BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
D. Deskripsi Tema
4. Temuan Tambahan: Faktor-faktor yang Turut Berperan
Perilaku Merokok
Dalam data penelitian ini ditemukan bahwa karakteristik subjek,
karakteristik pemberi dukungan, serta karakteristik lingkungan turut
berperan dalam menghentikan perilaku merokok. Berikut ini akan dibahas
secara lebih rinci tentang karakteristik-karakteristik tersebut:
a. Karakteristik Ketiga Subjek
Ketiga subjek yang berhasil berhenti merokok memiliki beberapa
karakteristik khusus yang dinilai membawa keberhasilan untuk
menghentikan perilaku merokok. Karakteristik yang pertama adalah
status subjek yang sudah memiliki pasangan menjadikan semua subjek
terdorong untuk memulai usaha berhenti merokok. Karakteristik yang
kedua adalah subjek memiliki niat dan usaha dari dalam diri untuk
berhenti merokok. Niat dan usaha tersebut diwujudkan dengan menyadari
pentingnya menjaga kesehatan tanpa merokok, menghindari berada di
lingkungan perokok serta memiliki kontrol diri untuk tidak merokok
sewaktu-waktu. Karakteristik yang ketiga adalah bersedia mencari
dukungan untuk membantu usahanya berhenti merokok. Usaha mencari
dukungan ini terlihat dari kesediaan subjek untuk mengkomunikasikan
niat, usaha, serta kesulitannya berhenti merokok kepada significant other
yaitu pasangan. Dengan cara mengkomunikasikan niat, usaha, serta
orang-orang di sekitar subjek untuk memberikan dukungan yang
diperlukan oleh subjek selama proses berhenti merokok. Berikut ini
adalah kutipan pernyataan subjek yang menunjukkan ketiga karakteristik
yang dimiliki subjek:
(Subjek Pemberi Dukungan I, MB)
“...dia pernah mengatakan bahwa dia pengen berhenti merokok”. (I.no.27-28). “Soalnya dia udah pernah cerita kalau dia tu pengen berhenti”. (II.no.56-58). “Sebenernya aku pengen berhenti tapi kok kayanya sulit”. (I.no. 110-111). “…dia lebih jarang kok sama temen-temennya kumpul ngrokok gitu, bahkan dia sampai nggak ikut perkumpulan “tajam”. (I.no.273-276)
(Subjek 2, WC)
“saya pengen berhenti ngrokok itu karna rasa piye ya karna saya sadar kalau rokok itu nggak baik gitu lho”. (2.no.388-392)
(Subjek 3, YH)
“keinginan sih muncul setelah beberapa bulan punya pacar, itu baru oh keliatannya aku harus mulai ngurangin”. (3.no.351-354). “temen-temenku tau, tapi aku bilang’e ke mereka setidaknya aku pengen ngurangin rokok walaupun butuh proses buat berhenti. Pokoknya aku mau ngurangin rokok, dadine jangan mencobai saya”. (3.no.361-366)
b. Karakteristik Pemberi Dukungan Sosial
Karakteristik pemberi dukungan ditemukan dalam penelitian ini
dinilai sebagai salah satu faktor yang turut berperan dalam menghentikan
perilaku merokok. Karakteristik pemberi dukungan tersebut diantaranya
adalah memiliki penilaian negatif terhadap perilaku merokok, mudah
mengungkapkan emosinya, mengetahui niat individu untuk berhenti
Berikut ini akan dijelaskan secara lebih mendetail tentang karakteristik
yang dimiliki oleh pemberi dukungan:
1. Memiliki penilaian negatif terhadap perilaku merokok
Semua subjek pemberi dukungan ditemukan memiliki
penilaian negatif terhadap perilaku merokok. Penilaian negatif
tersebut dinilai akan lebih memperkuat pemberian dukungan bagi
individu untuk menghentikan perilaku merokok. Hal tersebut tampak
dari pernyataan subjek penerima dan pemberi dukungan berikut ini:
(Subjek 1, YS)
Sebetulnya sih MB lebih menjastifikasi “aku nggak suka sama cowok yang ngrokok”. (I.no. 489-491). “…ya di sisi lain dia emang nggak suka sama orang yang ngrokok…”.(I.no.819-821)
(Subjek 2, WC)
“…Pacar itu bilangnya mbok jangan ngrokok, aku nggak suka cowok ngrokok…”.(2.no.386-370)
(Subjek Pemberi Dukungan III, NJ)
“Aku kan bener-bener nggak suka sama orang ngrokok”.(III.no.102-104)
2. Mudah mengungkapkan emosinya.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa semua subjek pemberi
dukungan mudah mengungkapkan emosinya baik secara positif
maupun negatif. Meskipun demikian, ekspresi emosi negatif lebih
berperan untuk mendorong subjek penerima dukungan untuk berhenti
merokok. Ekspresi emosi negatif terlihat pada ketiga subjek pemberi
dukungan (MB, SF, dan NJ) yaitu berupa luapan kemarahan dan
dukungan menjadikan subjek penerima dukungan terdorong untuk
berhenti merokok. Seperti yang terjadi pada subjek 1 (YS) yang
merasakan ketidaknyaman melihat pasangannya menangis setelah
mengetahui bahwa YS kembali merokok. Ketidaknyamanan yang
dirasakan oleh YS tersebut mendorongnya untuk semakin berusaha
berhenti merokok. Hal ini terlihat dalam kutipan pernyataan subjek
penerima dan pemberi dukungan berikut:
(Subjek 1 YS)
“…ketika liat dia nangis sampai ya apa ya kok sampai segitunya gitu lho, ya habis itu aku udah mengurangi rokok”. (1.no.578-581)
(Subjek Pemberi Dukungan I, MB)
“Nah, ternyata emosi saya itu yang membuat dia tu berhenti total”. (I.no.212-213)
(Subjek 3, YH)
“…pas udah punya pacar itu punya niatan buat berhenti. Soalnya apa, soalnya mesti diomelin kalau nggak dimarahin sama pacarku . Mulai dari situ aku udah mulai ngurangin rokok”. (3.no.318-323)
3. Mengetahui niat individu untuk berhenti merokok.
Semua subjek pemberi dukungan (MB, SF, dan NJ)
mengetahui niat subjek (YS, WC, dan YH) untuk berhenti merokok.
Hal ini terjadi karena masing-masing subjek penerima dukungan
sengaja memberitahukan niat mereka untuk berhenti merokok.
Dengan demikian, pemberi dukungan dapat memberikan bantuan yang
kutipan pernyataan subjek kedua yang pemberi dukungannya
mengetahui niatnya untuk berhenti merokok:
(Subjek 1, YS)
“… karena MB adalah salah satu orang yang tau kalau akuingin berhenti merokok dan dia mencoba untuk membuat aku untuk berhenti merokok”. (1.no.801-805)
(Subjek Pemberi Dukungan I)
“…dia pernah mengatakan bahwa dia pengen berhenti merokok”.(I.no.27-28)
4. Peduli dengan usaha individu untuk berhenti merokok
Secara keseluruhan, ketiga subjek pemberi dukungan
menunjukkan kepedulian terhadap usaha subjek untuk berhenti
merokok. Bentuk kepedulian dari masing-masing pemberi dukungan
memang berbeda-beda. Bentuk kepedulian yang diberikan antara lain
dengan cara meluangkan waktu untuk memantau perkembangan usaha
individu untuk berhenti merokok. Subjek pemberi dukungan I (MB)
memantau dengan cara meningkatkan frekuensi bertanya pada
individu tentang usahanya berhenti merokok. Sama halnya dengan
pemberi dukungan yang lain (SF dan NJ) mereka juga memantau
individu dengan cara bertanya tetapi frekuensinya tidaklah sesering
MB. Subjek pemberi dukungan II (SF) turut melibatkan orang terdekat
subjek kedua (WC) untuk memantau perilaku merokoknya. Hal
tersebut tampak pada kutipan pernyataan subjek pemberi dukungan
(Subjek Pemberi Dukungan I, MB)
“Aku lebih sering atau bisa dibilang setiap hari ketemu, supaya bisa mengontrol, memantaunya jadi setiap hari aku ke sana, ke tempat kosnya untuk menanyakan apakah minggu ini ngrokok” (I.no.196-200).
(Subjek Pemberi Dukungan II, SF)
“kayak misalnya em apa diingetin, di SMS terus ya temen-temennya dikasih tau ntar kalau WC ngrokok kasih tau aku terus ke bapaknya juga pokoknya semuanya itu tak suruh mantau dia”. (II.no.10-15) “…nggak cuman aku kan kadang nggak bisa ketemu”. (II.no.35-36)
(Subjek Pemberi Dukungan III, NJ)
“…ya dipantau, dipantaunya itu ya misalnya aku tanya hari ini ngrokok apa nggak, terus kalau ngrokok berapa”. (III.no.83-86) “…ya hampir setiap hari ku tanyain ke dia, tapi ke bau juga kan, kecium juga kalau misalnya ngrokok. Kamu ngrokok ya?”. (III.no.91-95)
c. Karakteristik Lingkungan
Karakteristik lingkungan dinilai turut berperan mendorong
maupun menghambat usaha subjek untuk berhenti merokok. Setidaknya
ditemukan beberapa karakteristik lingkungan yang dinilai membantu
usaha subjek selama proses berhenti merokok, yaitu lingkungan
pertemanan yang suportif artinya teman-teman di sekitar subjek
mendukung usaha subjek untuk tidak merokok misalnya dengan tidak
menawari rokok. Selanjutnya adalah lingkungan sekitar individu yang
bebas dari pengaruh rokok dapat menghindarkan munculnya perilaku
merokok, mendukung proses berhenti merokok, serta mencegah relapse.
lingkungan turut berperan sebagai pendorong maupun penghambat dalam
proses berhenti merokok:
(Subjek 1, YS)
“…iya soalnya kan lingkungan yang mendukung aku juga istilahnya bisa apa ya mengurangi dan berhenti ngrokok. Katakanlah ya di kampus ya, di kampus ini kan kebanyakan temen-temen cewek, menurutku nggak tepat kalau aku ngerokok soalnya kan banyak temen-temen cewek kan, itulah yang membuat aku enggan.”(1.no.633-642) “…walaupun aku berusaha tapi istilahnya lingkunganku nggak mendukung aku rasa nggak bakalan sukses”. (1.no.618-621)
(Subjek 2, WC)
“…jadi kan karna lingkungan sama temen-temen itu juga semuanya ngrokok… terus pengen ngrokok lagi”.(2.no.151-160) “…kemudian liat ada orang lain ngrokok itu rasanya kaya berliur lagi dari dalam mulut itu kaya keluar liurnya, kaya pengen ngrasain”. (2.no. 501-504)