• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAHAN PENYAKIT BERCAK DAUN RAKITAN IPB

3.3 Hasil dan Pembahasan

3.3.2 Produktivitas biji kering kacang tanah

Penyakit bercak daun merupakan salah satu penyakit utama yang sering menyerang kacang tanah (Rukmana 2009). Ditingkat petani jarang digunakan pestisida untuk mengurangi penyakit bercak daun. Pemuliaan kacang tanah dilakukan untuk menyediakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan tahan penyakit bercak daun sehingga dapat mengurangi resiko kerugian hasil dan memperluas anjuran budidaya. Pendekatan pemuliaan untuk memilih genotipe berdaya hasil tinggi dan tahan penyakit bercak daun ditentukan oleh tujuan perakitan varietas itu. Penurunan hasil yang disebabkan penyakit bercak daun lebih pada penurunan kemampuan fotosintesis tanaman selama masa penyerangan. Jusfah (1985) menyatakan bahwa penyakit bercak daun dapat menyebabkan pengguguran daun (defoliasi) yang sangat mengurangi kapasitas fotosintesis sehingga menurunkan produksi biji. Semakin banyaknya daun yang

masih hijau pada batang utama selama periode serangan penyakit bercak daun diharapkan dapat meningkatkan hasil.

Gambar 3.1 Produktivitas biji kering (ton.ha-1) kacang tanah pada tiap genotipe

Gambar 3.2. Produktivitas biji kering (ton.ha-1) kacang tanah pada tiap lingkungan

Produktivitas biji kering (ton.ha-1) kacang tanah pada tiap genotipe ditunjukkan pada Gambar 3.1. Varietas Gajah menunjukkan Produktivitas biji kering kacang tanah tertinggi yaitu 1.88 ton.ha-1 dan terendah oleh varietas Jerapah yaitu 1.20 ton.ha-1. Gajah merupakan varietas yang rentan dan Jerapah merupakan varietas yang toleran terhadap penyakit bercak daun. Galur-galur harapan kacang tanah rakitan IPB yang diuji menunjukkan produktivitas biji

1.22 1.42 1.78 1.261.4 1.74 1.551.62 1.25 1.43 1.88 1.2 1.281.36 0.92 0.85 2.32 2.06

kering berkisar 1.22 hingga 1.78 ton.ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa galur-galur tersebut memiliki produktivitas kacang tanah lebih tinggi dari varietas-varietas unggul Nasional yang digunakan sebagai pembanding. GWS-72A dan GWS- 110A1 menunjukkan produktivitas kacang tanah yang tidak jauh berbeda dengan Gajah yaitu berturut-turut sebesar 1.78 dan 1.74 ton.ha-1. Hal ini menunjukkan bahwa galur-galur harapan kacang tanah memiliki potensi hasil yang cukup baik yang ditunjukkan oleh produktivitas kacang tanah yang sebanding dengan varietas unggul.

Produktivitas nasional pada tahun 2013 mencapai 1.35 ton.ha-1 biji kering, sementara hasil penelitian terhadap genotipe yang diuji menunjukkan bahwa GWS-39D, GWS-72A, GWS-74A1, GWS-110A1, GWS-110A2 GWS-134A dan GWS-138A memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari produktivitas nasional. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe-genotipe tersebut dapat direkomondasikan untuk peningkatan hasil kacang tanah. Egli (1999) menyatakan bahwa hasil (potential yield) tanaman ditentukan oleh kemampuan tanaman mengakumulasikan bahan kering dan pembagian bahan kering tersebut ke bagian yang akan dipanen. Akumulasi bahan kering mencerminkan kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis (Khanna- Chopra, 2000).

Gambar 3.2 menunjukkan lingkungan Sukabumi memberikan produktivitas biji kering (ton.ha-1) kacang tanah tertinggi yaitu 2.32 ton.ha-1 dibandingkan dengan lingkungan Kuningan, Bogor dan Sumedang berturut-turut yaitu 2.06, 0.92 dan 0.85 ton.ha-1. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan tumbuh baik mikro maupun makro. Faktor ketinggian tempat (mdpl), suhu dan curah hujan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Tingginya bobot biji kering pada lingkungan Sukabumi disebabkan karena genotipe-genotipe pada lingkungan tersebut lebih tahan terhadap penyakit yang ditunjukkan oleh karakter hasil yang tinggi. Produksi rata-rata bobot biji kering terendah dicapai pada lingkungan Sumedang. Hal ini disebabkan karena intensitas curah hujan dan kelembaban tanah pada saat pengujian menyebabkan kacang tanah terserang penyakit bercak daun sehingga menurunkan hasil. Pada saat tanaman berumur empat minggu setelah tanam, kacang tanah telah terserang penyakit bercak daun dan pembusukan akar oleh cendawan sehingga menurunkan hasil kacang tanah. Hal ini juga dapat dilihat dari karakter pendukung yang rendah seperti bobot polong isi dan bobot biji tanaman yang di uji, di duga tanaman yang terserang penyakit bercak daun sangat mengurangi kapasitas fotosintesis tanaman dan kapasitas source-sink rendah sehingga pembentukan polong dan pengisian biji kurang sempurna. Selain itu, curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan bunga tanaman kacang tanah sulit diserbuki dan kondisi tanah yang terlalu lembab mendorong pertumbuhan cendawan pembusuk akar. Kelembaban udara yang tinggi akan memberikan peluang yang baik bagi pertumbuhan penyakit bercak daun (Adisarwanto et al. 1993).

3.4 Simpulan

Hasil analisis ragam menunjukkan terdapat pengaruh sangat nyata dari genotipe, lingkungan dan interaksi genotipe dan lingkungan terhadap keragaan karakter. Lingkungan memberikan pengaruh yang sangat nyata pada semua karakter yang diamati. Pengaruh genotipe yang nyata ditunjukkan oleh karakter tinggi tanaman, jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot seratus biji dan bobot biji kering. Interaksi genotipe dan lingkungan memberikan pengaruh sangat nyata pada karakter persentase panjang batang utama berdaun hijau, bobot brangkasan dan bobot biji kering.

Genotipe yang memiliki keragaan agronomi yang lebih baik yaitu tinggi tanaman oleh Sima dengan rata-rata 61.14 cm, jumlah cabang dan jumlah polong isi oleh GWS-134A dengan rataan masing-masing 4.82 dan 19.35, persentase panjang batang utama berdaun hijau oleh GWS-18A dengan rata-rata 18.73, bobot brangkasan oleh GWS-73D dengan rata-rata 82.57 gram. Bobot polong kering, jumlah polong total, bobot polong total, bobot polong isi, dan bobot biji tanaman oleh GWS-110A1 dengan rataan masing-masing yaitu 256.75 gram, 22.27, 18.51 gram, 16.94 gram, dan 12.18 gram. Jumlah polong isi oleh GWS-134A dengan rata-rata 19.40, bobot seratus biji oleh GWS-73D dengan rata-rata 47.33 gram, indeks masak biji kulit oleh GWS-39D dengan rata-rata 2.60 gram dan berat biji kering per ubin oleh Gajah dengan rata-rata 186.76 gram.

Produktivitas biji kering tertinggi ditunjukkan oleh varietas Gajah sebesar 1.88 ton.ha-1 dan terendah oleh Jerapah sebesar 1.20 ton.ha-1. Galur-galur harapan kacang tanah rakitan IPB menunjukkan produktivitas yang lebih tinggi dari Jerapah. Hal ini berarti galur-galur tersebut memiliki potensi hasil yang cukup baik. Bobot biji kering tertinggi dicapai pada lingkungan Sukabumi, Kuningan, Bogor dan Sumedang yaitu sebesar 232.22, 173.22, 94.41 dan 84.96 gram.