• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.4. Program Kemitraan Antara Badan Usaha

Dalam ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan terutama dalam Ketentuan Umum Pasal 1 menyatakan bahwa Kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah dan atau dengan Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dalam Ketentuan Umum Pasal 1 menyatakan bahwa Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 menjelaskan bahwa Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.

Dalam Surat Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. PER-05/MBU/2007 menjelaskan bahwa BUMN mempunyai kewajiban antara lain :

b. Menyusun Standard Operating Procedure (SOP) untuk pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi.

c. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Program Kemitraan dan Program BL.

d. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon Mitra Binaan secara langsung.

e. Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan kepada Mitra Binaan dan dana Program BL kepada masyarakat.

f. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan. g. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan.

h. Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program BL i. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program

BL yang meliputi laporan berkala baik triwulanan maupun tahunan kepada Menteri.

j. Menyampaikan laporan berkala baik triwulanan maupun tahunan kepada Koordinator BUMN Pembina di wilayah masing-masing.

Dalam Surat Keputusan tersebut juga menjelaskan bahwa Dana Program Kemitraan bersumber dari :

a. Penyisihan laba setelah pajak sebesar 1% (satu persen) sampai dengan 3% (tiga persen);

b. Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dari dana Program Kemitraan setelah dikurangi beban operasional;

c. Pelimpahan dana Program Kemitraan dari BUMN lain, jika ada

Program Kemitraan dan Bina Lingkugan (PKBL) menyalurkan dana program kemitraan dalam bentuk :

a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan atau pembelian aktiva tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan

b. Pinjaman khusus :

1) Untuk membiayai kebutuhan dana pelaksanaan kegiatan usaha Mitra Binaan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan;

2) Perjanjian pinjaman dilaksanakan antara 3 (tiga) pihak yaitu BUMN Pembina, Mitra Binaan dan rekanan usaha Mitra Binaan dengan kondisi yang ditetapkan oleh BUMN Pembina.

c. Beban Pembinaan.

1) Untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan hal-hal lain yang menyangkut peningkatan produktivitas Mitra Binaan serta untuk pengkajian/penelitian;

2) Beban Pembinaan bersifat Hibah dan besarnya ditetapkan maksimal 20% (duapuluh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan.

3) Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada atau untuk kepentingan Mitra Binaan.

2.2.4.1. Usaha Kecil yang tangguh dan Mandiri (Berdaya).

Menurut Prawirokusumo (2001:78) secara umum UKM yang tangguh dan mandiri memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Fleksibel.

b. Permodalan tidak bergantung pada modal dari luar, berkembang dengan modal kekuatan sendiri.

c. Dalam pinjaman, UKM sanggup mengembalikan dengan bunga yang cukup tinggi.

d. UKM tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai kegiatan usaha merupakan sarana distributor barang dan jasa dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat.

2.2.4.2. Prinsip-Prinsip Program Kemitraan

Menurut Marrioti dalam Hafsah (1999:51) berkaitan dengan pengertian kemitraan menurut ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan terutama dalam Ketentuan Umum Pasal 1 seperti yang telah disebut di atas, maka kemitraan itu mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling memerlukan yaitu :

a. Prinsip Saling menguntungkan

Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah “win-win solution partnership” kesadaran dan saling menguntungkan. Pada kemitraan ini tidak berarti para partisipan harus memiliki kemampuan dan kekuatan

yang sama, tetapi yang essensi dan lebih utama adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Pada kemitraan usaha terutama sekali tehadap hubungan timbal balik, bukan seperti kedudukan antara buruh dan majikan, atau terhadap atasan kepada bawahan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan proporsional, disinilah letak kekhasan dan karakter dari kemitraan usaha tersebut.

b. Prinsip saling memperkuat

Dalam kemitraan usaha, sebelum kedua belah pihak memulai untuk bekerjasama, maka pasti ada sesuatu nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang bermitra. Nilai tambah ini selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga ada nilai tambah yang non ekonomi seperti peningkatan kemapuan manajemen, penguasaan teknologi dan kepuasan tertentu. Keinginan ini merupakan konsekwensi logis dan alamiahdari adanya kemitraan. Keinginan tersebut harus didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut dan untuk memperkuat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, sehingga dengan bermitra terjadi suatu sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Dengan demikiaan terjadi saling isi mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra. Dengan motivasi ekonomi tersebut maka prinsip kemitraan dapat didasarkan pada saling memperkuat.

c. Prinsip Saling Memerlukan

Penerapannya dalam kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya perusahaan yang lebih kecil, yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi, permodalan dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar. Dengan demikian sebenarnya ada saling memerlukan atau ketergantungan diantara kedua belah pihak yang bermitra.

2.2.4.3. Pola Program Kemitraan

Dalam rangka merealisasikan kemitraan sebagai wujud dari keterkaitan usaha, maka diselenggarakan melalui pola-pola yang sesuai dengan sifat dan tujuan usaha yang dimitrakan menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1997 tentang Usaha kecil pasal 27 adalah sebagai berikut:

a. Inti Plasma

Adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan ini melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis sampai dengan pemasaran hasil produksi.

Adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya.

c. Dagang Umum

Adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar, yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar memasarkan hasil produksi usaha kecil atau usaha kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.

d. Waralaba

Adalah hubungan kemitraan yang didalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merk dagang saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen.

e. Keagenan dan

Adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha menengah atau usaha besar mitranya.

f. Bentuk-bentuk lain

Adalah pola kemitraan yang pada saat ini sudah berkembang tetapi bekum dibakukan, atau pola baru yang akan timbul di masa yang akan datang.

Dokumen terkait