• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Belajar Kejar Paket C a). Pendidikan Kesetaraan

commit to user (4) Pendidikan Pemberdayaan Perempuan

2) Program Belajar Kejar Paket C a). Pendidikan Kesetaraan

Rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satunya diakibatkan oleh oleh tingginya angka putus sekolah dari level pendidikan terendah sampai ke level pendidikan tertinggi. Oleh karena permasalah-permasalahan tersebut, program kesetaraan merupakan program program yang sangat vital dalam menjawab permasalahan mutu sumber daya manusia. Menurut Mustofa Kamil (2009 : 98) pendidikan Kesetaraan, merupakan salah satu dari pendidikan non formal (PNF) yang mencakup program Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SMA. Program ini penekannnya pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional peserta didik. Program ini semula ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup.

Disamping itu dimaksudkan juga untuk masyarakat lain yang memerlukan layanan khusus dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai dampak dari perubahan peningkatan taraf hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tidak ada batasan usia dalam program kesetaraan ini.

Pegawai negeri, ABRI, anggota DPR, karyawan pabrik banyak yang memanfaatkan program kesetaraan ini untuk meningkatkan kualifikasi ijazah mereka.

Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi dan kedudukan. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal

26 Ayat (6) menyebutkan bahwa " Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan."

Oleh karena itu pengertian pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi kontens, konteks, metodologi, dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut lebih memberikan konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan permasalahan lingkungan dan melatihkan kecakapan hidup berorientasi kerja atau berusaha sendiri.

Dengan demikian pada standar kompetensi lulusan diberi catatan khusus. Catatan khusus ini meliputi: pemilikan keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Paket A), pemilikan keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, dan pemilikan keterampilan berwirausaha (Paket C). Perbedaan ini oleh kekhasan karateristik peserta didik yang karena berbagai hal tidak mengikuti jalur pendidikan formal karena memerlukan substansi praktikal yang relevan dengan kehidupan nyata.

b). Program Belajar Kejar Paket C

Di atas telah disebutkan bahwa Program Paket C setara SMA merupakan salah satu dari Pendidikan Kesetaraan. Program ini diselenggarakan sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat dan pemerataan pendidikan. Selain itu, program pendidikan kesetaraan paket C dilaksanakan untuk mewujudkan suatu masyarakat Indonesia yang terdidik dan mempunyai kemampuan dasar yang dapat digunakan lulusannya untuk melanjutkan ke peguruan tinggi atau dapat dijadikan bekal untuk berwiraswasta atapun mencari pekerjaan.

commit to user

Program kesetaraan paket C, merupakan program rintisan yang dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal, program kesetaraan paket C ada di bawah binaan Direktorat Pendidikan Kesetaraan. Sebagai sebuah sebuah program rintisan, maka belum banyak PKBM yang mengembangkan program ini. Sasaran program paket C adalah masyarakat lulusan paket B, siswa lulusan SMP/MTs, serta masyarakat yang telah mengikuti pendidikan informal yang disetarakan.

Begitu pula masyarakat yang putus sekolah SMA/MA.

Program paket C dipadukan dengan berbagai jenis ketrampilan yang menjadi pilihan warga belajar atau masyarakat. Program Paket C dikembangkan lebih kompetitif, terutama untuk menjawab berbagai keraguan masyarakat terhadap kualitas pendidikan non formal.

Adapun manajemen penyelenggaraan program pendidikan Paket C menurut Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Dinas Pendidikan Bidang Pedidikan Non Formal an PT (PNF-PT) dalam buku yang berjudul

adalah sebagai berikut

(1) Pengertian Program Belajar Kejar Paket C

Program Paket C setara SMA adalah program pendidikan lanjutan dari Paket B setara SLTP. Kurikulum dan Mata Pelajaran yang digunakan di SMA. Sedangkan pengertian Program Paket C dalam buku terbitan Direktorat Kesetaraan Program Paket C yang dikutip oleh Arif Nasdianto (2010, Program Paket C Setara Sma Pengganti, Pelengkap Dan Penambah Pendidikan Formal, http://et-ee.facebook.com/topic.php?uid=84851306491&topic=11349, Tanggal 12-04-2011 Pukul 20.33 ) adalah program pendidikan menengah pada jalur nonformal setara SMA/MA bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih Pendidikan Kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan menengah. Program kejar paket C adalah program pendidikan pada jalur nonformal yang dituju bagi warga masyarakat yang karena keterbatasan sosial, ekonomi, waktu,

kesempatan, dan geografis tidak dapat mengikuti pendidikan di Sekolah Menengah Atas/yang sederajat. Lulusan program kejar paket C berhak mendapat ijazah SMA. (Dirjen PLS, 2004: 10). Maka dari itu menurut Napitupulu yang dikutip oleh Zulkifli Agus Piliang ( 2010,

Kejar Paket C Pendidikan Alternatif,

http://www.suaramerdeka.com/harian/0607/04/opi03.htm, 30 Januari 2010 pukul 15.16), memberikan tiga pengertian terhadap istilah Kejar.

Yang pertama, arti halafiah, yaitu menutup kekurangan atau mengejar ketinggalan. Kedua, akronim dari kata-kata bekerja dan belajar. Ketiga, akronim dari kelompok belajar. Oleh karena itu Program Kejar adalah program pendidikan luar sekolah yang sifat dan bentuknya mengejar ketinggalan, bekerja sambil belajar atau sebaliknya, dan wadah sebagai kelompok belajar. Program paket C berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang setara dengan SMA, dan yang sesuai dengan kompetensi dan kebutuhan kepada peserta didik yang karena berbagai hal kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh sekolah, sehingga mendapat akses terhadap pendidikan setara SMA bagi orang dewasa.

(Dirjen PLS, 2004: 12).

Maka dari itu, istilah kejar dalam program kejar paket C secara harfiah dapat menunjukkan tujuan program yakni "ingin mengejar ketertinggalan dalam segala bidang kehidupan". Dalam pengertian ini tujuan belajar program kejar paket C adalah untuk mengejar ketertinggalan dan meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan masyarakat dalam berbagai lapangan kehidupan sehingga diharapkan hasil pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan hidup para warga masyarakat melalui usaha sendiri.

Dalam proses belajar mengajar di Program Paket C digunakan pendekatan Andragogi (pendidikan orang dewasa). Andragogi merupakan sebuah pendekatan yang menganggap bahwa orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri.

commit to user

Oleh karena itu dalam andragogi yang terpenting dalam proses belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada peserta belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu

Menurut Knowles ( Oleh Wawan Ridwan. 2011. Prinsip Pendidikan Orang Dewasa. http//www.pendekatan andragogi dalam pembelajaran/psb/htm, 29 Agustus 2011 Pukul 08.33. ) mengembangkan konsep andragogi berdasarkan empat pokok asumsi sebagai berikut:

1. Konsep Diri

Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. Dengan kata lain, secara umum konsep diri anakanak masih tergantung sedangkan pada orang

dewasa konsep dirinya sudah mandiri. Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan penghargaan sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination) dan mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. Hal tersebut menimbulkan akibat dalam pelaksanaan praktek pelatihan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pelatihan.

2. Peranan Pengalaman

Sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan. Pengalaman tersebut merupakan sumber belajar yang demikian kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pelatihan atau

pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman.

Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman). Hal ini memberikan konsekuensi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik pelatihan. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapang, melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peran serta atau partisipasi peserta pelatihan.

3. Kesiapan Belajar

Bahwa setiap individu akan semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya. Pada seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologiknya. Tetapi pada orang dewasa belajar sesuatu karena tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi masalah dalam peranannya sebagai pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi. Hal ini membawa pengaruh terhadap materi pembelajaran dalam suatu pelatihan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peranan sosialnya.

4. Orientasi Belajar

Mempradugakan bahwa pada anak orientasi belajarnya seolah-olah sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada penguasaan kurikulum, sedangkan pada orang dewasa orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosialnya.

commit to user