BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Profil Subjek
Berikut ini adalah profil subjek dalam penelitian ini:
1. Subjek 1 (YS)
a. Deskripsi Subjek
Subjek pertama dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki
berusia 24 tahun dengan inisial YS. YS yang lahir pada tanggal 2 Juni
1988 ini memiliki perawakan yang cukup gemuk dan berkulit kecoklatan.
YS adalah pribadi yang ramah dan senang membantu meskipun pada
awal perkenalan YS terkesan pendiam.
Saat ini YS sudah menikah. Usia pernikahannya sudah sekitar 1
tahun 8 bulan. YS adalah ayah dari seorang puteri yang saat ini berusia 1
tahun. Meskipun sudah menikah YS tetap melanjutkan kuliah, begitu
juga dengan pasangannya. Sejak YS dan pasangannya melanjutkan
kuliah, putri mereka diasuh oleh orang tua YS di daerah Kuningan, Jawa
Barat. Setiap ada waktu libur, YS dan pasangannya selalu pulang ke
YS adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya
laki-laki. Semenjak memutuskan untuk menikah, YS dan pasangannya tinggal
terpisah dari orang tua mereka masing-masing. Saat ini YS dan
pasangannya menyewa sebuah kamar kos sampai mereka menyelesaikan
kuliahnya.
b. Gambaran Umum Tentang Perilaku Merokok Subjek I (YS)
1. Sejarah Munculnya Perilaku Merokok
YS mulai mengenal rokok pada saat ia menempuh pendidikan
di SMA yang mayoritas siswanya adalah laki-laki. Saat SMA YS
tinggal di asrama. Teman-teman di asrama YS hampir semuanya
adalah perokok. YS pertama kali merokok setelah ditawari rokok oleh
teman-temannya. YS mencoba rokok jenis mild dengan kadar nikotin
yang rendah saat pertama kali merokok.
Awalnya YS mendapatkan rokok dari tawaran
teman-temannya tetapi lama-kelamaan ia membeli rokok dengan uang
jajannya sendiri karena ia merasa segan dengan teman-temannya jika
terus-menerus meminta rokok. Dalam sehari YS menghabiskan uang
sebesar 5-10 ribu untuk membeli rokok. Ia tidak selalu membeli satu
bungkus rokok, terkadang ia hanya membeli setengah bungkus
maupun eceran. YS mengatakan bahwa uang jajannya lebih banyak
dihabiskan untuk membeli rokok daripada untuk membeli makanan.
Meskipun demikian, YS tidak setiap hari membeli rokok karena
rokok sesuai dengan suasana hatinya. Saat sedang merasa tertekan
dengan banyaknya tugas atau masalah YS bisa menghabiskan rokok
lebih banyak daripada biasanya.
Awal mencoba rokok, YS menghisap rokok sekitar 1 sampai 2
batang setiap harinya dan paling banyak menghabiskan 1 bungkus
rokok, itu pun dihabiskan bersama dengan teman-temannya. YS
merokok tidak hanya saat bersama dengan teman-temannya tetapi
pada saat ia sedang sendiri ia juga merokok. Saat sendiri biasanya YS
merokok karena muncul keinginan yang mendorongnya untuk
merokok. Jumlah rokok yang dikonsumsi YS saat merokok sendiri
lebih sedikit dibandingkan dengan pada saat ia merokok bersama
teman-temannya.
Saat masih SMA, biasanya YS merokok setelah jam sekolah
usai dan tidak pernah merokok di sekolah. Saat berada di sekolah YS
sama sekali tidak merokok walaupun teman-temannya merokok. Sama
halnya saat YS berada di kampus, ia berusaha untuk menempatkan
diri dengan tidak pernah merokok di kampus. Saat berada di dekat
teman-teman kampus YS yang sebagian besar perempuan ia tidak
merokok atau pergi menjauh. Biasanya YS merokok di luar kampus,
misalnya di kosnya. Hal ini menunjukkan bahwa YS mampu
mengontrol dirinya untuk tidak merokok sewaktu-waktu. Awal
rendah sehingga ia merasa biasa saja apabila keadaan tidak
memungkinkan bagi YS untuk merokok.
Saat awal mencoba rokok, YS mengatakan bahwa rokok itu
rasanya pahit. YS tidak dapat membedakan rasa rokok dari jenis rokok
yang berbeda karena ia menganggap bahwa semua rokok rasanya
pahit hanya saja asap yang dihasilkan setiap rokok berbeda. Saat
pertama kali mencoba rokok, tenggorokan YS terasa sakit dan batuk.
Meskipun YS merasakan efek negatif dari rokok, ia tetap saja
merokok karena saat ia merokok bersama teman-teman rasa pahit dan
sakit tenggorokannya menjadi terabaikan. YS mulai terbiasa dengan
rokok dan tidak menghiraukan efek negatif rokok bagi tubuhnya.
a. Penyebab Munculnya Perilaku Merokok
Berdasarkan penjelasan YS, dapat diketahui bahwa faktor
lingkungan pertemanan adalah faktor yang paling mempengaruhi
YS untuk mencoba rokok.
b. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Subjek 1 (YS) Tetap Bertahan
Perilaku merokok YS tetap bertahan karena faktor eksternal
dan internal. Faktor eksternal datang dari lingkungan yang tidak
mendukung YS untuk berhenti merokok. Lingkungan pertemanan
yang didominasi oleh perokok sangat kuat mempengaruhi YS
untuk tetap merokok. Sedangkan faktor internal datang dari dalam
diri YS sendiri yang sulit untuk berhenti merokok karena ia
saat mengalami tekanan. Banyaknya tekanan yang dialami YS
mendorongnya untuk lebih banyak menghisap rokok untuk
memperoleh efek yang menenangkan.
c. Perilaku Merokok dalam Keluarga dan Respon Keluarga terhadap
Perilaku Merokok Subjek 1 (YS)
Dalam keluarga YS, hanya kedua kakak laki-lakinya saja
yang merokok sedangkan ayah YS sama sekali tidak merokok.
Kakak YS yang semuanya merokok tidak mempengaruhi YS untuk
merokok karena saat kakak YS menawarinya rokok YS menolak.
YS mengaku bahwa ia merokok karena terpengaruh oleh
teman-temannya.
Ibu dan kakak YS mengetahui bahwa YS merokok
sedangkan ayahnya sama sekali tidak tahu. Ibu YS mengusahakan
agar YS tidak merokok. Namun usaha ibu YS kurang kuat karena
Ibu YS masih mentoleransi YS apabila sesekali ia merokok.
Perilaku ibu YS ini kemungkinan didasari dari perilaku merokok di
lingkungan sekitar rumah YS yang sebagian besar juga merokok.
Kakak YS tidak pernah menegur YS saat mengetahui bahwa YS
merokok dan bersikap biasa saja. Hal ini mungkin karena kedua
kakak YS juga sama-sama merokok. Ayah YS pernah
menasihatinya agar tidak merokok seperti kedua kakaknya karena
ayah YS sendiri juga tidak merokok. Nasihat dari ayahnya
tidak ingin mengecewakan ayahnya dan ingin menjaga perasaan
ayahnya yang mencari uang.
2. Sejarah Berhenti Merokok Subjek 1 (YS)
Saat penelitian dilakukan, YS sudah berhenti merokok selama
2 tahun 7 bulan yang dimulai sejak bulan November 2009. YS mulai
mengurangi rokok setelah ia merasa tubuhnya menjadi mudah lelah
saat mengikuti basket. Selain itu, YS juga sering merasa kepalanya
pusing karena terlalu banyak merokok. Akhirnya YS memutuskan
untuk berhenti merokok dan bertahan selama 6 bulan pada saat SMA.
YS kembali merokok karena ada stimulus dari lingkungan
yang mendorongnya untuk kembali merokok. Saat melihat orang lain
sedang merokok sekilas muncul keinginan untuk kembali merokok.
Pada saat YS sedang berada dalam kondisi yang tertekan ia merokok
agar menjadi lebih rileks. Saat memiliki masalah yang tidak bisa
diceritakan kepada orang lain, YS memilih untuk merokok sebagai
cara untuk menenangkan dirinya.
Dalam usahanya untuk berhenti merokok YS pernah mencoba
makan permen sebagai pengganti rokok tetapi tidak ada efeknya.
Pasangan YS juga memberikan permen kepada YS untuk
menghilangkan rasa pahit di lidah saat ia tidak merokok. Akan tetapi
menurut YS, bukan barang pengganti rokok seperti permen yang
kemauan untuk mencoba berhenti merokok. Pengganti permen atau
makanan menurut YS pasti akan kembali merokok apabila tidak
mampunyai niat yang kuat.
Selama YS merokok, ia merasakan efek negatif yang
diakibatkan oleh rokok yaitu mengalami penurunan kondisi fisik
seperti tubuhnya menjadi mudah lelah saat berolah raga, pusing,
lemas, dan tenggorokan terasa panas saat mengkonsumsi rokok dalam
jumlah yang banyak. Selain itu, YS disadarkan oleh nasihat ayahnya
untuk tidak merokok seperti kedua kakaknya. Nasihat ayahnya ini
merupakan salah satu penyebab munculnya keinginan dari dalam diri
YS untuk berhenti merokok. Niat YS untuk berhenti merokok semakin
kuat setelah ia memiliki pasangan dan benar-benar berhenti merokok
setelah menikah.
2. Subjek Pemberi Dukungan I (MB)
a. Deskripsi Subjek
MB adalah seorang isteri dari YS yang paling berperan
mendukung YS untuk berhenti merokok. MB lahir di Gunung Kidul, 17
Maret 1990 dan saat ini berusia 22 tahun. MB adalah putri kedua dari
empat bersaudara. Aktivitas rutin yang dilakukan MB adalah kuliah
karena saat ini MB melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda selama
Dalam kesehariannya MB termasuk orang yang mudah menjalin
relasi dengan orang lain, termasuk dengan orang yang baru dikenalnya.
Oleh karena itu mudah bagi peneliti untuk melakukan rapport dan
menjalin hubungan yang baik terlepas dari kepentingan penelitian.
3. Subjek 2 (WC)
a. Deskripsi Subjek
Subjek ketiga dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki yang
berusia 23 tahun dengan inisial WC. WC yang lahir di Klaten 14 Juli
1990 ini memiliki tubuh yang kurus dan berkulit coklat. WC adalah
pribadi yang ramah, mudah bergaul, dan humoris. WC adalah mahasiswa
semester enam di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Selama
berada di Yogyakarta, WC tinggal di kos sekitar kampusnya.
b. Gambaran Umum Tentang Perilaku Merokok Subjek III (WC)
1. Sejarah Munculnya Perilaku Merokok
WC mencoba rokok untuk pertama kalinya saat kelas enam
SD. Saat itu WC hanya mencoba 1 sampai 2 batang rokok saja tetapi
saat sudah SMP jumlah rokok yang dikonsumsi semakin meningkat.
WC mampu menghabiskan 5 batang rokok setiap harinya. WC
mengenal rokok dari teman-temannya karena awalnya teman-teman
WC menawarinya rokok dan akhirnya WC terpengaruh untuk
WC merasa sudah kecanduan rokok sejak kelas 3 SMP. Mulut
WC terasa pahit, sepet dan merasa ada sesuatu yang kurang apabila ia
tidak merokok. Saat pertama kali mencoba rokok WC batuk tetapi ia
tetap merokok karena dengan merokok ia merasa keren. Laki-laki
yang merokok dianggap WC sebagai hal yang wajar. Saat sedang stres
menjelang ujian, WC mengkonsumsi rokok dengan jumlah yang lebih
banyak yaitu bisa menghabiskan 4 bungkus rokok dalam sehari. Saat
sudah merokok, rasa cemas WC menjadi berkurang.
Biasanya WC merokok pagi sebelum berangkat sekolah,
setelah pulang sekolah dan sore hari menjelang Maghrib. WC tidak
berani merokok di rumah karena takut dimarahi oleh kedua orang
tuanya. Saat berada di rumah WC merokok saat kondisi rumah sedang
sepi agar tidak ketahuan oleh orang tuanya. WC lebih banyak
merokok bersama dengan teman-temannya karena saat merokok
sendirian ia takut ketahuan oleh orang tuanya.
WC membeli rokok menggunakan uang jajannya. WC lebih
banyak menghabiskan uangnya untuk membeli rokok daripada untuk
membeli keperluannya yang lain. Setiap hari Minggu WC selalu
membeli rokok sebungkus karena mendapat uang tambahan dari
ayahnya, tetapi saat hari-hari biasa ia membeli rokok eceran karena
uang yang diberikan lebih sedikit.
Dari penjelasan WC tersebut diketahui bahwa selain tekanan
juga mendorong munculnya keinginan untuk merokok. Meskipun
muncul keinginan untuk kembali merokok, WC merasa bahwa dari
dalam dirinya adanya sesuatu yang menahannya agar tidak merokok,
WC juga ingat pada janji yang pernah ia katakan kepada ibunya untuk
berhenti merokok.
Sakit batuk WC kembali kambuh saat ia kembali merokok
kemudian ia berpikir bahwa mungkin ia memang harus berhenti
merokok. Sakit batuk yang dialami WS dianggapnya sebagai teguran
dari Tuhan agar ia berhenti merokok. Akhirnya ia berusaha untuk
berhenti merokok dengan cara mengurangi konsumsi rokok. WC
memberikan jarak waktu beberapa jam sebelum menghisap rokok
yang baru. WC menghabiskan satu bungkus rokok untuk 2-3 hari
padahal sebelumnya ia mampu menghabiskan satu bungkus rokok
dalam sehari.
a. Penyebab Munculnya Perilaku Merokok
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh WC diatas
diketahui bahwa lingkungan pertemanan yang didominasi oleh
perokok menjadi faktor yang menyebabkan WC mulai merokok.
b. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Subjek 3 (WC) Tetap
Bertahan.
Perilaku merokok WC yang tetap bertahan disebabkan oleh
faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal datang dari
masih tetap merokok meskipun ia sudah berniat untuk berhenti
merokok. Sedangkan faktor internal datang dari dalam diri WC
sendiri yang merasa bahwa percaya dirinya sebagai seorang
laki-laki meningkat saat ia merokok. Selain itu, efek positif dari rokok
yang membuat WC menjadi lebih rileks saat berada dalam kondisi
stres semakin memperkuat WC untuk tetap merokok.
c. Respon Keluarga dan teman-teman terhadap Perilaku Merokok
Subjek 3 (WC)
Awalnya orang tua WC tidak mengetahui bahwa WC
merokok. Saat WC mengalami sakit batuk yang tidak kunjung
sembuh, orang tua WC mulai curiga dan menanyakan apakah WC
merokok atau tidak. Orang tua WC mulai mencari informasi dari
teman-temannya untuk mencari tahu apakah WC merokok atau
tidak. Akhirnya WC mengaku kepada orang tuanya bahwa ia
merokok.
Orang tua WC mengatakan bahwa merokok tidak baik bagi
kesehatan. Ibu WC menganjurkan agar WC jangan sampai
merokok lagi, sedangkan ayahnya memberi WC kebebasan untuk
memilih mau merokok atau tidak. Sebagai anak tertua dalam
keluarganya WC memang diberi kebebasan oleh ayahnya untuk
menentukan pilihan atas perilakunya.
Teman laki-laki WC melegalkan perilaku merokok dan
dilakukan oleh laki-laki. Lain halnya dengan respon teman-teman
perempuan yang menunjukkan ekspresi kecewa dengan perilaku
merokok tetapi mereka tidak berani memberikan reaksi berupa
nasihat dan hanya mendiamkan saja.
2. Sejarah Berhenti Merokok
WC mulai mencoba berhenti merokok saat mulai masuk
pertengahan SMA. Saat itu WC sakit batuk dan kebetulan ia juga
dinasihati oleh Romo untuk berhenti merokok saat ia mengaku dosa.
Penurunan kondisi fisik dan saran dari tokoh agama merupakan salah
satu hal yang mendorong WC untuk berhenti merokok. Selama sakit
batuk beberapa minggu WC sama sekali tidak merokok. Saat itu WC
sudah mantap untuk berhenti merokok tetapi setelah sakit batuknya
sembuh muncul keinginan dari dalam diri WC untuk kembali
merokok karena terpengaruh teman-temannya yang semuanya
merokok. Selain itu anggota keluarga WC seperti tante, om, dan
saudara-saudara yang merokok di depannya membuat WC ingin
merokok lagi. Keinginan WC untuk kembali merokok muncul karena
ia merasa malu kepada keluarganya terutama kepada tantenya yang
merokok, WC sebagai seorang laki-laki merasa kalah dengan tantenya
yang merokok. Bau asap rokok mempengaruhi WC untuk kembali
WC pernah bercerita kepada ibunya tentang keinginannya
untuk berhenti merokok, ia juga pernah berjanji kepada ibunya untuk
berhenti merokok. Ibunya menyarankan dan berharap agar WC
berhenti merokok dan akan membelikan motor baru apabila WC mau
berhenti merokok. Hadiah motor dari ibu membuat WC semakin
berniat untuk berhenti merokok. WC merasa berkewajiban untuk
memenuhi harapan dari ibunya. Permintaan dari pacar WC untuk
berhenti merokok juga mendorongnya untuk berhenti merokok. Pacar
WC melarang WC untuk merokok. Pacar WC memang tidak
menyukai orang yang merokok karena ayahnya juga tidak merokok.
Selain itu, WC juga berkeinginan untuk hidup sehat tanpa merokok
karena selama merokok ia sering sakit batuk. Sebagai anak pertama,
WC juga merasa perlu menjadi contoh bagi adik-adiknya untuk tidak
merokok.
WC merasa kesulitan untuk berhenti merokok karena ia merasa
bahwa merokok adalah aktivitas yang sudah biasa ia lakukan dan sulit
sekali untuk dihentikan.WC sulit menahan keinginannya untuk tidak
merokok apabila melihat orang lain merokok di sekitarnya kemudian
muncul keinginan dari dalam dirinya untuk merasakan rokok lagi.
Pengaruh dari luar yaitu teman-temannya yang seringkali menawarkan
rokok juga sangat menggoda WC untuk merokok lagi. Meskipun sulit,
WC tetap berusaha untuk mengurangi jumlah konsumsi rokok dan
akan terasa pahit dan usaha WC untuk mengurangi rasa pahit itu
adalah dengan makan permen atau makan makanan yang pedas. WC
juga mulai menghindari teman-temannya yang merokok dan berani
menegur ayahnya yang sedang merokok di dalam rumah agar ia tidak
terpengaruh untuk kembali merokok. Ibu WC juga membantunya
mengurangi rokok dengan membelikan makanan ringan kesukaan
WC.
Saat tidak merokok mulut WC akan terasa pahit dan usaha WC
untuk mengurangi rasa pahit itu adalah dengan makan permen atau
makan makanan yang pedas. WC juga mulai menghindari
teman-temannya yang merokok dan berani menegur ayahnya yang sedang
merokok di dalam rumah agar ia tidak terpengaruh untuk kembali
merokok. Ibu WC juga membantunya mengurangi rokok dengan
membelikan makanan ringan kesukaan WC.
Sampai saat penelitian dilakukan, WC sudah berhenti merokok
kurang lebih selama 4 tahun yaitu dimulai pada tahun 2008. Saat
sudah tidak merokok, WC menginformasikan kepada teman-temannya
bahwa ia sudah tidak merokok agar tidak ditawari rokok. Awalnya
teman-teman WC masih terus mengajaknya untuk kembali merokok
untuk sesekali saja tetapi WC menolak ajakan tersebut karena ia tidak
4. Subjek Pemberi Dukungan II (SF)
a. Deskripsi Subjek
Subjek keempat dalam penelitian ini adalah seorang wanita yang
berusia 20 tahun dengan inisial SF. SF merupakan pacar WC dan orang
yang paling berperan mendukung WC untuk berhenti merokok. SF yang
lahir di Klaten, 29 Februari 1992 ini sudah menjalin relasi pacaran
dengan WC cukup lama yaitu selama enam tahun. Mereka mulai pacaran
saat masih duduk di bangku SMA. SF dan WC juga berasal dari daerah
yang sama yaitu kota Klaten.
5. Subjek 3 (YH)
a. Deskripsi Subjek
Subjek kelima dalam penelitian ini adalah seorang laki-laki yang
berusia 21 tahun dengan inisial YH. YH yang merupakan anak ketiga
dari tiga bersaudara ini lahir di Solo, 21 Mei 1990. Saat ini YH masih
menempuh pendidikan sebagai mahasiswa semester enam di salah satu
perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Selama kuliah di Yogyakarta YH
tinggal di sebuah rumah kontrakan bersama temannya.
b. Gambaran Umum tentang Perilaku Merokok Subjek 3 (YH)
1. Sejarah Perilaku Merokok
YH mencoba rokok untuk pertama kalinya pada saat kuliah.
Rokok tersebut diperoleh YH dari teman-temannya. Tawaran rokok
merokok YH. Saat awal merokok, YH menghisap 4 sampai 5 batang
rokok setiap harinya. Sejak awal YH sudah merokok jenis rokok
dengan kadar nikotin yang tinggi sehingga apabila menghisap rokok
dengan jenis ringan menjadi tidak terasa.
Awalnya YH mendapatkan rokok dari teman-temannya tetapi
lama-kelamaan ia membeli rokok dengan uang sakunya sendiri. YH
sengaja menyisihkan uang sakunya sebesar 30 sampai 40 ribu untuk
membeli rokok. Hampir setiap hari YH membeli rokok. Terkadang
YH membeli rokok secara eceran dan tidak selalu membeli rokok
bungkusan.
YH mengalami batuk saat pertama kali merokok tetapi
lama-kelamaan ia mulai menikmati rasa yang ditawarkan rokok. YH merasa
rileks setiap kali merokok. Rasa rileks tersebut membuat perilaku
merokok YH tetap bertahan. YH merasa kurang lengkap kalau belum
merokok. Sebelum melakukan aktivitas ia harus merokok terlebih
dahulu. YH merasa sudah kecanduan rokok ketika jumlah konsumsi
rokok sudah dalam takaran bungkus yaitu pada saat YH kuliah
semester dua.
YH merokok di semua tempat tetapi lebih sering merokok di
kontrakan, tempat nongkrong dan di kampus saat YH belum memiliki
pacar. YH memang lebih sering merokok bersama dengan
teman-temannya. Saat sedang merokok bersama teman-temannya, YH bisa
merokok saat melihat orang lain di sekitarnya sedang merokok.
Meskipun demikian, saat YH sedang sendirian ia juga tetap merokok.
Biasanya YH merokok sendirian ketika ia merasa bosan dan malas
untuk melakukan aktivitas. YH akan merokok sambil minum kopi
atau menonton TV. Selain itu, YH juga akan merokok ketika ia
sedang dalam kondisi stres dan pusing. YH merasakan
ketidaknyamanan seperti badan lemas dan tidak bisa berpikir disaat
harus menahan dirinya untuk tidak merokok.
Selama menjadi perokok YH merasakan adanya penurunan
kondisi fisiknya. YH menjadi sulit bernafas saat bermain futsal.
Teman-teman YH mendukungnya untuk tetap merokok dengan
memberinya rokok hampir setiap kali berkumpul. Meskipun demikian,
ada juga teman YH yang tidak suka dengan perilaku merokoknya.
Teman YH yang tidak setuju dengan perilaku merokok YH semuanya