MST dengan pemberian pupuk inorganik; sedangkan dengan

A B

C D

** ** tn ** * tn

pemberian pupuk organik menghasilkan kandungan yang lebih rendah 1.3 kali dibandingkan dengan pemberian pupuk inorganik.

Kandungan total flavonoid kolesom dengan pemberian pupuk organik selalu lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk inorganik pada umur 2 (P < 0.01) dan 4 MST (P < 0.05). Secara umum, terjadi peningkatan kandungan total flavonoid pada kedua jenis pemupukan dari umur 2 ke 4 MST kemudian setelahnya menurun (Gambar 3.3.B). Kandungan flavonoid terendah pada kedua jenis pemupukan terjadi pada umur 6 MST (P > 0.05).

Tidak terdapat perbedaan kandungan total antosianin pada kolesom dengan kedua jenis pemupukan (P > 0.05), kecuali pada umur 4 MST (P < 0.01, Gambar 3.3.C). Kandungan total klorofil pada kolesom dengan kedua jenis pemupukan meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Gambar 3.3.D). Kandungan total klorofil pada kolesom dengan pemberian pupuk inorganik selalu didapatkan lebih tinggi dari kolesom dengan pemberian pupuk organik (P < 0.05).

3.4.4 Enzim yang Terkait dengan Biosintesis Senyawa Fenolik

Uji t-student’s pada akhir pengamatan menunjukkan semua aktivitas

enzim pada musim hujan ditemukan tidak berbeda pada tanaman yang mendapat pupuk organik dibandingkan yang mendapat pupuk inorganik (Gambar 3.4). Aktivitas PAL kolesom menurun seiring dengan bertambahnya umur tanaman (Gambar 3.4.A). Aktivitas PAL kolesom tertinggi terjadi pada umur 2 MST, namun tidak berbeda diantara kedua jenis pemupukan (P > 0.05). Aktivitas PAL pada akhir pengamatan untuk kedua jenis pemupukan mengalami penurunan kira-kira tiga kali dibandingkan awal pengamatan (umur 2 MST). Aktivitas CAD kolesom pada kedua jenis pemupukan memiliki nilai yang tidak berbeda (P > 0.05, Gambar 3.4.B). Aktivitas POD kolesom pada kedua jenis pemberian pupuk hanya berbeda pada umur 4 MST (P < 0.05, Gambar 3.4.C). Kolesom dengan pemberian pupuk inorganik memiliki aktivitas POD hampir dua kali dibandingkan dengan pemberian pupuk organik (67.42 x 10-2 U/mg protein) pada umur tersebut.

Gambar 3.4 Enzim yang terkait dengan biosintesis senyawa fenolik kolesom dengan kedua jenis pemupukan pada musim hujan. (A) Aktivitas PAL, (B) aktivitas CAD, dan (C) aktivitas POD. U = unit, PAL = phenylalanine ammonia lyase, CAD = cinammyl alcohol dehidrogenase, POD = peroksidase, keterangan lain pada gambar ini sama dengan Gambar 3.2.

3.4.5 Nilai IC 50

Uji t-student’s pada akhir pengamatan menunjukkan kapasitas antioksidan

yang dinyatakan dengan nilai IC 50 pada musim hujan ditemukan tidak berbeda pada tanaman yang mendapat pupuk organik dibandingkan yang mendapat pupuk inorganik (Gambar 3.5). Nilai IC 50 antara kolesom yang diberi pupuk organik dan inorganik tidak berbeda pada setiap umur pengamatan (P > 0.05), kecuali umur 2 MST (P < 0.05). Terjadi penurunan nilai IC 50 kolesom dari umur 2 ke 4 MST, namun kemudiannya meningkat (Gambar 3.5). Kapasitas antioksidan

A B

C

tn tn tn tn tn tn

tertinggi (nilai IC 50 terendah) untuk kedua jenis pemupukan terjadi pada umur 4 MST (+ 3 mg BK/ml).

Gambar 3.5 Nilai IC 50 kolesom dengan kedua jenis pemupukan pada musim hujan. BK = bobot kering, keterangan lain pada gambar ini sama dengan Gambar 3.2.

3.4.6 Kandungan Hara Jaringan

Pemberian pupuk organik menyebabkan kolesom memiliki kandungan C-organik dan nitrogen yang lebih rendah; namun kandungan fosfor dan kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang mendapat pupuk inorganik (Tabel 3.7).

Tabel 3.7 Hara jaringan kolesom dengan kedua jenis pemupukan pada musim hujan

Perlakuan Hara jaringan

C-organik Nitrogen Fosfor Kalium

---%---

Organik 49.30 1.81 0.27 5.56

Inorganik 50.30 2.42 0.21 4.92

Organik vs inorganik ** ** * *

** = berbeda nyata (P < 0.01), * = berbeda nyata (P < 0.05) menurut uji t-student’s dengan asumsi

ragam contoh (s2) kedua jenis pemupukan berbeda

Dokumen terkait