• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Reformasi Pembangunan Sektor Kehutanan

Dalam dokumen Strategi Nasional REDD+ (Halaman 80-85)

STRATEGI NASIONAL REDD+

3.3 Strategi Reformasi Pembangunan Sektor

3.3.1 Program Reformasi Pembangunan Sektor Kehutanan

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dapat dikelola secara efisien dan lestari. Kesatuan Pemangkuan Hutan merupakan bagian penting dari penguatan sistem pengurusan hutan nasional, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota. Kegiatan utama dalam pembangunan KPH adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan penurunan sumber emisi (source), yang meliputi beberapa

kegiatan, yaitu:

a. Penguatan konservasi dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan sektor kehutanan sebagai berikut :

• Penguatan pengelolaan kawasan konservasi yang telah ada saat ini, baik pada tingkat sistem pengelolaan, organisasi, maupun sumber daya manusia untuk menjamin tidak terjadinya emisi karbon dari kegiatan perambahan dan illegal logging di kawasan konservasi. • Perlindungan kawasan hutan bernilai konservasi tinggi (HCFV)

pada kawasan hutan produksi.

• Perlindungan kawasan bernilai konservasi tinggi (HCVF) pada kawasan perkebunan.

• Penetapan kawasan yang masih dalam kondisi baik di luar kawasan hutan menjadi kawasan konservasi dengan mempertimbangkan mekanisme land swap.

b. Penguatan pengelolaan berkelanjutan terhadap sumber daya hutan (Sustainable Management of Forest), yang meliputi:

• Percepatan pelaksanaan penataan hutan dalam rangka pelaksanaan KPH yang terdiri dari tata batas, inventarisasi hutan, pembagian ke dalam blok atau zona, pembagian petak dan anak petak, dan pemetaan.

• Percepatan penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan hutan jangka pendek di setiap KPH. • Penerapan reduced impact logging (RIL), sistem verifikasi legalitas

kayu (SVLK), dan sertifikasi di hutan produksi yang dikelola oleh pemegang izin (IUPHHK) untuk mengurangi degradasi hutan. • Perlindungan hutan dari kebakaran, baik yang disebabkan oleh

Draft 1 Strategi Nasional REDD+

68

• Peningkatan kapasitas pekerja di bidang pengelolaan hutan dan pemberian reward yang pantas serta punishment

• Pembangunan mekanisme pemberian insentif kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pengelolaan hutan secara lestari c. Peningkatan efektivitas penegakan hukum di wilayah KPH melalui

peningkatan kapasitas polisi hutan, penyidik pegawai negeri sipil kehutanan dan peningkatan kerja sama dengan aparatur penegak hukum.

d. Penyempurnaan pengelolaan gambut di kawasan hutan melalui kegiatan-kegiatan berikut :

• Pelaksanaan inventarisasi lahan gambut yang ada di kawasan hutan, lahan gambut yang berhutan dan tidak berhutan, yang meliputi kondisi biofisik (termasuk ketebalan), sosial ekonomi yang lengkap, sahih, transparan dan akuntabel.

• Penerapan best practices management sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk pemberian izin baru di area Hutan Produksi Terbatas yang memiliki gambut dengan kedalaman kurang dari 3 m.

• Penerapan teknik tanpa bakar untuk pembukaan hutan gambut. • Penerapan pengelolaan tata air yang baik dalam mengelola hutan

gambut.

• Penerapan penggunaan ameliorian dalam mengkonservasi tanah di lahan gambut di dalam hutan.

• Pengembangan pencegahan dan penanggulangan kebakaran gambut yang berada di dalam kawasan hutan.

• Melakukan review keabsahan izin/konsesi terhadap seluruh kegiatan yang dilaksanakan di atas lahan gambut dan melakukan penegakan hukum terhadap izin-izin yang tidak sah.

• Penataan ulang hutan gambut di area penggunaan lain dan hutan produksi konversi menjadi kawasan hutan lindung atau hutan konservasi.

• Penataan ulang sisa lahan gambut yang tidak dibebani izin atau konsesi untuk dijadikan kawasan hutan lindung atau hutan konservasi.

• Pengalokasian ulang (land swap) izin-izin konsesi yang berada di hutan gambut ke tanah mineral.

• Pelaksanaan amandemen peraturan perundang-undangan atau penyusunan peraturan perundang-undangan yang baru yang mengakomodasi perlindungan hutan gambut hingga tahap implementasi, termasuk aturan insentif/disinsentif, penaatan dan penegakan hukum.

Draft 1 Strategi Nasional REDD+ 69 2. Kegiatan peningkatan dan perlindungan/pemeliharaan stok karbon (sink),

yang meliputi beberapa kegiatan berikut :

a. Peningkatan kualitas pengelolaan kawasan lindung (kawasan konservasi, hutan lindung dan kawasan lindung lainnya yang akan ditetapkan kemudian dalam tata ruang wilayah) dalam rangka pemeliharaan simpanan karbon

b. Peningkatan upaya reboisasi hutan di kawasan hutan terdeforestasi secara transparan, akuntabel, dan partispatif, terutama di dalam kawasan hutan melalui program HTR, Hutan Desa, Hutan Kemasyrakatan, dan sebagainya.

c. Pengembangan insentif untuk meningkatkan stok karbon di daerah yang terdegradasi dan lahan bekas bakar.

d. Pelaksanaan pengkayaan (enrichment planting) pada kawasan terdegradasi, terutama di dalam kawasan hutan.

e. Pelaksanaan restorasi hutan pada hutan lindung, kawasan konservasi, dan pada kawasan IUPHHK-Restorasi.

f. Peningkatan upaya restorasi lahan gambut yang terdeforestasi dan terdegradasi melalui rehabilitasi hidrologi (seperti bloking kanal) secara transparan, akuntabel, dan partispatif, terutama di dalam kawasan hutan.

g. Peningkatan upaya rehabilitasi hutan mangrove secara transparan, akuntabel dan partispatif, terutama di dalam kawasan hutan. h. Pelaksanaan reklamasi lahan bekas tambang secara transparan,

akuntabel dan partisipatif, terutama di dalam kawasan hutan.

3.3.2 Program Reformasi Pembangunan Sektor

Pertanian

Prioritas utama pembangunan pertanian dalam menghadapi perubahan iklim adalah program aksi adaptasi untuk meminimalisasi dampak negatif dari perubahan iklim terhadap ketahanan pangan nasional. Selain itu, pembangunan pertanian juga berpotensi memberikan kontribusi dalam memitigasi emisi GRK, baik pada lahan gambut maupun lahan mineral dengan syarat bahwa mitigasi emisi GRK tidak menurunkan produktivitas dan tidak merugikan masyarakat tani. Apabila penerapan teknologi mitigasi emisi menimbulkan kerugian, baik berupa tambahan biaya produksi maupun penurunan produksi, perlu dialokasikan dana kompensasi untuk menutupi kerugian tersebut, baik berasal dari dalam negeri, maupun dari dana perdagangan karbon. Penguatan sektor pertanian yang terkait dengan mitigasi GRK terdiri atas:

Draft 1 Strategi Nasional REDD+

70

1. Penyempurnaan perencanaan pertanian

a. Perencanaan pembangunan pertanian dan perkebunan, proyeksi perluasannya dan pemberian izin tidak pada kawasan hutan dan kawasan lain (areal penggunaaa lain) yang memiliki tutupan hutan yang masih dalam keadaan baik (potensi simpanan karbon diatas 100 ton/ha).

b. Perencanaan, penetapan, perlindungan kawasan-kawasan bernilai konservasi tinggi pada kawasan perkebunan, terutama kebun kelapa sawit.

c. Penerapan penundaan/moratorium izin perkebunan di kawasan yang bernilai konservasi tinggi seperti kawasan gambut.

d. Pembangunan sistem monitoring dan evaluasi pembangunan perkebunan kelapa sawit untuk memantau aspek spasial perkebunan sawit sebagai basis untuk memperbaiki perencanaan secara berkala. 2. Penerapan intensifikasi pertanian untuk tanaman pangan, varietas unggul

dan perkebunan rakyat serta untuk peternakan. 3. Pemanfaatan lahan tidur/bongkor atau lahan terlantar.

4. Penerapan kebijakan land swap pada kawasan APL di tanah mineral dari lahan dengan stock C tinggi (>100 t C/ha) ke lahan dengan stock C rendah (<35 t C/ha).

5. Penerapan sistem irigasi berselang (intermittent) pada lahan sawah. 6. Perluasan lahan pertanian pada tanah mineral dan tidak berhutan.

7. Penyempurnaan tata cara pemberian izin dengan mempertimbangkan emisi karbon.

8. Pemberian insentif kepada pemegang konsesi perkebunan yang

memindahkan kegiatan dari lahan berhutan alam ke tidak berhutan (land swap)

9. Penerapan kegiatan mitigasi emisi pada sub-sektor peternakan melalui perbaikan teknologi pakan ternak serta pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas dan kompos.

10. Perbaikan pengelolaan lahan gambut. Pengurangan emisi cukup significan dapat dicapai melalui berbagai program:

a. Penataan terhadap Permentan No.14/2009 tentang penggunaan lahan gambut untuk perluasan perkebunan kelapa sawit di mana pembukaan perkebunan di lahan gambut dilakukan secara sangat selektif yang 70% dari luasan lahan tersebut memenuhi kriteria: gambut berketebalan di atas 3 m, tingkat kematangan sapris atau hemis, serta substratumnya bukan kuarsa atau sulfat masam.

b. Pengendalian metode pembakaran gambut. Pembakaran gambut sering terjadi di kalangan petani gurem dengan tujuan untuk mendapatkan

Draft 1 Strategi Nasional REDD+ 71 hara dari abu bekas pembakaran gambut. Apabila gambut mempunyai simpanan C sebanyak 500 t/ha/m maka kebakaran 1 cm gambut berpotensi menyebabkan emisi sekitar 5 ton C/ha atau 18 t CO2-e/ha. Pemberian subsidi pupuk kepada petani di lahan gambut, akan dapat mengurangi emisi secara bertahap.

c. Penataan drainase/tata guna air. Kedalaman saluran drainase sangat mempengaruhi emisi CO2 melalui dekomposisi gambut. Untuk itu, kedalaman saluran drainase perlu diminimalkan sampai tingkat yang tidak menurunkan produksi.

d. Penggunaan amelioran. Berbagai zat limbah seperti tarak baja yang mengandung Fe dan Si tinggi berpotensi mengikat (chelating) asam organik sederhana sehingga tidak mudah terdekomposisi. Selain berpotensi menurunkan emisi, penggunaan zat ini pada lahan gambut juga dapat memecahkan masalah pembuangan terak baja yang dewasa ini dikelompokkan sebagai limbah beracun dan berbahaya (B3).

3.3.3 Program Reformasi Sektor Pertambangan

Penurunan daya serap karbon di sektor pertambangan terjadi akibat terjadinya konversi hutan ke areal pertambangan yang umumnya langsung ditebang habis dan seringkali mengubah rencana peruntukan lahan yang telah ditetapkan. Pertambangan yang umumnya secara terbuka mengakibatkan kegiatan reklamasi sulit dilaksanakan. Aturan yang menyatakan bahwa pemilik pertambangan mempunyai kewajiban melaksakan reklamasi, jarang dilakukan sehingga penyerapan karbon dari usaha reklamasi tidak ada. Perlindungan lahan gambut pun tidak diakomodasi dalam sektor pertambangan.

Program penyempurnaan sektor pertambangan terdiri dari dua kegiatan, yaitu: 1. Penyempurnaan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan

a. Pelaksanaan amandemen/pembentukan peraturan perundang-undangan baru di bidang pertambangan yang mengatur larangan pemberian izin KP di lahan gambut berketebalan lebih dari 3 m, serta perlindungan terhadap lahan gambut di dalam kawasan pertambangan. b. Penyempurnaan aturan reklamasi tambang yang tepat, jelas,

transparan, dan akuntabel, antara lain mengenai penentuan dana reklamasi, pengelolaan dana reklamasi, dan sistem verifikasi pelaksanaan reklamasi.

2. Perencanaan pertambangan

a. Perencanaan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan dihindari pada kawasan hutan dan kawasan lain yang memiliki tutupan hutan yang masih dalam keadaan baik.

Draft 1 Strategi Nasional REDD+

72

b. Perencanaan, penetapan dan perlindungan kawasan-kawasan bernilai konservasi tinggi pada kawasan pertambangan.

c. Pembangunan sistem monitoring pelaksanaan pertambangan. 3. Peningkatan perizinan dan pengawasan pertambangan, yang terdiri dari

beberapa kegiatan yaitu :

a. Penerapan rasionalisasi pemberian izin KP di kawasan hutan melalui penetapan ambang batas emisi yang diperkenankan pada perizinan KP untuk menekan tingkat emisi dan sekaligus menentukan kewajiban peningkatan stok karbon pada areal bekas tambang.

b. Penaatan terhadap rencana peruntukan kawasan hutan dan lahan gambut yang telah ditetapkan, izin KP dan/atau izin pinjam pakai tidak dikeluarkan dengan mengubah peruntukan lahan yang sudah ada.

c. Penegakan hukum terhadap pemegang izin KP yang melanggar ambang batas tingkat emisi dan kewajiban reklamasi.

d. Penegakan hukum pertambangan tanpa izin. e. Penerapan minimalisasi ‘open mining.’

f. Penerapan perlindungan lahan gambut dalam izin KP.

4. Peningkatan reklamasi hutan bekas pertambangan, yang terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:

a. Peningkatan upaya reklamasi hutan dan lahan.

b. Pengembangan mata pencaharian alternatif secara ekonomis dan rendah emisi bagi penduduk sekitar areal pertambangan.

3.3.4 Program Reformasi Sektor penggunaan Lahan

Dalam dokumen Strategi Nasional REDD+ (Halaman 80-85)

Dokumen terkait