• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERAN DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENGHENTIKAN PERILAKU MEROKOK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAMBARAN PERAN DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENGHENTIKAN PERILAKU MEROKOK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERAN DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENGHENTIKAN PERILAKU MEROKOK

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Maria Dessy Eny Selviantari NIM : 089114048

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOT T O

I CAN IF I THINK I CAN !!!

NOTHING IS IMPOSSIBLE. . .

Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji

sesawi saja.. tak kan ada yang mustahil bagimu…

Semua usahaku ini ku persembahkan untuk kemuliaan TUHAN

penyelamatku,

Ibu yang senantiasa ada untuk memberikanku semangat

Bapak yang telah bekerja keras membiayai kuliahku

(5)
(6)

vi

GAMBARAN PERAN DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENGHENTIKAN PERILAKU MEROKOK

Maria Dessy Eny Selviantari

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penerimaan dan pemberian dukungan sosial dalam proses menghentikan perilaku merokok dengan berfokus pada tiga hal yaitu bentuk dukungan sosial, strategi pemberian dukungan sosial, dan proses pemberian dukungan sosial. Ketiga fokus tersebut dinilai perlu untuk dibahas karena tidak semua dukungan sosial yang diberikan dan diterima oleh seseorang yang berniat untuk berhenti merokok berperan bagi keberhasilan berhenti merokok. Pendekatan kualitatif deskriptif dipilih untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Penelitian ini melibatkan 3 subjek penerima dukungan yang sudah berhasil berhenti merokok dan 3 pemberi dukungan yang signifikan bagi setiap subjek. Subjek dipilih menggunakan criterion sampling yaitu dipilih dengan kriteria berhasil berhenti merokok salah satunya karena mendapatkan dukungan dari significant other. Mengacu pada ketiga fokus penelitian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat jenis dukungan sosial yang diterima dan diberikan dalam rangka menghentikan perilaku merokok yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan informasional. Terdapat tiga strategi pemberian dukungan yang diterapkan oleh para pemberi dukungan yaitu pemberian hadiah, pemberian hukuman, dan repetisi pemantauan. Proses pemberian dukungan sosial yang secara umum terjadi pada subjek terdiri dari empat tahapan yaitu pemberian penilaian negatif terhadap perilaku merokok, pemberian nasehat tentang dampak negatif merokok dan pentingnya menjaga kesehatan yang merupakan tahap awal untuk menghentikan perilaku merokok. Selanjutnya adalah pemberian peringatan secara berulang agar tidak merokok saat bersama dengan perokok, dan pemantauan perkembangan subjek untuk berhenti merokok.

(7)

vii

THE DESCRIPTION OF THE ROLE OF SOCIAL SUPPORT IN SMOKING CESSATION

Maria Dessy Eny Selviantari

ABSTRACT

This research aims to describe the process of delivering and receiving social support in the case of smoking cessation. Three focuses of this research are type of social support, strategy of delivering social support, and the process of delivering social support. The three focuses of the research is considered necessary to be discussed because previous studies showed that not all of social support given and received by the person who wants to stop smoking is accounted for the success of smoking cessation. Qualitative descriptive approach is chosen to answer a question of this research. This research involves three subjects who received social support and were successful to stop smoking and three significant others who are the social support giver for each subject. The subjects are selected using criterion sampling, in which the selected subjects are those who are successful in stop smoking because they get social support from significant other. Referring to the three focuses of the research, the results of this research show that there are four types of social support given and received in order to stop smoking behavior. Those are emotional support, instrumental support, esteem support, and informational support. There are three strategies for delivering the support which are giving reward, committing punishment, and monitoring repetition. The process of delivering the social support generally occurs through of four phases, namely giving negative assessment of smoking behavior, giving advice about the negative effects of smoking and explaining the importance of maintaining health these three processes are the initial process. The following process is giving repeated warning so that the subjects do not smoke along with other smokers, and monitoring the development of the subjects in the terms of their smoking cessation.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sebagai bentuk

kepedulian peneliti terhadap usaha menghentikan perilaku merokok.

Proses penyelesaian skripsi ini melibatkan banyak pihak yang dengan tulus

memberikan bantuan dan dukungannya, oleh karena itu peneliti mengucapkan

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penelitian

dan penulisan skripsi ini. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat kesehatan, perlindungan dan

bimbingan-Nya sampai saat ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

ini.

2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing akademik yang

memberikan pelajaran berharga tentang perjuangan menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum., App. Psych selaku dosen

pembimbing skripsi yang selalu memberikan pencerahan dengan saran dan

pendapat yang sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Terima kasih atas

bimbingan, kesabaran, dan diskusi yang mengantarkan pemikiran dan

penalaran saya untuk terus bertumbuh.

4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si dan Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku

dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengetahuan baru bagi saya

(10)

x

5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi dan Ibu Agnes Indar Etikawati,

S.Psi., M.Si., Psi selaku wakaprodi.

6. Mas Gandung, Bu Nanik, dan Pak Gie, terima kasih atas bantuan yang sudah

diberikan selama ini. Mas Doni atas bantuannya dalam peminjaman buku dan

jurnal di ruang baca dan Mas Muji atas bantuan dan dukungannya selama ini,

terutama pada saat saya melakukan praktikum.

7. YS, MB, WC, SF, YH, dan NJ selaku subjek dalam penelitian ini. Terima

kasih atas bantuan dan kesediaan kalian untuk berbagi pengalaman dan

informasi dengan saya.

8. Mbak Oie, mas Putu, dan mbak Petra, terima kasih atas diskusi pengalaman

kalian yang menjadikan saya semakin bersemangat untuk segera

menyelesaikan skripsweet ini.

9. Segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa bagi

keberhasilan saya.

10. Teman-teman Psikologi angkatan 2008: Nita, Evrisya, Lussi, Martha, Nindi,

Iness, Agness, Monic, Siska, Tiwai, Intan, Chelly, Irin, Rossa, Vina, Riana,

Vita, Gigi, Fany, Mardi, Ade, Lita, Corry, Budi, Nina, Paulin, Scolast, Aix,

Ricky, Ditia, Vicke, Wawan, Agung, Alberto, Priska, dan semua teman yang

namanya tidak mungkin disebutkan semuanya terima kasih atas semangat,

diskusi, dan canda tawa selama kita belajar ilmu jiwa.

11. Teman-teman psikologi angkatan 2009, terutama ex-anak asisten: Julius, Al,

(11)

xi

berbagi ilmu dengan kalian semua. Terima kasih atas pengalaman baru yang

saya terima setelah mengenal kalian.

12. Semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk

kesuksesan saya dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. Terima

kasih.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan dan

kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat

diharapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap agar skripsi ini

bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 1 November 2012

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR SKEMA ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoretis ... 8

(13)

xiii

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A.Tinjauan Konseptual Dukungan Sosial ... 9

1. Memahami Pengertian Dukungan Sosial ... 9

2. Dukungan Sosial dalam Tinjauan yang Mendetail ... 12

a. Jenis Dukungan Sosial ... 12

b. Faktor Penentu Dukungan Sosial ... 15

B. Tinjauan Konseptual tentang Perilaku Merokok dalam Studi Psikologi ... 18

1. Penyebab Munculnya Perilaku Merokok ... 19

2. Dampak Merokok ... 22

a. Dampak Fisiologis ... 22

b. Dampak Psikologis ... 22

3. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok ... 23

4. Penanganan untuk Menghentikan Perilaku Merokok ... 25

a. Penanganan Individual... 25

b. Program Berhenti Merokok ... 26

C. Definisi Berhenti Merokok (Smoking Cessation) ... 28

D. Review Penelitian Terdahulu tentang Dukungan Sosial dan Smoking Cessation ... 28

E. Kerangka Penelitian : Gambaran Peran Dukungan Sosial untuk Menghentikan Perilaku Merokok ... 37

(14)

xiv

BAB III. METODE PENELITIAN ... 42

A.Jenis Penelitian ... 42

B.Fokus Penelitian ... 43

C.Subjek Penelitian ... 44

D.Metode Pengumpulan Data ... 44

E.Prosedur Analisis Data ... 47

1. Organisasi Data... 47

2. Pengkodean (coding) ... 47

3. Interpretasi ... 48

4. Membuat Rangkuman Temuan Penelitian ... 48

F. Kredibilitas dan Reliabilitas Penelitian ... 49

1. Kredibilitas Penelitian ... 49

2. Reliabilitas ... 52

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A.Proses Penelitian ... 53

1. Persiapan Penelitian ... 53

2. Pelaksanaan Penelitian ... 54

3. Proses Analisis Data ... 55

4. Jadwal Pengambilan Data ... 56

B.Profil Subjek ... 63

1. Subjek 1 (YS) ... 63

2. Subjek Pemberi Dukungan Sosial I (MB) ... 69

(15)

xv

4. Subjek Pemberi Dukungan Sosial II (SF) ... 77

5. Subjek 3 (YH) ... 77

6. Subjek Pemberi Dukungan Sosial III (NJ) ... 83

C.Rangkuman Tema Temuan Penelitian... 85

D.Deskripsi Tema ... 87

1. Bentuk Dukungan Sosial ... 87

2. Strategi Pemberian Dukungan Sosial ... 90

3. Proses Pemberian Dukungan Sosial ... 93

4. Temuan Tambahan: Faktor-faktor yang Turut Berperan dalam Menghentikan Perilaku Merokok ... 96

a. Karakteristik Ketiga Subjek ... 96

b. Karakteristik Pemberi Dukungan Sosial ... 97

c. Karakteristik Lingkungan ... 101

E.Pembahasan... 102

1. Temuan dari Fokus Penelitian ... 102

2. Temuan Tambahan ... 105

BAB V. PENUTUP ... 111

A.Kesimpulan ... 111

B. Keterbatasan Penelitian ... 112

C. Saran ... 112

a. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 112

(16)

xvi

c. Bagi Orang-orang yang Memiliki Teman

yang Berniat Berhenti Merokok... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Panduan Wawancara tentang Dukungan Sosial

yang Diterima oleh Subjek ... 46

Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 (YS) ... 56

Tabel 3. Jadwal Wawancara dengan Subjek

Pemberi Dukungan I (MB) ... 58

Tabel 4. Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 (WC)... 59

Tabel 5. Jadwal Wawancara dengan Subjek

Pemberi Dukungan II (SF) ... 61

Tabel 6. Jadwal Wawancara dengan Subjek 3 (YH) ... 61

Tabel 7. Jadwal Wawancara dengan Subjek

Pemberi Dukungan III (NJ) ... 62

Tabel 8. Rangkuman Tema Temuan Penelitian ... 85

Tabel 9. Rangkuman Temuan Tambahan ... 86

Tabel 10. Durasi Waktu Tahapan Proses Berhenti Merokok

(18)

xviii

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Gambaran Umum tentang Pembahasan Perilaku Merokok

dalam Studi Psikologi ... 19

Skema 2. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok (Jane Ogden, 2007) ... 24

Skema 3. Kerangka Penelitian: Gambaran Peran Dukungan Sosial

untuk Menghentikan Perilaku Merokok... 40

Skema 4. Proses Pemberian Dukungan Sosial

untuk Menghentikan Perilaku Merokok... 95

Skema 5. Kerangka Hubungan antara Karakteristik Subjek,

Pemberi Dukungan dan Lingkungan

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Proses Pemberian Dukungan Sosial untuk Menghentikan

Perilaku Merokok pada Subjek 1 (YS) ... 121

Lampiran 2. Proses Pemberian Dukungan Sosial untuk Menghentikan

Perilaku Merokok pada Subjek 2 (WC) ... 123

Lampiran 3. Proses Pemberian Dukungan Sosial untuk Menghentikan

Perilaku Merokok pada Subjek 3 (YH) ... 125

Lampiran 4. Protokol Wawancara ... 127

Lampiran 5. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data

Subjek 1 (YS) ... 131

Lampiran 6. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data

Subjek Pemberi Dukungan I (MB) ... 153

Lampiran 7. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data

Subjek 2 (WC) ... 163

Lampiran 8. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data

Subjek Pemberi Dukungan II (SF) ... 180

Lampiran 9. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data

Subjek 3 (YH) ... 185

Lampiran 10. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data

Subjek Pemberi Dukungan III (NJ) ... 200

Lampiran 11. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara

(20)

xx

Lampiran 12. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara

Subjek 1 (YS)... 210

Lampiran 13. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara

Subjek Pemberi Dukungan I (MB) ... 212

Lampiran 14. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara

Subjek Pemberi Dukungan I (MB) ... 214

Lampiran 15. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara

Subjek 2 (WC) ... 216

Lampiran 16. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara

Subjek 2 (WC) ... 218

Lampiran 17. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara

Subjek Pemberi Dukungan II (SF) ... 220

Lampiran 18. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara

Subjek Pemberi Dukungan II (SF) ... 222

Lampiran 19. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara

Subjek 3 (YH) ... 224

Lampiran 20. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara

Subjek 3 (YH) ... 226

Lampiran 21. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara

Subjek Pemberi Dukungan III (NJ) ... 228

Lampiran 22. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semakin meluasnya informasi tentang pengaruh negatif merokok bagi

kesehatan mendorong sebagian perokok berusaha untuk berhenti merokok.

Laporan WHO menyebutkan bahwa orang-orang di berbagai negara

menunjukkan keinginan yang tinggi untuk berhenti merokok tetapi banyak

diantara mereka yang merasa kesulitan dan mengalami kegagalan untuk

berhenti merokok terutama bagi para perokok berat (“Laporan WHO”, 2009)

Secara umum para konsumen rokok memang sudah mengetahui

informasi tentang risiko kesehatan dan efek adiktif dari rokok akan tetapi

gencarnya iklan yang mempromosikan rokok sebagai sesuatu yang umum

diterima di lingkungan sosial menyebabkan terus meningkatnya jumlah

konsumen rokok di Indonesia. Sebanyak 78% dari perokok di Indonesia

mulai merokok sebelum usia 19 tahun dan 8 dari 10 perokok yang berusia

dibawah 15 tahun diantaranya gagal dalam usahanya untuk berhenti merokok.

(Barber, Ahsan, Adioetomo, & Setyonaluri, 2004/2008).

Sejumlah perokok memang sudah berhenti merokok selama beberapa

waktu, tetapi sebagian besar dari mereka akan kambuh lagi pada

kebiasaannya merokok (Aditama, 2011). Laporan Badan Internasional

Penanggulangan Kanker (International Union Againts Cancer) menunjukkan

(22)

gagal dan kembali merokok. Penelitian lain menunjukkan bahwa mereka

yang berhenti merokok, khususnya para perokok berat hanya 20% yang dapat

tetap tidak merokok sampai masa evaluasi satu tahun. Artinya, sekitar 80%

lainnya kambuh lagi pada kebiasaan lamanya dan merokok kembali dalam

waktu kurang dari satu tahun sejak berhenti merokok (“Laporan Badan

Internasional Penanggulangan Kanker”, 2009).

Ada dua faktor yang dinilai berperan menyebabkan perokok sulit

untuk berhenti merokok. Pertama adalah akibat kecanduan atau adiksi pada

nikotin yang ada di dalam rokok, dan kedua karena faktor psikologis yaitu

merasakan kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok.

Kebiasaan merokok yang telah dijalani selama bertahun-tahun ternyata

membentuk suatu pola tingkah laku yang telah mengakar, sehingga saat

perokok mencoba untuk berhenti akan merasa ada sesuatu yang “hilang” dari

diri perokok. Selain itu, ada juga perokok yang gagal berhenti merokok

karena merasa kehilangan suatu benda yang dapat dipegang dan dimainkan

oleh jari-jarinya (Aditama, 2011).

Salah satu alasan lain mengapa perokok gagal untuk berhenti merokok

adalah ketidakmampuan untuk merumuskan dan mengikuti program berhenti

merokok dengan benar. Keberhasilan seorang perokok untuk merumuskan

dan mengikuti program berhenti merokok dipengaruhi oleh beragam faktor.

Adanya niat dan tujuan yang kuat dari individu yang bersangkutan

(23)

teman, dan orang-orang di sekitar perokok ternyata juga turut membantu

menghilangkan kebiasaan merokok (Mikail, 2011).

Niat dan usaha tampaknya belum cukup untuk menghentikan

kebiasaan merokok, diperlukan dukungan dan motivasi dari teman dan

keluarga untuk terus menyemangati dan membantu perokok dalam melawan

kecanduan akibat nikotin. Keterlibatan secara aktif keluarga dan teman

dalam setiap program berhenti merokok sangat diperlukan bagi keberhasilan

berhenti merokok (“Program berhenti merokok”, 2009).

Mengetahui tingginya angka kegagalan perokok untuk berhenti

merokok tanpa bantuan, PT. Pfizer Indonesia dan Klinik Berhenti Merokok

Rumah Sakit Persahabatan berinisiatif meluncurkan program kompetensi

berhenti merokok secara terpadu (Quitters Are Champions). Program ini

ditujukan bagi para perokok yang berkeinginan kuat untuk berhenti merokok

tetapi belum berhasil. Menurut Kepala Program Klinik Berhenti Merokok RS

Persahabatan, Dr Ahmad Hudoyo SpP (K), kebiasaan merokok merupakan

hal yang sulit untuk ditinggalkan salah satunya karena sifat adiktif nikotin

yang terkandung dalam rokok.

Kebiasaan merokok yang sulit ditinggalkan bukan berarti bahwa

kebiasaan merokok ini tidak bisa dihentikan. Sebuah riset di Amerika Serikat

yang dilakukan New England Journal of Medicine menyatakan bahwa

dukungan sosial memiliki peranan yang penting dalam memutuskan apakah

seseorang akan memulai atau berhenti merokok. Adanya jaringan dukungan

(24)

dalam menghentikan kebiasaan merokok. Oleh karenanya, diperlukan

keterpaduan antara dukungan lingkungan dan terapi medis yang tepat dalam

membantu usaha perokok untuk menghentikan perilaku merokok mereka

(Suryanto, 2009).

Pendapat yang mendukung juga dikemukakan oleh Dr. Tribowo T

Ginting, SpKJ, Dokter Spesialis Kejiwaan dari Rumah Sakit Persahabatan.

Beliau mengatakan bahwa motivasi, niat dan komitmen yang kuat dari

perokok bisa menjadi modal awal untuk berhenti merokok. Meskipun

demikian, dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting dalam

mendorong perokok untuk mengatasi kesulitannya selama proses berhenti

merokok. Menurut Tribowo, dukungan keluarga bisa diekspresikan dengan

menghargai keputusan individu untuk berhenti merokok serta membangkitkan

kewaspadaan mereka terhadap konsekuensi negatif akibat kebiasaan buruk

merokok. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan motivasi. Menyediakan

waktu untuk menyemangati mereka, meluangkan waktu untuk mengalihkan

pikiran dari rokok ke kegiatan lain yang lebih positif, serta membantu mereka

mendapatkan apa yang diperlukan merupakan cara sederhana yang bisa

dilakukan untuk mendukung individu yang sedang dalam proses berhenti

merokok (Suryanto, 2009).

Berdasarkan informasi diatas, diketahui bahwa usaha menghentikan

kebiasaan merokok bukanlah hal yang mudah. Selain niat dan usaha yang

kuat dari perokok sendiri untuk berhenti merokok, dukungan dari keluarga

(25)

merokok. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

pemberian dukungan sosial dalam praktek sehari-hari berperan bagi

keberhasilan menghentikan perilaku merokok.

Terdapat sejumlah penelitian yang ditujukan untuk menguji hubungan

antara dukungan sosial dan penghentian perilaku merokok (smoking cessation).

Diantaranya adalah penelitian tentang peran dukungan berbasis telepon dalam

menghentikan perilaku merokok yang dilakukan oleh Solomon et al. (1996).

Pada penelitian ini, subjek yang terdiri dari para wanita yang berniat berhenti

merokok menerima intervensi dukungan dari teman sebaya yang diberikan

melalui telepon. Wanita sukarelawan yang sudah terlatih dipasangkan dengan

wanita yang berminat untuk menerima dukungan saat mereka berusaha

berhenti merokok. Kontak telepon dimulai dengan dukungan dari konselor

sebaya persis sebelum menunjukkan “quit day” secara mingguan dan setelah

2-3 bulan. Dari 72 wanita yang berpartisipasi dalam intervensi, 49 orang (68%)

mengikuti 1-2 tahun setelah mendaftar sampai pada saat evaluasi status

merokok mereka. Hasil intervensi menunjukkan bahwa 25% wanita mantan

perokok yang tidak mencapai jangka panjang untuk berhenti merokok dipilih

sebagai subjek, sedangkan sisanya yang tidak terdata langsung diklasifikasikan

sebagai perokok. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sistem pemberian

dukungan melalui telepon bagi wanita yang melibatkan teman sebaya yang

juga mantan perokok dapat mencapai penghentian merokok untuk jangka

(26)

Ada pula dua penelitian dengan topik serupa yang dilakukan oleh

Sherry (dalam Setiadji 2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

dukungan sosial mampunyai hubungan dengan keberhasilan untuk

menghentikan kebiasaaan merokok.

Selama ini, penelitian tentang dukungan sosial dan penghentian

perilaku merokok (smoking cessation) lebih difokuskan pada pengembangan

intervensi dukungan sosial bagi para pemberi dukungan. Hal ini menunjukkan

bahwa dukungan sosial turut berkontribusi bagi keberhasilan berhenti

merokok sehingga perlu dikembangkan intervensi dukungan sosial yang

dikhususkan bagi para pemberi dukungan.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang

dukungan sosial terkait dengan penghentian perilaku merokok (smoking

cessation) diketahui bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan

keberhasilan berhenti merokok. Hal ini memberikan peluang bagi

dilakukannya penelitian-penelitian yang ditujukan untuk mengungkap secara

lebih detail tentang bagaimana sebenarnya dukungan sosial berperan dalam

penghentian perilaku merokok. Oleh karenanya, penelitian melibatkan subjek

yang sudah berhasil berhenti merokok selama periode waktu tertentu (e.g., 30

hari, 6 bulan, atau 12 bulan) untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana

pemberian dukungan sosial berperan bagi keberhasilan berhenti merokok

mereka. Penelitian ini akan berfokus pada tiga hal, yaitu bentuk dukungan

(27)

sosial mulai dari belum muncul niat untuk berhenti merokok sampai pada

tahap mempertahankan untuk tetap tidak merokok.

Peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk

mencoba memahami realitas pengalaman subjek terkait dengan dukungan

sosial yang diterima dan diberikan dalam rangka menghentikan perilaku

merokok. Peneliti menilai bahwa pendekatan kualitatif dapat memfasilitasi

penelitian ini untuk memperoleh gambaran pengalaman subjek penelitian

terkait dengan bagaimana dukungan sosial berperan dalam upayanya

menghentikan perilaku merokok.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian

ini adalah bagaimanakah dukungan sosial berperan untuk menghentikan

perilaku merokok?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menggambarkan bentuk dukungan sosial yang diterima dan diberikan

dalam rangka menghentikan perilaku merokok;

2. Menggambarkan strategi pemberian dukungan sosial yang diterapkan

untuk menghentikan perilaku merokok;

(28)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini akan memberikan kontribusi pengetahuan di bidang

psikologi, terutama psikologi kesehatan dan psikologi sosial karena

nantinya akan diketahui gambaran tentang realisasi pemberian dukungan

sosial yang berperan untuk menghentikan perilaku merokok.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para perokok yang berniat untuk berhenti merokok, dapat

dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan tentang

peran dukungan sosial dari orang terdekat untuk membantu usahanya

berhenti merokok.

b. Bagi masyarakat luas, sebagai sumber informasi dan bahan

pertimbangan bagi masyarakat tentang strategi dan proses yang dapat

diterapkan untuk memberikan dukungan sosial pada para perokok yang

(29)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konseptual Dukungan Sosial

Tinjauan pustaka tentang dukungan sosial dan perilaku merokok yang

akan dijelaskan di bawah ini tidak digunakan sebagai landasan teori dalam

penelitian ini, melainkan digunakan sebagai pendukung dalam menyusun

kerangka konseptual yang akan memandu peneliti dalam melakukan

penelitian serta untuk memperjelas pemahaman peneliti tentang area

konseptual yang akan menjadi fokus penelitian.

1. Memahami Pengertian Dukungan Sosial

Dalam tinjauan konseptual mengenai dukungan sosial ini akan

ditinjau sejumlah definisi yang menunjukkan bagaimana dukungan sosial

dipahami. Selain itu, akan dilihat juga tentang hal-hal yang

diidentifikasikan sebagai dukungan sosial dalam studi psikologi. Dalam

studi psikologi, dukungan sosial seringkali dijadikan bahan kajian di

bidang psikologi sosial, psikologi kesehatan, psikologi klinis, serta

psikologi abnormal.

Dalam kajian psikologi kesehatan, ditunjukkan bahwa dukungan

sosial memiliki hubungan yang suportif secara sosial, bisa meredam efek

stres, membantu orang mengatasi stres dan meningkatkan kesehatan

(30)

Dukungan sosial efektif untuk mengatasi tekanan psikologis pada masa

sulit dan menekan (Broman, 1993; Tylor, 2003, dalam Butcher, 2004).

Dukungan sosial juga menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat

pemulihan dari sakit (House et al., 1988, dalam Sarafino, 1994).

Dukungan sosial dari perkawinan bisa mereduksi kemungkinan seseorang

untuk menjalani hidup berisiko dan meningkatkan praktik hidup sehat

(Wickrama, Conger, & Lorenz, 1995, dalam Nevid, 2006). Menurut

Sidney Cobb (Sarafino, 1994), orang-orang yang menerima dukungan

sosial percaya bahwa mereka dicintai, diperhatikan, dihargai, merasa

berharga, serta merupakan bagian dari jaringan sosial, seperti keluarga

atau komunitas yang memberikan bantuan berupa barang dan pelayanan

pada saat diperlukan.

Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dukungan sosial menjadi

kajian yang penting dalam bidang studi psikologi, khususnya psikologi

sosial dan kesehatan. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada

kesepakatan dari para akademisi mengenai definisi dukungan sosial secara

pasti (Cohen & Syme, 1985; Shumaker & Brownell, 1984; Wilcox &

Verberg, dalam Gottlieb, 1988). Banyak studi menggunakan istilah

dukungan sosial dalam lingkup yang luas. Istilah dukungan sosial

diterapkan pada hampir semua perilaku yang dimaksudkan untuk

memberikan manfaat bagi orang lain atau perilaku yang dapat

(31)

Termasuk di dalamnya perilaku yang tidak dimaksudkan untuk

memberikan keuntungan tertentu bagi orang lain.

Berikut ini adalah sejumlah definisi mengenai dukungan sosial

yang dikemukakan oleh para ahli: Gottlieb (1988) menyatakan bahwa

dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal maupun non

verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diperoleh dari orang lain dan

mampunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Dukungan sosial menurut Sarafino (Smet, 1994) mengacu pada

memberikan kenyamanan pada orang lain, perawatan, ataupun

penghargaan.

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Saroson (Smet, 1994) yaitu

bahwa dukungan sosial melibatkan adanya transaksi interpersonal yang

ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu dan umumnya

bantuan tersebut diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang

bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan

tingkah laku, ataupun materi yang diperoleh dari hubungan sosial akrab

yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.

Pertukaran interpersonal dicirikan oleh perhatian emosi, bantuan

instrumental, penyediaan informasi, atau pertolongan lainnya.

Berdasarkan sejumlah definisi mengenai dukungan sosial yang

dikemukakan oleh para akademisi, secara garis besar dapat diketahui

bahwa sebagian besar akademisi mendefinisikan dukungan sosial dengan

(32)

dukungan, sumber pemberi dukungan, serta manfaat yang diperoleh

individu penerima dukungan sosial. Secara umum, dukungan sosial

merupakan dukungan atau bantuan yang diperoleh dari orang-orang yang

memiliki kedekatan hubungan sosial dengan individu penerima dukungan,

seperti anggota keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, dan orang lain di

sekitar individu saat individu sedang menghadapi permasalahan dan krisis

dalam kehidupannya sehari-hari. Bentuk dukungan yang diberikan dapat

berupa bantuan infomasi atau nasihat verbal dan non verbal, bantuan nyata

dengan menunjukkan perilaku tertentu, maupun bantuan yang bersifat

emosional sehingga menjadikan individu penerima dukungan merasa

disayangi, dicintai, diperhatikan dan berharga.

2. Dukungan Sosial dalam Tinjauan yang Mendetail a. Jenis Dukungan Sosial

Dalam hampir setiap buku referensi yang membahas tentang

dukungan sosial, pada pembahasan awal setelah menjelaskan definisi

dukungan sosial biasanya dilanjutkan dengan pokok bahasan tentang

tipe/jenis/bentuk dari dukungan sosial. Para akademisi mencoba untuk

mengklasifikasikan berbagai tipe dukungan sosial agar dapat

menjelaskan secara lebih detail tentang bentuk bantuan atau perilaku

seperti apa yang tepat diberikan bagi orang lain. Berikut ini adalah

(33)

Beberapa akademisi yaitu Cobb, Cohen & McKay, House,

Schaefer, Coyne & Lazarus, dan Wills mengklasifikasikan empat tipe

dasar dukungan sosial, yaitu:

1. Dukungan Emosional (Emotional Support) yang mencakup

ungkapan perasaan empati, peduli, perhatian pada orang lain.

Dukungan emosional ini akan memberikan kenyamanan, keyakinan,

rasa dimiliki, dan dicintai pada waktu mengalami stres.

2. Dukungan Penghargaan (Esteem Support), meliputi ungkapan

penghargaan yang positif dari orang lain kepada seseorang,

pemberian semangat atau dukungan terhadap pemikiran dan

perasaan individu tersebut dengan penilaian-penilaian positif atas

individu tersebut dibandingkan dengan orang lain, misalnya

membandingkan individu tersebut dengan orang lain yang

kondisinya lebih buruk. Dukungan ini dapat membangun atau

memunculkan perasaan berharga, mampu, dan bernilai dalam diri

seseorang.

3. Dukungan Nyata atau Instrumental (Tangible or Instrumental

support) yang mencakup bantuan langsung, misalnya memberikan

barang atau meminjamkan uang.

4. Dukungan Informasional (Informational Support), meliputi

pemberian nasihat, arahan, saran-saran, atau umpan balik tentang

(34)

Cohen dan Syme (dalam Gottlieb, 1988) juga

mengklasifikasikan dukungan sosial menjadi empat jenis yaitu:

1. Dukungan informasi, yaitu berupa pemberian penjelasan tentang

situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang

sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini meliputi pemberian

nasihat, petunjuk, masukan atau penjelasan tentang bagaimana

seseorang bersikap.

2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya

dengan mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap

percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, serta

ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan

membuat individu penerima dukungan merasa berharga, nyaman,

aman, terjamin, dan disayangi.

3. Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara

langsung, bersifat fasilitas atau materi, misalnya menyediakan

fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan

makanan, permainan atau bantuan yang lain.

4. Dukungan penilaian, dukungan ini bisa berupa penilaian yang positif,

penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau

menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan

(35)

Klasifikasi bentuk dukungan sosial yang dikemukakan oleh para

akademisi diatas memberikan gambaran secara umum tentang berbagai

bentuk dukungan sosial yang biasanya diberikan oleh pemberi

dukungan kepada seseorang. Secara umum terdapat empat tipe dasar

dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan instrumental, dan dukungan informasional. Secara garis

besar, keempat tipe dasar dukungan sosial tersebut juga dapat dilihat

menjadi dua bentuk. yaitu dukungan yang berupa bantuan fisik dan non

fisik. Dukungan instrumental dan informasional menawarkan bantuan

fisik yang mencakup bantuan langsung (misalnya, pemberian uang)

serta pemberian nasihat, petunjuk, ataupun saran. Sedangkan bantuan

non fisik ditawarkan oleh dukungan emosional dan penghargaan,

seperti adanya ekspresi empati.

Berdasarkan penjelasan tentang berbagai bentuk dukungan

sosial, dapat diketahui bahwa klasifikasi dukungan sosial yang

dikemukakan oleh para akademisi tersebut bermanfaat bagi pemberi

dukungan untuk menentukan jenis dukungan seperti apa yang

benar-benar diperlukan oleh individu pada situasi tertentu. Pemberian

dukungan tergantung pada penyebab keadaan yang penuh stres yang

sedang dihadapi oleh individu. Hal ini akan membantu pemberi

dukungan dalam menentukan jenis dukungan sosial yang akan

diberikan kepada individu sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi

(36)

b. Faktor Penentu Dukungan Sosial

Tidak setiap orang mendapatkan dukungan sosial yang mereka

perlukan. Banyak faktor yang menentukan apakah orang-orang akan

mendapatkan dukungan atau tidak (Broadhead et al., 1983; Worthman

& Dunkel-Schetter, 1987, dalam Sarafino, 1994).

Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan potensi

seseorang untuk menerima dukungan. Dalam satu hal, orang-orang

tidak mungkin menerima dukungan jika mereka tidak membiarkan

orang lain mengetahui bahwa mereka memerlukan dukungan. Beberapa

orang tidak cukup asertif untuk meminta bantuan atau merasa bahwa

mereka seharusnya tidak tergantung pada orang lain. Mereka tidak mau

membebani orang lain atau merasa tidak nyaman untuk percaya kepada

orang lain atau mereka tidak mengetahui siapa yang bisa diminta

bantuannya. Terkadang, si penerima dukungan memiliki karakteristik

yang tidak menarik atau tidak mengundang bantuan datang kepadanya

atau memiliki temperamen yang sulit, misalnya meminta bantuan

dengan cara yang menjengkelkan, seperti mengeluh atau merengek

terus-menerus.

Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan potensi pemberi

dukungan adalah mereka mungkin tidak memiliki sumber daya yang

diperlukan, berada dalam keadaan stres dan diri mereka sendiri juga

memerlukan bantuan atau mereka sama sekali tidak sensitif pada

(37)

Penerima dukungan sosial juga bergantung pada komposisi dan

struktur dari jaringan atau jalinan sosial yang mereka miliki, seperti

keluarga dan komunitas (Mitchell, 1969; Schaefer, Coyne, & Lazarus,

1981, dalam Sarafino, 1994). Jalinan ini dapat berbeda dari segi

kuantitas, contohnya jaringan atau jalinan sosial berbeda dalam hal

ukuran, yaitu jumlah orang yang menjalin kontak hampir setiap hari,

frekuensi kontak (seberapa sering individu bertemu dengan orang lain),

komposisi (apakah orang-orang yang ditemui merupakan keluarga,

teman, rekan kerja, dan lain sebagainya), intimasi atau keakraban

(kedekatan hubungan individual dan kerelaan untuk saling

mempercayai). Orang-orang yang memiliki jaringan atau jalinan sosial

dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi kemungkinan akan

mendapatkan banyak kesempatan untuk menerima dukungan sosial.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui gambaran mengenai

beberapa faktor yang menentukan potensi seseorang untuk

mendapatkan dukungan dari orang lain. Secara garis besar ada dua

faktor yang menjadi penentu apakah seseorang berpotensi untuk

mendapatkan dukungan atau tidak. Faktor yang pertama merupakan

faktor internal dari dalam diri individu yang memerlukan dukungan,

dan faktor kedua adalah faktor eksternal yang berasal dari orang lain di

(38)

B.Tinjauan Konseptual tentang Perilaku Merokok dalam Studi Psikologi

Dalam studi psikologi, perilaku merokok seringkali menjadi topik

pembahasan di bidang psikologi kesehatan, psikologi klinis, serta psikologi

abnormal. Dalam beberapa buku psikologi kesehatan seringkali dibahas

tentang perilaku merokok dan dijelaskan bahwa merokok merupakan perilaku

ketergantungan terhadap nikotin. Terdapat pula pembahasan mengenai

penggunaan beberapa metode terapi psikologis dan farmakologi dalam

program berhenti merokok. Dalam pokok bahasan psikologi klinis, munculnya

perilaku merokok seringkali dikaitkan dengan gangguan kecemasan dan

depresi.

Berikut ini adalah gambaran tentang bagaimana perilaku merokok

biasanya dibahas dalam referensi psikologi kesehatan. Secara umum,

pembahasan dalam psikologi kesehatan tentang perilaku merokok dapat

(39)

Skema 1. Gambaran Umum tentang Pembahasan Perilaku Merokok dalam Studi Psikologi

Mengacu pada skema di atas, berikut akan dijelaskan secara ringkas

tentang perilaku merokok yang seringkali menjadi topik pembahasan dalam

bidang psikologi kesehatan.

1. Penyebab Munculnya Perilaku Merokok

Dalam berbagai literatur yang membahas tentang perilaku merokok

selalu terdapat penjelasan mengenai hal-hal yang menyebabkan individu

merokok. Penyebab perilaku merokok individu biasanya ditunjukkan

dengan bukti berupa penelitian-penelitian yang terkait dengan perilaku

PERILAKU MEROKOK

PENYEBAB

DAMPAK TAHAPAN PENGGUNAAN

SUBSTANCE

PENANGANAN

Interpersonal Fisiologis Psikologis

Individual Kelompok Lingkungan

Situasional: Tekanan sosial dari lingkungan Intrapersonal Karakteristik

(40)

merokok. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikard (dalam Marks 2000)

sebagai bentuk perluasan model pengelolaan afek (affect management

model) dari Tomkins (1966), dilakukan sebuah survei berskala nasional di

Amerika dengan memilih sampel-sampel yang memungkinkan. Berdasarkan

analisis dari berbagai respon partisipan survei, Ikard (dalam Marks 2000)

mengidentifikasikan enam faktor yang memotivasi perilaku merokok, yaitu:

untuk mengurangi afek negatif, kebiasaan (habit), kecanduan (addiction),

kesenangan (pleasure), stimulasi dan manipulasi sensorimotor.

Penelitian yang dilakukan oleh Livison dan Leino (1988)

menemukan bahwa wanita lebih banyak merokok untuk mengurangi afek

negatif dan untuk kesenangan (pleasure) daripada laki-laki. Murray (dalam

Marks 2000) yang melakukan penelitian tentang perilaku merokok pada

orang-orang dewasa muda menambahkan dua alasan tambahan mengapa

individu merokok, yaitu kebosanan dan tidak ada yang dikerjakan. Dalam

berbagai situasi, relaksasi dan kontrol terhadap afek negatif ditemukan

sebagai alasan yang paling utama mengapa individu merokok.

Surjorahardjo (1985) menyebutkan bahwa banyak kasus perilaku

merokok dimulai karena adanya keinginan untuk diterima oleh masyarakat

(termasuk teman dekat), ingin mendapatkan status (merasa lebih dewasa jika

merokok), serta sebagai suatu bentuk pemberontakan (orang lain tidak dapat

melarangnya jika merokok). Selain itu, banyak perokok yang ketagihan

karena mereka memiliki keyakinan bahwa rokok dapat memenuhi

(41)

tetap bersemangat dan tidak mudah lelah dalam bekerja, kepuasan mulut

dan tangan (salah satu bentuk kepuasan dari merokok adalah menyalakan

rokok dan mengamati asapnya), memunculkan efek santai dan tenang, serta

membantu mengurangi kecemasan. Merokok sudah menjadi suatu kebiasaan

sehingga sulit dihentikan karena bisa menciptakan efek ketergantungan

psikologis selain secara kimia rokok juga menyebabkan kecanduan.

Hansen (dalam Sarafino, 1994) menemukan empat faktor yang

mempengaruhi munculnya perilaku merokok, diantaranya adalah:

1. Faktor Biologis, nikotin dalam rokok akan menyebabkan ketergantungan.

2. Faktor Psikologis, pada umumnya perokok beranggapan bahwa merokok

secara efektif dapat membantu regulasi diri atau coping dari pengaruh

negatif.

3. Faktor Lingkungan Sosial, yang berpengaruh terhadap sikap,

kepercayaan, dan perhatian individu pada perokok di sekitarnya.

4. Faktor Sosial-Budaya, kebiasaan budaya, tingkat pendidikan,

penghasilan, dan pekerjaan akan mempengaruhi individu untuk merokok.

Berbagai faktor penyebab serta alasan yang mendorong kemunculan

dan tetap bertahannya perilaku merokok pada individu dijelaskan secara

bervariasi oleh para akademisi. Secara umum, faktor yang menyebabkan

individu merokok adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal

meliputi faktor psikologis dan faktor biologis yang muncul dari dalam

(42)

segala sesuatu yang muncul di luar individu, yaitu pengaruh lingkungan

sekitar individu, seperti pengaruh dari orang tua, teman sebaya, serta iklan

rokok di media massa.

2. Dampak Merokok

Dalam berbagai literatur kesehatan telah disebutkan berbagai

dampak negatif merokok bagi kesehatan perokok aktif maupun pasif. Secara

garis besar, merokok berdampak secara fisiologis dan psikologis bagi

perokok. Di bawah ini akan dibahas lebih rinci tentang dampak fisiologis

dan psikologis merokok bagi perokok.

a. Dampak Fisiologis

Kebiasaan merokok telah terbukti berkaitan dengan sedikitnya 25

jenis penyakit dari berbagai organ tubuh manusia, seperti kanker

paru-paru, bronchitis, emfisema, dan berbagai penyakit paru-paru lainnya.

Fakta ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Doll dan

Hill pada tahun 1954 (dalam Aditama, 2011), mereka melaporkan bahwa

merokok berkaitan dengan kanker paru-paru. Merokok juga berimplikasi

dengan penyakit jantung koroner dan berbagai jenis kanker seperti

kanker tenggorokan, mulut, perut dan usus. Dari berbagai penyakit akibat

rokok, penyakit paru-paru khususnya kanker paru-paru, bronchitis kronis

dan emfisema, penyakit jantung dan gangguan pada janin merupakan

topik yang paling banyak dibahas oleh para ahli dan menarik perhatian

(43)

b.Dampak Psikologis

Menurut pengakuan para perokok, merokok dapat menciptakan

efek suasana hati yang positif dan dapat membantu individu untuk

mengatasi keadaan atau kenyataan yang sulit (Surjorahardjo, 1985). Smet

(1994) menyebutkan bahwa secara psikologis keuntungan merokok

(terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu

berkonsentrasi, dan memberikan efek menenangkan (rileks).

3. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok

Penelitian tentang perilaku adiktif menjelaskan 4 tahap penggunaan

substansi yaitu (1) initiation, (2) maintenance, (3) cessation, dan (4)

relapse. Tinjauan pustaka untuk penelitian ini lebih memfokuskan pada

proses berhenti merokok sehingga hanya akan dibahas tentang tahapan

proses berhenti merokok. Skema dibawah ini mengilustrasikan secara detail

(44)

Skema 2. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok (Jane Ogden, 2007)

Prochaska dan DiClemente (1984, dalam Sarafino 1994)

mengadaptasi model tahapan perubahan perilaku dalam proses berhenti

merokok. Model ini menonjolkan proses yang melibatkan peralihan dari

perokok menjadi bukan perokok. Mereka berpendapat bahwa proses

berhenti melibatkan shift accros dari 5 tahapan dasar yaitu:

Beliefs:

 Susceptibility

 Seriousness

 Cost

 Benefits

 Expectancies

Clinical interventions

 Disease perspective (e.g. nicotine replacement)

 Social learning perspective

(e.g. aversion therapy, contracts, cue exposure, self-management)

Relapse prevention:

Coping

Expectancies

Attributions

RELAPSE Initiation Maintenance

Public health interventions:

Doctor’s advice

Worksite interventions

Community approaches

Government policy

Self-help Social factors:

 Parental behavior

 Parental beliefs

 Peer group pressure

Cessation as a process

 Pre- contemplation

 Contemplation

 Preparation

 Action

(45)

1. Pre-contemplation : tidak serius mempertimbangkan untuk berhenti

merokok

2. Contemplation : memiliki beberapa pemikiran untuk berhenti

merokok

3. Preparation : serius mempertimbangkan untuk berhenti dengan

persiapan dan perencanaan khusus untuk berhenti

merokok.

4. Action : mulai membuat perubahan perilaku.

5. Maintenance : mempertahankan perubahan perilaku dalam jangka

waktu tertentu.

4. Penanganan untuk Menghentikan Perilaku Merokok

Penanganan untuk menghentikan perilaku merokok biasanya

dilakukan secara individual maupun secara kelompok yang melibatkan

dukungan dari lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas

tentang penanganan yang biasa diterapkan untuk menghentikan perilaku

merokok:

a. Penanganan Individual

Penanganan individu untuk berhenti merokok seringkali

memadukan pendekatan medis dan psikologis karena upaya untuk

membantu individu menghentikan kebiasaannya merokok bukanlah suatu

(46)

Para praktisi perlu mempertimbangkan berbagai aspek dari

smoking cessation”, yaitu aspek biologis, aspek psikologis, serta aspek

sosial dari individu. Pada aspek biologis terbukti bahwa berhenti

merokok bagi para perokok regular dapat menimbulkan gejala yang

bervariasi, seperti sifat mudah marah, sulit berkonsentrasi, kecemasan,

kegelisahan, meningkatnya rasa lapar, depressed mood dan craving for

tobacco (Stolerman and Jarvis, 1995, dalam Marks, 2000). Bukti ini

menuntun pengembangan variasi produk pharmacologic yang bertujuan

untuk membantu penghentian merokok. Teknik-teknik yang

dikembangkan termasuk pemberian nicotine chewing gum, nicotine

transdermal patch dan nasal spray atau inhaler. Bukti demonstrasi

percobaan klinis menunjukkan bahwa teknik-teknik tersebut efektif

digunakan( Stolerman and Jarvis, 1995). Meskipun demikian, secara

individual perokok masih harus memiliki motivasi psikologis untuk

menggunakan teknik tersebut.

b.Program Berhenti Merokok

Program berhenti merokok (PBM) idealnya diikuti dengan

pelarangan iklan rokok, mencantumkan peringatan pada kemasan rokok,

meninggikan cukai rokok, serta pendekatan hukum yang dimulai dari

larangan menjual rokok kepada anak-anak, larangan merokok di tempat

umum, kewajiban membayarkan kompensasi atas kerugian akibat rokok,

(47)

Program berhenti merokok pada dasarnya merupakan perpaduan

dari terapi kognitif, terapi perilaku, dan terapi obat. Terapi Kognitif

dalam PBM bertujuan untuk menjadikan para perokok mengerti secara

lebih spesifik dampak dari merokok. Melalui terapi kognitif akan

dilakukan demythologize karena ada beberapa mitos tentang rokok dan

merokok yang harus dihilangkan dari masyarakat, yaitu bahwa rokok

dapat mengatasi stres dan dapat membatasi kenaikan berat badan.

Langkah awal dalam PBM adalah intervensi singkat sesuai

dengan panduan dari US Department of Health and Human Service yang

disebut sebagai 5A, yaitu Ask, Advice, Assess, Assist, dan Arrange.

Langkah pertama merupakan langkah untuk memastikan apakah klien

atau pasien merokok dan apakah mereka termotivasi untuk berhenti

merokok. Selanjutnya adalah melakukan penilaian dengan menggunakan

daftar pertanyaan untuk melihat kesiapan klien untuk berhenti merokok.

Sejumlah pertemuan berikutnya dilakukan untuk mem-back-up mantan

perokok agar dapat bertahan untuk tidak kembali merokok.

Berdasarkan Transtheoretical Model, kesiapan perokok untuk

memulai upaya berhenti merokok dibedakan menjadi 5 tahap, yaitu

precontemplation, contemplation, preparation, action, dan maintenance.

Pada tahap pertama, klien masih belum percaya bahwa merokok akan

menimbulkan masalah sehingga menolak untuk berhenti merokok. Pada

tahap kedua, klien mulai menyadari dan berkeinginan untuk berhenti

(48)

berhenti merokok. Rencana ini meliputi penetapan hari dan tanggal

dimulainya berhenti merokok serta cara yang dipilih untuk berhenti.

Tahap terakhir ditandai dengan kenyataan bahwa klien tetap tidak

merokok meskipun keinginan untuk kembali merokok akan tetap muncul

sebelum akhirnya benar-benar lepas dari kebiasaan merokok.

C.Definisi Berhenti Merokok (Smoking Cessation)

Smoking cessation (dalam bahasa sehari-hari disebut “quitting”)

merupakan proses menghentikan kebiasaan menghisap substansi rokok

(encyclopedia. thefreedictionary.com/Quitting+Smoking). Keberhasilan usaha

berhenti merokok ditentukan setelah individu tidak merokok selama periode

waktu tertentu (e.g., 30 hari, 6 bulan, atau 12 bulan) tergantung dari tujuan

evaluasi (assessment). Individu yang berhasil berhenti merokok ini relatif

rendah kemungkinan untuk kembali merokok (relapse).

D.Review Penelitian Terdahulu tentang Dukungan Sosial dan Smoking Cessation

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

hubungan antara dukungan sosial dan usaha menghentikan perilaku merokok.

Beberapa penelitian berfokus pada pengembangan intervensi yang tepat dalam

rangka mendukung dan membantu perokok untuk berhenti merokok salah

satunya dengan memanfaatkan dukungan sosial. Salah satu intervensi

(49)

penelitian yang dilakukan oleh Patten et al. (2008) Penelitian ini

mengembangkan intervensi berbasis telepon yang diperuntukkan bagi para

pemberi dukungan (support persons) agar dapat membantu para perokok dalam

menghentikan kebiasaan merokok mereka. Intervensi ini memanfaatkan

ketertarikan orang-orang dewasa sebagai agen perubahan untuk memberikan

dukungan bagi individu yang berniat menghentikan kebiasaannya merokok.

Tujuan akhir dari penelitian ini adalah memanfaatkan motivasi dari pemberi

dukungan (support persons) untuk mengubah perilaku mereka sendiri dan

memampukan diri mereka mengaplikasikan keahlian yang sudah dipelajari

untuk membantu para perokok menghentikan kebiasaannya merokok. Selain

itu, tingkat keefektifan dari pemberi dukungan (support persons) diperkuat

dengan pemberian konsep penguatan positif oleh konselor dan bagaimana hasil

usaha penguatan ini bermanfaat bagi perokok dalam usahanya berhenti

merokok. Penelitian ini melibatkan 10 wanita dewasa yang tidak merokok

sebagai partisipan. Partisipan diperoleh dari komunitas lokal dan iklan yang

dipublikasikan melalui surat kabar pegawai di klinik Mayo, Rochester, USA.

Ada 6 topik yang disampaikan dalam 6 sesi, diantaranya adalah a)

alasan utama dari tritmen (keuntungan personal dari tritmen, fokus pada

pemberi dukungan vs perokok), tujuan situasi dan penggunaan self-reward,

pendidikan tentang ketergantungan nikotin, ketersediaan pengobatan untuk

berhenti merokok, dan informasi pemberian bantuan, b) level motivasi untuk

berhenti merokok, level bantuan dari pemberi dukungan saat menghadapi

(50)

semangat) vs perilaku negatif (mengomeli), c) perilaku verbal dan non verbal

yang menguatkan dan mengurangi atau menghilangkan perilaku merokok, d)

merencanakan suatu aktivitas bebas tembakau dan pemberi dukungan (support

persons) sebagai model dan penguatan tidak merokok, e) bentuk alternatif dari

merokok, f) mengelola atau mengatur kekambuhan kembali merokok. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa intervensi berbasis telepon ini menguntungkan

dan memuaskan bagi para partisipan.

Penelitian serupa tentang peran dukungan berbasis telepon dalam

menghentikan perilaku merokok juga dilakukan oleh Solomon et al. (1996).

Pada penelitian ini, subjek menerima intervensi dukungan dari teman sebaya

yang diberikan melalui telepon yang dikhususkan bagi para wanita yang

berniat untuk berhenti merokok. Wanita sukarelawan yang sudah terlatih

dipasangkan dengan wanita yang berminat untuk menerima dukungan saat

mereka berusaha berhenti merokok. Kontak telepon dimulai dengan dukungan

dari konselor sebaya persis sebelum menunjukkan “quit day” secara mingguan

dan setelah 2-3 bulan.

Dari 72 wanita yang berpartisipasi dalam intervensi, 49 orang (68%)

mengikuti 1-2 tahun setelah mendaftar sampai pada saat evaluasi status

merokok mereka. Hasil intervensi menunjukkan bahwa 25% wanita mantan

perokok yang tidak mencapai jangka panjang untuk berhenti merokok dipilih

sebagai subjek, sedangkan sisanya yang tidak terdata langsung diklasifikasikan

sebagai perokok. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sistem pemberian

(51)

juga mantan perokok dapat mencapai penghentian merokok untuk jangka

panjang.

Penelitian yang dilakukan oleh Thomas, Patten, Offord, dan Decker

(2004) memperoleh penemuan awal tentang pengembangan pengukuran

perilaku suportif yang diberikan oleh para pemberi dukungan (support persons)

kepada individu yang berniat untuk berhenti merokok. Penelitian ini

menemukan bahwa meskipun studi-studi sebelumnya menunjukkan asosiasi

yang positif antara dukungan sosial dan penghentian perilaku merokok

(smoking cessation). Meskipun demikian, dalam intervensi berbasis klinik

peningkatan dukungan sosial dalam membantu penghentian perilaku merokok

masih terbatas.

Studi sebelumnya sudah melakukan pemeriksaan awal terhadap

persepsi perokok sebagai penerima dukungan yang memperoleh perhatian dari

para pemberi dukungan. Batasan ini ditujukan pada laporan studi

pengembangan dan tes yang terdiri dari 22 item support interview. Diperoleh

hasil bahwa meskipun persepsi perokok terhadap pengalaman menerima

dukungan itu penting, tetapi perlu diperhatikan juga kepuasan dan kebenaran

dari relasi, variabel kepribadian, simtom depresi, serta perbedaan gender.

Dari beberapa penelitian diatas yang berfokus pada pengembangan

intervensi bagi para pemberi dukungan (support persons) ini diketahui bahwa

dukungan sosial dinilai penting bagi program berhenti merokok sehingga para

peneliti pun merasa perlu untuk mengadakan pelatihan bagi para pemberi

(52)

Penelitian lain dengan topik yang sama adalah penelitian yang

dilakukan oleh May, West, Hajek, McEwen, dan McRobbie (2007) tentang

hubungan antara dukungan sosial dengan keberhasilan perokok berhenti

merokok. Penelitian ini melakukan survei pada 928 perokok yang mengikuti

program berbasis kelompok dan hasilnya menyebutkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan berhenti merokok

selama 26 minggu. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa dukungan sosial

mampunyai peran untuk tindakan jangka pendek, tetapi dalam konteks program

tritmen berbasis kelompok rupanya tidak ada hubungan antara dukungan sosial

dengan keberhasilan berhenti merokok untuk jangka panjang.

Penelitian tentang dukungan sosial untuk smoking cessation pada

wanita berkulit hitam di perumahan publik Chicago dilakukan oleh Lacey,

Manfredi, Balch, Warnecke, Allen, dan Edwards (1993). Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk memeriksa faktor-faktor yang berhubungan dengan merokok.

Penelitian ini melibatkan wanita yang berniat berhenti merokok untuk

berpartisipasi dalam program berhenti merokok.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat beberapa hambatan

untuk berhenti merokok pada wanita berkulit hitam yang tinggal di perumahan

publik Chicago. Hambatan tersebut berkaitan dengan kehidupan mereka

sehari-hari yang sulit dengan lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka yang tidak

kondusif, serta kurangnya dukungan sosial untuk membantu mereka untuk

berhenti merokok. Hambatan-hambatan tersebut mencakup: a) pengelolaan

(53)

lingkungan tempat tinggal, c) merokok menguntungkan untuk mencapai

kesenangan dengan sumber keuangan yang sangat terbatas, d) mereka

merasakan risiko kesehatan yang minimal dari merokok, e) dalam lingkungan

mereka, merokok merupakan hal yang wajar dilakukan, f) langkanya

ketersediaan informasi tentang proses penghentian merokok bagi mereka, g)

keyakinan bahwa yang mereka perlukan adalah keputusan atau tekad untuk

berhenti dari dalam diri mereka sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mendapatkan gambaran

bahwa hambatan-hambatan yang dialami oleh individu perlu dipertimbangkan

dalam memberikan dukungan sosial. Pemberian dukungan sosial yang

didasarkan pada kesesuaian kebutuhan dan kesulitan individu perokok akan

lebih efektif untuk membantu penghentian perilaku merokok.

Ada pula dua penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Mermelstein,

Cohen, and Lichtenstein (1986) yang menguji tentang peran dukungan sosial

untuk berhenti merokok dan bertahan untuk tidak kembali merokok

(maintenance). Terdapat tiga faktor dukungan yang diteliti yaitu 1) dukungan

dari pasangan, 2) persepsi terhadap ketersediaan sumber dukungan, serta 3)

kehadiran perokok lain dalam jaringan sosial subjek. Subjek penelitian ini

adalah perokok yang sedang mengikuti program berhenti merokok. Perokok

memperoleh dukungan selama 12 bulan pasca tritmen.

Semua perokok yang diteliti membuktikan bahwa ketiga faktor

dukungan tersebut berfungsi pada poin yang berbeda selama proses berhenti

(54)

berperan adalah dukungan dari pasangan dan kesadaran subjek atas tersedianya

dukungan yang secara umum berkorelasi positif dengan kemampuan subjek

untuk berhenti merokok dalam jangka waktu yang pendek (3 bulan

post-tritmen). Kehadiran perokok-perokok lain di sekitar subjek merupakan faktor

yang menghambat keberhasilan subjek untuk mampu bertahan tidak merokok

setelah memutuskan untuk tidak merokok. Terdapat perbedaan yang signifikan

antara subjek yang berada di lingkungan sosial dengan para perokok dan yang

tidak dalam hal kemampuan mereka untuk mempertahankan keputusan untuk

berhenti merokok dalam jangka panjang (12 bulan).

Yun, Kang, Lim, Oh, dan Son (2010) melakukan penelitian yang

berjudul “Peran dukungan sosial dan jaringan sosial pada perilaku merokok di

kalangan orang-orang yang berusia setengah baya dan usia lanjut di area

pedesaan Korea Selatan”. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk

mengeksplorasi peran dukungan sosial dan jaringan sosial untuk perilaku

merokok khususnya di kalangan orang-orang yang berusia setengah baya dan

berusia lanjut yang tinggal di area pedesaan. Subjek yang berpatisipasi dalam

penelitian ini berjumlah 1.057 orang dewasa.

Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur yang dibagikan

kepada para subjek untuk memperoleh informasi tentang penggunaan

tembakau, stres, dukungan sosial, dan jaringan sosial dari para subjek. Secara

keseluruhan, ditemukan bahwa perempuan lebih banyak mengalami stres

daripada laki-laki dan perempuan mendapatkan dukungan sosial yang lebih

(55)

bersifat melindungi dari level jaringan sosial yang terbatas terjadi pada wanita

dan terdapat hubungan yang tinggi antara dukungan sosial yang dengan

perilaku merokok di area pedesaan.

Pengembangan suatu pemahaman yang menyeluruh tentang perilaku

merokok dengan mempertimbangkan konteks sosial (fungsi dan karakteristik

dari faktor-faktor sosial kontekstual yang mencakup dukungan sosial dan

jaringan sosial) dalam melakukan intervensi anti merokok sangatlah diperlukan

bagi penghentian perilaku merokok yang lebih efektif terutama di area

pedesaan.

Penelitian lain yang masih terkait dengan dukungan sosial dan smoking

cessation adalah penelitian tentang dukungan yang diberikan pasangan kepada

wanita yang berhenti merokok selama kehamilan. Penelitian tentang pengaruh

dukungan sosial pada keberhasilan smoking cessation ini hanya didasarkan

pada persepsi perokok. Penelitian yang dilakukan oleh Pollak et al. (2001) ini

melibatkan 58 pasangan untuk studi awal, wanita hamil yang merokok selama

30 hari sebelum kehamilan dan pasangan mereka dilaporkan memberikan

dukungan positif maupun negatif terhadap penghentian merokok. Level antara

persepsi dukungan dari para wanita dan pasangannya dibandingkan dan

korelasi dari dua laporan dianalisis sewaktu kontrol terhadap efek status

merokok pasangan. Laporan dari para wanita dan pasangannya sama kecuali

pasangan yang dilaporkan berkeinginan agar wanita berhenti merokok lebih

dari yang wanita rasakan. Subjek (wanita hamil) yang merasakan dukungan

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 (YS)
Tabel 3 Jadwal Wawancara dengan Subjek Pemberi Dukungan I (MB)
Tabel 4 Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 (WC)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Suatu ruang vektor adalah suatu himpunan objek yang dapat dijumlahkan satu sama lain dan dikalikan dengan suatu bilangan, yang masing-masing menghasilkan anggota lain

Direksi memuji reformasi penentu atas subsidi energi di tahun 2015, termasuk rencana untuk subsidi listrik sebagai sasaran subsidi yang lebih baik, dan penggunaan ruang fiskal

terasa di awal tahun 2009, yang ditunjukkan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sebesar 4,1% (yoy) pada triwulan I-2009, melambat dibandingkan dengan triwulan

Pada kondisi awal, kemampuan pemecahan masalah siswa SMP N 1 Ngemplak masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh guru yang masih menerapkan strategi pembelajaran

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik

Aktualisasi diri yang terdapat dalam UKM Sepak Bola USU dapat dilihat dari kebutuhan fisiologis yang didapat oleh mahasiswa, kenyamanan berada dilingkungan

P Permanen: 2) P-O-P Temporer; dan 3) Media in store (di dalam toko). Bagi para manajer ritel penerapan Point-of-Purchase dilakukan karena keinginan untuk mencapai: 1) Hasil

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah