GAMBARAN PERAN DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENGHENTIKAN PERILAKU MEROKOK
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Maria Dessy Eny Selviantari NIM : 089114048
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOT T O
I CAN IF I THINK I CAN !!!
NOTHING IS IMPOSSIBLE. . .
Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji
sesawi saja.. tak kan ada yang mustahil bagimu…
Semua usahaku ini ku persembahkan untuk kemuliaan TUHAN
penyelamatku,
Ibu yang senantiasa ada untuk memberikanku semangat
Bapak yang telah bekerja keras membiayai kuliahku
vi
GAMBARAN PERAN DUKUNGAN SOSIAL UNTUK MENGHENTIKAN PERILAKU MEROKOK
Maria Dessy Eny Selviantari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana penerimaan dan pemberian dukungan sosial dalam proses menghentikan perilaku merokok dengan berfokus pada tiga hal yaitu bentuk dukungan sosial, strategi pemberian dukungan sosial, dan proses pemberian dukungan sosial. Ketiga fokus tersebut dinilai perlu untuk dibahas karena tidak semua dukungan sosial yang diberikan dan diterima oleh seseorang yang berniat untuk berhenti merokok berperan bagi keberhasilan berhenti merokok. Pendekatan kualitatif deskriptif dipilih untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut. Penelitian ini melibatkan 3 subjek penerima dukungan yang sudah berhasil berhenti merokok dan 3 pemberi dukungan yang signifikan bagi setiap subjek. Subjek dipilih menggunakan criterion sampling yaitu dipilih dengan kriteria berhasil berhenti merokok salah satunya karena mendapatkan dukungan dari significant other. Mengacu pada ketiga fokus penelitian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada empat jenis dukungan sosial yang diterima dan diberikan dalam rangka menghentikan perilaku merokok yaitu dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan, dan dukungan informasional. Terdapat tiga strategi pemberian dukungan yang diterapkan oleh para pemberi dukungan yaitu pemberian hadiah, pemberian hukuman, dan repetisi pemantauan. Proses pemberian dukungan sosial yang secara umum terjadi pada subjek terdiri dari empat tahapan yaitu pemberian penilaian negatif terhadap perilaku merokok, pemberian nasehat tentang dampak negatif merokok dan pentingnya menjaga kesehatan yang merupakan tahap awal untuk menghentikan perilaku merokok. Selanjutnya adalah pemberian peringatan secara berulang agar tidak merokok saat bersama dengan perokok, dan pemantauan perkembangan subjek untuk berhenti merokok.
vii
THE DESCRIPTION OF THE ROLE OF SOCIAL SUPPORT IN SMOKING CESSATION
Maria Dessy Eny Selviantari
ABSTRACT
This research aims to describe the process of delivering and receiving social support in the case of smoking cessation. Three focuses of this research are type of social support, strategy of delivering social support, and the process of delivering social support. The three focuses of the research is considered necessary to be discussed because previous studies showed that not all of social support given and received by the person who wants to stop smoking is accounted for the success of smoking cessation. Qualitative descriptive approach is chosen to answer a question of this research. This research involves three subjects who received social support and were successful to stop smoking and three significant others who are the social support giver for each subject. The subjects are selected using criterion sampling, in which the selected subjects are those who are successful in stop smoking because they get social support from significant other. Referring to the three focuses of the research, the results of this research show that there are four types of social support given and received in order to stop smoking behavior. Those are emotional support, instrumental support, esteem support, and informational support. There are three strategies for delivering the support which are giving reward, committing punishment, and monitoring repetition. The process of delivering the social support generally occurs through of four phases, namely giving negative assessment of smoking behavior, giving advice about the negative effects of smoking and explaining the importance of maintaining health these three processes are the initial process. The following process is giving repeated warning so that the subjects do not smoke along with other smokers, and monitoring the development of the subjects in the terms of their smoking cessation.
ix
KATA PENGANTAR
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sebagai bentuk
kepedulian peneliti terhadap usaha menghentikan perilaku merokok.
Proses penyelesaian skripsi ini melibatkan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan bantuan dan dukungannya, oleh karena itu peneliti mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penelitian
dan penulisan skripsi ini. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat kesehatan, perlindungan dan
bimbingan-Nya sampai saat ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
ini.
2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing akademik yang
memberikan pelajaran berharga tentang perjuangan menyelesaikan skripsi.
3. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum., App. Psych selaku dosen
pembimbing skripsi yang selalu memberikan pencerahan dengan saran dan
pendapat yang sangat bermanfaat bagi penelitian ini. Terima kasih atas
bimbingan, kesabaran, dan diskusi yang mengantarkan pemikiran dan
penalaran saya untuk terus bertumbuh.
4. Bapak V. Didik Suryo Hartoko, M.Si dan Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah memberikan saran dan pengetahuan baru bagi saya
x
5. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi dan Ibu Agnes Indar Etikawati,
S.Psi., M.Si., Psi selaku wakaprodi.
6. Mas Gandung, Bu Nanik, dan Pak Gie, terima kasih atas bantuan yang sudah
diberikan selama ini. Mas Doni atas bantuannya dalam peminjaman buku dan
jurnal di ruang baca dan Mas Muji atas bantuan dan dukungannya selama ini,
terutama pada saat saya melakukan praktikum.
7. YS, MB, WC, SF, YH, dan NJ selaku subjek dalam penelitian ini. Terima
kasih atas bantuan dan kesediaan kalian untuk berbagi pengalaman dan
informasi dengan saya.
8. Mbak Oie, mas Putu, dan mbak Petra, terima kasih atas diskusi pengalaman
kalian yang menjadikan saya semakin bersemangat untuk segera
menyelesaikan skripsweet ini.
9. Segenap keluarga yang senantiasa memberikan dukungan dan doa bagi
keberhasilan saya.
10. Teman-teman Psikologi angkatan 2008: Nita, Evrisya, Lussi, Martha, Nindi,
Iness, Agness, Monic, Siska, Tiwai, Intan, Chelly, Irin, Rossa, Vina, Riana,
Vita, Gigi, Fany, Mardi, Ade, Lita, Corry, Budi, Nina, Paulin, Scolast, Aix,
Ricky, Ditia, Vicke, Wawan, Agung, Alberto, Priska, dan semua teman yang
namanya tidak mungkin disebutkan semuanya terima kasih atas semangat,
diskusi, dan canda tawa selama kita belajar ilmu jiwa.
11. Teman-teman psikologi angkatan 2009, terutama ex-anak asisten: Julius, Al,
xi
berbagi ilmu dengan kalian semua. Terima kasih atas pengalaman baru yang
saya terima setelah mengenal kalian.
12. Semua pihak yang senantiasa memberikan dukungan dan doa untuk
kesuksesan saya dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa. Terima
kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki keterbatasan dan
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para pembaca sangat
diharapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap agar skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 1 November 2012
Penulis,
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR SKEMA ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoretis ... 8
xiii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A.Tinjauan Konseptual Dukungan Sosial ... 9
1. Memahami Pengertian Dukungan Sosial ... 9
2. Dukungan Sosial dalam Tinjauan yang Mendetail ... 12
a. Jenis Dukungan Sosial ... 12
b. Faktor Penentu Dukungan Sosial ... 15
B. Tinjauan Konseptual tentang Perilaku Merokok dalam Studi Psikologi ... 18
1. Penyebab Munculnya Perilaku Merokok ... 19
2. Dampak Merokok ... 22
a. Dampak Fisiologis ... 22
b. Dampak Psikologis ... 22
3. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok ... 23
4. Penanganan untuk Menghentikan Perilaku Merokok ... 25
a. Penanganan Individual... 25
b. Program Berhenti Merokok ... 26
C. Definisi Berhenti Merokok (Smoking Cessation) ... 28
D. Review Penelitian Terdahulu tentang Dukungan Sosial dan Smoking Cessation ... 28
E. Kerangka Penelitian : Gambaran Peran Dukungan Sosial untuk Menghentikan Perilaku Merokok ... 37
xiv
BAB III. METODE PENELITIAN ... 42
A.Jenis Penelitian ... 42
B.Fokus Penelitian ... 43
C.Subjek Penelitian ... 44
D.Metode Pengumpulan Data ... 44
E.Prosedur Analisis Data ... 47
1. Organisasi Data... 47
2. Pengkodean (coding) ... 47
3. Interpretasi ... 48
4. Membuat Rangkuman Temuan Penelitian ... 48
F. Kredibilitas dan Reliabilitas Penelitian ... 49
1. Kredibilitas Penelitian ... 49
2. Reliabilitas ... 52
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A.Proses Penelitian ... 53
1. Persiapan Penelitian ... 53
2. Pelaksanaan Penelitian ... 54
3. Proses Analisis Data ... 55
4. Jadwal Pengambilan Data ... 56
B.Profil Subjek ... 63
1. Subjek 1 (YS) ... 63
2. Subjek Pemberi Dukungan Sosial I (MB) ... 69
xv
4. Subjek Pemberi Dukungan Sosial II (SF) ... 77
5. Subjek 3 (YH) ... 77
6. Subjek Pemberi Dukungan Sosial III (NJ) ... 83
C.Rangkuman Tema Temuan Penelitian... 85
D.Deskripsi Tema ... 87
1. Bentuk Dukungan Sosial ... 87
2. Strategi Pemberian Dukungan Sosial ... 90
3. Proses Pemberian Dukungan Sosial ... 93
4. Temuan Tambahan: Faktor-faktor yang Turut Berperan dalam Menghentikan Perilaku Merokok ... 96
a. Karakteristik Ketiga Subjek ... 96
b. Karakteristik Pemberi Dukungan Sosial ... 97
c. Karakteristik Lingkungan ... 101
E.Pembahasan... 102
1. Temuan dari Fokus Penelitian ... 102
2. Temuan Tambahan ... 105
BAB V. PENUTUP ... 111
A.Kesimpulan ... 111
B. Keterbatasan Penelitian ... 112
C. Saran ... 112
a. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 112
xvi
c. Bagi Orang-orang yang Memiliki Teman
yang Berniat Berhenti Merokok... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 114
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Panduan Wawancara tentang Dukungan Sosial
yang Diterima oleh Subjek ... 46
Tabel 2. Jadwal Wawancara dengan Subjek 1 (YS) ... 56
Tabel 3. Jadwal Wawancara dengan Subjek
Pemberi Dukungan I (MB) ... 58
Tabel 4. Jadwal Wawancara dengan Subjek 2 (WC)... 59
Tabel 5. Jadwal Wawancara dengan Subjek
Pemberi Dukungan II (SF) ... 61
Tabel 6. Jadwal Wawancara dengan Subjek 3 (YH) ... 61
Tabel 7. Jadwal Wawancara dengan Subjek
Pemberi Dukungan III (NJ) ... 62
Tabel 8. Rangkuman Tema Temuan Penelitian ... 85
Tabel 9. Rangkuman Temuan Tambahan ... 86
Tabel 10. Durasi Waktu Tahapan Proses Berhenti Merokok
xviii
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Gambaran Umum tentang Pembahasan Perilaku Merokok
dalam Studi Psikologi ... 19
Skema 2. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok (Jane Ogden, 2007) ... 24
Skema 3. Kerangka Penelitian: Gambaran Peran Dukungan Sosial
untuk Menghentikan Perilaku Merokok... 40
Skema 4. Proses Pemberian Dukungan Sosial
untuk Menghentikan Perilaku Merokok... 95
Skema 5. Kerangka Hubungan antara Karakteristik Subjek,
Pemberi Dukungan dan Lingkungan
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Proses Pemberian Dukungan Sosial untuk Menghentikan
Perilaku Merokok pada Subjek 1 (YS) ... 121
Lampiran 2. Proses Pemberian Dukungan Sosial untuk Menghentikan
Perilaku Merokok pada Subjek 2 (WC) ... 123
Lampiran 3. Proses Pemberian Dukungan Sosial untuk Menghentikan
Perilaku Merokok pada Subjek 3 (YH) ... 125
Lampiran 4. Protokol Wawancara ... 127
Lampiran 5. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data
Subjek 1 (YS) ... 131
Lampiran 6. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data
Subjek Pemberi Dukungan I (MB) ... 153
Lampiran 7. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data
Subjek 2 (WC) ... 163
Lampiran 8. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data
Subjek Pemberi Dukungan II (SF) ... 180
Lampiran 9. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data
Subjek 3 (YH) ... 185
Lampiran 10. Transkrip Verbatim Wawancara dan Analisis Data
Subjek Pemberi Dukungan III (NJ) ... 200
Lampiran 11. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara
xx
Lampiran 12. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek 1 (YS)... 210
Lampiran 13. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara
Subjek Pemberi Dukungan I (MB) ... 212
Lampiran 14. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek Pemberi Dukungan I (MB) ... 214
Lampiran 15. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara
Subjek 2 (WC) ... 216
Lampiran 16. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek 2 (WC) ... 218
Lampiran 17. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara
Subjek Pemberi Dukungan II (SF) ... 220
Lampiran 18. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek Pemberi Dukungan II (SF) ... 222
Lampiran 19. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara
Subjek 3 (YH) ... 224
Lampiran 20. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
Subjek 3 (YH) ... 226
Lampiran 21. Surat Pernyataan Persetujuan Wawancara
Subjek Pemberi Dukungan III (NJ) ... 228
Lampiran 22. Surat Keterangan Keabsahan Hasil Wawancara
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semakin meluasnya informasi tentang pengaruh negatif merokok bagi
kesehatan mendorong sebagian perokok berusaha untuk berhenti merokok.
Laporan WHO menyebutkan bahwa orang-orang di berbagai negara
menunjukkan keinginan yang tinggi untuk berhenti merokok tetapi banyak
diantara mereka yang merasa kesulitan dan mengalami kegagalan untuk
berhenti merokok terutama bagi para perokok berat (“Laporan WHO”, 2009)
Secara umum para konsumen rokok memang sudah mengetahui
informasi tentang risiko kesehatan dan efek adiktif dari rokok akan tetapi
gencarnya iklan yang mempromosikan rokok sebagai sesuatu yang umum
diterima di lingkungan sosial menyebabkan terus meningkatnya jumlah
konsumen rokok di Indonesia. Sebanyak 78% dari perokok di Indonesia
mulai merokok sebelum usia 19 tahun dan 8 dari 10 perokok yang berusia
dibawah 15 tahun diantaranya gagal dalam usahanya untuk berhenti merokok.
(Barber, Ahsan, Adioetomo, & Setyonaluri, 2004/2008).
Sejumlah perokok memang sudah berhenti merokok selama beberapa
waktu, tetapi sebagian besar dari mereka akan kambuh lagi pada
kebiasaannya merokok (Aditama, 2011). Laporan Badan Internasional
Penanggulangan Kanker (International Union Againts Cancer) menunjukkan
gagal dan kembali merokok. Penelitian lain menunjukkan bahwa mereka
yang berhenti merokok, khususnya para perokok berat hanya 20% yang dapat
tetap tidak merokok sampai masa evaluasi satu tahun. Artinya, sekitar 80%
lainnya kambuh lagi pada kebiasaan lamanya dan merokok kembali dalam
waktu kurang dari satu tahun sejak berhenti merokok (“Laporan Badan
Internasional Penanggulangan Kanker”, 2009).
Ada dua faktor yang dinilai berperan menyebabkan perokok sulit
untuk berhenti merokok. Pertama adalah akibat kecanduan atau adiksi pada
nikotin yang ada di dalam rokok, dan kedua karena faktor psikologis yaitu
merasakan kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok.
Kebiasaan merokok yang telah dijalani selama bertahun-tahun ternyata
membentuk suatu pola tingkah laku yang telah mengakar, sehingga saat
perokok mencoba untuk berhenti akan merasa ada sesuatu yang “hilang” dari
diri perokok. Selain itu, ada juga perokok yang gagal berhenti merokok
karena merasa kehilangan suatu benda yang dapat dipegang dan dimainkan
oleh jari-jarinya (Aditama, 2011).
Salah satu alasan lain mengapa perokok gagal untuk berhenti merokok
adalah ketidakmampuan untuk merumuskan dan mengikuti program berhenti
merokok dengan benar. Keberhasilan seorang perokok untuk merumuskan
dan mengikuti program berhenti merokok dipengaruhi oleh beragam faktor.
Adanya niat dan tujuan yang kuat dari individu yang bersangkutan
teman, dan orang-orang di sekitar perokok ternyata juga turut membantu
menghilangkan kebiasaan merokok (Mikail, 2011).
Niat dan usaha tampaknya belum cukup untuk menghentikan
kebiasaan merokok, diperlukan dukungan dan motivasi dari teman dan
keluarga untuk terus menyemangati dan membantu perokok dalam melawan
kecanduan akibat nikotin. Keterlibatan secara aktif keluarga dan teman
dalam setiap program berhenti merokok sangat diperlukan bagi keberhasilan
berhenti merokok (“Program berhenti merokok”, 2009).
Mengetahui tingginya angka kegagalan perokok untuk berhenti
merokok tanpa bantuan, PT. Pfizer Indonesia dan Klinik Berhenti Merokok
Rumah Sakit Persahabatan berinisiatif meluncurkan program kompetensi
berhenti merokok secara terpadu (Quitters Are Champions). Program ini
ditujukan bagi para perokok yang berkeinginan kuat untuk berhenti merokok
tetapi belum berhasil. Menurut Kepala Program Klinik Berhenti Merokok RS
Persahabatan, Dr Ahmad Hudoyo SpP (K), kebiasaan merokok merupakan
hal yang sulit untuk ditinggalkan salah satunya karena sifat adiktif nikotin
yang terkandung dalam rokok.
Kebiasaan merokok yang sulit ditinggalkan bukan berarti bahwa
kebiasaan merokok ini tidak bisa dihentikan. Sebuah riset di Amerika Serikat
yang dilakukan New England Journal of Medicine menyatakan bahwa
dukungan sosial memiliki peranan yang penting dalam memutuskan apakah
seseorang akan memulai atau berhenti merokok. Adanya jaringan dukungan
dalam menghentikan kebiasaan merokok. Oleh karenanya, diperlukan
keterpaduan antara dukungan lingkungan dan terapi medis yang tepat dalam
membantu usaha perokok untuk menghentikan perilaku merokok mereka
(Suryanto, 2009).
Pendapat yang mendukung juga dikemukakan oleh Dr. Tribowo T
Ginting, SpKJ, Dokter Spesialis Kejiwaan dari Rumah Sakit Persahabatan.
Beliau mengatakan bahwa motivasi, niat dan komitmen yang kuat dari
perokok bisa menjadi modal awal untuk berhenti merokok. Meskipun
demikian, dukungan dari keluarga dan teman juga sangat penting dalam
mendorong perokok untuk mengatasi kesulitannya selama proses berhenti
merokok. Menurut Tribowo, dukungan keluarga bisa diekspresikan dengan
menghargai keputusan individu untuk berhenti merokok serta membangkitkan
kewaspadaan mereka terhadap konsekuensi negatif akibat kebiasaan buruk
merokok. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan motivasi. Menyediakan
waktu untuk menyemangati mereka, meluangkan waktu untuk mengalihkan
pikiran dari rokok ke kegiatan lain yang lebih positif, serta membantu mereka
mendapatkan apa yang diperlukan merupakan cara sederhana yang bisa
dilakukan untuk mendukung individu yang sedang dalam proses berhenti
merokok (Suryanto, 2009).
Berdasarkan informasi diatas, diketahui bahwa usaha menghentikan
kebiasaan merokok bukanlah hal yang mudah. Selain niat dan usaha yang
kuat dari perokok sendiri untuk berhenti merokok, dukungan dari keluarga
merokok. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
pemberian dukungan sosial dalam praktek sehari-hari berperan bagi
keberhasilan menghentikan perilaku merokok.
Terdapat sejumlah penelitian yang ditujukan untuk menguji hubungan
antara dukungan sosial dan penghentian perilaku merokok (smoking cessation).
Diantaranya adalah penelitian tentang peran dukungan berbasis telepon dalam
menghentikan perilaku merokok yang dilakukan oleh Solomon et al. (1996).
Pada penelitian ini, subjek yang terdiri dari para wanita yang berniat berhenti
merokok menerima intervensi dukungan dari teman sebaya yang diberikan
melalui telepon. Wanita sukarelawan yang sudah terlatih dipasangkan dengan
wanita yang berminat untuk menerima dukungan saat mereka berusaha
berhenti merokok. Kontak telepon dimulai dengan dukungan dari konselor
sebaya persis sebelum menunjukkan “quit day” secara mingguan dan setelah
2-3 bulan. Dari 72 wanita yang berpartisipasi dalam intervensi, 49 orang (68%)
mengikuti 1-2 tahun setelah mendaftar sampai pada saat evaluasi status
merokok mereka. Hasil intervensi menunjukkan bahwa 25% wanita mantan
perokok yang tidak mencapai jangka panjang untuk berhenti merokok dipilih
sebagai subjek, sedangkan sisanya yang tidak terdata langsung diklasifikasikan
sebagai perokok. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sistem pemberian
dukungan melalui telepon bagi wanita yang melibatkan teman sebaya yang
juga mantan perokok dapat mencapai penghentian merokok untuk jangka
Ada pula dua penelitian dengan topik serupa yang dilakukan oleh
Sherry (dalam Setiadji 2009). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
dukungan sosial mampunyai hubungan dengan keberhasilan untuk
menghentikan kebiasaaan merokok.
Selama ini, penelitian tentang dukungan sosial dan penghentian
perilaku merokok (smoking cessation) lebih difokuskan pada pengembangan
intervensi dukungan sosial bagi para pemberi dukungan. Hal ini menunjukkan
bahwa dukungan sosial turut berkontribusi bagi keberhasilan berhenti
merokok sehingga perlu dikembangkan intervensi dukungan sosial yang
dikhususkan bagi para pemberi dukungan.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya tentang
dukungan sosial terkait dengan penghentian perilaku merokok (smoking
cessation) diketahui bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan
keberhasilan berhenti merokok. Hal ini memberikan peluang bagi
dilakukannya penelitian-penelitian yang ditujukan untuk mengungkap secara
lebih detail tentang bagaimana sebenarnya dukungan sosial berperan dalam
penghentian perilaku merokok. Oleh karenanya, penelitian melibatkan subjek
yang sudah berhasil berhenti merokok selama periode waktu tertentu (e.g., 30
hari, 6 bulan, atau 12 bulan) untuk mengetahui gambaran tentang bagaimana
pemberian dukungan sosial berperan bagi keberhasilan berhenti merokok
mereka. Penelitian ini akan berfokus pada tiga hal, yaitu bentuk dukungan
sosial mulai dari belum muncul niat untuk berhenti merokok sampai pada
tahap mempertahankan untuk tetap tidak merokok.
Peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif untuk
mencoba memahami realitas pengalaman subjek terkait dengan dukungan
sosial yang diterima dan diberikan dalam rangka menghentikan perilaku
merokok. Peneliti menilai bahwa pendekatan kualitatif dapat memfasilitasi
penelitian ini untuk memperoleh gambaran pengalaman subjek penelitian
terkait dengan bagaimana dukungan sosial berperan dalam upayanya
menghentikan perilaku merokok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimanakah dukungan sosial berperan untuk menghentikan
perilaku merokok?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menggambarkan bentuk dukungan sosial yang diterima dan diberikan
dalam rangka menghentikan perilaku merokok;
2. Menggambarkan strategi pemberian dukungan sosial yang diterapkan
untuk menghentikan perilaku merokok;
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini akan memberikan kontribusi pengetahuan di bidang
psikologi, terutama psikologi kesehatan dan psikologi sosial karena
nantinya akan diketahui gambaran tentang realisasi pemberian dukungan
sosial yang berperan untuk menghentikan perilaku merokok.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para perokok yang berniat untuk berhenti merokok, dapat
dijadikan sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan tentang
peran dukungan sosial dari orang terdekat untuk membantu usahanya
berhenti merokok.
b. Bagi masyarakat luas, sebagai sumber informasi dan bahan
pertimbangan bagi masyarakat tentang strategi dan proses yang dapat
diterapkan untuk memberikan dukungan sosial pada para perokok yang
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Konseptual Dukungan Sosial
Tinjauan pustaka tentang dukungan sosial dan perilaku merokok yang
akan dijelaskan di bawah ini tidak digunakan sebagai landasan teori dalam
penelitian ini, melainkan digunakan sebagai pendukung dalam menyusun
kerangka konseptual yang akan memandu peneliti dalam melakukan
penelitian serta untuk memperjelas pemahaman peneliti tentang area
konseptual yang akan menjadi fokus penelitian.
1. Memahami Pengertian Dukungan Sosial
Dalam tinjauan konseptual mengenai dukungan sosial ini akan
ditinjau sejumlah definisi yang menunjukkan bagaimana dukungan sosial
dipahami. Selain itu, akan dilihat juga tentang hal-hal yang
diidentifikasikan sebagai dukungan sosial dalam studi psikologi. Dalam
studi psikologi, dukungan sosial seringkali dijadikan bahan kajian di
bidang psikologi sosial, psikologi kesehatan, psikologi klinis, serta
psikologi abnormal.
Dalam kajian psikologi kesehatan, ditunjukkan bahwa dukungan
sosial memiliki hubungan yang suportif secara sosial, bisa meredam efek
stres, membantu orang mengatasi stres dan meningkatkan kesehatan
Dukungan sosial efektif untuk mengatasi tekanan psikologis pada masa
sulit dan menekan (Broman, 1993; Tylor, 2003, dalam Butcher, 2004).
Dukungan sosial juga menurunkan kemungkinan sakit dan mempercepat
pemulihan dari sakit (House et al., 1988, dalam Sarafino, 1994).
Dukungan sosial dari perkawinan bisa mereduksi kemungkinan seseorang
untuk menjalani hidup berisiko dan meningkatkan praktik hidup sehat
(Wickrama, Conger, & Lorenz, 1995, dalam Nevid, 2006). Menurut
Sidney Cobb (Sarafino, 1994), orang-orang yang menerima dukungan
sosial percaya bahwa mereka dicintai, diperhatikan, dihargai, merasa
berharga, serta merupakan bagian dari jaringan sosial, seperti keluarga
atau komunitas yang memberikan bantuan berupa barang dan pelayanan
pada saat diperlukan.
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa dukungan sosial menjadi
kajian yang penting dalam bidang studi psikologi, khususnya psikologi
sosial dan kesehatan. Meskipun demikian, sampai saat ini belum ada
kesepakatan dari para akademisi mengenai definisi dukungan sosial secara
pasti (Cohen & Syme, 1985; Shumaker & Brownell, 1984; Wilcox &
Verberg, dalam Gottlieb, 1988). Banyak studi menggunakan istilah
dukungan sosial dalam lingkup yang luas. Istilah dukungan sosial
diterapkan pada hampir semua perilaku yang dimaksudkan untuk
memberikan manfaat bagi orang lain atau perilaku yang dapat
Termasuk di dalamnya perilaku yang tidak dimaksudkan untuk
memberikan keuntungan tertentu bagi orang lain.
Berikut ini adalah sejumlah definisi mengenai dukungan sosial
yang dikemukakan oleh para ahli: Gottlieb (1988) menyatakan bahwa
dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasihat verbal maupun non
verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diperoleh dari orang lain dan
mampunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
Dukungan sosial menurut Sarafino (Smet, 1994) mengacu pada
memberikan kenyamanan pada orang lain, perawatan, ataupun
penghargaan.
Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Saroson (Smet, 1994) yaitu
bahwa dukungan sosial melibatkan adanya transaksi interpersonal yang
ditunjukkan dengan memberikan bantuan pada individu dan umumnya
bantuan tersebut diperoleh dari orang yang berarti bagi individu yang
bersangkutan. Dukungan sosial dapat berupa pemberian infomasi, bantuan
tingkah laku, ataupun materi yang diperoleh dari hubungan sosial akrab
yang dapat membuat individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai.
Pertukaran interpersonal dicirikan oleh perhatian emosi, bantuan
instrumental, penyediaan informasi, atau pertolongan lainnya.
Berdasarkan sejumlah definisi mengenai dukungan sosial yang
dikemukakan oleh para akademisi, secara garis besar dapat diketahui
bahwa sebagian besar akademisi mendefinisikan dukungan sosial dengan
dukungan, sumber pemberi dukungan, serta manfaat yang diperoleh
individu penerima dukungan sosial. Secara umum, dukungan sosial
merupakan dukungan atau bantuan yang diperoleh dari orang-orang yang
memiliki kedekatan hubungan sosial dengan individu penerima dukungan,
seperti anggota keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, dan orang lain di
sekitar individu saat individu sedang menghadapi permasalahan dan krisis
dalam kehidupannya sehari-hari. Bentuk dukungan yang diberikan dapat
berupa bantuan infomasi atau nasihat verbal dan non verbal, bantuan nyata
dengan menunjukkan perilaku tertentu, maupun bantuan yang bersifat
emosional sehingga menjadikan individu penerima dukungan merasa
disayangi, dicintai, diperhatikan dan berharga.
2. Dukungan Sosial dalam Tinjauan yang Mendetail a. Jenis Dukungan Sosial
Dalam hampir setiap buku referensi yang membahas tentang
dukungan sosial, pada pembahasan awal setelah menjelaskan definisi
dukungan sosial biasanya dilanjutkan dengan pokok bahasan tentang
tipe/jenis/bentuk dari dukungan sosial. Para akademisi mencoba untuk
mengklasifikasikan berbagai tipe dukungan sosial agar dapat
menjelaskan secara lebih detail tentang bentuk bantuan atau perilaku
seperti apa yang tepat diberikan bagi orang lain. Berikut ini adalah
Beberapa akademisi yaitu Cobb, Cohen & McKay, House,
Schaefer, Coyne & Lazarus, dan Wills mengklasifikasikan empat tipe
dasar dukungan sosial, yaitu:
1. Dukungan Emosional (Emotional Support) yang mencakup
ungkapan perasaan empati, peduli, perhatian pada orang lain.
Dukungan emosional ini akan memberikan kenyamanan, keyakinan,
rasa dimiliki, dan dicintai pada waktu mengalami stres.
2. Dukungan Penghargaan (Esteem Support), meliputi ungkapan
penghargaan yang positif dari orang lain kepada seseorang,
pemberian semangat atau dukungan terhadap pemikiran dan
perasaan individu tersebut dengan penilaian-penilaian positif atas
individu tersebut dibandingkan dengan orang lain, misalnya
membandingkan individu tersebut dengan orang lain yang
kondisinya lebih buruk. Dukungan ini dapat membangun atau
memunculkan perasaan berharga, mampu, dan bernilai dalam diri
seseorang.
3. Dukungan Nyata atau Instrumental (Tangible or Instrumental
support) yang mencakup bantuan langsung, misalnya memberikan
barang atau meminjamkan uang.
4. Dukungan Informasional (Informational Support), meliputi
pemberian nasihat, arahan, saran-saran, atau umpan balik tentang
Cohen dan Syme (dalam Gottlieb, 1988) juga
mengklasifikasikan dukungan sosial menjadi empat jenis yaitu:
1. Dukungan informasi, yaitu berupa pemberian penjelasan tentang
situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang
sedang dihadapi oleh individu. Dukungan ini meliputi pemberian
nasihat, petunjuk, masukan atau penjelasan tentang bagaimana
seseorang bersikap.
2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya
dengan mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap
percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, serta
ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan
membuat individu penerima dukungan merasa berharga, nyaman,
aman, terjamin, dan disayangi.
3. Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara
langsung, bersifat fasilitas atau materi, misalnya menyediakan
fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan
makanan, permainan atau bantuan yang lain.
4. Dukungan penilaian, dukungan ini bisa berupa penilaian yang positif,
penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau
menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan
Klasifikasi bentuk dukungan sosial yang dikemukakan oleh para
akademisi diatas memberikan gambaran secara umum tentang berbagai
bentuk dukungan sosial yang biasanya diberikan oleh pemberi
dukungan kepada seseorang. Secara umum terdapat empat tipe dasar
dukungan sosial yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental, dan dukungan informasional. Secara garis
besar, keempat tipe dasar dukungan sosial tersebut juga dapat dilihat
menjadi dua bentuk. yaitu dukungan yang berupa bantuan fisik dan non
fisik. Dukungan instrumental dan informasional menawarkan bantuan
fisik yang mencakup bantuan langsung (misalnya, pemberian uang)
serta pemberian nasihat, petunjuk, ataupun saran. Sedangkan bantuan
non fisik ditawarkan oleh dukungan emosional dan penghargaan,
seperti adanya ekspresi empati.
Berdasarkan penjelasan tentang berbagai bentuk dukungan
sosial, dapat diketahui bahwa klasifikasi dukungan sosial yang
dikemukakan oleh para akademisi tersebut bermanfaat bagi pemberi
dukungan untuk menentukan jenis dukungan seperti apa yang
benar-benar diperlukan oleh individu pada situasi tertentu. Pemberian
dukungan tergantung pada penyebab keadaan yang penuh stres yang
sedang dihadapi oleh individu. Hal ini akan membantu pemberi
dukungan dalam menentukan jenis dukungan sosial yang akan
diberikan kepada individu sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi
b. Faktor Penentu Dukungan Sosial
Tidak setiap orang mendapatkan dukungan sosial yang mereka
perlukan. Banyak faktor yang menentukan apakah orang-orang akan
mendapatkan dukungan atau tidak (Broadhead et al., 1983; Worthman
& Dunkel-Schetter, 1987, dalam Sarafino, 1994).
Terdapat beberapa faktor yang berkaitan dengan potensi
seseorang untuk menerima dukungan. Dalam satu hal, orang-orang
tidak mungkin menerima dukungan jika mereka tidak membiarkan
orang lain mengetahui bahwa mereka memerlukan dukungan. Beberapa
orang tidak cukup asertif untuk meminta bantuan atau merasa bahwa
mereka seharusnya tidak tergantung pada orang lain. Mereka tidak mau
membebani orang lain atau merasa tidak nyaman untuk percaya kepada
orang lain atau mereka tidak mengetahui siapa yang bisa diminta
bantuannya. Terkadang, si penerima dukungan memiliki karakteristik
yang tidak menarik atau tidak mengundang bantuan datang kepadanya
atau memiliki temperamen yang sulit, misalnya meminta bantuan
dengan cara yang menjengkelkan, seperti mengeluh atau merengek
terus-menerus.
Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan potensi pemberi
dukungan adalah mereka mungkin tidak memiliki sumber daya yang
diperlukan, berada dalam keadaan stres dan diri mereka sendiri juga
memerlukan bantuan atau mereka sama sekali tidak sensitif pada
Penerima dukungan sosial juga bergantung pada komposisi dan
struktur dari jaringan atau jalinan sosial yang mereka miliki, seperti
keluarga dan komunitas (Mitchell, 1969; Schaefer, Coyne, & Lazarus,
1981, dalam Sarafino, 1994). Jalinan ini dapat berbeda dari segi
kuantitas, contohnya jaringan atau jalinan sosial berbeda dalam hal
ukuran, yaitu jumlah orang yang menjalin kontak hampir setiap hari,
frekuensi kontak (seberapa sering individu bertemu dengan orang lain),
komposisi (apakah orang-orang yang ditemui merupakan keluarga,
teman, rekan kerja, dan lain sebagainya), intimasi atau keakraban
(kedekatan hubungan individual dan kerelaan untuk saling
mempercayai). Orang-orang yang memiliki jaringan atau jalinan sosial
dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi kemungkinan akan
mendapatkan banyak kesempatan untuk menerima dukungan sosial.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui gambaran mengenai
beberapa faktor yang menentukan potensi seseorang untuk
mendapatkan dukungan dari orang lain. Secara garis besar ada dua
faktor yang menjadi penentu apakah seseorang berpotensi untuk
mendapatkan dukungan atau tidak. Faktor yang pertama merupakan
faktor internal dari dalam diri individu yang memerlukan dukungan,
dan faktor kedua adalah faktor eksternal yang berasal dari orang lain di
B.Tinjauan Konseptual tentang Perilaku Merokok dalam Studi Psikologi
Dalam studi psikologi, perilaku merokok seringkali menjadi topik
pembahasan di bidang psikologi kesehatan, psikologi klinis, serta psikologi
abnormal. Dalam beberapa buku psikologi kesehatan seringkali dibahas
tentang perilaku merokok dan dijelaskan bahwa merokok merupakan perilaku
ketergantungan terhadap nikotin. Terdapat pula pembahasan mengenai
penggunaan beberapa metode terapi psikologis dan farmakologi dalam
program berhenti merokok. Dalam pokok bahasan psikologi klinis, munculnya
perilaku merokok seringkali dikaitkan dengan gangguan kecemasan dan
depresi.
Berikut ini adalah gambaran tentang bagaimana perilaku merokok
biasanya dibahas dalam referensi psikologi kesehatan. Secara umum,
pembahasan dalam psikologi kesehatan tentang perilaku merokok dapat
Skema 1. Gambaran Umum tentang Pembahasan Perilaku Merokok dalam Studi Psikologi
Mengacu pada skema di atas, berikut akan dijelaskan secara ringkas
tentang perilaku merokok yang seringkali menjadi topik pembahasan dalam
bidang psikologi kesehatan.
1. Penyebab Munculnya Perilaku Merokok
Dalam berbagai literatur yang membahas tentang perilaku merokok
selalu terdapat penjelasan mengenai hal-hal yang menyebabkan individu
merokok. Penyebab perilaku merokok individu biasanya ditunjukkan
dengan bukti berupa penelitian-penelitian yang terkait dengan perilaku
PERILAKU MEROKOK
PENYEBAB
DAMPAK TAHAPAN PENGGUNAAN
SUBSTANCE
PENANGANAN
Interpersonal Fisiologis Psikologis
Individual Kelompok Lingkungan
Situasional: Tekanan sosial dari lingkungan Intrapersonal Karakteristik
merokok. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikard (dalam Marks 2000)
sebagai bentuk perluasan model pengelolaan afek (affect management
model) dari Tomkins (1966), dilakukan sebuah survei berskala nasional di
Amerika dengan memilih sampel-sampel yang memungkinkan. Berdasarkan
analisis dari berbagai respon partisipan survei, Ikard (dalam Marks 2000)
mengidentifikasikan enam faktor yang memotivasi perilaku merokok, yaitu:
untuk mengurangi afek negatif, kebiasaan (habit), kecanduan (addiction),
kesenangan (pleasure), stimulasi dan manipulasi sensorimotor.
Penelitian yang dilakukan oleh Livison dan Leino (1988)
menemukan bahwa wanita lebih banyak merokok untuk mengurangi afek
negatif dan untuk kesenangan (pleasure) daripada laki-laki. Murray (dalam
Marks 2000) yang melakukan penelitian tentang perilaku merokok pada
orang-orang dewasa muda menambahkan dua alasan tambahan mengapa
individu merokok, yaitu kebosanan dan tidak ada yang dikerjakan. Dalam
berbagai situasi, relaksasi dan kontrol terhadap afek negatif ditemukan
sebagai alasan yang paling utama mengapa individu merokok.
Surjorahardjo (1985) menyebutkan bahwa banyak kasus perilaku
merokok dimulai karena adanya keinginan untuk diterima oleh masyarakat
(termasuk teman dekat), ingin mendapatkan status (merasa lebih dewasa jika
merokok), serta sebagai suatu bentuk pemberontakan (orang lain tidak dapat
melarangnya jika merokok). Selain itu, banyak perokok yang ketagihan
karena mereka memiliki keyakinan bahwa rokok dapat memenuhi
tetap bersemangat dan tidak mudah lelah dalam bekerja, kepuasan mulut
dan tangan (salah satu bentuk kepuasan dari merokok adalah menyalakan
rokok dan mengamati asapnya), memunculkan efek santai dan tenang, serta
membantu mengurangi kecemasan. Merokok sudah menjadi suatu kebiasaan
sehingga sulit dihentikan karena bisa menciptakan efek ketergantungan
psikologis selain secara kimia rokok juga menyebabkan kecanduan.
Hansen (dalam Sarafino, 1994) menemukan empat faktor yang
mempengaruhi munculnya perilaku merokok, diantaranya adalah:
1. Faktor Biologis, nikotin dalam rokok akan menyebabkan ketergantungan.
2. Faktor Psikologis, pada umumnya perokok beranggapan bahwa merokok
secara efektif dapat membantu regulasi diri atau coping dari pengaruh
negatif.
3. Faktor Lingkungan Sosial, yang berpengaruh terhadap sikap,
kepercayaan, dan perhatian individu pada perokok di sekitarnya.
4. Faktor Sosial-Budaya, kebiasaan budaya, tingkat pendidikan,
penghasilan, dan pekerjaan akan mempengaruhi individu untuk merokok.
Berbagai faktor penyebab serta alasan yang mendorong kemunculan
dan tetap bertahannya perilaku merokok pada individu dijelaskan secara
bervariasi oleh para akademisi. Secara umum, faktor yang menyebabkan
individu merokok adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi faktor psikologis dan faktor biologis yang muncul dari dalam
segala sesuatu yang muncul di luar individu, yaitu pengaruh lingkungan
sekitar individu, seperti pengaruh dari orang tua, teman sebaya, serta iklan
rokok di media massa.
2. Dampak Merokok
Dalam berbagai literatur kesehatan telah disebutkan berbagai
dampak negatif merokok bagi kesehatan perokok aktif maupun pasif. Secara
garis besar, merokok berdampak secara fisiologis dan psikologis bagi
perokok. Di bawah ini akan dibahas lebih rinci tentang dampak fisiologis
dan psikologis merokok bagi perokok.
a. Dampak Fisiologis
Kebiasaan merokok telah terbukti berkaitan dengan sedikitnya 25
jenis penyakit dari berbagai organ tubuh manusia, seperti kanker
paru-paru, bronchitis, emfisema, dan berbagai penyakit paru-paru lainnya.
Fakta ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Doll dan
Hill pada tahun 1954 (dalam Aditama, 2011), mereka melaporkan bahwa
merokok berkaitan dengan kanker paru-paru. Merokok juga berimplikasi
dengan penyakit jantung koroner dan berbagai jenis kanker seperti
kanker tenggorokan, mulut, perut dan usus. Dari berbagai penyakit akibat
rokok, penyakit paru-paru khususnya kanker paru-paru, bronchitis kronis
dan emfisema, penyakit jantung dan gangguan pada janin merupakan
topik yang paling banyak dibahas oleh para ahli dan menarik perhatian
b.Dampak Psikologis
Menurut pengakuan para perokok, merokok dapat menciptakan
efek suasana hati yang positif dan dapat membantu individu untuk
mengatasi keadaan atau kenyataan yang sulit (Surjorahardjo, 1985). Smet
(1994) menyebutkan bahwa secara psikologis keuntungan merokok
(terutama bagi perokok) yaitu mengurangi ketegangan, membantu
berkonsentrasi, dan memberikan efek menenangkan (rileks).
3. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok
Penelitian tentang perilaku adiktif menjelaskan 4 tahap penggunaan
substansi yaitu (1) initiation, (2) maintenance, (3) cessation, dan (4)
relapse. Tinjauan pustaka untuk penelitian ini lebih memfokuskan pada
proses berhenti merokok sehingga hanya akan dibahas tentang tahapan
proses berhenti merokok. Skema dibawah ini mengilustrasikan secara detail
Skema 2. Tahapan Penggunaan Substansi Rokok (Jane Ogden, 2007)
Prochaska dan DiClemente (1984, dalam Sarafino 1994)
mengadaptasi model tahapan perubahan perilaku dalam proses berhenti
merokok. Model ini menonjolkan proses yang melibatkan peralihan dari
perokok menjadi bukan perokok. Mereka berpendapat bahwa proses
berhenti melibatkan shift accros dari 5 tahapan dasar yaitu:
Beliefs:
Susceptibility
Seriousness
Cost
Benefits
Expectancies
Clinical interventions
Disease perspective (e.g. nicotine replacement)
Social learning perspective
(e.g. aversion therapy, contracts, cue exposure, self-management)
Relapse prevention:
Coping
Expectancies
Attributions
RELAPSE Initiation Maintenance
Public health interventions:
Doctor’s advice
Worksite interventions
Community approaches
Government policy
Self-help Social factors:
Parental behavior
Parental beliefs
Peer group pressure
Cessation as a process
Pre- contemplation
Contemplation
Preparation
Action
1. Pre-contemplation : tidak serius mempertimbangkan untuk berhenti
merokok
2. Contemplation : memiliki beberapa pemikiran untuk berhenti
merokok
3. Preparation : serius mempertimbangkan untuk berhenti dengan
persiapan dan perencanaan khusus untuk berhenti
merokok.
4. Action : mulai membuat perubahan perilaku.
5. Maintenance : mempertahankan perubahan perilaku dalam jangka
waktu tertentu.
4. Penanganan untuk Menghentikan Perilaku Merokok
Penanganan untuk menghentikan perilaku merokok biasanya
dilakukan secara individual maupun secara kelompok yang melibatkan
dukungan dari lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas
tentang penanganan yang biasa diterapkan untuk menghentikan perilaku
merokok:
a. Penanganan Individual
Penanganan individu untuk berhenti merokok seringkali
memadukan pendekatan medis dan psikologis karena upaya untuk
membantu individu menghentikan kebiasaannya merokok bukanlah suatu
Para praktisi perlu mempertimbangkan berbagai aspek dari
“smoking cessation”, yaitu aspek biologis, aspek psikologis, serta aspek
sosial dari individu. Pada aspek biologis terbukti bahwa berhenti
merokok bagi para perokok regular dapat menimbulkan gejala yang
bervariasi, seperti sifat mudah marah, sulit berkonsentrasi, kecemasan,
kegelisahan, meningkatnya rasa lapar, depressed mood dan craving for
tobacco (Stolerman and Jarvis, 1995, dalam Marks, 2000). Bukti ini
menuntun pengembangan variasi produk pharmacologic yang bertujuan
untuk membantu penghentian merokok. Teknik-teknik yang
dikembangkan termasuk pemberian nicotine chewing gum, nicotine
transdermal patch dan nasal spray atau inhaler. Bukti demonstrasi
percobaan klinis menunjukkan bahwa teknik-teknik tersebut efektif
digunakan( Stolerman and Jarvis, 1995). Meskipun demikian, secara
individual perokok masih harus memiliki motivasi psikologis untuk
menggunakan teknik tersebut.
b.Program Berhenti Merokok
Program berhenti merokok (PBM) idealnya diikuti dengan
pelarangan iklan rokok, mencantumkan peringatan pada kemasan rokok,
meninggikan cukai rokok, serta pendekatan hukum yang dimulai dari
larangan menjual rokok kepada anak-anak, larangan merokok di tempat
umum, kewajiban membayarkan kompensasi atas kerugian akibat rokok,
Program berhenti merokok pada dasarnya merupakan perpaduan
dari terapi kognitif, terapi perilaku, dan terapi obat. Terapi Kognitif
dalam PBM bertujuan untuk menjadikan para perokok mengerti secara
lebih spesifik dampak dari merokok. Melalui terapi kognitif akan
dilakukan demythologize karena ada beberapa mitos tentang rokok dan
merokok yang harus dihilangkan dari masyarakat, yaitu bahwa rokok
dapat mengatasi stres dan dapat membatasi kenaikan berat badan.
Langkah awal dalam PBM adalah intervensi singkat sesuai
dengan panduan dari US Department of Health and Human Service yang
disebut sebagai 5A, yaitu Ask, Advice, Assess, Assist, dan Arrange.
Langkah pertama merupakan langkah untuk memastikan apakah klien
atau pasien merokok dan apakah mereka termotivasi untuk berhenti
merokok. Selanjutnya adalah melakukan penilaian dengan menggunakan
daftar pertanyaan untuk melihat kesiapan klien untuk berhenti merokok.
Sejumlah pertemuan berikutnya dilakukan untuk mem-back-up mantan
perokok agar dapat bertahan untuk tidak kembali merokok.
Berdasarkan Transtheoretical Model, kesiapan perokok untuk
memulai upaya berhenti merokok dibedakan menjadi 5 tahap, yaitu
precontemplation, contemplation, preparation, action, dan maintenance.
Pada tahap pertama, klien masih belum percaya bahwa merokok akan
menimbulkan masalah sehingga menolak untuk berhenti merokok. Pada
tahap kedua, klien mulai menyadari dan berkeinginan untuk berhenti
berhenti merokok. Rencana ini meliputi penetapan hari dan tanggal
dimulainya berhenti merokok serta cara yang dipilih untuk berhenti.
Tahap terakhir ditandai dengan kenyataan bahwa klien tetap tidak
merokok meskipun keinginan untuk kembali merokok akan tetap muncul
sebelum akhirnya benar-benar lepas dari kebiasaan merokok.
C.Definisi Berhenti Merokok (Smoking Cessation)
Smoking cessation (dalam bahasa sehari-hari disebut “quitting”)
merupakan proses menghentikan kebiasaan menghisap substansi rokok
(encyclopedia. thefreedictionary.com/Quitting+Smoking). Keberhasilan usaha
berhenti merokok ditentukan setelah individu tidak merokok selama periode
waktu tertentu (e.g., 30 hari, 6 bulan, atau 12 bulan) tergantung dari tujuan
evaluasi (assessment). Individu yang berhasil berhenti merokok ini relatif
rendah kemungkinan untuk kembali merokok (relapse).
D.Review Penelitian Terdahulu tentang Dukungan Sosial dan Smoking Cessation
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
hubungan antara dukungan sosial dan usaha menghentikan perilaku merokok.
Beberapa penelitian berfokus pada pengembangan intervensi yang tepat dalam
rangka mendukung dan membantu perokok untuk berhenti merokok salah
satunya dengan memanfaatkan dukungan sosial. Salah satu intervensi
penelitian yang dilakukan oleh Patten et al. (2008) Penelitian ini
mengembangkan intervensi berbasis telepon yang diperuntukkan bagi para
pemberi dukungan (support persons) agar dapat membantu para perokok dalam
menghentikan kebiasaan merokok mereka. Intervensi ini memanfaatkan
ketertarikan orang-orang dewasa sebagai agen perubahan untuk memberikan
dukungan bagi individu yang berniat menghentikan kebiasaannya merokok.
Tujuan akhir dari penelitian ini adalah memanfaatkan motivasi dari pemberi
dukungan (support persons) untuk mengubah perilaku mereka sendiri dan
memampukan diri mereka mengaplikasikan keahlian yang sudah dipelajari
untuk membantu para perokok menghentikan kebiasaannya merokok. Selain
itu, tingkat keefektifan dari pemberi dukungan (support persons) diperkuat
dengan pemberian konsep penguatan positif oleh konselor dan bagaimana hasil
usaha penguatan ini bermanfaat bagi perokok dalam usahanya berhenti
merokok. Penelitian ini melibatkan 10 wanita dewasa yang tidak merokok
sebagai partisipan. Partisipan diperoleh dari komunitas lokal dan iklan yang
dipublikasikan melalui surat kabar pegawai di klinik Mayo, Rochester, USA.
Ada 6 topik yang disampaikan dalam 6 sesi, diantaranya adalah a)
alasan utama dari tritmen (keuntungan personal dari tritmen, fokus pada
pemberi dukungan vs perokok), tujuan situasi dan penggunaan self-reward,
pendidikan tentang ketergantungan nikotin, ketersediaan pengobatan untuk
berhenti merokok, dan informasi pemberian bantuan, b) level motivasi untuk
berhenti merokok, level bantuan dari pemberi dukungan saat menghadapi
semangat) vs perilaku negatif (mengomeli), c) perilaku verbal dan non verbal
yang menguatkan dan mengurangi atau menghilangkan perilaku merokok, d)
merencanakan suatu aktivitas bebas tembakau dan pemberi dukungan (support
persons) sebagai model dan penguatan tidak merokok, e) bentuk alternatif dari
merokok, f) mengelola atau mengatur kekambuhan kembali merokok. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa intervensi berbasis telepon ini menguntungkan
dan memuaskan bagi para partisipan.
Penelitian serupa tentang peran dukungan berbasis telepon dalam
menghentikan perilaku merokok juga dilakukan oleh Solomon et al. (1996).
Pada penelitian ini, subjek menerima intervensi dukungan dari teman sebaya
yang diberikan melalui telepon yang dikhususkan bagi para wanita yang
berniat untuk berhenti merokok. Wanita sukarelawan yang sudah terlatih
dipasangkan dengan wanita yang berminat untuk menerima dukungan saat
mereka berusaha berhenti merokok. Kontak telepon dimulai dengan dukungan
dari konselor sebaya persis sebelum menunjukkan “quit day” secara mingguan
dan setelah 2-3 bulan.
Dari 72 wanita yang berpartisipasi dalam intervensi, 49 orang (68%)
mengikuti 1-2 tahun setelah mendaftar sampai pada saat evaluasi status
merokok mereka. Hasil intervensi menunjukkan bahwa 25% wanita mantan
perokok yang tidak mencapai jangka panjang untuk berhenti merokok dipilih
sebagai subjek, sedangkan sisanya yang tidak terdata langsung diklasifikasikan
sebagai perokok. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa sistem pemberian
juga mantan perokok dapat mencapai penghentian merokok untuk jangka
panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh Thomas, Patten, Offord, dan Decker
(2004) memperoleh penemuan awal tentang pengembangan pengukuran
perilaku suportif yang diberikan oleh para pemberi dukungan (support persons)
kepada individu yang berniat untuk berhenti merokok. Penelitian ini
menemukan bahwa meskipun studi-studi sebelumnya menunjukkan asosiasi
yang positif antara dukungan sosial dan penghentian perilaku merokok
(smoking cessation). Meskipun demikian, dalam intervensi berbasis klinik
peningkatan dukungan sosial dalam membantu penghentian perilaku merokok
masih terbatas.
Studi sebelumnya sudah melakukan pemeriksaan awal terhadap
persepsi perokok sebagai penerima dukungan yang memperoleh perhatian dari
para pemberi dukungan. Batasan ini ditujukan pada laporan studi
pengembangan dan tes yang terdiri dari 22 item support interview. Diperoleh
hasil bahwa meskipun persepsi perokok terhadap pengalaman menerima
dukungan itu penting, tetapi perlu diperhatikan juga kepuasan dan kebenaran
dari relasi, variabel kepribadian, simtom depresi, serta perbedaan gender.
Dari beberapa penelitian diatas yang berfokus pada pengembangan
intervensi bagi para pemberi dukungan (support persons) ini diketahui bahwa
dukungan sosial dinilai penting bagi program berhenti merokok sehingga para
peneliti pun merasa perlu untuk mengadakan pelatihan bagi para pemberi
Penelitian lain dengan topik yang sama adalah penelitian yang
dilakukan oleh May, West, Hajek, McEwen, dan McRobbie (2007) tentang
hubungan antara dukungan sosial dengan keberhasilan perokok berhenti
merokok. Penelitian ini melakukan survei pada 928 perokok yang mengikuti
program berbasis kelompok dan hasilnya menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan berhenti merokok
selama 26 minggu. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa dukungan sosial
mampunyai peran untuk tindakan jangka pendek, tetapi dalam konteks program
tritmen berbasis kelompok rupanya tidak ada hubungan antara dukungan sosial
dengan keberhasilan berhenti merokok untuk jangka panjang.
Penelitian tentang dukungan sosial untuk smoking cessation pada
wanita berkulit hitam di perumahan publik Chicago dilakukan oleh Lacey,
Manfredi, Balch, Warnecke, Allen, dan Edwards (1993). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk memeriksa faktor-faktor yang berhubungan dengan merokok.
Penelitian ini melibatkan wanita yang berniat berhenti merokok untuk
berpartisipasi dalam program berhenti merokok.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa terdapat beberapa hambatan
untuk berhenti merokok pada wanita berkulit hitam yang tinggal di perumahan
publik Chicago. Hambatan tersebut berkaitan dengan kehidupan mereka
sehari-hari yang sulit dengan lingkungan di sekitar tempat tinggal mereka yang tidak
kondusif, serta kurangnya dukungan sosial untuk membantu mereka untuk
berhenti merokok. Hambatan-hambatan tersebut mencakup: a) pengelolaan
lingkungan tempat tinggal, c) merokok menguntungkan untuk mencapai
kesenangan dengan sumber keuangan yang sangat terbatas, d) mereka
merasakan risiko kesehatan yang minimal dari merokok, e) dalam lingkungan
mereka, merokok merupakan hal yang wajar dilakukan, f) langkanya
ketersediaan informasi tentang proses penghentian merokok bagi mereka, g)
keyakinan bahwa yang mereka perlukan adalah keputusan atau tekad untuk
berhenti dari dalam diri mereka sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti mendapatkan gambaran
bahwa hambatan-hambatan yang dialami oleh individu perlu dipertimbangkan
dalam memberikan dukungan sosial. Pemberian dukungan sosial yang
didasarkan pada kesesuaian kebutuhan dan kesulitan individu perokok akan
lebih efektif untuk membantu penghentian perilaku merokok.
Ada pula dua penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Mermelstein,
Cohen, and Lichtenstein (1986) yang menguji tentang peran dukungan sosial
untuk berhenti merokok dan bertahan untuk tidak kembali merokok
(maintenance). Terdapat tiga faktor dukungan yang diteliti yaitu 1) dukungan
dari pasangan, 2) persepsi terhadap ketersediaan sumber dukungan, serta 3)
kehadiran perokok lain dalam jaringan sosial subjek. Subjek penelitian ini
adalah perokok yang sedang mengikuti program berhenti merokok. Perokok
memperoleh dukungan selama 12 bulan pasca tritmen.
Semua perokok yang diteliti membuktikan bahwa ketiga faktor
dukungan tersebut berfungsi pada poin yang berbeda selama proses berhenti
berperan adalah dukungan dari pasangan dan kesadaran subjek atas tersedianya
dukungan yang secara umum berkorelasi positif dengan kemampuan subjek
untuk berhenti merokok dalam jangka waktu yang pendek (3 bulan
post-tritmen). Kehadiran perokok-perokok lain di sekitar subjek merupakan faktor
yang menghambat keberhasilan subjek untuk mampu bertahan tidak merokok
setelah memutuskan untuk tidak merokok. Terdapat perbedaan yang signifikan
antara subjek yang berada di lingkungan sosial dengan para perokok dan yang
tidak dalam hal kemampuan mereka untuk mempertahankan keputusan untuk
berhenti merokok dalam jangka panjang (12 bulan).
Yun, Kang, Lim, Oh, dan Son (2010) melakukan penelitian yang
berjudul “Peran dukungan sosial dan jaringan sosial pada perilaku merokok di
kalangan orang-orang yang berusia setengah baya dan usia lanjut di area
pedesaan Korea Selatan”. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengeksplorasi peran dukungan sosial dan jaringan sosial untuk perilaku
merokok khususnya di kalangan orang-orang yang berusia setengah baya dan
berusia lanjut yang tinggal di area pedesaan. Subjek yang berpatisipasi dalam
penelitian ini berjumlah 1.057 orang dewasa.
Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur yang dibagikan
kepada para subjek untuk memperoleh informasi tentang penggunaan
tembakau, stres, dukungan sosial, dan jaringan sosial dari para subjek. Secara
keseluruhan, ditemukan bahwa perempuan lebih banyak mengalami stres
daripada laki-laki dan perempuan mendapatkan dukungan sosial yang lebih
bersifat melindungi dari level jaringan sosial yang terbatas terjadi pada wanita
dan terdapat hubungan yang tinggi antara dukungan sosial yang dengan
perilaku merokok di area pedesaan.
Pengembangan suatu pemahaman yang menyeluruh tentang perilaku
merokok dengan mempertimbangkan konteks sosial (fungsi dan karakteristik
dari faktor-faktor sosial kontekstual yang mencakup dukungan sosial dan
jaringan sosial) dalam melakukan intervensi anti merokok sangatlah diperlukan
bagi penghentian perilaku merokok yang lebih efektif terutama di area
pedesaan.
Penelitian lain yang masih terkait dengan dukungan sosial dan smoking
cessation adalah penelitian tentang dukungan yang diberikan pasangan kepada
wanita yang berhenti merokok selama kehamilan. Penelitian tentang pengaruh
dukungan sosial pada keberhasilan smoking cessation ini hanya didasarkan
pada persepsi perokok. Penelitian yang dilakukan oleh Pollak et al. (2001) ini
melibatkan 58 pasangan untuk studi awal, wanita hamil yang merokok selama
30 hari sebelum kehamilan dan pasangan mereka dilaporkan memberikan
dukungan positif maupun negatif terhadap penghentian merokok. Level antara
persepsi dukungan dari para wanita dan pasangannya dibandingkan dan
korelasi dari dua laporan dianalisis sewaktu kontrol terhadap efek status
merokok pasangan. Laporan dari para wanita dan pasangannya sama kecuali
pasangan yang dilaporkan berkeinginan agar wanita berhenti merokok lebih
dari yang wanita rasakan. Subjek (wanita hamil) yang merasakan dukungan