• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi Komunitas Letak Geografis

Salah satu dari tujuh Kelurahan yang ada di Kecamatan Taliwang di Kabupaten Sumbawa Barat adalah Kelurahan Sampir. Sedangkan jarak tempuh dari ibu kota Kecamatan dalam wilayah kecamatan relatif dekat. Kelurahan ini hanya terdiri dari 3 Lingkungan dan memiliki luas 23,12 km2. Dari luas tersebut 36,67 persen merupakan wilayah Lingkungan Sampir A, 28,87 persen Lingkungan Sampir B , dan 34,46 persen adalah wilayah Lingkungan Sampir C. Wilayah Kelurahan Sampir berbatasan dengan beberapa kelurahan dan desa lain diantaranya sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Dalam dan Desa Meraran Kecamatan Seteluk, di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Menala, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kuang. Sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Dalam.

Kependudukan Jumlah dan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Sampir tahun 2010 yang berjenis kelamin laki- laki 1888 jiwa, jenis kelamin perempuan 2063 jiwa serta jumlah KK yaitu 1014 KK. Total jumlah penduduk kelurahan Sampir berjumlah 3950 jiwa. Komposisi penduduk kelurahan Sampir dicirikan dengan kepadatan penduduk 130 jiwa per km yang merupakan kelurahan terpadat se-Kabupaten Sumbawa Barat.

Dari penyajian data komposisi penduduk berdasarkan kelompok usia dan tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa ada keadaan tidak berbanding lurus antara jumlah, komposisi penduduk dengan tingkat pendidikan, salah satu contohnya adalah kelompok usia tingkat SMP/sederajat (336 orang) dan SMA/sederajat (355 orang) tidak berbanding lurus dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi S-1/sederajat yang hanya berjumlah 83 orang.

Kepadatan Geografis dan Agraris

Kepadatan geografis kelurahan Sampir dapat dilihat dari jumlah penduduk 3950 jiwa dengan kerapatan penduduk 130 jiwa per km, luas wilayah 23, 12 Km2 . Kepadatan agraris kelurahan Sampir dapat dilihat dari sebaran penggunaan lahan pertanian dalam konteks yang lebih luas. Luas areal tanah basah (tanah rawa dan danau) 1088 hektar, persawahan sekitar 588 hektar, hutan asli 226 hektar, hutan rakyat 50 hektar, tanah untuk fasilitas umum 3,23 hektar serta tanah perkebunan 0,92 hektar.

22

Struktur Sosial Stratifikasi Sosial

Tatanan stratifikasi sosial kelurahan Sampir Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat yaitu lapisan sosial atas tediri dari lurah, sekretaris lurah, guru, ketua LPM, tokoh masyarakat seperti pengurus masjid anggota DPRD, pegawai negeri sipil, karyawan tetap perusahaan, tingkat ekonomi seperti pedagang grosiran yang mempunyai toko permanen, kelompok masyarakat yang tingkat pendapatannya lebih dari cukup, dan lapisan sosial bawah terdiri dari nelayan dan masyarakat berpedidikan rendah serta masyarakat miskin.

Kelembagaan Sosial

Kelembagaan sosial di Kelurahan Sampir terdiri dari Lembaga Pemerintahan dalam bentuk kelurahan merupakan lembaga pemerintahan yang dibentuk berdasarkan aturan hukum yang berlaku (Perda KSB nomor 10 tahun 2007) yang ditunjang oleh aparat pemerintahan kelurahan, kepala lingkungan, rukun warga dan rukun tetangga.

Kelembagaan Kemasyarakatan di kelurahan Sampir yang berkaitan dengan program bantuan stimulus sarana tangkap yaitu Kelompok Nelayan Konservasi Lebo yang mmepunyai fungsi sebagai wadah penyampaian aspirasi sekaligus distributor kebutuhan nelayan pada program stimulus sarana tangkap dan Kelompok Masayarakat Pengawas (POKMASWAS) yang dibentuk oleh instansi terkait mempunyai tugas mengawasi secara langsung pelaksaan program bantuan stimulus sarana tangkap.

Jejaring Sosial

Jejaring sosial juga menjadi perhatian dalam pengembangan masyarakat di Keluarahan Sampir. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa usaha atau kegiatan yang berorientasi kepada perluasan hubungan sosial antara beberapa kelembagaan sosial. Adanya kebijakan pemerintah terhadap program pembangunan memberikan dampak kepada semua kelembagaan sosial untuk mengakses kebijakan tersebut sesuai dengan peran dan kebutuhan masing-masing. Misalnya, peran LSM dalam hal pengawasan kebijakan yang tepat sasaran dan terkadang juga berfungsi sebagai pendamping dalam berbagai pemahaman terhadap program pembangunan.

Kelembagaan Ekonomi Kelompok Usaha Produktif

Kelompok usaha produktif di Kelurahan Sampir menunjukkan grafik perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pendapatan secara ekonomi dan bervariasinya jenis pekerjaan yang tumbuh di tengah masyarakat.

23 Secara khusus untuk komunitas nelayan memiliki kelembagaan ekonomi melaui jasa lembaga keuangan terdiri dari Lembaga Keuangan Koperasi Simpan Pinjam Teratai Putih dan Bank Muamalat untuk menambah modal awal dan mengembangkan usaha lainnya.

Aksesibilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya

Aksesibiltas terhadap kebijakan di Kelurahan Sampir cukup efisien karena letak pusat pemerintahan yang berada ditengah pemukiman masyarakat. Hal ini ditandai dengan tingkat partisipasi dalam proses demokrasi politik dan proses perencanaan pembangunan. Tingkat partisipasi politik (kekuasaan) dalam bentuk pemilihan anggota legisltatif, pemilihan kepala, pemilihan pengurus lembaga kemasyarakatan kelurahan Sampir dengan usia wajib pilih 2193 jiwa.

Dalam proses perencanaan pembangunan tingkat partisipasi masyarakat kelurahan Sampir terlibat aktif dalam kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kelurahan yang dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam setahun dengan tingkat partisipasi kehadiran 72%, usulan masyarakat yang disetujui oleh pemerintah Kelurahan Sampir 78%, usulan rencana kerja pemerintah yang ditolak dalam pelaksanaan Musrenbangdes sejumlah 9 (Sembilan) kegiatan.

Jaringan Bisnis

Pertumbuhan ekonomi masyarakat di Kelurahan Sampir ditandai dengan berkembangnya bisnis skala kecil dan menengah. Jaringan bisnis dari pemasaran hasil pertanian masih bersifat individu belum ada kelembagaan yang mewadahi untuk mendistribusikan hasil tangkap dan hasil pertanian tersebut. Menjual hasil panen langsung ke konsumen, pasar dan tengkulak, hal ini yang menyebabkan masyarakat bergantung pada mekanisme pasar yang bersifat fluktuatif.

Pola-Pola Kebudayaan Sistem Norma

Struktur masyarakat Kelurahan Sampir yang didominasi oleh silsilah keluarga yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Hal ini memberikan indikasi bahwa masyarakat kelurahan Sampir secara keseluruhan masih bersifat homogen yang walaupun dalam beberapa tahun ini ada migrasi penduduk tapi masih bersifat non permanen.

Sistem norma yang berlaku dimasyarakat kelurahan Sampir masih mengacu pada norma adat istiadat yang berupa naskah-naskah adat, musyawarah adat, upacara adat perkawinan, upacara adat kematian dan upacara adat kelahiran. Sistem norma terbentuk secara alamiah yang merupakan kebiasana secara turun temurun, nilai gotong royong masih cukup kental dan pola adat istiadat yang mempengaruhi sendi kehidupan masyarakat dengan tetap mengacu pada ajaran agama Islam.

24

Orientasi Nilai Budaya

Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dimiliki secara bersama oleh warga suatu masyarakat. Pengetahuan yang telah diakui sebagai kebenaran sehingga fungsional sebagai pedoman. keseluruhannya digunakan secara selektif dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan atau persoalan yang dihadapi.

Dalam kehidupan masyarakat kelurahan Sampir khsususnya komunitas nelayan terdapat beberapa masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia. Sistem norma dan budaya kehidupan masyarakat masih didominasi dan sangat kental oleh adat istiadat Samawa merupakan budaya yang masih melekat kuat di masyarakat. Kegiatan adat istiadat budaya yang dimaksud diantaranya Besiru, Mata Rame, Bakelewang, Nyorong, Bayar Niat, Basenata, Turun Bangka, dan Barodak.

Pembangunan oleh pemerintah memberikan dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan sarana dan prasaran akan tetapi memberikan dampak negatif juga, misalnya program bantuan dana stimulus ekonomi, program pendidikan gratis dan program kesehatan gratis memberikan dampak perubahan sikap dan mental masyarakat bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan dan pelayanan masyarakat gratis dan semuanya harus pemerintah yang bertanggung jawab.

Pola Bersikap, Bertindak, dan Sarana

Tatanan kehidupan masyarakat di kelurahan Sampir yang mempunyai nilai kebudayaan dan agama memberikan pola kehidupan masyarakat yang beragam. Pola bersikap dan bertindak masyarakat kelurahan Sampir yang mengedepankan kebersamaan dan gotong royong masih menjadi pola bersikap yang sangat kental, pengaruh adat istiadat masih diutamakan dalam setiap kegiatan kemasyarakatan dan program pemerintah masih dianggap urusan pemerintah dan kelompok masyarakat tertentu. Beberapa contoh misalnya pendidikan masyarakat, dalam sektor ini penduduk kelurahan Sampir sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya, hal ini dilihat dari keadaan penduduk menurut pendidikannya disebab oleh adanya sarana dan prasarana yang ada. Baik itu bangunan gedung sekolah. Dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam kegiataan keaksaraan fungsional (KF) yang membawa dampak yang signifikan bagi masyarakat terutama dalam pemberantasan buta aksara.

Pola-Pola Adaptasi Ekologi Basis Ekologi dan Perubahannya

Tuntutan pembangunan yang tinggi dan mendesak serta sulitnya kebutuhan pemerintah memperoleh lahan dengan harga, lokasi, dan waktu yang tepat menjadikan pembangunan tersebut sulit terwujud sehingga sering diartikan sebagai ketidakpedulian pemerintah terhadap warganya, misalnya kebutuhan penyediaan rumah murah, penyediaan lahan bagi pedagang skala kecil, penyediaan taman-taman bermain, dan lain sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak tersebut, sering dijumpai inisiatif warga yang

25 melanggar penggunaan lahan tanpa memperdulikan lagi fungsi lahan yang seharusnya, misalnya pemanfaatan Danau Lebo untuk tempat pengolahan dan pembuangan limbah batuan yang mengandung emas, pemanfaatan lahan pertanian Lang Sesat menjadi bangunan Pasar dan Terminal dan Rumah Sakit Umum Kab. Sumbawa Barat. Ketidakpedulian warga terhadap fungsi lahan adalah bentuk manifestasi dari masih rendahnya pemahaman akan penting basis ekologis, dan tidak ada pilihan lain dengan mengedepankan aspek ekonomi dan melupakan aspek ekologisnya. Mereka tidak menyadari bahwa tindakan melanggar aspek ekologis fungsi lahan yang seolah-olah tidak berarti pada jangka pendek suatu saat berbalik menjadi hal yang mengerikan bisa mengancam kehidupan manusia, misalnya bencana banjir yang setiap tahun menghantui masyarakat kelurahan Sampir khususnya dan masyarakat kecamatan Taliwang secara umum apabila musim hujan telah datang. Perubahan basis ekologi lainnya terjadi pada petani dan nelayan yang beralih menjadi pencari batu kandungan emas untuk diolah menjadi emas, dalam hal ini disebabkan oleh semakin berkurangnya hasil tangkapan nelayan di danau Lebo dan semakin berkurangnya luas areal pertanian sehingga masyarakat mengikuti pendatang dari Lombok, Cikotok, Manado untuk mencari batu gunung dan diolah dengan sistem gelundungan menjadi emas untuk dijual dan menjadi matapencaharian lainnya.

Mata Pencaharian Utama

Struktur mata pencaharian di kelurahan Sampir dibedakan menurut sektor mata pencaharian utama ytiu sektor pertanian terdiri dari petani dan buruh tani, dan nelayan Lebo. Beberapa sektor lain seperti, 1) peternakan, buruh usaha peternakan dan pemilik usaha peternakan, 2) sektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga yaitu montir, tukang kayu, tukang sumur, tukang jahit, tukang kue, tukang rias dan pengrajin industri rumah tangga lainnya, 3) sektor industri menengah dan besar yaitu karyawan perusahaan swasta dan karyawan pemerintah, 4) sektor perdagangan yaitu perdagangan hasil bumi dan buruh jasa perdagangan hasil bumi, dan 5) sektor jasa yang berkembang pesat.

Strategi Penghidupan

Kemampuan untuk bertahan dan berkembang hidup masyarakat kelurahan Sampir bergantung pada potensi persawahan dan potensi perikanan khususnya ikan hasil tangkapan di Danau Lebo Taliwang yang sangat potensial. Selain itu potensi tanaman pangan yang cukup potensial serta potensi industri dan pertambangan yang kurang potensial.

Dalam hal bertahan dan berkembang, masyarakat kelurahan Sampir didominasi oleh petani (persawahan dan perikanan) diakibatkan oleh ketersediaan lahan yang sangat luas dan kemampuan sumberdaya manusia pada potensi tersebut. Berbeda halnya ketika masyarakat kelurahan Sampir dihadapkan pada potensi industri, maka akan timbul kendala terhadap sumberdaya manusia secara khusus dalam bentuk keahlian walaupun sumberdaya alam tidak menjadi kendala secara khusus.

26

Masalah-masalah Sosial Deskripsi Masalah Sosial

Deskripsi masalah sosial yang berkembang di masyarakat kelurahan Sampir masih berorientasi pada masalah sosial individu, kekeluargaan dan sikap sosial yang negative. Hal ini dapat dilihat dari pendataan masalah sosial seperti konflik sara, perkelahian, pencurian, penjarahan dan penyerobotan tanah, kesejahteraan sosial (cacat mental dan fisik), dan kekerasan dalam rumah tangga.

Nelayan Lebo Taliwang memiliki riwayat sosial hidup kurang mapan secara ekonomi yang disebabkan oleh rendahnya pendidikan sehingga untuk ikut menghadiri musyawara, menyamapaikan ide, membuat keputusan dalam partisipasi masih rendah serta dalam hal tingkat kepemilikan aset berupa kebutuhan perahu dan jala akan berdampak pada meningkat atau tidaknya hasil tangkap dan pendapatan.

Dampak Masalah Sosial

Dampak masalah sosial yang terjadi di kelurahan Sampir disimpulkan pada bentuk sikap dan mental masyarakat. Bentuk perubahan sikap dan mental secara konkrit dapat dilihat sebagai masyarakat menjadi apatis, anti terhadap pendatang yang dianggap akan menggangu sistem tatanan kehidupan bermasyarakat dan terbentuknya mental malas dalam mencari uang secara gampang walau tidak halal, banyaknya warga yang ingin mendapatkan pelayan gratis dari aparat kelurahan. Faktor-faktor Penyebab

Hasil analisa terhadap faktor penyebab masalah sosial di kelurahan Sampir secara umum ada faktor pendidikan dan factor ekonomi, meskipun terdapat juga beberapa faktor lain yang tidak secara langsung. Faktor pendidikan di kelurahan Sampir masih sekitar 15% yang melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi atau sederajat, hal ini dapat menimbulkan gejala masalah sosial akibat kurang paham, kurang wawasan dan kurang dalam memaknai segala persoalan hidup dengan pemikiran yang sehat dan cerdas.

Faktor ekonomi menjadi salah satu faktor utama pelaksanaan program bantuan stimulus sarana tangkap yang merupakan kerjasama antara PT. Newmont Nusa Tenggara, Pemerintah dan Masyarakat sehingga diharapkan bisa memberikan efek secara global yang berimplikasi tidak adanya kesenjangan secara ekonomi berorientasi terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Solusi yang Pernah Dilakukan

Terhadap masalah sosial di kelurahan Sampir yang berkembang secara dinamis dilakukan beberapa tindakan baik bersifat pencegahan, pembinaan dan pengawasan. Sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Daerah Tahun 2002, kelurahan Sampir menjalankan fungsi koordinasi dengan lembaga vertikal dan lembaga horizontal.

27 Solusi yang sudah dilakukan diantaranya kelompok nelayan dihimpun dalam wadah Komunitas Nelayan Konservasi Lebo (KNKL) sebagai wadah penyampaian ide, musyawarah dan pengambilan keputusan. Hal ini diharapkan akan mampu memberi ruang partisiapsi nelayan untuk mengakses program dan kebijakan baik itu oleh pemerintah maupun swasta dalam konteks kegiatan pemberdayaan masyarakat.