• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Medan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah pada dasarnya sebuah

Dalam dokumen Bimbingan konseling islami (Halaman 183-189)

BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI

A. Praktik Konseling Islami di MAN 1 Medan

3. Program Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Medan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah pada dasarnya sebuah

kegiatan yang berusaha membimbing siswa untuk memahami diri yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becaming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan dan kemandirian tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam arus linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai Islami.

Untuk mengetahui tentang praktik Konseling Islami di MAN 1 Medan, penulis memfokuskan pada: 1) Perencanaan Program Konseling Islami, 2) pelaksanaan Konseling Islami, 3) Evaluasi layanan Konseling Islami, 4). Kondisi Konselor/Guru BK.

a. Perencanaan Program Konseling Islami di MAN 1 Medan

Perencanaan merupakan hal yang sangat urgen dalam merumuskan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Bahkan, karena sangat pentingnya suatu perencanaan, maka nilai perencanaan dalam sebuah program digunakan sebagai tolak ukur yang dapat menunjukkan keberhasilan sebuah program. Tercapainya tujuan sangat erat kaitannya dengan perencanaan yang matang lagi akurat. Sebuah lembaga pendidikan

yang bertujuan mengahsilkan output yang cerdas pasti menyiapkan langkah-langkah cerdas dalam perencanaannya. MAN 1 Medan dapat dikatakan sebagai salah satu madrasah yang tidak asing bagi masyarakat Medan dan sekitarnya, hal ini terbukti dari latar belakang siswa yang menjadi murid di MAN 1 Medan berasal dari penjuru kota Medan. Melihat latar belakang siswa yang heterogen tersebut, bisa jadi tingkat kepercayaan orang tua maupun siswa terhadap MAN 1 Medan tinggi sehingga, banyak siswa yang mendaftarkan dirinya untuk menjadi bagian dari siswanya. Dalam konsteks ini bisa jadi konseling Islami yang dipraktikkan MAN 1 Medan telah banyak membantu kepercayaan masyarakat sehingga MAN 1 Medan terus melahirkan embrio-embrio baru pada setiap tahunnya. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan Koordinator BK, Bapak Amir, M.Pd. menjelaskan

“Program BK di MAN 1 Medan, merupakan hasil kerja sama yang kami lakukan dengan guru-guru BK yang lain. Artinya, sebelum membuat program (program tahunan, program semesteran, bulanan, mingguan) kami melakukan beberapa prosedur yang umum dilakukan oleh BK. Dimulai dari penggunaan hasil inventori AUM, Sosiometri, dll. Sampai pada analisis kebutuhan orang tua siswa, Sebagai acuan dalam merencanakan program. Sehingga program yang kami rencanakan tepat sasaran berdasarkan kebutuhan siswa.

Perencanaan program BK adalah sebuah proses analisis dan dialektis untuk menetapkan kegiatan yang akan dilakukan selama satu ajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (Tujuan Pendidikan Nasional). Bimbingan konseling merupakan salah satu dari sekian perangkat yang berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional maupun tujuan MAN 1 Medan. Penyusunan program BK maupun konseling Islami memang pada dasarnya harus dimulai dengan melakukan asesmen, atau kegiatan lain yang dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang mengdukung untuk dijadikan program BK/Konseling Islami di sekolah maupun madrasah. Hal ini senada dengan arahan Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN), bahwa program BK dilakukan berdasarkan atas need assesment siswa yang meliputi:

1) Asesmen lingkungan, yang berupa hal-hal yang berkaitan dengan harapan (visi, misi, dan Tujuan) sekolah/madrasah dan masyarakat (orang tua siswa), sarana dan prasarana program bimbingan, kondisi dan kualifikasi konselor, serta kebijakan pimpinan sekolah/madarasah.

2) Asesmen kebutuhan siswa, dalam hal ini terkait masalah siswa yang meliputi, aspek kesehatan jasmani dan rohani, motivasi belajar, sikap belajar, kemampuan komunikasi, bakat-minat (pekerjaan, jurusan, olah raga, seni dll.), masalah-masalah kepribadian dan tugas-tugas perkembangan siswa.5

Asesmen lingkungan dalam program BK/konseling Islami berangkat dari sebuah paradigma bahwa pendidikan hendaknya membekali siswa dengan kemampuan dan keterampilan yang dapat dipraktikkan di lingkungan masyarakat, karena siswa adalah bagian dari anggota masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kelompoknya. Namun, Permasalahan yang saat ini masih sering ditemui adalah adanya jurang pemisah antara sekolah dan masyarakat. Seakan-akan, sekolah memiliki dunia sendiri dan lingkungan masyarakat memiliki dunianya sendiri pula, sehingga keduaanya susah untuk bertemu apalagi disinkronkan. Dalam membuat program BK, pihak sekolah sangat jarang mengelaborasikan kearifan lokal masyarakat, harapan dan ekspektasi masyarakat menjadi bagian program BK yang harus diajarkan. Padahal, sebagai bagian dari masyarakat, siswa harus dibekali dengan berbagai pengetahuan tentang kehidupan bermasyarakat, agar siswa tidak merasa canggung dengan kehidupan di masyarakatnya. Pengabaian harapan stakeholder terhadap perkembangan siswa dapat menimbulkan kesenjangan antara sekolah/madrasah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, program-program BK/konseling Islami sudah semestinya didesign sedemikian rupa dengan memperhatikan isu-isu yang terkait dengan harapan masyarakat terhadap pendidikan siswa, jangan sampai pendidikan (Konseling Islami) diselenggarakan dengan melalaikan isu-isu pokok yang ada dalam kehidupan masyarakat. Tidak hanya sampai disitu, isu-isu yang ada di masyarakat, baik fisik, psikis, maupun sosial dijadikan salah satu alasan dalam perencanaan pembuatan program BK. Hal ini senada dengan hasil wawancara yang penulis peroleh dari Koordinator BK di MAN 1 Medan Bapak Amir.6 Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau diluar jangkauan 5 Departemen Pendidikan Nasional, Penataan Pendidikan Profesional Konselor

Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal, (Bandung:

Jurusan Psikologi dan BK, 2008), hlm. 220

6 Wawancara dengan guru BK Bapak Amir Husen, M.Pd., Kons. Dilakukan pada tanggal 12 Desember 2016, pukul 09.30 di ruang BK.

kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseling, seperti terjadinya stagnasi (kemandekan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti maraknya tayangan televisi dan media-media lain, penyalahgunaan alat kontrasepsi, ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga, dan dekandensi moral orang dewasa ini mempengaruhi perilaku atau gaya hidup konseli (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia), seperti pelanggaran tata tertib, pergaulan bebas, tawuran, dan kriminalitas.

Upaya menangkal dan mencegah perilaku-perilaku yang tidak diharapkan seperti yang disebutkan di atas, adalah dengan mengembangkan potensi konseli dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Dengan demikian, program BK di MAN 1 Medan didesign sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek psikologi perkembangan siswa serta mengamati isu-isu yang berkembang di masyarakat, dengan sebuah tujuan, agar siswa (konseli) tidak hanya memiliki kecakapan dalam sisi pengetahuan semata, melainkan memiliki kepribadian yang matang dan mandiri dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat di masyarakat.

Asesmen lingkungan dalam arti luas digunakan sebagai salah satu dasar dalam merencakan dan membuat program BK/Konseling Islami sudah sepatutnya diwujudkan karena memiliki implikasi yang sangat besar bagi kehidupan siswa di masa mendatang. Selain itu, visi, misi, dan tujuan sekolah/ madrasah juga harus dituangkan dalam setiap program BK, jangan sampai praktik pelaksanaan BK/Konseling Islami jauh panggang dari api. Artinya, seluruh program diarahkan untuk mencapai cita-cita sekolah/madarash yang luhur. Dalam konteks di MAN 1 Medan visi tersebut adalah “Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan dan Populis serta Berwawasan Lingkungan”.Berkaitan dengan visi MAN 1 Medan hubungannya dengan program BK, penulis mendapatkan informasi dari Koordinator BK, bahwa di MAN 1 Medan telah memiliki program sholat dhuhur berjamaah, membaca Al Qur’an sebelum memulai kegiatan belajar-mengajar, dan kegiatan sosial lainnya. Kemudian, untuk mencetak siswa yang berpengetahuan, maka tugas guru mata pelajaran bersama-sama dengan pihak sekolah.7

7 Wawancara dengan guru BK Bapak Khairul Fuadi, S.Psi. Dilakukan pada tanggal 12 Desember 2016, pukul 09.30 di ruang BK.

Filsafat pendidikan Progresivisme mengatakan bahwa siswa adalah corong utama (student centered) dalam proses belajar-mengajar. Dalam arti yang luas, seluruh kegiatan sekolah (belajar-mengajar, program BK, dan kurikulum), merupakan hasil dari penafsiran sekolah terhadap kebutuhan siswa. Peserta didik harus ditempatkan sebagai student centered, dalam pembelajaran, sedangkan guru/konselor merupakan fasilitator dan pembimbing yang mengarahkan saat siswa tidak tahu dan salah. Aliran pendidikan Progresivisme meyakini bahwa siswa pada dasarnya telah memiliki pengetahuan yang ia bawa dari masyarakat, dan lebih memahami kebutuhannya dibandingkan dengan guru pelajaran/BK. Asumsi ini yang kemudian, dijadikan salah satu dasar, bahwa perencanaan penyusunan program harus bertumpu pada kebutuhan siswa, agar program-program BK tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.Pandangan ini pula yang mendasari guru BK di MAN 1 Medan dalam merencanakan program-program layanan BK/konseling Islami.

Berdasarkan pengamatan penulis, untuk mengetahui need assesment siswa, guru BK di MAN 1 Medan menggunakan alat ungkap masalah (AUM) SMA sebagai instrumen dalam merencakan program BK MAN 1 Medan. AUM adalah instrumen non tes yang di dalamnya memuat pelbagai pernyataan permasalahan yang umumnya sering dialami oleh siswa dalam bidang Jasmani dan kesehatan, Belajar, Sosial, Karir/pekerjaan, dll. Saat mengerjakan AUM, siswa hanya memberikan jawaban “sesuai atau tidak sesuai” bisa juga “benar atau salah” pernyataan yang ada di instrumen. Setelah siswa selesai mengerjakan AUM, guru BK menganalisa bidang-bidang apa saja yang sering dialami oleh rata-rata siswa (kelompok maupun individu) yang kemudian dijadikan dasar untuk membuat program BK.8

Menurut pengamatan penulis, perencanaan program BK/Konseling Islami di MAN 1 Medan, sudah dapat dikatakan baik, Walaupun, perencanaan program layanan masih dititik beratkan dari hasil pemikiran para guru BK dan penggunaan AUM siswa. Sedangkan pemanfaatan stakeholder (orang tua siswa) dan visi misi madrasah, sebagai bagian dari asesmen lingkungan belum terkover secara baik dan terealisasi. Akan tetapi, program-program yang tertulis dalam dokumen program BK di MAN 1 Medan menunjukkan

8 Alat ungkap masalah (AUM) adalah sebuah instrumen yang dikenalkan pertama kali di indonesia oleh Prof. Prayitno, dkk., melalui uji riser di Universitas Negeri Padang. Saat ini AUM telah dilakukan revisi menjadi AUM PTSDL

adanya usaha yang keras dari guru BK untuk memberikan bantuan psikologis sebagai bekal keterampilan kepada siswa dalam beradaptasi dengan dirinya sendiri dan lingkungan serta menjadikannya pribadi yang memiliki kemandirian yang kuat.

Mewujudkan visi misi madrasah merupakan tugas dan kewajiban bersama, dimana seluruh elemen sekolah (pihak madarasah, masyarakat dan pemerintah) memiliki tanggung jawab yang sama, walaupun masing-masing komponen memiliki tugasnya sendiri-sendiri, dan tanpa membeda-bedakan tujuan pendidikan (Konseling Islami) adalah muara utama. Undang-undang tentang Sistem pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3 menyatakan:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskna kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didika agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Amanat undang-undang akhirnya berimplikasi pada penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus mampu membentuk dan mengarahkan peserta didik menuju perkembangan yang utuh dan optimal. Dalam rangka mencapai perkembangan yang diharapkan oleh Undang-Undang tersebut, maka diperlukan perencanaan matang yang dipergunakan sebagai acuan dan kerangka kegiatan proses perencanaan program BK/Konseling Islami seperti yang dilakukan oleh BK MAN 1 Medan.

b. Bidang Pengembangan BK/Konseling Islami di MAN 1 Medan

Program-program konseling Islami di MAN 1 Medan berisi materi-materi bimbingan yang mengarahkan tentang penanaman akhlakul karimah dalam arti yang luas. Yakni budi pekerti yang bukan hanya sekedar mem-pertontonkan kasalehan individual semata seperti menjalankan sholat, zakat, dan puasa, melainkan mampu mempraktikkan kasalehan sosial yang tercermin dalam kehidupan sosial, dan masyarakat. Paling tidak, dalam lingkup madrasah akan muncul sebuah bentuk kesadaran diri akan pentingnya budi pekerti yang baik, seperti sikap rendah hati, bersikap ramah, sopan, tidak melanggar segala bentuk tata tertib sekolah, serta memiliki kesadaran

diri bersikap optimis dalam menggapai cita-cita dan memiliki konsep diri yang matang.

Menurut Koordinator BK di MAN 1 Medan, bapak Amir, dalam rangka mewujudkan cita-cita visi dan misi sekolah serta ekspektasi masyarakat terhadap keberadaan madrasah, maka paling tidak terdapat empat bidang yang mewakili terciptanya siswa yang memiliki ketaqwaan yang berilmu, meliputi: bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, dan bidang karir. ruang lingkup bidang sasaran konseling Islami tersebut berdasarkan pada Permendikbud nomor 111 tahun 2014 pasal 6 ayat 2 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menyebutkan ruang lingkup layanan Bimbingan dan Konseling mencakup empat bidang (pribadi, sosial belajar dan karir). Hal senada juga disampaikan oleh Prayitno dalam Yahya Jaya bahwa dimana pun letaknya, baik sekolah maupun luar sekolah (masyarakat luas), bidang garapan BK sekurang-kurangnya harus menyangkut empat bidang di atas.9 Pengerucutan empat bidang yang disampaikan oleh Prayitno tersebut mencakup:

Dalam dokumen Bimbingan konseling islami (Halaman 183-189)