• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN LAMPIRAN

1. Draft Interview ( Daftar Wawancara)

1.4. Profil Informan

1.4.3. Profil Orang Tua Anggota Kuda Lumping

1. Nama : Ibu Paenem Usia : 56 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT I

Saat pertama peneliti mewawancarai ibu berusia 56 tahun dengan 5 orang anak ini dimana 2 orang anaknya perempuan dan 3 orang anaknya laki-laki. Ibu Paenem terlihat sangat bingung. Namun setelah

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelliti barulah Ibu Paenem kelihatan sedikit tenang. Ibu Paenem adalah orang tua dari Teguh. Kesibukan sehari-hari Ibu Paenem hanya mengurus kegiatan berumah tangga saja. Beliau tidak setuju anaknya menjadi anggota kuda lumping. Adapun alasan beliau tidak menyetujui anaknya menjadi anggota kuda lumping karena adanya hal kesurupan di pertunjukan kuda lumping. Namun karena Teguh memaksakan diri menjadi anggota kuda lumping, akhirnya Beliau memberikan izin kepada Teguh untuk menjadi anggota kuda lumping dengan syarat tidak menjadi anggota yang kesurupan.

Menurut hasil wawancara peneiliti dengan Ibu Paenem diperoleh informasi bahwasanya tidak ada perubahan yang berbeda ketika anaknya sebelum menjadi anggota kuda lumping dan sesudah menjadi anggota kuda lumping. Teguh tetap menjadi anak yang patuh dan masih mau menjalankan kewajibanya sebagai anak yang beragama islam. Ketika Teguh menyalahi sikap atau perbuatan yang sudah melanggar aturan di keluarga, Ibu Paenem hanya memberikan teguran saja agar Teguh dapat menyeimbangkan kegiatan kuda lumping dan kegiatan di rumah serta menjalankan kewajiban umat islam

2. Nama : Bapak Muryanto Usia : 50 Tahun

Pekerjaan : Petani Sawit

Alamat : Desa Batang Pane III, Blok A, RT III

Untuk mencari informasi mengenai anak yang diberikan izin oleh orang tuanya menjadi anggota kuda lumping peneliti terus menuju ke rumah Bapak Muryanto. Masyarakat memangilnya dengan sebutan Pak Mur. Pak Mur sangat bersikap ramah saat peneiliti mengutarakan maksud dan tujuan peneliti kepada Pak Mur. Pak Mur memiliki anak 3 orang dimana 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Kedua anak laki- lakinya menjadi anggota kuda lumping. Beliau memberikan izin kepada anak-anaknya untuk menjadi anggota kuda lumping karena kuda lumping merupakan salah satu peninggalan dari kesenian tradisional yang masih mampu bersaing dengan kebudayaan asing.

Dengan menjadikan anak-anaknya berkecimpung di kesenian kuda lumping berarti ikut melestarikan kesenian tradisional Jawa. Selain itu Pak Mur juga merupakan salah satu penggerak kesenian kuda lumping pada awal berdirinya sanggar 3 in 1 yang sekarang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan sanggar Turonggo Madiyo Budoyo.

Tidak ada masalah bagi Pak Mur ketika anak-anaknya lebih mementingkan waktu belajar untuk kuda lumping di bandingkan belajar untuk sekolah. Beliau dapat memahami dengan sikap anak-anaknya. Di kesenian kuda lumping kedua anaknya bebas berekspresi dan menuangkan semua kemauannya. Tidak seperti pelajaran sekolah yang membuat anak-anaknya selalu mengeluh pusing. Kemauan anak tidak dapat dilarang, sehingga Beliau mengikuti kemauan anak-anaknya dan yang terpenting anak-anaknya masih mau untuk tetap sekolah.

3. Nama : Ibu Dimah Usia : 43 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Desa Batang Pane II, Blok A, RT I

Peneliti kembali menelusuri jalan dan menuju ke rumah Ibu Dimah. Saat peneliti tiba di rumah Ibu Dimah, Ibu Dimah sedang duduk santai di tengah rumahnya. Kemudian peneliti di persilahkan masuk dan peneliti langsung mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan peneliti menghampiri Ibu Dimah.

Ibu Dimah sangat terbuka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan peneliti kepada Ibu Dimah. Beliau memiliki anak 2 orang dan salah satu anaknya yang bernama Yadi menjadi anggota kuda lumping. Beliau tidak setuju anaknya menjadi anggota kuda lumping. Beliau beranggapan menjadi anggota kuda lumping termasuk perbuatan syirik. Perbuatan syirik di dalam ajaran agama islam sangatlah bertentangan. Letak dari perbuatan syirik itu berupa menyembah atau memuja-muja endang sebagai roh halus yang dapat melancarkan kegiatan kuda lumping. Dalam kesurupan yang memakan ayam hidup-hidup

sangatlah dilarang dalam ajaran Islam, dan anaknya sudah tidak tepat waktu menjalankan shalat 5 waktu serta kurang membaca al-qur’an.

Beliau sangat menyesali ketika anaknya menjadi anggota kuda lumping dan tidak mau meneruskan pendidikan pesantren di Jawa. Kuda lumping memberikan pengaruh yang sangat luar biasa yang bisa menguasai anaknya menjadi pembangkang, dan tidak taat untuk mematuhi peraturan orang tua. Dari pengaruh kuda lumping atau endang yang dimiliki, Beliau hanya mampu menegur dan berdo’a kepada Tuhan Yang Maha Esa agar anaknya segera diberi kesadaran dan bisa berkurang dari pengaruh endang kuda lumping.

4. Nama : Bapak Ahmad Yenni Usia : 32 Tahun

Pekerjaan : Petani Sawit dan Pemukul Gambah Alamat : Desa Batang Pane II, Blok A, RT I

Saat peneliti mewawancarai Bapak Yenni yang berusia 32 tahun ini, beliau sedang memiliki kesibukan untuk pergi membantu orang pesta atau masyarakat setempat menyebutkan dengan istilah

rewang. Jadi peneliti hanya diberi waktu 30 menit untuk melakukan wawancara dengan beliau. Bapak

Yenni ini memiliki anak 3 orang.Ketiga anaknya semua berjenis kelamin laki-laki. Dari ketiga anaknya tersebut hanya anak pertama saja yang ikut menjadi anggota kuda lumping di sanggar Turonggo Madiyo Budoyo.

Bapak Yenni adalah orang tua dari Eko Hariyanto. Beliau mengizinkan anaknya untuk menjadi anggota kuda lumping. Hal ini dikarenakan beliau juga ikut dalam anggota kepengurusan sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Selain itu, beliau sangat senang ketika anaknya pamitan kepada beliau untuk menjadi anggota lumping, tanpa harus memaksakan kehendak beliau untuk menjadikan anaknya masuk ke sanggar Turonggo Madiyo Budoyo. Menurut beliau memberikan izin kepada anak untuk masuk menjadi

anggota kuda lumping berarti telah ikut serta melestarikan kesenian tradisional Jawa yang telah di wariskan secara turun-temurun oleh keluarga beliau di daerah perantauan. Dengan hal tersebut, membantu kesenian tradisonal jawa agar tidak ada di daerah perantauan dan masyarakat di luar suku jawa dapat mengenal kesenian jawa.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Yenni diperoleh informasi bahwasanya tidak ada perbedaan pertunjukan kuda lumping zaman dahulu dengan zaman sekarang. Pertunjukan kuda lumping di tampilkan dengan tujuan untuk dapat menghibur orang banyak. Tidak ada perubahan yang terlalu mencolok dari anaknya sebelum ikut kuda lumping dan sesudah ikut menjadi anggota kuda lumping. Anaknya tetap menjadi kepribadian yang riang dan mudah di nasehati. Jikapun terjadi perubahan sikap pada diri anaknya itu merupakan pengaruh dari endang yang dimiliki anaknya menjadi anggota kuda lumping. Beliau sangat memaklumi dan mengerti akan perubahan tersebut.

5. Nama : Ibu Rohayati Usia : 37 Tahun

Pekerjaan : Petani Sawit dan Ibu Rumah Tangga Alamat : Desa Batang Pane II, Blok A, RT I

Saat pertama peneliti datang ke rumah Ibu Rohayati, beliau sedang mengambil air minum ke rumah tetangganya. Jadi peneliti harus menunggu di depan rumah beliau. Setelah beliau menyelesaikan pekerjaanya dan menemui peneliti, peneliti langsung mengutarakan maksud dan tujuan dari kedatangan peneliti. Dari hasil wawancara bersama dengan beliau diperoleh informasi bahwa beliau memiliki anak 2 orang. Dari kedua anaknya semua ikut menjadi anggota kuda lumping.

Ibu Yati adalah orang tua dari Putri Hidayati. Beliau sangat menyetujui kedua nakanya menjadi anggota kuda lumping. Dengan alasan melestarikan warisan kesenian jawa, anak juga dapat mengenal

kesenian jawa sejak usia dini. Selain itu, kedua anaknya dapat membantu perekonomian keluarga. Kedua anaknya mendapatkan imbalan yang cukup membantu perekonomian keluarga, dan pawang sanggar Turonggo Madiyo Budoyo juga terkadang memberikan bantuan kepada keluarga Ibu Yati untuk kebuthan sehari-harinya.