commit to user
HUBUNGAN ANTARA MINAT KEIKUTSERTAAN PROGRAM PAKET C DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
WARGA BELAJAR DI KELOMPOK BELAJAR PAKET C KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI
OLEH : RENI LINDA SARI
K 8407041
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
HUBUNGAN ANTARA MINAT KEIKUTSERTAAN PROGRAM PAKET C DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI
WARGA BELAJAR DI KELOMPOK BELAJAR PAKET C KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI
OLEH : RENI LINDA SARI
K 8407041
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Sosiologi Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
commit to user
iiicommit to user
ivcommit to user
vABSTRAK
Reni Linda Sari. K8407041. HUBUNGAN ANTARA MINAT KEIKUTSERTAAN PROGRAM PAKET C DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI WARGA BELAJAR DI KELOMPOK BELAJAR PAKET C
DESA TEGIRI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juli. 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hubungan antara Minat Keikutsertaan Program Paket C dengan Prestasi belajar Sosiologi, (2) Hubungan antara Kemandirian Belajar dengan Prestasi belajar Sosiologi, (3) Hubungan antara Minat Keikutsertaan Program Paket C dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi. Penelitian ini mengambil lokasi di Kelompok Belajar Kabupaten Wonogiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif korelasional. Semua populasi dijadikan sampel penelitian karena ini merupakan penelitian populasi yaitu sebanyak 53 warga belajar di Kelompok Belajar Paket C Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Teknik pengumpulan data pokok dilakukan dengan menggunakan teknik angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan teknik analisis statistik regresi ganda.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : Hipotesis yang berbunyi Ada hubungan yang positif dan cukup signifikan antara Minat Keikutsertaan Program Paket C dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar di Kelompok Kabupaten Wonogiri. diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx1y = 0, 346 , dan p = 0,031 dengan SE = 11,97% dan SR = 82,833
%. Hipotesis yang berbunyi da hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar warga belajar di Kelompok Belajar Kabupaten Wonogiri.
menunjukkan diperoleh rx2y = 0, 903 dan p = 0,056 dengan SE sebesar 2,482%
dan SR 17,167%sebesar. Hipotesis yang berbunyi da hubungan yang positif dan signifikan antara Minat Keikutsertaan Program Paket C dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar di Kelompok Belajar Paket
Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan R = 0,380, p = 0,063 dan F sebesar 2,958.
commit to user
vi ABSTRACTReni Linda Sari. K8407041. CORRELATIONAL STUDY BETWEEN THE PACKAGE C PROGRAM PARTICIPATION INTERESTS AND INDEPENDENCE WITH LEARNING ACHIEVEMENT IN THE STUDY OF SOCIOLOGY STUDY GROUP LEARNING PACKAGE C "GIRI TUNGGAL" DESA TEGIRI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONGIRI. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, July.2011.
This research aims to detect: (1) correlation between partisipation interest on paket c program with learning achievement of Sociology, (2) correlation between learning independence in study group with learning achievement of Sosiology, (3) correlation study between partisipation interest on paket c program and learning independence in study group with the sociology learning achievement of learning community . This research was taken at study group C Package
Wonogiri.
The method used in this research is quantitative descriptive correlational.
All populations sampled for this study is a population study as many as 53 residents to study in study group C Package "Giri Tunggal" in Desa Tegiri, Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Principal data collection technique was done by using questionnaires. Data analysis technique that is used by multiple regression statistical analysis techniques.
Based on the results of research, which can be concluded that: "There is a positive and significant relationship between C Package Program Participation Interests with learning achievement Sociology citizens studying in Study Group C Package" Giri Tunggal" Desa Tegiri, Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri." Accepted. It can be seen from the results of data analysis showed rx1y
= 0, 346, and p = 0.031 with SE = 11.97% and SR = 82.833%. "There is a positive and significant relationship between self-sufficiency by learning achievement residents learn to learn in Study Group C Package" Giri Tunggal" Desa Tegiri, Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri." Accepted. It can be seen from the results of analysis obtained data showing rx2y = 0, 903 and p = 0.056 with SE of 2.482% and 17.167% for SR. "There are positive and significant relationships between the Package Program Participation Interest in C and independence of learning with learning achievement Sociology citizens studying in Study Group C Package "Giri Tunggal" Desa Tegiri, Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri", accepted. It can be seen from the results of data analysis showed R = 0.380, p = 0.063 and F of 2.958.
commit to user
vii MOTTO-olah Anda akan mati esok hari. Belajarlah seolah-olah Anda akan hidup
( Mahatma Gandhi)
ad kita sendiri untuk meraih sukses adalah jauh lebih
( Abraham Lincoln)
Kerjakanlah apa yang ingin kau kerjakan sekarang karena kesempatan tidak datang dua kali
(penulis)
commit to user
viiiPERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberiku semangat dan doa.
Kakakku tercinta yang telah memberi banyak masukan dan saran yang membangun.
2. Almamater.
commit to user
ixKATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Pencipta Semesta Alam beserta seluruh isinya atas segala limpahan rahmat, berkah serta hidayah-Nya, sehingga skripsi yang telah disusun dengan penuh kesabaran dan keteguhan hati ini dapat terselesaikan.
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penulisan skripsi banyak mendapatkan bantuan, dorongan, motivasi serta doa dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu atas segala bentuk bantuan tersebut, disampaikan terima kasih terutama kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan P.IPS yang telah memberikan ijin dalam penulisan skripsi.
3. Drs. H.M.H. Sukarno, M.Pd, Ketua Prodi Sosilogi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Hj. Siti Chotidjah M.Pd, Pembimbing I, yang dengan sabar memberikan pengarahan serta bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Drs. H.
Basuki Haryono, M.Pd, selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Subagyo, S.Pd, selaku Kepala Pelaksana di Kelompok Belajar Paket C Tunggal egiri Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di Kelompok Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri.
6. Teman-teman terdekatku (Yustina, Pu, Kenyik, Handa, Sari)
7. Teman-teman kost Ayudya (Pu, Mbk Rina, Mbak Novi, Wita, Widi, Lia, Intan, Jannah, Candra, Farah), terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya.
commit to user
x8. Semua warga belajar di
Tegiri Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya.
9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna mencapai penulisan yang lebih baik. Akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Amin.
Surakarta, Juli 2011
Peneliti
commit to user
xi DAFTAR ISIJUDUL ... i
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT... vi
MOTTO... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... .. ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... . xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... ... 7
C. Pembatasan Masalah ... ... 8
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... ... 11
A. Tinjauan Pustaka ... 11
1. Tinjauan Pustaka Prestasi Belajar Sosiologi... 2. Tinjauan Pustaka Minat Keikutsertaan Program Paket C ... 3. Tinjauan Pustaka Kemandirian Belajar ... 11 37 65
commit to user
xiiB. Penelitian Yang Relevan ...
C. Kerangka Pemikiran ...
D. Perumusan Hipotesis . ...
BAB III METODE PENELITIAN ...
A. Tempat dan Waktu Penelitian...
B. Variabel Penelitian...
C. Populasi dan Sampel ...
D. Teknik Pengumpulan Data...
E. Rancangan Penelitian ...
F. Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN...
A. Deskripsi Data ...
B. Pengujian Prasyarat Analisis ...
C. Pengujian Hipotesis ...
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ...
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN...
A. Simpulan ...
B. Implikasi ...
C. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
71 72 74 75 75 76 78 84 99 104 111 111 117 124
132 135 135 136 137 139 144
commit to user
xiiiDAFTAR TABEL
Tabel 1 Waktu Penelitian ... 75 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Data Minat Keikutsertaan Program
Paket C (X1) ...
111
Tabel 3 Diskripsi Data Minat Keikutsertaan Program Paket C (X1)
112
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Data Kemandirian Belajar (X2)... 113 Tabel 5 Diskripsi Data Kemandirian Belajar (X2)... 114 Tabel 6 Distribusi Data Prestasi Belajar (Y)... 116 Tabel 7
Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13 Tabel 14 Tabel 15 Tabel 16
Deskripsi Data Prestasi Belajar (Y)...
Rangkuman Variabel Minat Keikutsertaan Paket C (X1) Rangkuman Variabel Kemandirian Belajar (X2)...
Rangkuman Variabel Prestasi Belajar (Y) ...
Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y ...
Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ...
Matriks Interkorelasi Analisis Regresi ...
Koefisien Beta dan Korelasi Parsial...
Tabel Rangkuman Analisis Regresi Model Penuh...
Perbandingan Bobot Prediktor...
116 118 119 121 122 123 124 126 127 130
commit to user
xivDAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema Kerangka Berpikir ... 73 Gambar 2 Grafik Histogram Minat Keikutsertaan Program Paket
C (X1) ... 113 Gambar 3 Grafik Histogram Kemandirian Belajar ... 115 Gambar 4 Grafik Histogram Prestasi Belajar Sosiologi (Y)... 117
commit to user
xvDAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
Matriks Tryout Angket Tryout Matriks Penelitian Angket Penelitian
Soal Tes .
Analisis Kesahihan Butir (validitas) Minat
Keikutsertaan Program Paket C...
144 146 159 161 175 183
Lampiran 7 Analisis Kesahihan Butir (validitas) Kemandirian 188
Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13
. Sebaran Frekuensi dan Histogram ...
Uji Normalitas Sebaran ...
...
Analisis Regresi Model Penuh dan Stepwise ...
...
194 208 213 218 221 224
commit to user
1BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi, problematika yang dihadapi jutaan anak manusia menjadi sangat kompleks. Globalisasi yang ditandai hilangnya batas antar negara di atas bumi, disebabkan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan ekonomi dan kecanggihan sarana informasi. Diakui atau tidak, krisis multidimensional yang melanda negara kita, membuka mata kita terhadap mutu penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Penyebab terjadinya krisis itu begitu kompleks, namun tidak dipungkiri bahwa penyebab utamanya adalah sumber daya manusia itu sendiri yang kurang bermutu. Oleh sebab itu, pendidikan harus mampu menyelenggarakan pembekalan pengetahuan, penanaman nilai pembentukan sikap dan karakter, guna mengembangkan bakat, kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan menumbuh kembangkan semua potensi jasmani dan rohani yamg optimal, seimbang dan sesuai dengan tuntutan jaman.
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia guna mendorong laju pembangunan nasional suatu bangsa, karena pendidikan merupakan kunci pembangunan suatu bangsa. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan merupakan bagian upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, agar sumber daya manusia lebih berpartisipasi dalam pembangunan, maka diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan minimal setaraf dengan lulusan Sekolah Menengah Atas ( SMA atau setara SMA/MA). Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kebutuhan mutlak suatu bangsa atau negara, jika ingin ikut berpartisipasi aktif dalam pembangunan di era globalisasi ini. Dalam kerangka peningkatan sumberdaya manusia Indonesia, pemerintah melaksanakan berbagai upaya yang salah satu dari upaya-upaya tersebut adalah melalui pembangunan pendidikan, karena pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia dan merupakan langkah yang paling strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
commit to user
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( 2003 : 12 ) menyatakan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya . Melalui jalur pendidikan nonformal, pemerintah dalam hal ini Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, dan Pemuda. Departemen Pendidikan Nasional menyelenggarakan berbagai program kesetaraan yang salah satu diantaranya adalah Program Kejar Paket C yaitu program yang memberikan pelayanan pendidikan setara Sekolah Menengah Atas.
Menurut Sihombing Umberto ( 2000 : 87 ) menyatakan bahwa :
enyelenggaraan pendidikan luar sekolah, dalam rangka memberdayakan masyarakat agar menjadi masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri, memiliki daya saing dan gemar belajar, banyak menghadapai permasalahan, karena masih ada warga belajar yang belum merasakan dampak langsung terhadap perbaikan kehidupannya dari apa yang diperolehnya setelah ikut program belajar .
Menurut Zulkifli Agus Pinilang ( 2010, Kejar Paket C Pendidikan Alternatif, http://www.suaramerdeka.com/harian/0607/04/opi03.htm, 30 Januari 2011 ) menjelaskan bahwa pendidikan kesetaraan meliputi program Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 26 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/ atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat .
Secara umum sasaran dari program pendidikan nonformal adalah mereka yang tergolong kurang beruntung, baik dari aspek ekonomis, geografis, dan sosial budaya. Oleh karena itu aspek akademis dan kecakapan hidup dalam pendidikan nonformal selalu dibelajarkan secara intregrasi. Sasaran pendidikan nonformal dikategorikan kedalam dua kelompok usia, yaitu usia sekolah dan usia dewasa.
Kelompok usia sekolah contohnya anak jalanan anak nelayan, dan pekerja anak.
Sedangkan kelompok usia dewasa adalah mereka yang sudah bekerja atau terjun
kemasyarakat tetapi belum memperoleh pendidikan dasar atau menengah.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yaitu berfungsi sebagai pengganti penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan kesetaraan berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan menekankan pada penguasaan pengetahuan akademik dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
Sedangkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 3 ( 2003 : 17 ) menyatakan bahwa endidikan Non Formal meliputi Pendidikan Kecakapan Hidup, Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Kepemudaan, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan Keaksaraan Fungsional, Pendidikan Ketrampilan dan Pelatihan Kerja, Pendidikan Kesetaraan serta didikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik .
Sedangkan pasal 26 ayat 6 ( 2003 : 18 ) menjelaskan bahwa asil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan . Pendidikan tidak hanya melalui sekolah formal, tetapi dapat diperoleh melalui jalur pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan pemerintah seperti Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara SMP dan Kejar Paket C setara SMA. Program Kejar Paket B setara SMP merupakan penunjang program wajib belajar 9 tahun yang dilaksanakan oleh Diklusepora.
Secara khusus Program Paket C berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai yang setara dengan Sekolah Menengah Atas kepada peserta didik yang karena berbagai hal tidak dapat bersekolah.
Sehingga dapat meningkatkan partisipasi bagi lulusan Sekolah Menengah Pertama di kelompok usia 13-15 tahun, dan memberikan akses terhadap pendidikan setara Sekolah Menengah Atas bagi orang dewasa sesuai dengan potensi dan kebutuhanya.
commit to user
Sekarang ini program belajar Paket C sudah banyak diminati oleh banyak orang sebagai salah satu solusi untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi khususnya yang setara dengan Pendidikan Menengah Atas. Banyaknya siswa SMA yang tidak lulus ujian Nasional (UN) mengakibatkan program Kelompok Belajar (Kejar) Paket C ramai dibicarakan. Di antaranya mereka yang setuju Kejar Paket C sebagai solusi atau jalan ke luar bagi siswa yang tidak lulus. Mereka melihat peluang bagi siswa yang tidak lulus untuk ikut ujian Paket C agar tetap bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Seperti halnya di
Kelompok Belajar atan Batuwarno
Kabupaten Wonogiri yang cukup diminati oleh masyarakat setempat yang kebanyakan tidak lulus SMA ataupun yang hanya lulusan SMP.
Setiap lulusan pendidikan kesetaraan diharapkan dapat memiliki kecakapan hidup yang diarahkan untuk dapat bertahan dan bersaing dalam kehidupan masyarakat setempat, lingkungan baru, atau dimanapun ia berada. Hakekat kecakapan hidup sendiri tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja namun ia juga harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya secara fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja menggunakan teknologi ( Satori : 2002 ). Standar kompetensi kecakapan hidup sendiri meliputi :
1. Kecakapan Personal
Kecakapan ini meliputi beriman kepada Tuhan YME, berakhlak mulia berpikir rasional, memahami diri sendiri, percaya diri, bertanggung jawab untuk pembelajaran pribadi, dapat menghargai, dan menilai diri sendiri.
2. Kecakapan Sosial
Kecakapan ini meliputi kompetensi bekerja sama dalam kelompok menunjukkan tanggung jawab sosial, mengendalikan emosi, dan berinteraksi dalam masyarakat dan budaya lokal serta global.
3. Kecakapan Intelektual
Kecakapan ini meliputi kompetensi menguasai pengetahuan menggunakan metode dan penelitian ilmiah, bersikap ilmiah mengembangkan kapasitas social dan berpikir strategis untuk belajar sepanjang hayat, serta berkomunikasi secara ilmiah.
4. Kecakapan Vokasional
Kecakapan ini meliputi kompetensi yang berkaitan dengan suatu bidang kejuruan/ketrampilan fungsional yaitu ketrampilan bermata pencaharian
seperti menjahit, bertani, berternak, otomotif, ketrampilan bekerja, kewirausahaan, serta ketrampilan menguasai teknologi informasi dan komunikasi.
Kompetensi kecakapan hidup tersebut dikembangkan melalui pembelajaran dan pelatihan berbagai mata pelajaran yang mendukung penguasaan pengetahuan, ketrampilan fungsional dan kepribadian profesional. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran, menurut Cepi Riyana ( 2010. Komponen Pembelajaran, http//kurtek.upi.edu/psb/htm, 30 Maret 2011 Pukul 18.33) ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya 1). Guru, 2) Tujuan, 3).
Kurikulum, 4). Sarana dan prasarana sekolah, 5) Lingkungan sekolah, 6) Peserta didik, 7). Materi, 8) Metode. Dengan didukung berbagai komponen pendidikan tersebut maka diharapkan mutu pembelajaran akan meningkat.
Prestasi belajar sebagai hasil belajar peserta didik, pada kenyataannya merupakan salah satu indikator yang bisa mengukur mutu suatu pembelajaran.
Prestasi belajar sendiri adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil belajar (Sutratinah Tirtonegoro, 2001 : 43 ). Melalui prestasi belajar seorang peserta didik dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.
Prestasi belajar ditentukan oleh berbagai faktor, secara garis besar faktor tersebut terbagi dalam faktor internal atau faktor dalam diri peserta didik dan faktor eksternal atau faktor luar diri peserta didik. Faktor internal meliputi motivasi, kedisiplinan, minat, persepsi, bakat, intelegensi, kemandirian dan sebagainya.
Sedangkan faktor ekstern meliputi keadaan udara, suhu dan cuaca, keluarga, sekolah, lingkungan tempat tinggal, teman bergaul. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang optimal dapat terpenuhi, jika semua faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar baik itu faktor internal maupun eksternal dapat terpenuhi.
Diantara beberapa faktor internal di atas, yang menentukan keberhasilan belajar salah satunya adalah minat keikutsertaan seseorang tersebut terhadap suatu program pendidikan khususnya Program Pendidikan Paket C. Minat keikutsertaan sendiri merupakan sebuah motivasi intrinsik sebagai daya penggerak seseorang untuk ikut serta atau berpartisipasi dalam melakukan aktivitas dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap, dimana aktivitas tersebut merupakan proses
commit to user
pengalaman belajar yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka dan gembira. Minat seseorang dalam mengikuti Program Paket C sedikit banyak mempengaruhi prestasi peserta didik. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Peserta didik yang menaruh minat tinggi terhadap suatu bidang studi tertentu, maka ia akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada peserta didik lain. Sehingga memungkinkan peserta didik tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Dalam proses belajar, haruslah diperhatikan apa yang menjadi daya penggerak peserta didik agar dapat belajar dengan baik atau mempunyai minat/kemauan untuk berfikir serta memusatkan perhatian, merencanakan, dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan atau menunjang belajar. Sejauh ada minat/kemauan untuk belajar terutama dalam belajar Sosiologi maka dimungkinkan akan dapat terjadi proses belajar secara aktif dan mandiri. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, melainkan suatu prinsip belajar yang bertumpu pada kegiatan dan tanggung jawab siswa itu sendiri untuk keberhasilan belajarnya.
Menurut Haris Mudjiman (2007: 1) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki yang dilakukan oleh pembelajar sendiri. Peserta didik mau belajar sendiri karena merasa butuh pengetahuan untuk mengisi otaknya atau menguasai ketrampilan yang layak dimilikinya. Dengan belajar mandiri, peserta didik diharapkan tidak tergantung pada orang lain setiap menghadapi permasalahan dalam pembelajaran.
Peserta didik dituntut untuk mampu berusaha menemukan pemecahannya dengan tidak secara langsung mengadukan permasalahan tersebut kepada orang lain yang mana mengharap adanya penyelesaian tanpa terlebih dahulu ia berusaha mencobanya sendiri. Siswa diharapkan mampu berfikir secara aktif, kreatif, dan inovatif serta memiliki inisiatif sendiri. Seringnya peserta didik melaksanakan belajar mandiri, maka secara otomatis juga akan berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar peserta didik. Semakin tinggi minat peserta didik untuk mengikuti
proses pembelajaran maka akan mendorong peserta didik untuk sering melakukan belajar secara mandiri yang dapat meningkatkan pemahaman akan materi pembelajaran yang diajarkan, dan sedikit banyak akan berpengaruh pada peningkatan prestasi belajar peserta didik.
Mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang :
Hubungan Antara Minat Keikutsertaan Program Paket C dan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Warga Belajar Di Kelompok Belajar
Wonogiri
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, timbul beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri warga belajar (intern) dan faktor dari luar warga belajar (ekstern). Faktor intern antara lain adalah minat keikutsertaan suatu program pembelajaran dan kemandirian belajar.
2. Kemandirian belajar warga belajar yang rendah dapat berpengaruh dalam pencapaian prestasi di sekolah.
3. Minat keikutsertaan program belajar dapat berpengaruh pada prestasi warga belajar.
4. Kesadaran diri dan kemampuan yang rendah dalam diri warga belajar dapat menghambat warga belajar dalam belajar mandiri.
5. Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku secara menyeluruh dan relatif mantap yang terjadi akibat dari adanya usaha dari seseorang melalui latihan atau pengalaman serta menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupun psikis
6. Prestasi belajar Sosiologi merupakan nilai yang diperoleh sebagai tanda keberhasilan warga belajar setelah melaksanakan proses belajar khususnya prestasi belajar pada mata pelajaran Sosiologi.
commit to user
C. Pembatasan MasalahBerdasarkan latar belakang dari masalah di atas, maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut :
1. Minat Keikutsertaan Program Paket C
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat keikutsertaan dibatasi pada minat seseorang untuk menjadi warga belajar dan mengikuti proses pembelajaran di
Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Data minat keikutsertaan Program Belajar Paket C ini diperoleh dari angket.
2. Kemandirian Belajar
Kemandirian belajar dibatasi pada kemandirian belajar warga belajar di Kelompok Belajar
Batuwarno Kabupaten Wonogiri, baik di sekolah maupun di rumah. Data kemandirian belajar ini diperoleh dari angket.
3. Prestasi Belajar adalah nilai dari mata pelajaran Sosiologi warga belajar di
Batuwarno Kabupaten Wonogiri. Data prestasi diperoleh dari hasil tes mata pelajaran Sosiologi.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan yang positif antara minat keikutsertaan Program Paket C dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar di kelompok Desa Tegiri Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri?
2. Apakah ada hubungan yang positif antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar
Desa Tegiri Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri ?
3. Apa ada hubungan yang positif secara bersama antara minat keikutsertaan Program Paket C dan kemandirian belajar secara bersama dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar
Desa Tegiri Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara minat keikutsertaan Program Paket C dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar di kelompok belajar paket Kabupaten Wonogiri.
2. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar
Kabupaten Wonogiri.
3. Untuk mengetahui hubungan antara minat keikutsertaan Program Paket C dan kemandirian belajar secara bersama dengan prestasi belajar Sosiologi warga belajar
Kecamatan Batuwarno Kabupaten Wonogiri.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya maupun masyarakat pada.
b. Menambah pengetahuan dan wawasan, khususnya mengenai minat keikutsertaan Program Paket C dan kemandirian belajar dengan prestasi belajar.
c. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk kegiatan penelitian sejenis untuk waktu yang akan mendatang.
commit to user
2. Manfaat Praktis.a. Sebagai masukan yang positif bagi lembaga yang bersangkutan sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajarannya, sehingga mampu membekali para peserta didiknya untuk dapat melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
b. Bagi para pendidik, pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian ini dapat ditransformasikan kepada peserta didik pada khususnya, serta masyarakat pada umumnya.
commit to user
11BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar Sosiologi a. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai oleh siswa sebagai anak didik. Belajar didefinisikan secara psikologis sebagai suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ada beberapa definisi belajar menurut para ahli, menurut Skinner yang dikutip oleh Dimyati, Mudjiono ( 1994 : 8 ) belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
1) Kesempatan terjadi peristiwa yang menimbulkan respon belajar.
2) Respon si pembelajar
3) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut
Dari kutipan di atas penulis dapat menjelaskan bahwa dalam suatu proses belajar terdapat suatu hal/peristiwa yang menimbulkan suatu rangsangan/stimulus yang nantinya akan mendapat tanggapan atau respon dari peserta didik, semakin kuat respon yang diberikan maka semakin baik pula responnya. Dapat dicontohkan : seorang guru memberikan stimulus kepada siswa berupa pertanyaan mengenai materi yang sedang dipelajari, hal ini secara otomatis akan mendorong siswa untuk memperikan respon atas pertanyaan tersebut yaitu berupa jawaban.
Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar akan mendapat reward seperti hadiah, tepuk tangan, pujian, ataupun nilai yang bagus, reward ini bisa menjadi penguat bagi siswa untuk lebih giat dalam belajar dan nantinya bisa memberikan respon yang lebih dalam proses belajar.
commit to user
merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan suatu perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-
ini, penulis dapat menjelaskan bahwa serangkaian usaha pembelajaran yang dilakukan oleh individu akan melahirkan aktivitas yang nantinya akan diterapkan dalam kehidupannya dan melekat kuat dalam tingkah laku dan ingatannya.
Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan, di mana perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kecakapan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama yang terjadi karena usaha.
Sedangkan Slameto ( 2003
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam Dari pengertian tersebut, peneliti menjelaskan bahwa proses belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seorang individu dengan cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar baik lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Proses interaksi tersebut memberikan pengalaman-pengalaman kepada individu tentang berbagai macam hal yang terjadi sehingga ia dapat membedakan mana hal yang baik dan buruk.
Dimana proses interaksi dan pengalaman tersebut dapat merubah tingkah laku seseorang.
Sedangkan menurut Wittig dalam bukunya Psychology of Learning yang dikutip oleh Muhibbin Syah ( 2006 : 90 ) mendefinisikan belajar sebagai
(Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman).
Dari berbagai pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara menyeluruh dan relative mantap dalam jangka waktu yang cukup lama yang terjadi akibat dari adanya usaha dari seseorang melalui latihan
atau pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan serta menyangkut aspek kepribadian baik fisik maupun psikis.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses dimana seorang individu melalui usaha/latihan dan relative mantap dalam jangka waktu yang cukup lama yang dilakukan untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara menyeluruh, dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Menurut Muhibbin Syah ( 2006 : 132 ) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Faktor internal ( faktor dari dalam individu siswa ), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.
2) Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa ), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3) Faktor pendekatan belajar ( approach to learning ), yakni jenis upaya belajar siswa yaitu meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dari faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Muhibbin Syah di atas dapat peneliti jelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu yang pertama faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri individu) yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa. Keadaan jasmani disini merupakan keadaan fisik dari siswa, siswa yang memiliki keadaan fisik yang sehat, maka akan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajarnya. Siswa akan lebih mudah untuk menyerap dan memahami apa yang sedang dipelajari karena ia memiliki kondisi fisik yang baik dan sehat, sebaliknya apabila keadaan fisik siswa sedang terganggu seperti sakit, cacat tubuh, kelelahan dan sebagainya maka akan menghambat siswa dalam proses belajarnya. Ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemas, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya.
commit to user
Sedangkan kondisi rohani disini meliputi segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang mantap dan stabil. Kondisi rohani di sini meliputi intelegensi, kemauan, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
Faktor kedua yaitu faktor eksternal ( yang berasal dari luar diri peserta didik) yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekolah. Lingkungan keluarga, faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang cukup tenang, adanya perhatian orangtua terhadap perkembangan proses belajar dan pendidikan anak-anaknya maka akan mempengaruhi keberhasilan belajarnya. Lingkungan sekolah, lingkungan sekolah sangat diperlukan untuk menentukan keberhasilan belajar siswa. Hal yang paling mempengaruhi keberhasilan belajar para siswa di sekolah mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib atau disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten. Lingkungan masyarakat, seorang siswa dapat memilih lingkungan masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan belajar. Masyarakat merupkan faktor ekstern yang juga berpengruh terhadap belajar siswa karena keberadannya dalam masyarakat. Lingkungan yang dapat menunjang keberhasilan belajar diantaranya adalah, lembaga-lembaga pendidikan nonformal, seperti kursus bahasa asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan lain-lain.
Faktor yang ketiga yaitu pendekatan belajar ( approach to learning ), yakni jenis upaya belajar siswa yaitu meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Strategi dan metode ini cukup besar pengaruhnya dalam mempengaruhi keberhasilan belajar. Siswa yang memiliki strategi dan metode yang sesuai, akan mempermudah siswa untuk menyerap apa yang dipelajarinya.
Dengan meperhatikan faktor-faktor tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar seseorang dan dapat mencegah siswa dari penyebab- penyebab terhambatnya pembelajaran.
c. Teori-Teori Belajar
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata ( 2003 : 167 ), secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi yaitu teori Disiplin Mental, Behavioristik dan Cognitive Gestalt-Field.
1) Teori Disiplin Mental
Menurut rumpun psikologi ini, individu memiliki kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan, kemampuan, dan potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda. Ada tiga teori yang termasuk dalam rumpun psikologi ini :
a) Psikologi Daya ( Faculty Psychology )
Menurut aliran psikologi ini, individu memiliki sejumlah daya- daya: daya mengenal, mengingat, menanggap, mengkhayal, berfikir, merasakan, berbuat dsb. Daya-daya itu dapat dikembangkan melalui latihan dalam bentuk ulangan-ulangan.
b) Herbartisme
Herbart seorang psikolog Jerman menyebut teorinya sebagai teori Vorstellungen. Dalam teori ini berpendapat bahwa belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan sebanyak-banyaknya dan sejelas- jelasnya pada kesadaran individu. Hal ini diberikan melalui bahan yang sederhana penting tapi menarik, dan memberikannya sesering mungkin.
Jadi dalam teori Herbart juga tetap menekankan pentingnya ulangan- ulangan.
c) Naturalisme Romantik dari J.J Rousseau
Menurut J.J Rousseau anak memiliki potensi-potensi yang masih terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan
commit to user
mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut.
Sesungguhnya anak mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya sendiri. Pendidik tidak perlu terlalu banyak ikut campur mengatur anak. Biarkan dia belajar sendiri, ciptakan kondisi belajar yang permisif, menarik dan bersifat alamiah.
2) Teori Behaviorisme
Rumpun psikologi ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molecular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti halnya molekul-molekul. Dari rumpun ini ada tiga teori di dalamnya, yaitu :
a) Koneksionisme
Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari hubungan stimulus-respon atau perangsang-jawaban. Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan stimulus-respons sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau yang berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.
b) Teori Pengkondisian
Menurut teori ini, belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Kebiasaan makan atau mandi pada jam tertentu,kebiasaan berpakaian, masuk kantor, kebiasaan belajar dll terbentuk karena pengkondisian.
c) Teori Penguatan ( Reinforcement )
Teori ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme. Bila dalam teori pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangnya, maka pada teori penguatan ini yang dikondisi atau diperkuat adalah responsnya. Seorang anak belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua jawaban pertanyaan dalam ulangan atau ujian,
guru akan memberikan penghargaan kepada anak tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka anak tersebut akan lebih giat dalam belajar.
3) Teori Cognitive Gestalt - Field
Rumpun psikologi ini berbeda dengan rumpun psikologi Behaviorisme, apabila rumpun behaviorisme bersifat molecular maka rumpun ini bersifat molar atau bersifat keseluruhan atau keterpaduan.
Ada tiga teori dalam rumpun ini, yaitu : a) Teori Kognitif
Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan stimulus-respons. Perilaku juga penting sebagai indikator, tetapi yang lebih penting adalah berfikir. Hal yang penting dalam teori ini adalah bahwa individu aktif, konstruktif dan berencana, bukan pasif menerima stimulus dari lingkungan. Individu berfikir secara aktif dalam membentuk wawasannya tentang kenyataan, memilih aspek-aspek penting dari pengalaman untuk disimpan dalam ingatan atau digunakan dalam pemecahan masalah.
b) Teori Gestalt
Menurut Gestalt, belajar harus dimulai dari keseluruhan, baru kemudian kepada bagian-bagian. Belajar menurut teori Gesalt menekankan pemahaman atau insight. Dalam belajar siswa harus memahami makna hubungan antar satu bagian dengan bagian yang lainnya. Satu hukum yang terkenal dalam teori ini yaitu hukum Pragnanz yang berarti teratur, seimbang, harmonis. Dalam belajar adalah mencari dan mendapatkan Pragnanz, yaitu menemukan keharmonisan, keteraturan dari sesuatu.
c) Teori Medan ( Field Theory )
Teori ini sama dengan teori Gestalt yang menekankan pada keseluruhan dan kesatupaduan. Menurut teori ini, belajar adalah berusaha mengatasi hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan. Kurikulum sekolah dengan segala macam tuntutannya, berupa kegiatan belajar di
commit to user
dalam kelas, di laboratorium, work shop, luar sekolah, penyelesaian tugas-tugas, ujian, ulangan dsb, pada dasarnya merupakan hambatan yang harus diatasi.
Sedangkan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Terbuka (1985 : 13-23 ) ada dua kelompok teori belajar yaitu :
1) Teori-teori Behavioristik-Elementaristik yang terdiri dari : teori Koneksionisme, teori Clasical conditioning, dan teori Operant conditioning.
2) Teori-teori Kognitif-Wholistik yang terdiri dari : teori Gestalt, teori Medan.
Dari pendapat di atas tentang teori-teori belajar, penulis dapat menjabarkan :
1) Teori Behavioristik a) Teori Koneksionisme
Teori ini dikemukakan oleh Thorndike, dimana pada dasarnya belajar merupakan pembentukan asosiasi ( bond, connection ) antara kesan pancaindera ( sense impression ) dengan kecenderungan untuk bertindak (impulse to action). Belajar menurut Thorndike adalah seleksi dan hubungan dimana berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Ia mengemukakan ada 3 hukum terntang proses belajar yaitu :
(1) Hukum Primer (2) Hukum Subsider (3) Hukum Tambahan
b) Teori Classical Conditioning
Teori ini dikemukakan oleh Pavlov, dari beberapa eksperimen yang dilakukannya bahwa tingkah laku tertentu dapat dibentuk dengan pengaturan dan manipulasi lingkungan. Proses pembentukan tingkah laku tersebut disebut proses persyaratan (conditioning process). Inti dari teori ini adalah tingkah laku tertentu dapat dibentuk dengan secara berulang- ulang, dimana tingkah laku tersebut diberi stimulus/dipancing dengan sesuatu yang memang dapat menimbulkan tingkah laku tersebut.
c) Teori Operant Conditioning
Teori ini dikemukakan oleh Skinner, seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respons, tetapi berbeda dengan kedua tokoh pendahulunya, Skinner menjelaskan lebih rinci. Dimana ia membedakan ada dua macam respons, yaitu :
(1) Respondent Response yaitu respons yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang tertentu.
(2) Operant Response yaitu respons yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu.
Inti dari teori Skinner adalah pada respons atau tingkah laku jenis yang kedua yaitu Operant response, karena perangsang ini memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi perangsang yang demikian ini mengikuti/memperkuat sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Misal seorang anak melakukan kegiatan belajar, lalu mendapatkan hadiah maka anak tersebut akan lebih giat untuk belajar. Jadi teori ini menekankan bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan memodifikasikan tingkahlaku-tingkahlaku tersebut.
2) Teori Kognitif a) Teori Gestalt
Teori Gestalt pada mulanya adalah bidang persepsi, terutama penglihatan. Dimana disusun beberapa hukum Gestalt dalam pengamatan seperti hukum Pragnanz, hukum kesamaan, hukum keterdekatan, hukum ketertutupan, hukum kontinuitas. Para ahli psikologi Gestalt berpendapat bahwa hukum-hukum dan prinsip-prinsip yang berlaku dalam bidang pengamatan itu juga berlaku dalam bidang belajar dan berfikir. Hal itu karena apa yang dipelajari dan dipikirkan itu bersumber dari apa yang dikenal lewat fungsi pengamatan, dan belajar dan berfikir itu hakikatnya adalah melakukan perubahan struktur kognitif. Berbeda dengan teori behavioristik yang mengabaikan insight, teori Gestalt justru menganggap
commit to user
bahwa insight adalah inti dari belajar. Jadi belajar yang utama adalah dimengertinya hal yang dipelajarinya.
b) Teori Medan
Teori ini dikemukakan oleh Kurt Lewin yang dikembangkan dari Psikologi Gestalt. Hal-hal baru yang ditambahkan oleh Lewin mengenai belajar adalah sebagai berikut :
(1) Belajar adalah pengubahan struktur kognitif.
(2) Peranan hadiah dan hukuman (3) Masalah sukses dan gagal (4) Tahap Aspirasi
Suatu hal yang penting dalam hubungan dengan pengalaman sukses dan gagal serta taraf aspirasi adalah suatu penemuan, bahwa sukses berakibat terjadinya mobilitas energi cadangan yang hasilnya meningkatkan kemampuan seseorang untuk berusaha lebih jauh.
Menurut Masyhuri ( 1990 : 47-51 ) tentang teori-teori belajar, selain menyebutkan Teori Behavioristik dan Teori Kognitif, ia juga menyebutkan tentang Teori Humanistik. Teori Humanistik ini berusaha memahami tingkah laku seseorang bukan dari sudut pengamat, melainkan dari sudut pelakunya. Oleh karena itu, dalam soal belajar, teori Humanistik menekankan pandangannya pada masalah bagaimana individu itu dipengaruhi oleh tujuan yang ada pada dirinya, dan dikaitkan dengan pengalamannya. Kaum Humanist menganggap bahwa tingkah laku individu itu ditentukan oleh individu itu sendiri. Sesuai dengan pandangan Humanist seseorang bebas memilih kualitas hidup mereka dan tidak terikat pada lingkungannya. Berbeda dengan pandangan kaum Behavioris yang mengatakan bahwa individu itu ditentukan oleh lingkungannya. Individu hanyalah member respons terhadap stimulus yang datang dari lingkungannya.
Dari berbagai teori tentang belajar di atas, menurut peneliti yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu tentang minat keikutsertaan dan kemandirian belajar siswa adalah teori Naturalisme Romantik dari J.J Rousseau.
Dalam teori ini berpendapat bahwa anak memiliki potensi-potensi yang masih
terpendam, melalui belajar anak harus diberi kesempatan mengembangkan atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Siswa berpendapat bahsa siswa dijadikan objek dan subjek dalam proses belajar. Kemandirian siswa sangat penting menurut teori ini. Bakat dan potensi yang dimiliki siswa dikembangkan melalui usaha dari siswa itu sendiri. Sesungguhnya siswa mempunyai kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya sendiri.
Pendidik tidak perlu terlalu banyak ikut campur mengatur anak. Biarkan dia belajar sendiri, ciptakan kondisi belajar yang permisif, menarik dan bersifat alamiah. Jadi disini kemandirian siswa sangat penting untuk mengembangkan potensi anak.
Selain teori naturalis, teori yang sesuai dengan permasalahan ini yaitu teori Humanis, teori ini berusaha memahami tingkah laku seseorang bukan dari sudut pengamat, melainkan dari sudut pelakunya. Faktor internal siswalah yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar yang meliputi motif, minat, bakat intelengensi dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam soal belajar, teori Humanistik menekankan pandangannya pada masalah bagaimana individu itu dipengaruhi oleh tujuan yang ada pada dirinya, dan dikaitkan dengan pengalamannya.
d. Tahap-Tahap Belajar
Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional.
Menurut Jerome S. Bruner yang dikutip oleh Muhibbin Syah ( 2006 : 113), dalam proses pembelajaran siswa menempuh 3 fase, yaitu :
1) Fase informasi ( tahap penerimaan materi ) 2) Fase trasformasi ( tahap pengubahan materi ) 3) Fase evaluasi ( tahap penilaian materi )
Fase belajar menurut Jerome S. Bruner di atas dapat peniliti jelaskan sebagai berikut, yang pertama yaitu fase informasi, seorang siswa yang sedang
commit to user
belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.
Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
Fase yang kedua yaitu fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melalukan pembelajaran materi pelajaran tertentu.
Fase yang ketiga fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan ( informasi yang telah ditransformasikan tadi ) dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Sedangkan menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang yang dikutip oleh Masyhuri ( 1990 : 8-13 ) proses belajar terdiri dari 8 tahap, yaitu :
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini siswa belum melakukan suatu kegiatan, dia hanya melakukan suatu penginderaan. Siswa menerima secara mentah-mentah informasi yang berasal dari luar tanpa ada seleksi dan tanpa perhatian terlebih dahulu.
2) Tahan Seleksi Stimuli/ Pemilihan Rangsangan
Dalam tahap ini, individu melakukan seleksi atas rangsangan yang diterimanya berdasarkan kondisi jasmani dan rohaninya pada waktu itu.
Rangsangan yang sesuai dengan kondisi jasmani dan rokhani individu akan mendapatkan perhatian yang lebih dan terjadi suatu reaksi tertentu.
3) Tahap Pemusatan Perhatian
Setelah individu menentukan pilihan akan rangsangan yang paling mendapatkan perhatian khusus, kemudian mendapatkan reaksi tertentu.
Siswa yang mempunyai kesadaran belajar yang tinggi maka ia akan lebih
memusatkan perhatian pada materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dan mengabaikan rangsangan yang tidak perlu.
4) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Pada tahap ini, individu yang belajar mulai menelaah matari pelajaran yang diperolehmya. Oleh karena itu, siswa harus bisa mengingat hasil belajar yang lalu agar ia juga akan lebih mudah untuk menerima dan memahami materi pelajaran yang baru. Aktivitas psikis pada tahap ini adalah menganalisis pengetahuan yang baru maupun pengetahuan yang sebelumnya untuk kemudian dicari kesimpulannya.
5) Tahap Penemuan Insight/Pemahaman
Pada tahap ini, individu yang melakukan proses belajar, sudah mulai menemukan sesuatu yang baru. Siswa telah menemukan hubungan antara bagian-bagian dari pengetahuan baru yang sedang dihadapi dengan bagian-bagian pengetahuan yang sudah dimiliki/lama. Hal ini berarti siswa telah bisa memecahkan masalah yang dihadapinya. Ia telah menemukan suatu prinsip yang pada gilirannya nanti akan digeneralisasikan pada situasi baru yang muncul kemudian.
6) Tahap Reinforcement/Penguatan
Pada tahap ini, bila individu yang belajar telah menemukan insight, dan kemudian dengan prinsip yang ditemukannya ia mampu melakukan sesuatu misal: ia dapat menjawab pertanyaan dengan benar, maka ia akan mendapatkan sambutan yang positif dari orang-orang yang menyaksikannya seperti guru dan teman-temannya. Sambutan positif itu akan menimbulkan rasa lega karena merasa bahwa penemuannya itu benar dan obyektif. Hal ini akan menjadi penguat bagi pencapaian hasil belajarnya.
7) Tahap Transfer of Learning/Trasfer Of Training
Tahap ini berarti mengalihkan hasil belajar atau pengalihan hasil latihan. Perolehan dari kegiatan belajar atau latihan yang berupa kemampuan, ketrampilan, penguasaan dan sebagainya, di dalam tahap ini
commit to user
dialih fungsikan atau dialih tugaskan untuk menhadapi masalah-masalah lain.
8) Tahap Pengausan
Pada tahap ini, hasil belajar yang telah dicapai oleh individu akan mengalami penyusutan dan lama kelamaan menjadi hilang sebagian atau keseluruhannya. Keadaan ini disebabkan oleh banyak faktor. Diantaranya adalah :
e. Pengertian Prestasi Belajar
Manusia dalam batas-batas tertentu dapat belajar dengan sendiri dan mandiri tanpa bantuan orang lain, namun dalam batas-batas tertentu manusia dalam belajar memerlukan bantuan. Hadirnya bantuan dalam pembelajaran dimaksudkan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih efektif, lebih efisien dan mengarah pada tujuan. Upaya inilah yang dimaksud dengan pembelajaran.
Pembelajaran yang baik belum dapat menjamin baiknya prestasi belajar, masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar, diantaranya adalah minat peserta didik tersebut dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu kemampuan intelektual siswa juga merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Hal ini yang terjadi dalam kegiatan belajar. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Karena evaluasi dapat menggambarkan berapa besar pencapaian prestasi siswa.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh suatu pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya mudah diamati. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian prestasi dan belajar itu sendiri. Untuk
itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat kita temukan satu titik persamaan.
Prestasi menur Kata prestasi berasal dari
bahasa Belanda Prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat parential dalam sejarah kehidupan manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-
Menurut Singgih D Gunarso (1992: 41) bahwa hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah mela Ditambahkan oleh Syaiful Bahri Djamarah (2002
hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam Prestasi belajar adalah penilaian tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan, kecakapan atau ketrampilan yang dinyatakan sesudah penilaian. Jadi dalam aktivitas belajar akan mengakibatkan perubahan dalam perilaku maupun kecakapan. Perubahan perilaku inilah yang disebut sebagai hasil belajar atau prestasi belajar.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto ( 1990 : 276 ) memberikan -tingkatan siswa sejauh mana telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di dalam setiap mata pelajaran. Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai baik huruf, angka,
Dari beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dengan usaha maksimal yang
commit to user
berupa pengalaman berdasarkan kemampuan dan potensi setelah melakukan kegiatan belajar, yang diwujudkan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu yang menyangkut pengetahuan, kecakapan atau ketrampilan dan dinyatakan sesudah penilaian, dimana dapat mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar, dimana mendapatkan konsekuensi yang berupa-rupa yang sifatnya materian, psikologis atau sosial.
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen penting dalam proses belajar pembelajaran. Peserta didik yang merupakan siswa diibaratkan layaknya sebuah sasaran dalam pendidikan. Guru merupakan mandataris dari para orangtua di sekolah. Dikatakan demikian, sebab pada dasarnya kewajiban untuk mengajarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kepada anak adalah menjadi tanggung jawab orang tua. Kemampuan berprestasi atau hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahuai bahwa ada sebagian siswa yang tak mampu berprestasi dengan baik. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua faktor, pertama faktor internal yakni, keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa dan kedua faktor eksternal, yakni kondisi lingkungan/di luar diri siswa.
Menurut Daryanto (2010: 36) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut :
1) Faktor Intern
a) Faktor Jasmaniah (1) Faktor Kesehatan (2) Cacat tubuh b) Faktor Psikologis
(1) Intelegensi (2) Perhatian (3) Minat (4) Bakat (5) Motif
(6) Kematangan (7) Kesiapan
(8) Kemandirian belajar c) Faktor Kelelahan 2) Faktor Ekstern
a) Faktor Keluarga
(1) Cara orang tua mendidik (pola asuh) (2) Relasi antar anggota keluarga (3) Suasana rumah
(4) Keadaan ekonomi keluarga (5) Pengertian Orang tua (6) Latar belakang kebudayaan b) Faktor Sekolah
(1) Metode Mengajar (2) Kurikulum
(3) Hubungan guru dengan siswa (4) Hubungan siswa dengan siswa (5) Disiplin sekolah
(6) Alat Pelajaran (7) Waktu sekolah
(8) Standart pelajaran di atas ukuran (9) Keadaan gedung
(10) Metode belajar (11) Tugas rumah c) Faktor Masyarakat
(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat (2) Mass media
(3) Bentuk kehidupan masyarakat
Dari pendapat yang dikemukakan oleh Daryanto tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas dapat penulis jabarkan sebagai berikut:
a. Faktor Intern
1) Faktor Jasmaniah
a) Faktor Kesehatan, proses belajar seseorang akan tergangu jika kesehatan seseorang tergangu, selain itu ia akan cepat lelah, kurang semangat, mudah pusing, mengantuk jika badannya tidak sehat.
b) Cacat tubuh, cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat disini dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki,
commit to user
patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Keadaan tubuh yang cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.
2) Faktor Psikologis
a) Intelegensi, adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapai dan menyesuaikan ke dalam situasi yang cepat dan efektif, menggunakan konsep abstrak yang efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
b) Perhatian, adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu tertuju pada suatu objek atau kelompok objek. Untuk bisa mencapai hasil belajar maka siswa harus perhatian terdapat apa yang dipelajari dalam sekolah.
c) Minat, merupakan kecenderungan untuk tetap memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar karena bila bahan pelajaran tidak diminati oleh siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.
d) Bakat, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya.
e) Motif, hal ini sangat diperlukan dalam belajar. Di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan cara adanya latihan-latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat.
f) Kematangan, belajar akan lebih berhasil jika anak sudah siap atau matang.
g) Kesiapan, adalah kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi.
Hal ini sangat penting karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
h) Kemandirian belajar, dalam melakukan aktivitas belajar, setiap siswa dituntut kemandirian belajarnya, karena dengan adanya sikap siswa tersebut siswa akan mencapai hasil belajar atau prestasi belajar yang optimal. Siswa secara mandiri mampu
mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang diperolehnya. Siswa yang memiliki kemandirian mampu untuk belajar mandiri. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar. Maka dari itu perlu dikembangkannya sikap mandiri dalam diri siswa.
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan jasmani yaitu kelelahan yang disebabkan karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar pada bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani yaitu dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu itu hilang.
b. Faktor Ekstern 1) Faktor Keluarga
a) Cara orang tua mendidik (pola asuh), Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan dan acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak diperhatikan sama sekali akan kepenting- kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar tidak mengatur waktu belajar, tidak menyediakan sarana-sarana belajar, dan kesulitan-kesulitan yang lainnya akan menyebabkan kurang berhasil dalam belajarnya.
b) Relasi antar anggota keluarga, demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga. Hubungan yang baik adalah yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman- hukuman untuk mensukseskan belajar anak sendiri.
c) Suasana rumah, suasana rumah yang kondusif atau mendukung anak untuk belajar akan mempermudahkan untuk mencapai hasil belajar yang baik pula.
d) Keadaan ekonomi keluarga, hal ini erat kaitannya dengan belajar anak, karena hal ini akan berpengaruh pada kebutuhan pokok,
commit to user
misalnya makan, pakaian, kesehatan, buku-buku, dan fasilitas belajar lainnya. Fasilitas ini akan terpenuhi pada keluarga yang cukup uang.
e) Pengertian Orang tua, orang tua wajib memberi dorongan kepada anak untuk tekun dan rajin belajar, serta membantu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar.
f) Latar belakang kebudayaan, tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepada anak agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2) Faktor Sekolah
a) Metode Mengajar, adalah suatu cara yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar yang kurang baik akan mempengaruhi proses belajar anak.
b) Kurikulum, kurikulum yang tidak sesuai dengan kemampuan siswa, bakat, minat serta minat siswa akan berdampak juga pada hasil belajar siswa maka guru perlu mendalami siswa dengan baik.
c) Hubungan guru dengan siswa, guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Siswa merasa jauh dengan guru sehingga enggan berpartisipasi dalam belajar.
d) Hubungan siswa dengan siswa, jika hubungan antara siswa terjalin dengan baik maka akan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan dan kondusif, yang nantinya akan mempengaruhi proses belajar.
e) Disiplin sekolah, hal ini erat kaitannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisplinan sekolah mencakup, kedisiplinan guru, karyawan, kepala sekolah, dan semua elemen sekolah.