• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter

Program Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Implementasi Program PPK dilaksanakan melalui tiga basis yaitu kelas, budaya sekolah, dan masyarakat.

4. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas merupakan pengintegrasian karakter dalam proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, memperkuat manajemen kelas dan mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan sekolah.

5. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan suasana lingkungan sekolah yang mendukung praktik PPK dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.

6. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan komunitas peserta didik, komunitas pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga pemerintahan, komunitas yang menyediakan sumber pembelajaran, komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, budayawan lokal, dan lembaga bisnis yang memiliki relevansi dengan dunia pendidikan.

7. Sekolah Dasar

Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal yang ditempuh dalam waktu 6 tahun, dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.

8. Kecamatan Tegalrejo

Kecamatan Tegalrejo merupakan salah satu kecamatan dari Kota Yogyakarta. Secara geografis Kecamatan Tegalrejo terletak di sebelah barat laut Kota Yogyakarta dengan luas wilayah 2,91 km2. Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, dimana batas-batas tersebut adalah: sebelah utara Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, sebelah selatan Kecamatan Wirobrajan, sebelah timur Kecamatan Jetis dan Kecamatan Gedongtengen, dan sebelah barat Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tiga bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Bagian-bagian tersebut dijabarkan sebagai berikut.

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Karakter

Karakter menurut Kurniawan (2013:29), adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi dalam dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan perasaannya.

Karakter menurut Lickona (2012:81-82), dimaknai sebagai suatu cara berpikir yang terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Manusia berproses dalam karakternya, seiring suatu nilai menjadi suatu kebaikan, suatu yang disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik. Karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal

yang baik, dan melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan.

Karakter menurut Samani dan Hariyanto (dalam Soetanto 2013:4), didefinisikan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter identik dengan kekhasan perilaku, sehingga karakter merupakan kekhasan perilaku yang dibentuk oleh nilai, yang meliputi seluruh aktivitas manusia dalam tindakan, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan, serta perilaku sehari-hari.

2. Hubungan Karakter dan Kepribadian

Pengertian kepribadian menurut Gardon Allport (dalam Sujanto 2008:94), adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikologis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar. Pengertian di atas sependapat dengan Lindzy (1993:26), yang menyatakan bahwa kepribadian merupakan istilah yang menunjukkan hal-hal khusus tentang suatu individu yang membedakan dengan individu lain. Berdasarkan pendapat ahli di atas yang membahas mengenai pengertian kepribadian dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian lebih mengarah

kepada sikap dan perilaku, sehingga memiliki keteraturan diri seseorang sebagai individu. Karakter merupakan ciri-ciri khas yang bisa membangun kekhasan perilaku pribadi, sehingga perilaku setiap indvidu berbeda. Kepribadian lebih mengarah kepada sekumpulan sikap-sikap yang membentuk, sedangkan karakter lebih menekankan pada sifat khas dari setiap orang yang terbentuk oleh sekumpulan sikap-sikap tersebut.

3. Hubungan Karakter dan Moral

Pengertian moral menurut Suprihadi (1982:5), adalah sesuatu hal yang membahas mengenai perilaku benar atau salah. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila seringkali mendengar perkataan orang tentang orang lain yang bermoral atau tidak bermoral baik. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa moral merupakan penilaian terhadap perilaku benar/salah, baik/jahat yang diberikan oleh masyarakat.

Moral dan karakter memiliki arti yang sama dikarenakan moral merupakan perilaku seseorang yang sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di lingkungannya. Sehingga karakter yang perlu diwujudkan adalah karakter yang bermoral baik.

4. Hubungan Karakter dan Nilai

Nilai menurut Adisusilo (2012:56), adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai berguna, dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. Hal tersebut senada dengan pendapat Darmaputera (1987:65), menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai

tindakan seseorang. Sedangkan menurut Wahana (2004:84), nilai memiliki peranan sebagai daya tarik serta dasar bagi tindakan manusia, serta mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-nilai yang ditemukannya dalam tindakan-tindakannya.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa nilai karakter perlu diusahakan berlandaskan kesadaran, agar seseorang dapat berkualitas yang terwujud dalam nilai kejujuran, tanggung jawab, kemandirian, dan gotong royong dalam kehidupan.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Frye, Mike (dalam Suyadi 2013:6), menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Mulyasa (2018:3) menyatakan bahwa pendidikan karakter sungguh-sungguh sangat diperlukan. Karena, pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dan sangat berkaitan dengan bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/ peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain. Hal tersebut juga senada dengan pendapat Wijaya (2017: 65), Pendidikan karakter menentukan cara berpikir dan perilaku seseorang. Oleh sebab itu, karakter yang baik bisa memberikan

dorongan berbuat baik, menyetujui seseorang yang setiap saat berbuat baik atau mempunyai budi pekerti luhur.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu tindakan sadar yang dilakukan manusia dengan tujuan membimbing dan mengarahkan untuk mencapai manusia yang bermoral, berbudi pekerti, dan memiliki perilaku serta sikap yang menjadi kebiasaan yang baik sehingga mampu memahami, menghayati, dan melakukan nilai-nilai pendidikan karakter serta pengamalannya dalam kehidupan sehari- hari.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). a. Latar Belakang Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan Pendidikan Karakter atau sering kita dengar dengan PPK merupakan sebuah upaya pemerintah dalam rangka pengembangan pendidikan melalui implementasi nilai-nilai utama pendidikan karakter. Salah satu tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap pedidikan di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara sesuai dengan ajaran hidupnya yaitu “Tringa” yang meliputi ngerti, ngerasa, dan nglakoni mengingatkan terhadap segala ajaran, cita-cita hidup yang kita anut diperlukan pengertian, kesadaran, dan kesungguhan dalam pelaksanannya. Tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan, menyadari dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan dan tidak memperjuangkan.

Tokoh Ki Hajar Dewantara selain kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, memiliki konsep pendidikan yaitu tut wuri handayani sebagai semboyan metode among. “Sistem Among” yaitu cara pendidikan yang dipakai untuk mengemong (anak) berarti memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya, tetapi pamong /guru anak bertindak kalau perlu dengan paksaan apabila keinginan anak membahayakan keselamatannya. Pendapat Ki Hajar Dewantara (dalam Daryanto, dkk 2016: 13), bahwa guru wajib mendorong peserta didiknya, yaitu ing ngarsa sung tuladha (bila seseorang berada di depan diharapkan mampu menjadi teladan atau contoh), ing madya mangun karsa (bila seseorang berada di tengah mampu menuangkan gagasan dan ide-ide baru), tut wuri handayani (bila seseorang berada di belakang memberikan kekuatan). Berdasarkan pendapat di atas sistem among merupakan pendidikan yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat sebagai keluhuran dan sebuah cita-cita yang dapat dicapai melalui pendidikan karakter.

Kesadaran sekaligus usaha pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan nasional semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. Hal tersebut perlu di dilanjutkan, dioptimalkan, diperdalam, dan bahkan diperluas sehingga diperlukan penguatan pendidikan karakter bangsa (PPK). Tim PPK Kemendikbud (2017: 5), menyatakan bahwa Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dapat dimaknai sebagai

pengejawantahan Gerakan Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita.

Berdasarkan pendapat di atas, Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai pelaksana atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Gerakan PPK perlu diperdalam sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan agar tercapai cita-cita luhur Bangsa Indonesia melalui penguatan pendidikan karakter.

b. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter

Pengertian program Penguatan Pendidikan Karakter menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 17), merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Untuk itu diperlukan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Melalui pendapat di atas, kesimpulan penguatan pendidikan karakter adalah proses pembentukan karakter dengan memperkuat bakat, potensi, dan talenta yang dimiliki seluruh peserta didik melalui serangkaian bentuk transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik yang

merupakan suatu sarana untuk mewujudkan Nawacita dan Gerakan Nasional Revolusi Mental yang menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung pada terciptanya revolusi karakter bangsa. Karakter merupakan makna dari hasil keterpaduan dari empat bagian yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Adapun keterpaduan dari nilai-nilai karakter secara ringkas ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut ini

Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, Olah Rasa, dan Olah Karsa.

(Sumber: http://alihfungsi.gtk. kemendikbud.go.id/assets/konsep_karakter.pdf) Berdasarkan gambar 2.1 di atas, kesimpulan penguatan pendidikan karakter saling berkaitan satu sama lain sehingga menciptakan sebuah keterpaduan yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa, olah raga guna mencapai karakter Bangsa Indonesia.

c. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter

Tim PPK Kemendikbud (2017: 16) menyatakan bahwa, gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.

2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.

3) Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), dan olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).

4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.

5) Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Berdasarkan pendapat di atas, kesimpulan dari Penguatan Pendidikan Karakter adalah memperkuat karakter dalam diri peserta didik, mengembangkan segala kemampuan maupun potensi yang dimiliki

dengan ikut serta terlibat dalam jejaring masyarakat, memiliki sikap tangguh dalam menghadapi perkembangan global sehingga mampu menjunjung cita-cita dan menampakkan citra serta kepribadian Bangsa Indonesia melalui pendidikan.

d. Nilai-nilai Utama Penguatan Pendidikan Karakter

Sebuah Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Terdapat lima nilai utama karakter yang saling berkaitan sehingga membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Penguatan Pendidikan Karakter. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut (Tim PKK Kemendikbud (2017: 8) :

1). Religiusitas

Nilai karakter religiusitas mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Subnilai religiusitas antara lain cinta damai, toleran, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih (Tim PPK

Kemendikbud, 2017: 8). Nilai religiusitas merupakan revisi dari nilai religius berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

2). Nasionalisme

Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalisme antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku, dan agama (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 8). Nilai nasionalisme merupakan revisi dari nilai nasionalis berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018. 3). Kemandirian

Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 9). Nilai kemandirian merupakan revisi dari nilai mandiri berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

4). Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 9).

5). Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas) (Tim PPK Kemendikbud: 9).

Berdasarkan pendapat diatas, kesimpulan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter merupakan sebuah kesatuan dan saling berkaitan satu

dengan yang lainnya. Nilai yang berinteraksi satu sama lain berkembang dan membentuk suatu keutuhan secara universal oleh semua warga masyarakat terutama peserta didik guna mewujudkan penguatan pendidikan karakter. e. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Pada proses pengembangan dan implementasi PPK terdapat prinsip-prinsip yang mendasari. Tim PPK Kemendikbud, (2017: 10) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang digunakan adalah sebagai berikut.

1). Nilai-nilai Moral Universal

Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.

2). Holistik

Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

3). Terintegrasi

Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah di kembangkan dan

dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

4). Partisipatif

Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.

5). Kearifan Lokal

Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi identitas dan jati diri peserta didik sebagai Bangsa Indonesia.

6). Kecakapan Abad XXI

Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative

thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).

7). Adil dan Inklusif

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.

8). Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis, maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini, kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif. 9). Terukur

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat diamati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini, komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif, mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah, dan mengerahkan sumber

daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

f. Basis Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kelas, Budaya Sekolah, dan Masyarakat.

Dalam pelaksanaanya, program Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan melalui tiga basis yaitu basis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Adapun ketiga basis tersebut antara lain:

1). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Pendidikan karakter berbasis kelas merupakan proses pembentukan karakter di dalam lingkungan kelas. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 27), pembentukan karakter di dalam lingkungan kelas dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Koesoema (2018: 9), fokus pendidikan karakter berbasis kelas adalah interaksi dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, terdapat keseluruhan interaksi antara guru dan peserta didik dan antar peserta didik, dinamika pembelajaran, pendalaman isi materi pembelajaran, pemilihan metode pengajaran, cara-cara evaluasi, dan penilaian yang terjadi selama pembelajaran. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas dilaksanakan melalui kegiatan pengintegrasian PPK dalam kurikulum, pembiasaan di kelas, manajemen kelas, penggunaan metode pembelajaran, dan layanan bimbingan dan konseling.

Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama pendidikan karakter pada proses pembelajaran melalui setiap mata pelajaran dengan memanfaatkan materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual. Tim PKK Kemendikbud 2017:27 menyatakan bahwa, kurikulum adalah seperangkat pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK secara kontekstual melalui seperangkat rencana mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan mengintegrasikan PPK melalui pembelajaran dapat dilaksanakan melalui beberapa cara yaitu (1) melakukan analisis KD, (2) memilih metode pembelajaran dan pengelolaan kelas yang efektif dalam desain RPP, (3) mengimplementasikan pembelajaran karakter sesuai dengan RPP, (4) melaksanakan penilaian pembelajaran, dan melakukan refleksi serta evaluasi pada seluruh proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, kesimpulan pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter melalui kurikulum dilaksanakan dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan, memperdalam, dan mempraktikkan nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan yang memanfaatkan materi dengan optimal dalam kurikulum secara kontekstual.

Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembiasaan di kelas menurut Samsul (2018:25), merupakan upaya membiasakan peserta didik untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah

daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi. Guru dalam

Dokumen terkait