• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN LAMPIRAN

1. Draft Interview ( Daftar Wawancara)

1.4. Profil Informan

1.4.2. Profil Anak yang Menjadi Anggota Kuda Lumping

1. Nama : Teguh Usia : 14 Tahun Jabatan : anggota penari

Pekerjaan : Pelajar SMP N 5 Padang Bolak

Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Saat peneliti mencari satu persatu anak-anak yang menjadi anggota kuda lumping di sanggar pimpinan Mbah Mo, maka yang pertama sekali ditemukan adalah Teguh. Peneliti bertemu dengan Teguh tepat di kediaman Teguh. Saat itu, Teguh sedang memberi makan sapi-sapinya, dan peneliti menghampiri Teguh ke kandang sapi yang berada di samping rumahnya. Peneliti menunggu sampai Teguh selesai mengerjakan pekerjaanya tersebut. Setelah selesai barulah peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangannya kepada Teguh. Dengan wajah yang malu-malu Teguh pun bersedia untuk di wawancarai oleh peneliti.

Teguh adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dan sedang duduk di kelas VIII B Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Padang Bolak. Teguh sudah 1 tahun menjadi anggota kuda lumping. Awalnya Teguh tidak meminta izin kepada orang tuanya untuk ikut menjadi anggota kuda lumping karena takut tidak diberi izin, namun saat pertama kalinya Teguh sedang bermain kuda lumping bersama sanggar Turonggo Madiyo Budoyo, kakak Teguh melihat dan melaporkan Teguh kepada Orang Tuanya. Selesai pertunjukan, Teguh langsung di bawa pulang oleh orang tuanya. Pada akhirnya orang tua Teguh memberi izin menjadi anggota kuda lumping dengan syarat tidak boleh menjadi yang kesurupannya dan Teguh menepati janjinya sampai sekarang.

Teguh menjadi anggota kuda lumping karena ia tertarik dengan tarian dan atraksi kuda lumping yang kesurupan dan ingin memiliki endang. Selain itu, alasan ia ingin melestarikan dan menjaga kesenian Jawa serta untuk menghibur orang lain. Ia tidak takut menentang orang tuanya, karena ia ingin melestarikan kesenian jawa jadi untuk apa dilarang-larang. Di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo ia sangat diterima dengan tangan terbuka dan sangat mudah memahami tarian-tarian kuda lumping.

Sebagai anak yang masih duduk di bangku sekolah, ia lebih memilih menikmati perannya untuk lebih mementingkan kegiatan kuda lumping. Menurut Teguh, belajar dan memahami segala bentuk kegiatan yang ada di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo tidaklah susah dan membuat kepala pening serta tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk mempraktekannya langsung. Tidak seperti belajar di sekolah, sudah lama waktunya terus pelajaran yang diterima pun sulit-sulit semua.

Berbicara mengenai peraturan sekolah dan peraturan di sanggar, Teguh lebih mematuhi peraturan yang ada disanggar hal ini karena peraturan sanggar hanya meminta agar tepat waktu datang saat latihan dan pertunjukkan berlangsung, jika pun sesekali melanggar peraturan, pimpinan sanggar hanya menegurnya saja. Hal ini berbeda dengan peraturan sekolah yang banyak menuntut siswanya, dan jika dilangggar sekali langsung diberi hukuman seperti mangambil sampah atau menyapu ruangan kepala sekolah.

2. Nama : Mugiyono Adi Riyanto Usia : 15 tahun

Jabatan : Penari dan Yang Kesurupan Pekerjaan : -

Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Mugiyono baru saja menetap di desa Batang Pane III selama 8 bulan. Ia berasal dari Jawa Tengah. Awal mula kedatangan Mugi ke Desa BAtang Pane III hanya untuk bersilaturahmi kepada saudara- saudaranya yang sudah lama menetap di Desa Batang Pane III. Mugi lulusan Sekolah Menengah Pertama tahun 2011. Mugi tertarik dengan sanggar Turonggo Madiyo Budoyo dan ikut menjadi anggota kuda lumping di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo selama 6 bulan. Meskipun baru 6 bulan menjadi anggota kuda lumping di sanggar tersebut, Mugi di Jawapun sudah menjadi anggota kuda lumping selama 3 tahun.

Menurut hasil wawancara peniliti dengan Mugi, alasan ia ikut menjadi anggota kuda lumping pada awalnya ia menonton pertunjukan kuda lumping yang ada di lingkungan rumahnya. Ia sangat tertarik dengan orang yang kesurupan di kuda lumping, bisa makan ayam hidup-hidup, makan bara api maka timbulah keinginan ia menjadi anggota kuda lumping.

Tidak ada perbedaan yang menonjol dari sanggar waktu ia menjadi anggota kuda lumping di Jawa dan di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Hanya perbedaan waktu jam latihan saja dan tahapan ritual yang ia temukan. Adapun tahapan ritual waktu di jawa berupa: tidak boleh mempermainkan perasaan cewek, puasa 7 hari 7 malam dan hanya makan nasi putih dan air putih saja. Sementara tahapan ritual yang harus di jalani ia di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo adalah: selain puasa 7 hari 7 malam, setiap anggota harus mandi kembang 7 warna dan mandi tengah malam di tengah sungai yang mengalir serta tidak boleh tidur dari jam 6 sore sampai 6 pagi setiap jum’at kliwon.

Mugi tetap memberanikan diri meskipun orang tua tidak memberikan izin untuk menjadi anggota kuda lumping. Orang tua Mugi tidak menyetujui kesurupan yang ada di kuda lumping karena itu sudah menjadi Sesuatu yang syirik di agama islam. Karena alasan tidak akan melanjutkan sekolah lagi, akhirnya orang tua Mugi memberikan izin untuk menjadi anggota kuda lumping.

Ketika masih duduk di bangku sekolah, Mugi lebih meluangkan waktu untuk belajar kuda lumping dari pada belajar di sekolah, bahkan saat di sekolahpun Mugi sering pura-pura kesurupan untuk menghibur teman-teman di sekolah dan pada malam jum’at kliwon mugi beserta teman lainya kerap kali mengundang roh halus sebagai hiburan mereka.

Untuk menjadi yang kesurupan, Mugi sudah matang dan dikuasai penuh oleh endang yang membuatnya kesurupan. Ia bisa menjadi yang kesurupan sepenuhnya setelah 20 kali pertunjukan. Ia merasa senang dan puas bisa menjadi anggota kuda lumping karena bisa menghibur orang yang melihatnya dengan atraksi kesurupannya. Setelah pertunjukan selesai, ia merasakan sakit dan pegal-pegal di seluruh anggota

tubuhnya akibat kesurupan tersebut. Rasa sakit dari kesurupan tersebut akan hilang dengan sendirinya selama dua atau tiga hari.

Cukup banyak manfaat yang ia dapat selama menjadi anggota di sanggar, meskipun hanya baru masuk selama 6 bulan saja. Di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo ia mendapat rasa kekeluargaan antar anggota dan tidak adanya kesenjangan antara anggota yang baru masuk atau sudah lama menjadi anggota.

3. Nama : Eko Hariyanto (Ciplek) Usia : 11 tahun

Jabatan : Penari dan Yang Kesurupan Pekerjaan : Pelajar Kelas V Sekolah Dasar Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Ciplek itulah panggilan yang sering di julukan masyarakat kepada Eko. Ciplek adalah singkatan dari Cilik Pendek Elek yang artinya kecil pendek jelek yang menggambarkan perawakan Eko. Ciplek anak pertama dari tiga bersaudara. Ciplek masih duduk di bangku kelas V Sekolah Dasar Negeri Batang Pane III. Ciplek sudah menjadi anggota kuda lumping selama satu tahun.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan Ciplek memperoleh informasi bahwasanya awal mula Ciplek menjadi anggota kuda lumping karena rasa ingin dari dirinya untuk bisa bermain kuda-kudaan dan mengikuti jejak ayahnya yang telah lebih dulu aktif di keanggotaan kuda lumping. Izin oran tua sangat mudah ia dapatkan untuk menjadi anggota kuda lumping karena orang tua Ciplek juga menginginkan anaknya untuk dapat mewarisi kesenian tradisional jawa.

Ciplek hanya membutuhkan waktu selama satu minggu untuk mempelajari tari-tarian dan dua minggu untuk bisa memiliki endang. Ia juga sangat patuh terhadap peraturan yang ada di sekolah maupun peraturan yang ada di sanggar. Selama pertunjukkan, ia selalu menjadi anggota yang kesurupan karena

endang yang dimilikinya sangat mudah untuk di panggil oleh pawang. Setiap pertunjukan kuda lumping, ia selalu memperoleh imbalan uang sebesar Rp. 20.000,- - Rp. 30.000,- / pertunjukan. Ia merasa puas dengan imbalan tersebut, karena selain mendapatkan uang yang dianggapnya sebagai uang jajan, ia juga memiliki endang yang bisa di jadikan sebagai penjaga diri dan penyelamat dimana pun ia berada.

4. Nama : Putri Hidayati Usia : 16 tahun Jabatan : Penari Pekerjaan : -

Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Anak ke dua dari dua bersaudara ini terkesan ramah dan murah senyum ketika peneliti mendatangi rumahnya untuk melakukan wawancara. Putri itulah panggilannya. Peneliti langsung mengutarakan maksud dan tujuannya kepada Putri. Dengan keterbukaanya dalam memberikan informasi sehingga peneliti banyak mendapatkan informasi dari Putri. Putri baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2012, dan tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Atas karena keinginan ia untuk belajar sudah tidak begitu di perhitungkan lagi.

Dalam hasil wawancara dengan Putri didapatkan informasi bahwa ia sudah menjadi anggota kuda lumping selama 4 tahun. Dalam waktu satu minggu ia sudah dapat menguasai segala jenis tarian yang di perlukan untuk pertunjukan kuda lumping. Tidak ada syarat khusus yang harus ia lakukan untuk menjadi anggota kuda lumping selain mematuhi peraturan yang ada di sanggar. Adapun peraturan yang harus dipatuhi di sanggar itu berupa datang latihan tepat waktu, tidak boleh jatuh cinta sesame anggota kuda

lumping dan selalu bersedia untuk melakukan pertunjukan kuda lumping dimanapun dan kapanpun sanggar membutuhkannya.

Alasan ia ikut menjadi anggota kuda lumping karena sudah menggemari kesenian tradisional Jawa, dan untuk lebih bisa mengetahui semua hal yang ada di kesenian kuda lumping. Ia sangat bangga menjadi anggota kuda lumping, karena dengan menjadi anggota lumping ia lebih bisa memahami salah satu kesenian tradisonal Jawa dan tetap bisa melestarikan kesenian tradisional Jawa meskipun berada di daerah perantauan. Selain itu, manfaat yang ia dapat menjadi anggota kuda lumping bisa menghibur orang banyak, bisa membantu orang tua untuk mendapatkan uang jajan. Ia sangat di dukung oleh orang tuanya untuk menjadi anggota kuda lumping. Dengan alasan agar tetap melestarikan kesenian Jawa, secara turun- temurun keluarga mereka telah menjadi sesepuh di Sanggar Turonggo Madiyo Budoyo.

Meskipun ia hanya menerima imbalan berupa uang jajan yang diberikan oleh pawang, ia sudah merasa sangat puas dengan imbalan tersebut. Sebagaimana terkadang pawang juga memberikan santunan kepada keluarganya meskipun sanggar tidak melakukan pertunjukkan. Selama ia masih berada di bangku sekolah, ia lebih banyak meluangkan waktu untuk kesenian kuda lumping. Ketika untuk sekolah, semangat untuk belajar berkurang bahkan sering bolos untuk sekolah. Tidak seperti belajar untuk latihan pertunjukan kuda lumping yang begitu semangat ia lakukan.

Sebagai anggota kuda lumping, ia tidak pernah menjadi anggota yang kesurupan. Di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo, angggota perempuan tidak diperkenankan untuk keseurupan. Hal ini untuk menghindari pemikiran negative dari masyarakat. Karena ada hal sensitive bagi tubuh perempuan, sehingga pawang merasa tidak nyaman jika harus menyentuh tubuh anggota perempuan.

5. Nama : Dimas Ari Surya Usia : 15 tahun

Jabatan : Penari dan Yang Kesurupan

Pekerjaan : Pelajar kelas VIII SMP N 5 Padang Bolak Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Ketika peneliti menhampiri Dimas yang sedang bermain kelereng bersama teman-temanya, Dimas tidak bersedia untuk di wawancara dan merasa takut kepada peneliti. Secara perlahan-lahan peneliti mengutarakan maksud dan tujuannya menghampiri Dimas untuk diwawancarai. Setelah peneliti mengutarakan maksud dan tujuan, Dimas bersedia untuk diwawancarai.

Dari hasil wawancara peneliti dengan Dimas. Peneliti cukup mendapatkan informasi sebagai data yang dibutuhkan. Dimas adalah anak ke tiga dari lima bersaudara dan berada di bangku kelas VIII SMP N 5 Padang Bolak. Ia menjadi anggota kuda lumping selama 2 tahun. Untuk mempelajari segala bentuk kegiatan dan perlengkapan kuda lumping selama satu bulan. Dalam waktu satu bulan ia telah menguasai segala jenis tarian, memainkan alat musik sebagai perlengkapan pertunjukan kuda lumping dan memiliki endang untuk bisa kesurupan.

Adapun syarat khusus yang harus ia lakukan untuk menjadi anggota kuda lumping berupa: puasa selama 3 hari 3 malam, selama puasa yang boleh di makan hanya nasi putih dan air putih saja, dan patuh terhadap peraturan sanggar saja. Syarat tersebut tidak berat untuk di lakukan.

Alasan ia menjadi anggota kuda lumping antara lain: - Tertarik pada atraksi kuda lumping

- Bisa berkumpul dengan teman-teman dan memperoleh banyak teman - Ingin punya kegiatan rutin

- Ingin memiliki endang

- Dan untuk melestarikan kesenian Jawa.

Adapun manfaat yang ia dapat setelah menjadi anggota kuda lumping antara lain: - Lebih percaya diri

- Bisa banyak teman dan dikenal banyak orang

- Adanya rasa kekeluargaan antar sesama anggota kuda lumping

- Memiliki endang yang dapat menolong dan menyelemat ia dari kesusahan/kecelakaan

Orang tua Dimas sangat melarang ia untuk menjadi anggota kuda lumping, namun karena ia sudah hobby dan ingin melestarikan kesenian tradisional Jawa sebagai salah satu kesenian yang hampir punah karena masuknya budaya modern di Indonesia. Dengan demikian larangan orang tua Dimas tidak begitu diperdulikan.

Menurut hasil wawanacara peneliti dengan Dimas, sebagai anak sekolah ia tidak begitu mementingkan waktu untuk sekolah dan lebih banyak meluangkan waktu untuk kuda lumping. Waktu untuk mempelajari kuda lumping tidak begitu rutin di lakukan dan bentuk latihan kuda lumping tidak begitu sulit untuk dipelajari dan tidak membosankan seperti pelajaran sekolah. Sebagai anggota kuda lumping ia sering menjadi anggota yang kesurupan. Dengan kesurupan ia bisa bermain dengan puas dan tidak tanggung-tanggung untuk menghibur orang banyak.

6. Nama : Juliandi (Andi) Usia : 13 tahun

Jabatan : Penari dan Yang Kesurupan

Pekerjaan : Pelajar kelas VII SMP N 5 Padang Bolak Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Andi itulah masyarakat sekitar memanggilnya. Andi telah mengetahui maksud dan tujuan peneliti datang menemuinya. Andi langsung bersikap terbuka dan ramah saat menjawab pertanyaan dari peneliti. Andi sudah menjadi anggota kuda lumping selama tiga tahun. Selama dua minggu ia sudah bisa memahami pelajaran yang dibutuhkan sebagai perlengkapan pertunjukan kuda lumping. Ia diberikan izin oleh orang tua nya untuk menjadi anggota kuda lumping. Adapun syarat yang harus ia lakukan untuk mengawali

sebagai anggota kuda lumping yaitu: mandi kembang 7 warna, puasa 7 hari 7 malam, mandi di tengah sungai pada tengah malam dan patuh terhadap peraturan sanggar.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan andi, peneliti banyak memperoleh informasi yang dibutuhkan sebagai kelengkapan data penelitian. Alasan Dimas untuk menjadi anggota kuda lumping yaitu:

- Ingin terus mempelajari kesenian kuda lumping

- Meneruskan kegiatan keluarga yang terlebih dahulu memahami kesenian kuda lumping - Ingin memiliki endang

Adapun manfaat yang ia peroleh setelah menjadi anggota kuda lumping yaitu: - Memiliki banyak teman

- Memiliki endang sebagai penjaga diri - Dapat menghibur orang banyak

- Dan dapat melestarikan kesenian kuda lumping

Ia selalu menjadi anggota yang kesurupan saat pertunjukan kuda lumping berlangsung. Ada kesan malu saat pertama kali ia kesurupan, namun secara perlahan-lahan rasa malu tersebut hilang karena sudah menjadi suatu kebiasaan. Selain untuk pertunjukan kuda lumping, endang yang dimiliki di pergunakan sebagai penjaga diri dari orang yang ingin berbuat jahat dan seru-seruan bersama teman-teman untuk memanggil roh pada malam jum’at kliwon.

7. Nama : Mahput Usia : 15 tahun

Jabatan : Penari dan Yang Kesurupan

Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Peneliti berjalan terus menerus dan menghampiri satu per satu rumah yang menjadi anggota kuda lumping. Saat di persimpangan jalan, peneliti berjumpa dengan seorang laki-laki yang tidak lain bernama Mahput. Mahput seorang pelajar di kelas IX SMP N 5 Padang Bolak. Ia sudah 2 tahun menjadi angggota kuda lumping. Dalam waktu 1 bulan ia sudah dapat mempelajari segala bentuk tarian dan mempelajari alat musik sebagai pendukung pertunjukan kuda lumping. Seperti hal nya dengan teman-teman yang menjadi anggota kuda lumping, menjalankan aturan dan tahapan ritual tidak menjadi sesuatu yang berat untuk dilakukannya. Ia memperoleh izin dari orang tuanya untuk menjadi anggota kuda lumping dan sangat didukung oleh kedua orang tua dan saudara-saudaranya.

Menurut hasil wawancara dengan Mahput, peneliti memperoleh informasi yang cukup mendukung untuk mendapatkan data penelitian. Mahput sangat bangga menjadi anggota kuda lumping karena dengan menjadi anggota kuda lumping ia sudah dapat mewariskan keebudayaan tradisional Jawa dan dapat menghibur orang banyak. Sebagai anak yang masih sekolah, ia lebih mementingkan waktu untuk belajar kuda lumping. Belajar kuda lumping tidak rumit seperti mempelajari pelajaran di sekolah dan belajar kuda lumping ada permainanya yang tidak membuat bosan.