• Tidak ada hasil yang ditemukan

Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan Visi Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan adalah “Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan

Dalam dokumen Bimbingan konseling islami (Halaman 178-183)

BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DI MADRASAH ALIYAH NEGERI

A. Praktik Konseling Islami di MAN 1 Medan

2. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan Visi Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan adalah “Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan

dan Populis serta Berwawasan Lingkungan”. Setidak ada tiga pokok utama yang ada dalam visi MAN 1 Medan, yakni: ketaqwaan, berilmu pengetahuan, dan populis lagi berwawasan lingkungan. Menurut Kepala Madrasah MAN 1 Medan, visi madrasah merupakan pesan-pesan tersirat dari Al Qur’an dalam rangka mencetak out put yang berkualitas. Dasar Qur’ani yang terdapat pada ketiga ide pokok visi tersebut sejalan dengan Q.S. Al Baqarah, 2: 203,

Artinya: ... Dan bertakwalah kepada Allah, dan ketahuilah, bahwa kamu

akan dikumpulkan kepada-Nya.

Pada surat lain, Q.S. Al Imran, 3: 102

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah

sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam.

Masih banyak lagi ayat-ayat yang memerintahkan segala aktivitasnya mengarahkan pada peninggkatan iman dan taqwa. Kata taqwa dalam istilah Arab terambil dari kata waqa-yaqi-waqya yang berarti takut, kemudian berubah menjadi fiil tsulatsi majidittaqa-yattaqi-ittiqo-taqwa, yang berarti menjauhi, menakutkan diri. Dalam konteks keislaman taqwa merasa takut kepada Allah Swt. dengan cara menjalankan segala perintahNya, dan menjauhi sluruh laranganNya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Jadi, pada hakikatnya segala bentuk program pendidikan Islam atau Konseling Islam mengarahkan tujuannya untuk dapat mencetak siswa yang memiliki ketaqwaan agar terwujud kesalihan diri dan sosial.

Indikator kedua dalam visi MAN 1 adalah “berilmu pengetahuan”. Visi ini mengingatkan ummat Islam pada peristiwa besar dalam sejarah Islam yakni,

nuzulul Qur’an (turunnya Al Qur’an) pada awal kenabian Muhammad Saw.

mayoritas Ulama’ menyatakan ayat pertama kali turun adalah Q.S. Al Alaq: 1-5.1

1 Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq,

$pκš‰r'¯≈tƒ

t⎦⎪Ï%©!$#

(#θãΨtΒ#u™

(#θà)®?$#

©!$#

¨,ym

⎯ÏμÏ?$s)è?

Ÿωuρ

¨⎦è∫θèÿsC

ωÎ)

ΝçFΡr&uρ

tβθßϑÎ=ó¡•Β

∩⊇⊃⊄∪

…. 3 (#θà)¨?$#uρ ©!$# (#þθßϑn=ôã$#uρ öΝà6¯Ρr& ÏμøŠs9Î) tβρç|³øtéB ∩⊄⊃⊂∪

Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang menceritakan bahwa permulaan wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah Saw. berupa mimpi yang benar dalam tidurnya. Dan beliau tidak sekali-kali melihat suatu mimpi, melainkan datangnya mimpi itu bagaikan sinar pagi hari.Kemudian dijadikan baginya suka menyendiri, dan beliau sering datang ke Gua Hira, lalu melakukan ibadah di dalamnya selama beberapa malam yang berbilang dan untuk itu beliau membawa perbekalan secukupnya. Kemudian beliau pulang ke rumah Khadijah (istrinya) dan mengambil bekal lagi untuk melakukan hal yang sama. Pada suatu hari ia dikejutkan dengan datangnya wahyu saat berada di Gua Hira. Malaikat pembawa wahyu masuk ke dalam gua menemuinya, lalu berkata, “Bacalah!” Rasulullah Saw. melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawabnya, “Aku bukanlah orang yang pandai membaca.” Maka malaikat itu memegangku dan mendekapku sehingga aku benar-benar kepayahan olehnya, setelah itu ia melepaskan diriku dan berkata lagi, “Bacalah!” Nabi Saw. menjawab, “Aku bukanlah orang yang pandai membaca.” Malaikat itu kembali mendekapku untuk kedua kalinya hingga benar-benar aku kepayahan, lalu melepaskan aku dan berkata, “Bacalah!”Aku menjawab, “Aku bukanlah orang yang pandai membaca.” Malaikat itu kembali mendekapku untuk ketiga kalinya hingga aku benar-benar kepayahan, lalu dia melepaskan aku dan berkata:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. (Al-’Alaq: 1)

sampai dengan firman-Nya: apa yang tidak diketahuinya. (Al-’Alaq: 5)

Maka setelah itu Nabi Saw. pulang dengan hati yang gemetar hingga masuk menemui Khadijah, lalu bersabda:

« ِﱐﻮُﻠِّﻣَﺰﻴِﻧﻮُﻠِّﻣَز»

Selimutilah aku, selimutilah aku!

Maka mereka menyelimutinya hingga rasa takutnya lenyap.Lalu setelah rasa takutnya lenyap, Khadijah bertanya, “Mengapa engkau?” Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya kejadian yang baru dialaminya dan bersabda, “Sesungguhnya aku merasa takut terhadap (keselamatan) diriku.” Khadijah berkata, “Tidak demikian, bergembiralah engkau, maka demi Allah, Dia tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya.Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka bersilaturahmi, benar dalam berbicara, suka menolong orang yang kesusahan, gemar menghormati tamu, dan membantu orang-orang yang tertimpa musibah.”

Kemudian Khadijah membawanya kepada Waraqah ibnu Naufal ibnu Asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qusay. Waraqah adalah saudara sepupu Khadijah dari pihak ayahnya, dan dia adalah seorang yang telah masuk agama Nasrani di masa Jahiliah dan pandai menulis Arab, lalu ia menerjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arab seperti apa yang telah ditakdirkan oleh Allah, dan dia adalah seorang yang telah lanjut usia dan tuna netra.

Khadijah bertanya, “Hai anak pamanku, dengarlah apa yang dikatakan oleh anak saudaramu ini.”Waraqah bertanya, “Hai anak saudaraku, apakah yang telah engkau lihat?” Maka Nabi Saw. menceritakan kepadanya apa yang telah dialami

Ayat di atas, menunjukkan betapa besarnya perhatian Islam terhadap pengetahuan, sehingga ayat yang pertama kali turun mengisyaratkan tentang ilmu pengetahuan melalui kata-kata “iqra’” yang berarti, membaca, menghimpun, mengumpulkan, memahami dan menganalisa. Rumusan yang tepat kiranya jika dalam pendidikan Islam, berilmu pengetahuan menjadi core dalam visi pendidikan itu sendiri.

dan dilihatnya. Setelah itu Waraqah berkata, “Dialah Namus (Malaikat Jibril) yang pernah turun kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku masih muda. Dan aduhai, sekiranya diriku masih hidup di saat kaummu mengusirmu.”

Rasulullah Saw. memotong pembicaraan, “Apakah benar mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya, tidak sekali-kali ada seseorang lelaki yang mendatangkan hal seperti apa yang engkau sampaikan, melainkan ia pasti dimusuhi. Dan jika aku dapat menjumpai harimu itu, maka aku akan menolongmu dengan pertolongan yang sekuat-kuatnya.”Tidak lama kemudian Waraqah wafat, dan wahyu pun terhenti untuk sementara waktu hingga Rasulullah Saw. merasa sangat sedih.

Menurut berita yang sampai kepada kami, karena kesedihannya yang sangat, maka berulang kali ia mencoba untuk menjatuhkan dirinya dari puncak bukit yang tinggi. Akan tetapi, setiap kali beliau sampai di puncak bukit untuk menjatuhkan dirinya dari atasnya, maka Jibril menampakkan dirinya dan berkata kepadanya, “Hai Muhammad, sesungguhnya engkau adalah utusan Allah yang sebenarnya,” maka tenanglah hati beliau karena berita itu, lalu kembali pulang ke rumah keluarganya.Dan manakala wahyu datang terlambat lagi, maka beliau berangkat untuk melakukan hal yang sama. Tetapi bila telah sampai di puncak bukit, kembali Malaikat Jibril menampakkan diri kepadanya dan mengatakan kepadanya hal yang sama.

Hadis ini diketengahkan di dalam kitab Sahihain melalui Az-Zuhri; dan kami telah membicarakan tentang hadis ini ditinjau dari segi sanad, matan, dan maknanya pada permulaan kitab syarah kami, yaitu Syarah Bukhari dengan pembahasan yang lengkap. Maka bagi yang ingin mendapatkan keterangan lebih lanjut, dipersilakan untuk merujuk kepada kitab itu, semuanya tertulis di sana.

Mula-mula wahyu Al-Qur’an yang diturunkan adalah ayat-ayat ini yang mulia lagi diberkati, ayat-ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan oleh Allah karena kasih sayang kepada hamba-hamba-Nya, dan merupakan nikmat yang mula-mula diberikan oleh Allah kepada mereka. Di dalam surat ini terkandung peringatan yang menggugah manusia kepada asal mula penciptaan manusia, yaitu dari ‘alaqah. Dan bahwa di antara kemurahan Allah Swt. ialah Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Hal ini berarti Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan ilmu. Dan ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar (Adam) dengan malaikat. Ilmu itu adakalanya berada di hati, adakalanya berada di lisan, adakalanya pula berada di dalam tulisan tangan. Berarti ilmu itu mencakup tiga aspek, yaitu di hati, di lisan, dan di tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan pada kedua aspek lainnya, tetapi tidak sebaliknya. Karena itulah disebutkan dalam firman-Nya:

ù&tø%$# y7š/u‘uρ ãΠtø.F{$# ∩⊂∪ “Ï%©!$# zΟ¯=tæ ÉΟn=s)ø9$$Î/ ∩⊆∪ zΟ¯=tæ z⎯≈|¡ΣM}$# $tΒ óΟs9 ÷Λs>÷ètƒ ∩∈∪

Indikator ketiga adalah “masyarakat yang populis dan cinta lingkungan”. Populis adalah menyatu dengan lingkungan, artinya keberadaan madrasah diterima baik dan dicintai masyarakat sekitar madrasah. Bersikap populis berarti menjaga dan melestarikan hal-hal yang baik di lingkungan serta mecegah segala bentuk sikap yang dapat mencedrai kelestariannya. Allah memerintahkan hambanya untuk dapat menjaga keseimbangan kehidupan di muka bumi, baik sesama manusia maupun dengan alam, melalui dalil-dalil Q.S. Al A’raf, 7: 56.

Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

(Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Mengamati dari tiga visi MAN 1 Medan tersebut di atas, maka sangat tampak kekhasan dari konseling Islami yakni: zikir, fikir, amal saleh atau bisa juga dengan sebutan lain iman, ilmu dan amal. Trilogi konsep konseling Islami ini pula yang membedakannya dengan konsep konseling barat yang lebih mengutamakan pengetahuan dari pada keimanan.

Sejalan dengan visi tersebut, maka misi pendidikan (konseling Islami) yang berlangsung di MAN 1 Medan dapat dinyatakan sebagai berikut:

Pertama, “Memiliki akhlakul karimah”. Dalam sebuah hadis disebutkan

yang artinya: “sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) diutus tida lain kecuali

untuk menyempurnakan akhlakul karimah”. Hadis tersebut tentunya memperkuat

landasan visi pendidikan Islam yang sebenar-benarnya. Berbudi pekerti yang mulia artinya menempatkan segala sesuatu sesuai dengan porsinya, menjalankan segala sesuatu dengan santun dan sopan. Kedua,”Mengamalkan dan menyampaikan ajaran Islam”. Dalam Q.S. Al Imran, 3:110 disebutkan:

Ÿωuρ (#ρ߉šøè? †Îû ÇÚö‘F{$# y‰÷èt/ $yγÅs≈n=ô¹Î) çνθãã÷Š$#uρ $]ùöθyz $·èyϑsÛuρ 4 ¨βÎ) |MuΗ÷qu‘ «!$# Ò=ƒÌs% š∅ÏiΒ t⎦⎫ÏΖÅ¡ósßϑø9$# ∩∈∉∪

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Penmrah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

(Al-’Alaq: 3-5)

Di dalam sebuah asar disebutkan, “Ikatlah ilmu dengan tulisan.” Dan masih disebutkan pula dalam asar, bahwa barang siapa yang mengamalkan ilmu yang dikuasainya, maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Ketiga, Mampu melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Keempat,

Produktif mengisi pembangunan nasional, Kelima,Meningkatkan profesional guru. Keenam, Melaksanakan pembelajaran sistematis dan berteknologi,

Ketujuh, Meningkatkan peran serta orangtua siswa, masyarakat dalam

pengelolaan pendidikan, Kedelapan, Melestarikan lingkungan sekolah maupun lingkungan luar sekolah dan mencegah pencemaran serta menciptakan

Green School.

Lahirnya visi, misi MAN 1 Medan tersebut di atas tidak lepas dari tujuan cikal-bakal munculnya madrasah di Indonesia. Madrasah sangat menonjolkan nilai religiulitas masyarakatnya. Sementara sekolah merupakan lembaga pendidikan umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh iklim pencerahan Barat.2 awalSeiring dengan tuntan zaman, madrasah kini telah bertransformasi dan memasukkan pelajaran-pelajaran umum. Hal ini pula yang disampaikan oleh kepala madrasah MAN 1 Medan, bahwa keberadaan madrasah pada dasarnya ingin mencetak dan menggembleng generasi-generasi muslim yang memiliki sikap dan akhlak mulia serta kompetensi dan siap bersaing dalam dunia global.3

Lebih lanjut, saat peneliti menanyakan keterkaitan visi misi MAN 1 Medan kepada koordinator BK (Bapak Amir Husen, M.Pd.I, Kons.), diperoleh informasi bahwa semua bentuk program BK di MAN 1 Medan dibuat, memang berdasarkan kepada analisa seluruh guru BK agar seirama dengan tujuan dan harapan dari madrasah itu sendiri. Akan tetapi, karena letak wilayah

öΝçGΖä. uöyz >π¨Βé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Ψ=Ï9 tβρâßΔù's? Å∃ρã÷èyϑø9$$Î/ šχöθyγ÷Ψs?uρ Ç⎯tã Ìx6Ζßϑø9$# tβθãΖÏΒ÷σè?uρ «!$$Î/ 3 öθs9uρ š∅tΒ#u™ ã≅÷δr& É=≈tGÅ6ø9$# tβ%s3s9 #Zöyz Νßγ©9 4 ãΝßγ÷ΖÏiΒ šχθãΨÏΒ÷σßϑø9$# ãΝèδçsYò2r&uρ tβθà)Å¡≈xø9$# ∩⊇⊇⊃∪

2Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, sekolah (Jakarta : LP3ES, 1991), hlm. 46

kerja guru BK tertuju pada bidang pengembangan maka, program-program BK didesain untuk mengembangkan pendewasaan psikologis siswa.4 Dengan demikian telah jelas kiranya bahwa keberadaan BK di sekolah maupun madrasah pada dasarnya berupaya memberikan bantuan yang bersifat psikologis yang bertujauan untuk membiasakan siswa agar mandiri dalam mengahadapi persoalan dalam hidupnya, hanya saja, dalam konteks konseling Islami, penekanan terhadap keseimbangan dan keselarasan hidup di dunia dan akhirat menjadi fokus utama dalam bimbingann.

3. Program Bimbingan dan Konseling di MAN 1 Medan

Dalam dokumen Bimbingan konseling islami (Halaman 178-183)