• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN TEGALREJO KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI"

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN TEGALREJO

KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Andreas Agung Prasetyo NIM: 161134091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN TEGALREJO

KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Andreas Agung Prasetyo NIM: 161134091

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir - Pengkhotbah 3:11

Maju Tak Gentar, Mundur Tak Ganjel - Dum Truck Jogja-Semarang

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk: - Bapak, Ibu, Simbah, Monika, dan Natalia - Sahabat-sahabatku terkasih - Almamaterku tercinta

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

SURVEI IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN TEGALREJO KOTA

YOGYAKARTA Andreas Agung Prasetyo Universitas Sanata Dharma

2020

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kebijakan pemerintah dengan dicanangkannya program Penguatan Pendidikan Karakter. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dan bagaimana upaya implementasi Penguatan Pendidikan Karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat di sekolah dasar se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survei. Populasi dalam penelitian ini yaitu sebanyak 150 guru. Perhitungan sampel mengacu pada tabel penentuan sampel minimal menurut Krejcie and Morgan dengan taraf kepercayaan 95% dan kesalahan 5%. Sampel diambil dengan menggunakan cara simple random sampling dan diperoleh data sampel sebanyak 108 guru. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner pertanyaan tertutup dan wawancara terstruktur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di sekolah dasar se-Kecamatan Tegalrejo sudah mengimplementasikan program PPK dengan memperhatikan 4 aspek utama. Pertama, 75% responden sudah mengimplementasikan sosialisasi PPK. Upaya yang dilakukan melalui sosialisasi kepala sekolah dan KKG. Kedua, 89% responden sudah mengimplementasikan PPK berbasis kelas. Upaya yang dilakukan melalui literasi, menyanyikan lagu nasional, model pembelajaran, layanan BK. Ketiga, sebanyak 88% responden sudah mengimplementasikan PPK berbasis budaya sekolah. Upaya yang dilakukan melalui tradisi, branding, program literasi, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Keempat, 64% responden sudah mengimplementasikan PPK berbasis masyarakat. Upaya yang dilakukan melalui kerjasama dengan orangtua, lembaga kesenian dan budaya, kerjasama dengan lembaga penyedia sumber-sumber belajar, masyarakat pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, komunitas seniman dan budayawan lokal, lembaga bisnis dan perusahaan, lembaga penyiaran media, dan perguruan tinggi.

(9)

viii ABSTRACT

A CHARACTER EDUCATION PROGRAM IMPLEMENTATION SURVEY IN ELEMENTARY SCHOOLS IN TEGALREJO SUBDISTRICT

YOGYAKARTA Andreas Agung Prasetyo Sanata Dharma University

2020

The background of the research is the government policy about Character Education program. The aim of the research is to find out how and how far Character Education program of class, culture, school, and society in the elementary schools in Tegalrejo Subdistrict, Yogyakarta is implemented.

This research is a descriptive – quantitative with survey method. The population of the research was 150 teachers. The sample calculation is based on the stipulation of minimal sample table by Krejcie and Morgan with 95% credibility and 5% errors. The sample was determined by using simple random sampling technique. From the sampling technique, there were 108 teachers got as the sample. The data gathering techniques used were closed-ended questions and structured interview.

The result of this study indicate that the respondents on public elementary schools in Tegalrejo district that have been implemented the PPK by paying attention to 4 main aspect. First, 75% of the respondents have implemented PPK or Character Education Program through KKG and headmasters. Second, 89% of the respondents have implemented class-based PPK through literacy, singing national anthem, learning models, and guidance and counselling service. Third, 88% of the respondents have implemented school culture-based PPK through tradition, branding, literacy program, cocurricular, and extracurricular. Fourth, 64% of the respondents have implemented society-based PPK through cooperation with parents, art and culture foundations, cooperation with learning sources providers, education enthusiasts, religious communities, artists and local cultural practitioners, businesses and companies, broadcast media institutions, and universities.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih yang senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta” dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan kali ini, peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dorongan, masukan, nasihat, dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(11)

x

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, memberi masukan, dan memberi saran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

6. Odo Hadinata, M.Pd. selaku tim Pengembang Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas masukan, dorongan, motivasi, dan saran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Validator instrumen penelitian Kota Yogyakarta.

8. Kepala Sekolah dan guru Sekolah Dasar Negeri kelas I sampai dengan kelas VI se-Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin, membantu, dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tua saya, Bapak Yohanes Sriyana dan Ibu Christiana Rubilah yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moral berupa doa, kasih sayang, semangat, dan perhatian untuk mendorong saya dalam penelitian ini.

10. Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membimbing dan mengajarkan banyak mata kuliah yang sangat membantu saya dalam penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat saya Lukas Heruwindarto, Fransiskus Asisi Edwin, Danang Noor Wicaksana, Dionisius Anggara, dan Ricardo yang selalu mendukung dan memotivasi sebagai teman berdiskusi, serta menguatkan dan membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Teman-teman satu bimbingan skripsi yang menjadi teman diskusi dan berbagi informasi dalam menyelesaikan penelitian ini.

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN MOTTO ... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... ABSTRAK ... ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... G. Definisi Operasional ... BAB II LANDASAN TEORI ... A. Kajian Pustaka ... 1. Pengertian Karakter ... a. Hubungan Karakter dan Kepribadian ... b. Hubungan Karakter dan Moral ... c. Hubungan Karakter dan Nilai ... 2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 3. Program Penguatan Pendidikan Karakter ... i ii iii iv v vi vii viii ix xii xv xvii xix 1 1 10 10 10 11 14 14 14 15 16 16 17 18

(14)

xiii

a. Latar Belakang Program Penguatan Pendidikan Karakter ... b. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter ... c. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter ... d. Nilai-nilai Utama Penguatan Pendidikan Karakter ... e. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Implementasi Penguatan

Pendidikan Karakter ... f. Basis Penguatan Pendidikan Karakter ... 1). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas ... 2). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah ... 3). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat ... B. Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... D. Hipotesis Penelitian ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ... B. Waktu dan Tempat Penelitian ... C. Populasi dan Sampel ... 1. Populasi ... 2. Sampel ... D. Variabel Penelitian ...

1. Variabel Bebas ... 2. Variabel Terikat ... E. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Kuesioner ... 2. Wawancara ... 3. Studi Dokumenter ... F. Instrumen Penelitian ... 1. Kuesioner Pertanyaan Tertutup ... 2. Wawancara ... G. Teknik Pengujian Instrumen ... 18 20 22 23 26 29 29 36 41 48 55 56 57 57 59 61 61 62 66 67 67 67 68 68 69 70 70 74 76

(15)

xiv

1. Validitas Isi ... 2. Validitas Muka ... H. Teknik Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 2. Deskripsi Responden Penelitian ... 3. Deskripsi Data Implementasi Program Penguatan

Pendidikan Karakter Berbasis Kelas, Budaya Sekolah, dan Masyarakat di Sekolah Dasar se-Kecamatan Tegalrejo Kota

Yogyakarta ... a. Sosialisasi ... b. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis

Kelas ... c. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis

Budaya Sekolah ... d. Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis

Masyarakat ... B. Pembahasan ... BAB V PENUTUP ... A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan Penelitian ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 76 81 85 89 89 89 91 92 96 98 112 129 136 153 153 155 156 157 161 239

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Nama Sekolah Dasar Se-KecamatanTegalrejo Beserta

Alamat ... 60

Tabel 3.2 Populasi Guru SD Se-Kecamatan Tegalrejo …... 61

Tabel 3.3 Penentuan Sampel Minimal Menurut Krejcie Dan Morgan ... 63

Tabel 3.4 Jumlah Responden Setiap Sekolah Dasar yang Menjadi Sampel Kuesioner ... 64

Tabel 3.5 Kisi-kisi Pertanyaan Tertutup Instrumen Penelitian ... 72

Tabel 3.6 Pertanyaan Tertutup Instrumen Penelitian ... 74

Tabel 3.7 Pedoman Wawancara ... 74

Tabel 3.8 Konversi Nilai Skala Lima ... 77

Tabel 3.9 Kriteria Nilai Skala Lima ... 79

Tabel 3.10 Rekapitulasi Validitas Instrumen ... 80

Tabel 3.11 Hasil Validitas Muka ... 81

Tabel 4.1 Daftar SD yang Diteliti ... 90

Tabel 4.2 Instrumen Pertanyaan Tertutup Implementasi PPK Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta ... 93

Tabel 4.3 Rekap Data Persentase Sosialisasi Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta ... 96

Tabel 4.4 Rekap Data Persentase Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta ... 98

Tabel 4.5 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Kurikulum . 100 Tabel 4.6 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Pembiasaan di Kelas ... 102

(17)

xvi

Tabel 4.7 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Manajemen Kelas ... 105 Tabel 4.8 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Metode

Pembelajaran ... 107 Tabel 4.9 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Layanan

Bimbingan Dan Konseling ... 109 Tabel 4.10 Rekap Data Hasil Persentase Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Budaya Sekolah Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta ... 113 Tabel 4.11 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Branding

Sekolah ... 114 Tabel 4.12 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Pembiasaan

Di Sekolah ... 118 Tabel 4.13 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Peraturan

Di Sekolah ... 122 Tabel 4.14 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Kegiatan

Kokurikuler ... 124 Tabel 4.15 Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Kegiatan

Ekstrakurikuler ... 126 Tabel 4.16 Rekap Data Persentase Penguatan Pendidikan Karakter

Berbasis Masyarakat Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta ... 129 Tabel 4.17 Rekapitulasi Persentase dari 11 Aspek ... 135 Tabel 4.18 Perolehan Persentase Basis Penguatan Pendidikan Karakter ... 138

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, Olah Rasa,

dan Olah Karsa ... 21 Gambar 2.2 Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Di

Kelas ... 36 Gambar 2.3 Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Ekstrakurikuler

Pramuka ... 41 Gambar 2.4 Kegiatan Literasi Berkolaborasi Dengan Perpustakaan Kota

Yogyakarta ... 47 Gambar 2.5 Literature Map Penelitian-penelitian yang Relevan ... 53 Gambar 4.1 Persentase Rata-Rata Sosialisasi Implementasi Program

Penguatan Pendidikan Karakter ... 97 Gambar 4.2 Persentase Rara-rata Butir Soal Pada Aspek Kurikulum ... 101 Gambar 4.3 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Pembiasaan Di

Kelas ... 103 Gambar 4.4 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Manajemen

Kelas ... 105 Gambar 4.5 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Metode

Pembelajaran ... 108 Gambar 4.6 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Layanan

Bimbingan Dan Konseling ... 110 Gambar 4.7 Lukisan Pohon Karakter Di SD Negeri Tegalrejo 1 Sebagai

Upaya Pendidikan Karakter ... 112 Gambar 4.8 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Branding

Sekolah ... 115 Gambar 4.9 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Pembiasaan Di

(19)

xviii

Gambar 4.10 Buku Kumpulan Cerita Peserta Didik Di SD Negeri Tegalrejo 1 Kota Yogyakarta Sebagai Upaya Program Literasi Sekolah ... 120 Gambar 4.11 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Peraturan

Sekolah ... 122 Gambar 4.12 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Kegiatan

Kokurikuler ... 124 Gambar 4.13 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Kegiatan

Ekstrakurikuler ... 126 Gambar 4.14 Persentase Rata-rata Butir Soal Pada Aspek Kerja Sama

Satuan Pendidikan Dengan Beberapa Pihak ... 131 Gambar 4.15 Persentase Implementasi Program Penguatan Pendidikan

Karakter Berbasis Kelas ... 140 Gambar 4.16 Persentase Implementasi Program Penguatan Pendidikan

Karakter Berbasis Budaya Sekolah ... 143 Gambar 4.17 Persentase Implementasi Program Penguatan Pendidikan

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1.1 Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma ... 163

Lampiran 1.2 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta ... 164

Lampiran 1.3 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Wilayah Barat Kota Yogyakarta ... 165

Lampiran 1.4 Surat Permohonan Melakukan Validasi Instrumen Penelitian 166 Lampiran 2.1 Identitas Biodata Responden ... 168

Lampiran 2.2 Identitas Biodata Peneliti ... 169

Lampiran 2.3 Instrumen Penelitian ... 170

Lampiran 3.1 Daftar SD Negeri di Kecamatan Tegalrejo ... 178

Lampiran 3.2 Coding Data 11 SD Negeri Se-Kecamatan Tegalrejo ... 179

Lampiran 3.3 Rekap Data Instrumen Pertanyaan Tertutup ... 181

Lampiran 3.4 Rekap Data Hasil Wawancara ... 193

Lampiran 3.5 Daftar Cek ... 197

Lampiran 4.1 Hasil Validasi dari SD Bhinneka Tunggal Ika ... 200

Lampiran 4.2 Hasil Validasi dari SD Bopkri Gondolayu ... 203

Lampiran 4.3 Hasil Validasi dari SD Budya Wacana ... 206

Lampiran 4.4 Hasil Validasi dari SD Johanes Bosco ... 209

Lampiran 4.5 Hasil Validasi dari SD Kalam Kudus ... 212

Lampiran 4.6 Hasil Validasi dari SD Kanisius Kintelan ... 215

Lampiran 4.7 Hasil Validasi dari SD Kanisius Notoyudan ... 218

Lampiran 4.8 Hasil Validasi dari SD Kanisius Wirobrajan ... 221

Lampiran 4.9 Hasil Validasi dari SD Muhammadiyah Kleco 1 ... 224

Lampiran 4.10 Hasil Validasi dari SD Muhammadiyah Kleco 2 ... 227

Lampiran 4.11 Hasil Validasi dari SD Muhammadiyah Kleco 3 ... 230

Lampiran 4.12 Hasil Validasi dari SD Piri Nitikan ... 233

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab I memberikan gambaran kepada pembaca mengenai landasan penelitian ini. Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pengalaman belajar terbentuk melalui proses yang berkesinambungan mulai dari usia kanak-kanak sampai pada waktu dewasa, yang memerlukan beraneka ragam cara dan sumber belajar untuk memupuk pengalaman hidupnya yang memungkinkan individu memperoleh informasi dan keterampilan yang diperlukan untuk menemukan tujuan dan memecahkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi. Mangunhardjana (2016:20), menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan secara metodis, sistematis dan tekun terus-menerus, berlangsung dalam jangka waktu tertentu, untuk mendapatkan pengetahuan sikap, nilai, kecakapan, kemampuan kompetensi, profesionalitas, yang dinilai berguna membuat peserta didik berkembang pribadinya, agar pada waktunya mampu berkontribusi kepada masyarakat. Selain melalui suatu proses sistematis yang dilakukan oleh seorang pendidik, pembiasaan tingkah laku dalam lingkungan dapat memberikan pengaruh bagi sesama serta dapat mengembangkan karakter dalam kesehariannya. Selain menciptakan suatu keteladanan, kebiasaan menjadikan seseorang mampu melakukan suatu hal tanpa perlu berpikir, mengingat-ingat, dan merencanakan terlebih dulu sebelumnya, dan dengan mudah menghasilkan buah yang menjadi tujuan.

(22)

Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi intelektual dan karakter peserta didik. Hal ini telah dilandaskan oleh berbagai pemikiran tentang pendidikan dan berbagai peraturan perundang-undangan tentang pendidikan. Upaya untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut telah tercantum dalam Pasal 3 Undang-undang Nasional Sistem Pendidikan Nomor 20 Tahun 2003 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Driyarkara (2006:398,413), menyatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia, atau membantu proses hominisasi dan humanisasi. Pendidikan membantu orang muda untuk semakin menjadi manusia, manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai tinggi. Bukan hanya hidup sebagai “manusia” (makan minum), melainkan manusia yang bermoral, berwatak, bertanggung jawab, dan bersosialitas. Pendidikan adalah membantu manusia muda menjadi manusia yang utuh. Manusia muda dibantu untuk hidup lebih berdasarkan nilai moral yang benar, mempunyai karakter yang baik, dan hidup bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.

Gaffar (2010:1), menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai

(23)

tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan tersebut diwujudkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupannya.

Pendidikan karakter dilaksanakan sebagai usaha secara sadar untuk mewujudkan kebajikan bukan hanya baik untuk individu perseorangan, melainkan untuk masyarakat secara keseluruhan. Megawangi (2004:95), keterlaksanaan pendidikan mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik diharapkan agar mereka memiliki nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, dan kreatif. Usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif bagi lingkungannya. Dari paparan para ahli di atas dapat dipahami bahwa pokok utama pendidikan karakter sifatnya adalah universal atau menyeluruh, maksudnya adalah nilai-nilai yang ditanamkan tersebut harus mampu dirasakan oleh semua orang, baik dilingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara.

Kesadaran sekaligus usaha pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan nasional semakin kuat pada tahun 2010. Ketika pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) pendidikan karakter bangsa. Hal tersebut tentunya perlu ditindaklanjuti, dioptimalkan, diperdalam, bahkan perlu diperluas untuk membentuk generasi emas 2045 yang dibekali keterampilan abad 21 dibutuhkan oleh setiap siswa dengan berusaha

(24)

memecahkan masalah kompleks yang mengembangkan keterampilan, bertaqwa, nasionalis, tangguh, mandiri, dan memiliki keunggulan bersaing secara global. Sumber daya manusia (SDM) menjadi unsur penting dalam pembentukan potensi manusia atau organisasi. Sumber daya manusia yang dikelola secara baik akan berpengaruh besar terhadap efektivitas suatu kegiatan untuk mencapai sebuah tujuan. Shoimin (2014:84), menyatakan bahwa pembangunan SDM sebagai fondasi pembangunan bangsa dibutuhkan oleh siswa yang merupakan sumber daya manusia yang handal jika dilengkapi dengan keterampilan, kecerdasan, dan kepribadian yang berbudi luhur. Beberapa hal yang sudah dipaparkan dimaksudkan agar seluruh pihak dalam pelaksanan penguatan pendidikan karakter siap dalam menghadapi kondisi degradasi moral, etika, dan budi pekerti.

Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 menyadari akan pentingnya pendidikan karakter di Indonesia dengan memberikan arahan khusus Presiden mengenai Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Kejujuran merupakan sebuah kata utama yang menjadi perhatian setiap insan pendidikan. Presiden Joko Widodo dalam salah satu sambutannya di hadapan para kepala sekolah setanah air yang menjadi contoh sekolah berintegritas di istana negara mengatakan bahwa, “kejujuran adalah nilai fundamental, nilai dasar, dalam membangun karakter Bangsa”. Pendidikan mengenai karakter dipaparkan dalam salah satu butir Nawacita yang merupakan kelanjutan dan kesinambungan dari salah satu Gerakan Nasional Revolusi Mental. Soleman dan Noer (2017: 1964), menyatakan bahwa di dalam Nawacita Presiden Joko widodo menyebutkan akan melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan

(25)

nasional. Tim PPK Kemendikbud (2017:8), menjelaskan bahwa gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada butir Nawacita ke 8 menjelaskan bahwa Revolusi Karakter Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan berusaha mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir dan cara bertindak dalam mengelola sekolah dengan berpedoman pada sikap-sikap nasional yaitu integritas, kerja keras (etos kerja), dan gotong royong. Gerakan PPK menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam Pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku Pendidikan. Berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018, terdapat lima nilai utama karakter yang saling berkaitan yang saling membentuk nilai yang perlu dikembangkan sebagai kristalisasi nilai karakter. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah nilai religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah diharapkan dapat memperkuat bakat, potensi, dan talenta seluruh peserta didik dalam menghadapi berbagai tantangan dalam pelaksanaan penguatan pendidikan karakter bangsa. Tantangan yang ada tentunya perlu disikapi dengan pemikiran yang matang. Adapun tantangan yang terdapat dalam implementasi penguatan pendidikan karakter meliputi tantangan pendidikan dan tantangan lingkungan strategis bangsa. Tantangan dalam pendidikan terkait dengan optimalisasi pengembangan potensi siswa secara harmonis melalui keseimbangan olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olah raga (kinestetik). Tantangan dalam pendidikan yang berikutnya adalah besarnya populasi siswa, guru, dan sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia, membangun sinergi dan tanggung jawab terhadap pendidikan karakter anak antara sekolah, orang tua, dan

(26)

masyarakat, serta tantangan globalisasi yang diharapkan dapat memperkuat kemampuan beradaptasi terhadap perubahan melalui pertumbuhan nilai-nilai religiusitas dan kearifan lokal bangsa. Kemudian tantangan yang selanjutnya adalah tantangan lingkungan strategis bangsa meliputi lingkungan Ideologi, sosial dan budaya (Sosbud), pertahanan dan keamanan (Hankam), dan teknologi. Kasus mengenai kekerasan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Sepanjang tahun 2016 Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) melaporkan adanya 1000 kasus kekerasan, dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah kekerasan tersebut terjadi di satuan pendidikan yang dilakukan oleh siswa sekolah dasar.

Kemerosotan nilai-nilai karakter terlihat dalam berita yang disiarkan oleh Kompas pada Rabu, 9 November 2019 yang memberitahukan bahwa terjadi kasus penganiayaan di lingkungan sekolah dasar di Kota di Yogyakarta. Seorang siswa bernama JAT harus dirawat intensif dan menjalani operasi setelah alat vitalnya mengalami luka serius dan menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh teman sekolahnya di Madrasah Ibtidaiyah Al Kautsar Sumberdadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman DIY. Pada 31 Oktober 2019 pukul 13.30 WIB, JAT diduga kembali menjadi korban kekerasan teman sekolahnya berinisial DN. Akibatnya, korban merasakan sakit saat buang air kecil akibat luka serius sehingga harus dirawat di salah satu rumah sakit di Kabupaten Sleman. Dari kejadian tersebut, peran serta guru dan orang tua hendaknya juga mengambil bagian penting dalam hal pengawasan dan proses pendidikan karakter. Kemudian kasus mengenai pelanggaran nilai-nilai karakter berikutnya adalah kenakalan yang menjurus kriminalitas pengendara motor kembali terjadi di Jogja. Penyerangan serta pengeroyokan dan pengrusakan serta

(27)

pelemparan bom molotov yang dilakukan 9 remaja bermotor terjadi di kawasan kampung Kali Code, Jalan Amad Jazuli, Gondomanan, Yogyakarta, pada Sabtu, 15 Juni 2019. Pelaku pengeroyokan semuanya masih berstatus anak di bawah umur. Dari kesembilan orang yang ditangkap, delapan masih berstatus pelajar SMP dan bahkan seorang pelaku masih berstatus pelajar SD. Mereka tergabung dalam suatu geng yang berperilaku sangat negatif, motif mereka agar nama kelompoknya lebih terkenal. Peristiwa pengeroyokan, penyerangan dan pengerusakan ini terjadi pada Kamis dini hari sekitar pukul 03.00 WIB. Awalnya mereka berkumpul di rumah salah seorang pelaku. Kemudian menuju lokasi kejadian dengan mengendarai 5 sepeda motor. Sesampainya di lokasi kejadian, mereka membleyer-bleyer motor kemudian melempar molotov ke gapura di TKP dan melakukan pengrusakan terhadap warung, gerobak, dan beberapa mengenai rumah warga. Bahkan mereka juga melukai seorang warga hingga harus mendapat 6 jahitan akibat sabetan pedang. Dari para pelaku berhasil diamankan barang bukti berupa sebilah pedang, sebuah gir bergagang dari pipa besi, sebuah balok kayu, batu kali dan pecahan botol bekas bom molotov.

Pelaksanaan penguatan pendidikan karakter berfokus pada struktur yang sudah ada dalam sistem pendidikan nasional. Tim PPK Kemendikbud, (2017:12) menjelaskan bahwa terdapat tiga struktur yang dapat digunakan sebagai wahana, jalur, dan medium untuk memperkuat Pendidikan karakter bangsa yaitu struktur program antara lain jenjang dan kelas, ekosistem sekolah, dan penguatan kapasitas guru, kedua struktur kurikulum antara lain kegiatan pembentukan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, dan struktur kegiatan antara lain berbagai program dan kegiatan yang mampu

(28)

mensinergikan empat dimensi pengolahan karakter dari Ki Hajar Dewantara yaitu (olah raga, olah pikir, olah rasa, dan olah hati).

Struktur kegiatan Penguatan Pendidikan Karakter merupakan pilihan berbagai macam kegiatan bagi pembentukan karakter peserta didik. Sekolah dalam penerapannya dapat memilih struktur kegiatan yang akan mendorong terbentuknya keunikan, kekhasan, dan keunggulan sekolah (school branding). Pemilihan prioritas kegiatan penguatan Pendidikan karakter diharapkan dapat mendorong sekolah menemukan branding yang menggambarkan kekhasan dan keragaman budaya masing-masing. Untuk mengembangkan pendidikan karakter secara lebih sistematis, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menerapkan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental. Landasan hukum PPK adalah Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 mengatur tentang adanya penguatan pendidikan karakter. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Di Satuan Pendidikan mencakup tiga basis yaitu berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat. PPK berbasis kelas merupakan sebuah program yang mengintegrasikan muatan karakter pada setiap pembelajaran di kelas misalnya melalui integrasi pada kurikulum, optimalisasi muatan lokal, manajemen sekolah, dan sebagainya. PPK berbasis budaya sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan iklim dan lingkungan sekolah yang mendukung praktis penguatan pendidikan karakter antara lain pembiasaan nilai-nilai dalam keseharian sekolah, keteladanan dalam pendidikan, ekosistem sekolah, serta norma peraturan dan tradisi sekolah. Sedangkan PPK berbasis masyarakat merupakan sebuah kegiatan yang mengajak dan melibatkan masyarakat sekitar meliputi orang tua, komite sekolah,

(29)

dunia usaha, akademisi, pegiat seni budaya dan sastra, serta pemerintah dan pemda untuk ikut mengembangkan serta berkolaborasi dalam pendidikan.

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tentu saja diharapkan tidak berhenti pada kebijakan pemerintah, melainkan perlu diimplementasikan di satuan pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar se-Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Peneliti mengambil lokasi di kecamatan Tegalrejo dikarenakan peneliti ingin mengetahui sejauh mana implementasi dalam pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat. Alasan kedua karena lokasi penelitian di Kecamatan Tegalrejo sangat strategis dan dekat dengan pusat perkotaan yang dapat dijadikan sumber belajar siswa. Alasan ketiga karena jumlah sekolah dasar se-Kecamatan Tegalrejo cukup banyak dibandingkan dengan beberapa kecamatan lainnya sehingga dapat mendukung karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan metode penelitian survei. Metode tersebut dipilih oleh peneliti karena jumlah sampel yang banyak sehingga tidak memungkinkan apabila peneliti mengadakan studi kasus dan wawancara dalam waktu singkat. Selain itu belum ada penelitian mengenai implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di Kecamatan Tegalrejo. Oleh sebab itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Survei Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta”.

(30)

B. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sejauh mana program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta sudah diimplementasi?

2. Bagaimana upaya implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di sekolah dasar se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sejauh mana implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di satuan pendidikan sekolah dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan upaya implementasi program Penguatan Pendidikan Karakter di satuan pendidikan sekolah dasar Se-Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian penguatan pendidikan karakter di Satuan Sekolah Dasar sebagai berikut:

(31)

1. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan dapat membantu sekolah dalam meningkatkan implementasi penguatan pendidikan karakter di sekolah.

2. Guru

Hasil penelitian ini membantu guru dalam menyusun rencana kegiatan dalam penguatan pendidikan karakter, sehingga terbentuknya penguatan yang dapat menunjang terlaksananya program penguatan pendidikan karakter.

3. Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan sarana untuk menambah pengalaman dan informasi peneliti mengenai program penguatan pendidikan karakter, kemudian peneliti dapat belajar dan mengembangkan pengetahuan mengenai Penguatan Pendidikan Karakter dalam proses penelitian.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Karakter

Karakter merupakan sebuah usaha sadar yang dilakukan oleh seorang individu dan dapat diarahkan serta berkembang melalui bimbingan dan pengarahan yang benar sehingga diharapkan dapat berkontribusi bagi masyarakat.

(32)

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia dengan tujuan membimbing dan mengarahkan untuk mencapai manusia yang bermoral, berbudi pekerti, dan memiliki perilaku yang baik sehingga mampu meningkatkan nilai-nilai sampai pada pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Program Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga. Implementasi Program PPK dilaksanakan melalui tiga basis yaitu kelas, budaya sekolah, dan masyarakat.

4. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas merupakan pengintegrasian karakter dalam proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata pelajaran, memperkuat manajemen kelas dan mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan sekolah.

5. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah merupakan sebuah kegiatan untuk menciptakan suasana lingkungan sekolah yang mendukung praktik PPK dan melibatkan seluruh sistem, struktur, dan pelaku pendidikan di sekolah.

(33)

6. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakat merupakan kerjasama yang dilakukan oleh pihak sekolah dengan komunitas peserta didik, komunitas pengelola pusat kesenian dan kebudayaan, lembaga-lembaga pemerintahan, komunitas yang menyediakan sumber pembelajaran, komunitas sipil pegiat pendidikan, komunitas keagamaan, budayawan lokal, dan lembaga bisnis yang memiliki relevansi dengan dunia pendidikan.

7. Sekolah Dasar

Sekolah Dasar merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan formal yang ditempuh dalam waktu 6 tahun, dari kelas 1 sampai dengan kelas 6.

8. Kecamatan Tegalrejo

Kecamatan Tegalrejo merupakan salah satu kecamatan dari Kota Yogyakarta. Secara geografis Kecamatan Tegalrejo terletak di sebelah barat laut Kota Yogyakarta dengan luas wilayah 2,91 km2. Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, dimana batas-batas tersebut adalah: sebelah utara Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, sebelah selatan Kecamatan Wirobrajan, sebelah timur Kecamatan Jetis dan Kecamatan Gedongtengen, dan sebelah barat Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul.

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini membahas tiga bagian pendahuluan dari penelitian ini, yaitu teori yang mendukung, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Bagian-bagian tersebut dijabarkan sebagai berikut.

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Karakter

Karakter menurut Kurniawan (2013:29), adalah nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan potensi dalam dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi, dan perasaannya.

Karakter menurut Lickona (2012:81-82), dimaknai sebagai suatu cara berpikir yang terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Manusia berproses dalam karakternya, seiring suatu nilai menjadi suatu kebaikan, suatu yang disposisi batin yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik. Karakter memiliki tiga bagian yang saling berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal

(35)

yang baik, dan melakukan hal yang baik, kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati, dan kebiasaan dalam tindakan.

Karakter menurut Samani dan Hariyanto (dalam Soetanto 2013:4), didefinisikan sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusannya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter identik dengan kekhasan perilaku, sehingga karakter merupakan kekhasan perilaku yang dibentuk oleh nilai, yang meliputi seluruh aktivitas manusia dalam tindakan, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, perasaan, dan perkataan, serta perilaku sehari-hari.

2. Hubungan Karakter dan Kepribadian

Pengertian kepribadian menurut Gardon Allport (dalam Sujanto 2008:94), adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikologis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar. Pengertian di atas sependapat dengan Lindzy (1993:26), yang menyatakan bahwa kepribadian merupakan istilah yang menunjukkan hal-hal khusus tentang suatu individu yang membedakan dengan individu lain. Berdasarkan pendapat ahli di atas yang membahas mengenai pengertian kepribadian dapat diambil kesimpulan bahwa kepribadian lebih mengarah

(36)

kepada sikap dan perilaku, sehingga memiliki keteraturan diri seseorang sebagai individu. Karakter merupakan ciri-ciri khas yang bisa membangun kekhasan perilaku pribadi, sehingga perilaku setiap indvidu berbeda. Kepribadian lebih mengarah kepada sekumpulan sikap-sikap yang membentuk, sedangkan karakter lebih menekankan pada sifat khas dari setiap orang yang terbentuk oleh sekumpulan sikap-sikap tersebut.

3. Hubungan Karakter dan Moral

Pengertian moral menurut Suprihadi (1982:5), adalah sesuatu hal yang membahas mengenai perilaku benar atau salah. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila seringkali mendengar perkataan orang tentang orang lain yang bermoral atau tidak bermoral baik. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa moral merupakan penilaian terhadap perilaku benar/salah, baik/jahat yang diberikan oleh masyarakat.

Moral dan karakter memiliki arti yang sama dikarenakan moral merupakan perilaku seseorang yang sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat di lingkungannya. Sehingga karakter yang perlu diwujudkan adalah karakter yang bermoral baik.

4. Hubungan Karakter dan Nilai

Nilai menurut Adisusilo (2012:56), adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diinginkan, dikejar, dihargai berguna, dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat. Hal tersebut senada dengan pendapat Darmaputera (1987:65), menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai

(37)

tindakan seseorang. Sedangkan menurut Wahana (2004:84), nilai memiliki peranan sebagai daya tarik serta dasar bagi tindakan manusia, serta mendorong manusia untuk mewujudkan nilai-nilai yang ditemukannya dalam tindakan-tindakannya.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa nilai karakter perlu diusahakan berlandaskan kesadaran, agar seseorang dapat berkualitas yang terwujud dalam nilai kejujuran, tanggung jawab, kemandirian, dan gotong royong dalam kehidupan.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Frye, Mike (dalam Suyadi 2013:6), menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang terencana dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Mulyasa (2018:3) menyatakan bahwa pendidikan karakter sungguh-sungguh sangat diperlukan. Karena, pendidikan karakter memiliki makna yang lebih tinggi dan sangat berkaitan dengan bagaimana menanamkan kebiasaan (habit) tentang hal-hal yang baik dalam kehidupan, sehingga anak/ peserta didik memiliki kesadaran, dan pemahaman yang tinggi, serta kepedulian dan komitmen untuk menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain. Hal tersebut juga senada dengan pendapat Wijaya (2017: 65), Pendidikan karakter menentukan cara berpikir dan perilaku seseorang. Oleh sebab itu, karakter yang baik bisa memberikan

(38)

dorongan berbuat baik, menyetujui seseorang yang setiap saat berbuat baik atau mempunyai budi pekerti luhur.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu tindakan sadar yang dilakukan manusia dengan tujuan membimbing dan mengarahkan untuk mencapai manusia yang bermoral, berbudi pekerti, dan memiliki perilaku serta sikap yang menjadi kebiasaan yang baik sehingga mampu memahami, menghayati, dan melakukan nilai-nilai pendidikan karakter serta pengamalannya dalam kehidupan sehari- hari.

3. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). a. Latar Belakang Penguatan Pendidikan Karakter

Penguatan Pendidikan Karakter atau sering kita dengar dengan PPK merupakan sebuah upaya pemerintah dalam rangka pengembangan pendidikan melalui implementasi nilai-nilai utama pendidikan karakter. Salah satu tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh yang besar terhadap pedidikan di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara sesuai dengan ajaran hidupnya yaitu “Tringa” yang meliputi ngerti, ngerasa, dan nglakoni mengingatkan terhadap segala ajaran, cita-cita hidup yang kita anut diperlukan pengertian, kesadaran, dan kesungguhan dalam pelaksanannya. Tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan, menyadari dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan dan tidak memperjuangkan.

(39)

Tokoh Ki Hajar Dewantara selain kita kenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, memiliki konsep pendidikan yaitu tut wuri handayani sebagai semboyan metode among. “Sistem Among” yaitu cara pendidikan yang dipakai untuk mengemong (anak) berarti memberi kebebasan anak bergerak menurut kemauannya, tetapi pamong /guru anak bertindak kalau perlu dengan paksaan apabila keinginan anak membahayakan keselamatannya. Pendapat Ki Hajar Dewantara (dalam Daryanto, dkk 2016: 13), bahwa guru wajib mendorong peserta didiknya, yaitu ing ngarsa sung tuladha (bila seseorang berada di depan diharapkan mampu menjadi teladan atau contoh), ing madya mangun karsa (bila seseorang berada di tengah mampu menuangkan gagasan dan ide-ide baru), tut wuri handayani (bila seseorang berada di belakang memberikan kekuatan). Berdasarkan pendapat di atas sistem among merupakan pendidikan yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat sebagai keluhuran dan sebuah cita-cita yang dapat dicapai melalui pendidikan karakter.

Kesadaran sekaligus usaha pemusatan pendidikan karakter di jantung pendidikan nasional semakin kuat ketika pada tahun 2010 pemerintah Indonesia mencanangkan sekaligus melaksanakan kebijakan Gerakan Nasional Pendidikan Karakter berlandaskan Rencana Aksi Nasional (RAN) Pendidikan Karakter Bangsa. Hal tersebut perlu di dilanjutkan, dioptimalkan, diperdalam, dan bahkan diperluas sehingga diperlukan penguatan pendidikan karakter bangsa (PPK). Tim PPK Kemendikbud (2017: 5), menyatakan bahwa Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter dapat dimaknai sebagai

(40)

pengejawantahan Gerakan Revolusi Mental sekaligus bagian integral Nawacita.

Berdasarkan pendapat di atas, Gerakan PPK menempatkan pendidikan karakter sebagai pelaksana atau inti pendidikan nasional sehingga pendidikan karakter menjadi poros pelaksanaan pendidikan dasar dan menengah. Gerakan PPK perlu diperdalam sekaligus menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan agar tercapai cita-cita luhur Bangsa Indonesia melalui penguatan pendidikan karakter.

b. Pengertian Program Penguatan Pendidikan Karakter

Pengertian program Penguatan Pendidikan Karakter menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 17), merupakan gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter melalui proses pembentukan, transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik dengan cara harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik) sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. Untuk itu diperlukan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Melalui pendapat di atas, kesimpulan penguatan pendidikan karakter adalah proses pembentukan karakter dengan memperkuat bakat, potensi, dan talenta yang dimiliki seluruh peserta didik melalui serangkaian bentuk transformasi, transmisi, dan pengembangan potensi peserta didik yang

(41)

merupakan suatu sarana untuk mewujudkan Nawacita dan Gerakan Nasional Revolusi Mental yang menjadi inti kegiatan pendidikan yang berujung pada terciptanya revolusi karakter bangsa. Karakter merupakan makna dari hasil keterpaduan dari empat bagian yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga. Adapun keterpaduan dari nilai-nilai karakter secara ringkas ditunjukkan dalam gambar 2.1 berikut ini

Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, Olah Rasa, dan Olah Karsa.

(Sumber: http://alihfungsi.gtk. kemendikbud.go.id/assets/konsep_karakter.pdf) Berdasarkan gambar 2.1 di atas, kesimpulan penguatan pendidikan karakter saling berkaitan satu sama lain sehingga menciptakan sebuah keterpaduan yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa, olah raga guna mencapai karakter Bangsa Indonesia.

(42)

c. Tujuan Penguatan Pendidikan Karakter

Tim PPK Kemendikbud (2017: 16) menyatakan bahwa, gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.

2) Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.

3) Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), dan olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik).

4) Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter.

5) Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber belajar di dalam dan di luar sekolah.

6) Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Berdasarkan pendapat di atas, kesimpulan dari Penguatan Pendidikan Karakter adalah memperkuat karakter dalam diri peserta didik, mengembangkan segala kemampuan maupun potensi yang dimiliki

(43)

dengan ikut serta terlibat dalam jejaring masyarakat, memiliki sikap tangguh dalam menghadapi perkembangan global sehingga mampu menjunjung cita-cita dan menampakkan citra serta kepribadian Bangsa Indonesia melalui pendidikan.

d. Nilai-nilai Utama Penguatan Pendidikan Karakter

Sebuah Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan. Terdapat lima nilai utama karakter yang saling berkaitan sehingga membentuk jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai prioritas Penguatan Pendidikan Karakter. Kelima nilai utama karakter bangsa yang dimaksud adalah sebagai berikut (Tim PKK Kemendikbud (2017: 8) :

1). Religiusitas

Nilai karakter religiusitas mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaan agama, menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain. Subnilai religiusitas antara lain cinta damai, toleran, menghargai perbedaan agama dan kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan kepercayaan, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, mencintai lingkungan, dan melindungi yang kecil dan tersisih (Tim PPK

(44)

Kemendikbud, 2017: 8). Nilai religiusitas merupakan revisi dari nilai religius berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

2). Nasionalisme

Nilai karakter nasionalisme merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai nasionalisme antara lain apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul, dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keberagaman budaya, suku, dan agama (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 8). Nilai nasionalisme merupakan revisi dari nilai nasionalis berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018. 3). Kemandirian

Nilai karakter kemandirian merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 9). Nilai kemandirian merupakan revisi dari nilai mandiri berdasarkan Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018.

(45)

4). Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerjasama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong antara lain menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan (Tim PPK Kemendikbud, 2017: 9).

5). Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas) (Tim PPK Kemendikbud: 9).

Berdasarkan pendapat diatas, kesimpulan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter merupakan sebuah kesatuan dan saling berkaitan satu

(46)

dengan yang lainnya. Nilai yang berinteraksi satu sama lain berkembang dan membentuk suatu keutuhan secara universal oleh semua warga masyarakat terutama peserta didik guna mewujudkan penguatan pendidikan karakter. e. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Pada proses pengembangan dan implementasi PPK terdapat prinsip-prinsip yang mendasari. Tim PPK Kemendikbud, (2017: 10) menyatakan bahwa prinsip-prinsip yang digunakan adalah sebagai berikut.

1). Nilai-nilai Moral Universal

Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan, kepercayaan, sosial, dan budaya.

2). Holistik

Gerakan PPK dilaksanakan secara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga), intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

3). Terintegrasi

Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan menengah di kembangkan dan

(47)

dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

4). Partisipatif

Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan pembiayaan Gerakan PPK.

5). Kearifan Lokal

Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang demikian beragam dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat memberi identitas dan jati diri peserta didik sebagai Bangsa Indonesia.

6). Kecakapan Abad XXI

Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative

(48)

thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative learning).

7). Adil dan Inklusif

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan menjunjung harkat dan martabat manusia.

8). Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik baik perkembangan biologis, psikologis, maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini, kebutuhan-kebutuhan perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif. 9). Terukur

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat diamati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini, komunitas sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif, mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah, dan mengerahkan sumber

(49)

daya yang dapat disediakan oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

f. Basis Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kelas, Budaya Sekolah, dan Masyarakat.

Dalam pelaksanaanya, program Penguatan Pendidikan Karakter dilaksanakan melalui tiga basis yaitu basis kelas, budaya sekolah, dan masyarakat. Ketiga pendekatan ini saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Adapun ketiga basis tersebut antara lain:

1). Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

Pendidikan karakter berbasis kelas merupakan proses pembentukan karakter di dalam lingkungan kelas. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017: 27), pembentukan karakter di dalam lingkungan kelas dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK ke dalam proses pembelajaran dalam setiap mata pelajaran. Koesoema (2018: 9), fokus pendidikan karakter berbasis kelas adalah interaksi dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran di kelas, terdapat keseluruhan interaksi antara guru dan peserta didik dan antar peserta didik, dinamika pembelajaran, pendalaman isi materi pembelajaran, pemilihan metode pengajaran, cara-cara evaluasi, dan penilaian yang terjadi selama pembelajaran. Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas dilaksanakan melalui kegiatan pengintegrasian PPK dalam kurikulum, pembiasaan di kelas, manajemen kelas, penggunaan metode pembelajaran, dan layanan bimbingan dan konseling.

(50)

Pengintegrasian PPK dalam kurikulum mengandung arti bahwa pendidik mengintegrasikan nilai-nilai utama pendidikan karakter pada proses pembelajaran melalui setiap mata pelajaran dengan memanfaatkan materi yang sudah tersedia di dalam kurikulum secara kontekstual. Tim PKK Kemendikbud 2017:27 menyatakan bahwa, kurikulum adalah seperangkat pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai utama karakter dimaksudkan untuk menumbuhkembangkan dan menguatkan pengetahuan, menanamkan kesadaran, dan mempraktikkan nilai-nilai utama PPK secara kontekstual melalui seperangkat rencana mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pelaksanaan mengintegrasikan PPK melalui pembelajaran dapat dilaksanakan melalui beberapa cara yaitu (1) melakukan analisis KD, (2) memilih metode pembelajaran dan pengelolaan kelas yang efektif dalam desain RPP, (3) mengimplementasikan pembelajaran karakter sesuai dengan RPP, (4) melaksanakan penilaian pembelajaran, dan melakukan refleksi serta evaluasi pada seluruh proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, kesimpulan pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter melalui kurikulum dilaksanakan dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan, memperdalam, dan mempraktikkan nilai-nilai pendidikan karakter melalui kegiatan yang memanfaatkan materi dengan optimal dalam kurikulum secara kontekstual.

Penguatan Pendidikan Karakter melalui pembiasaan di kelas menurut Samsul (2018:25), merupakan upaya membiasakan peserta didik untuk melakukan hal-hal tertentu sehingga menjadi kebiasaan yang mendarah

(51)

daging, yang untuk melakukannya tidak perlu pengarahan lagi. Guru dalam pembelajaran di kelas selain memiliki tugas untuk mengajar juga berperan serta dalam menumbuhkan kebiasaan-kebiasan baik dan diharapkan perilaku maupun tindakan baiknya dapat di terima dan ambil menjadi sebuah kebiasaan baik. Kebiasaan baik dapat terwujud dari tindakan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Bentuk-bentuk kebiasaan baik di kelas tercermin dalam setiap tindakan. Adapun contoh pembiasaan di kelas misalnya sebelum mengawali pembelajaran guru dan siswa menyanyikan lagu nasional sebagai wujud mengembangkan nilai-nilai nasionalisme.

Pendidikan karakter melalui pengelolaan kelas (manajemen kelas) memiliki arti bahwa menempatkan pendidik dalam proses pembelajaran memiliki wewenang untuk mengarahkan jalannya pembelajaran dari mempersiapkan kelas (sebelum masuk kelas), menciptakan suasana belajar, membuat kesepakatan bersama mengenai komitmen yang harus di laksanakan selama proses pembelajaran, dan mengakhiri kelas dengan melakukan evalusi dari keseluruhan rangkaian pembelajaran. Gunawan (2018: 7) menyatakan bahwa, manajemen kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, kegiatan pembelajaran guru dengan segenap pengguna sumber daya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Pada proses pengelolaan dan pengaturan kelas, pendidik juga memiliki tanggung jawab untuk memperdalam penguatan nilai-nilai pendidikan karakter, misalnya pada awal pembelajaran pendidik

(52)

menanamkan sikap disiplin dengan hadir 10 menit lebih awal sebelum mata pelajaran pertama kali dimulai di pagi hari.

Tujuan pengaturan kelas seperti yang disusun oleh Tim PPK Kemendikbud (2017: 28), adalah agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan membantu setiap individu berkembang secara maksimal dalam belajar melalui beberapa contoh pelaksanan peraturan sebagai berikut: (1) peserta didik menjadi pendengar yang baik dalam menyimak penjelasan di dalam kelas: dapat menguatkan nilai saling menghargai dan toleransi. (2) peserta didik mengangkat tangan atau mengacungkan jari kepada guru sebelum mengajukan pertanyaan atau tanggapan setelah diizinkan oleh guru: dapat menguatkan nilai saling menghargai dan percaya diri. (3) pemberian sanksi yang mendidik kepada peserta didik sebagai konsekuensi dan bentuk tanggung jawab bila terjadi keterlambatan dalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas. (4) pendidik mendorong peserta didik melakukan tutor teman sebaya, siswa yang lebih pintar diajak untuk membantu temannya yang kurang dalam belajar dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru: dapat menguatkan nilai gotong royong dan kepedulian sosial.

Sementara itu Gunawan (2019: 12), berpendapat bahwa tujuan manajemen kelas adalah: (1) mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin, (2) menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran, (3) menyediakan dan mengatur fasilitas

(53)

serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas, dan (4) membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, serta sifat-sifat individunya.

Berdasarkan pendapat di atas, kesimpulan bahwa manajemen kelas merupakan serangkaian upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan efektif. Kemampuan dari seorang pendidik dalam memahami mengenai konsep manajemen kelas dan mampu mengimplementasikannya menjadi faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran menjadi lebih efektif apabila menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Guru harus pandai dalam memilih dan mengatur strategi agar metode pembelajaran yang dipilih dapat memberikan manfaat dalam ilmu pengetahuan dan menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik. Menurut Tim PPK Kemendikbud (2017:29), melalui metode pembelajaran yang tepat diharapkan peserta didik memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad XXI, seperti kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk penguasaan bahasa internasional, dan kerjasama dalam pembelajaran (collaborative learning). Pada masa sekarang guru dapat menerapkan beberapa metode pembelajaran kontekstual dan dilaksanakan menggunakan beberapa strategi yang ada. Adapun metode-metode pembelajaran kontekstual misalnya metode pembelajaran kooperatif

(54)

(cooperative learning), metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), pembelajaran berbasis proyek (project based learning), model pembelajaran saintifik, model pembelajaran inkuiri, dan lain sebagainya. Selain metode pembelajaran, guru juga dapat menerapkan beberapa strategi pembelajaran misalnya, pembelajaran dengan menggunakan presentasi, debat, diskusi, pembelajaran kolaboratid, dan lain sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode pembelajaran dapat digunakan sebagai sarana untuk memperdalam pembelajaran melalui serangkain kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh peserta didik dengan arahan maupun petujuk yang diberikan oleh guru. Pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran diharapkan secara tidak langsung dapat menanamkan pembentukan karakter peserta didik dan membantu guru dalam memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar sangat dipandang perlu atau bahkan mutlak diselenggarakan di sekolah dasar sedini mungkin agar pribadi dan segenap potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara optimal. Maliki (2016: 87) menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diperuntukkan untuk semua individu (baik yang mempunyai masalah maupun tidak) dengan tujuan untuk mengenal dan memahami dirinya serta mengembangkan potensi yang ada dan pada akhirnya dapat mengaktualisasikan dirinya secara utuh. Penguatan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan dan konseling dapat diselenggarakan melalui

Gambar

Tabel 4.7  Rekap Data Hasil Jawaban Responden Pada Aspek Manajemen  Kelas ...........................................................................................
Gambar 2.1 Keterpaduan Olah Hati, Olah Pikir, Olah Raga, Olah  Rasa, dan Olah Karsa.
Tabel 3.1 Daftar Nama Sekolah Dasar Se-Kecamatan Tegalrejo beserta alamat
Tabel 3.2 Populasi Guru SD Se-Kecamatan Tegalrejo  No  Nama Sekolah  Jumlah Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

23 Tahun 2011 Kantor Pajak Patama merujuk pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-15/PJ/2012 tentang perubahan peraturan Jenderal Pajak Nomor PER-33/PJ/2011

Berdasrkan hasil penelitian mengenai frekuensi pemberian pakan fermentasi kulit ubi kayu (Manihot utilissima) menunjukkan bahwa laju pertumbuhan harian, tingkat

Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, terdapat beberapa yang masih terbuka untuk dapat diteliti antara lain dalam sistem informasi uji kompetensi ini masih sangat

Hasil rekapitulasi diketahui persamaaan regresi linear berganda yang tertera dalam tabel diatas maka dapat dijelaskan Nilai βo artinya jika tidak ada perubahan pada variabel

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah mencakup berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola sekolah, pengembangan peraturan, dan

PPK berbasis budaya sekolah mengembangkan berbagai macam corak relasi, kegiatan dan interaksi antar individu lingkungan sekolah yang mengatasi sekat-sekat kelas yang

Atozz Jaya Indonesia merupakan perusahaan yang memiliki sistem penjualan electronic dan komponen electronic yang mempunyai mutu yang baik dan berkualitas untuk