• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang tidak diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti (Sudjana, 2005).

3.6.2 Penyiapan Sampel

Buah mangrove sebanyak 500 g dibersihkan dari pengotornya, dicuci bersih dengan akuademineralisata lalu ditiriskan hingga kering, dipotong, lalu dihaluskan dengan blender.

3.6.3 Proses Destruksi

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 25 g didalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 48 jam (dihitung saat suhu sudah 500℃), lalu setelah suhu tanur ±27 ℃ krus porselen dikeluarkan. Abu yang diperoleh ditambahkan 5 ml HNO

3 (1:1) secara hati-hati. Kemudian kelebihan HNO3 diuapkan pada hot plate dengan suhu 100-120oC sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100℃ dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500℃ dengan interval 25℃ setiap 5 menit.

Pengabuan dilakukan selama 1 jam (Isaac, 1990). Bagan alir proses destruksi kering buah mangruve dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 40.

3.6.4 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1) hingga diperoleh larutan bening. Kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan krus porselen dibilas dengan akuademineralisata sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan kedalam labu tentukur. Setelah itu dicukupkan volumenya dengan akuademineralisata hingga garis tanda. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dengan membuang ± 5 ml larutan pertama hasil penyaringan untuk menjenuhkan kertas saring dan selanjutnya ditampung ke dalam botol (Isaac, 1990).

Larutan ini digunakan untuk uji kuantitatif kalium, kalsium, magnesium, dan natrium (Bagan alir pembuatan larutan sampel dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 41).

3.6.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi 3.6.5.1 Kalium

Larutan baku kalium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kaliumdibuat dengan memipet (0,5 ml; 1 ml;

1,5 ml; 2 ml dan 2,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (larutan ini mengandung konsentrasi 0,2 µg/ml; 0,4 µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8 µg/ml;

dan 1 µg/ml) dandiukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.5.2 Kalsium

Larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet (2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, 10 ml, dan 12,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (larutan ini mengandung konsentrasi 1 µg/ml; 2 µg/ml; 3 µg/ml; 4 µg/ml; dan 5 µg/ml) dandiukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.5.3 Magnesium

Larutan baku magnesium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet (2,5 ml;

5 ml; 7,5 ml; 10 ml; dan 12,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (larutan ini mengandung konsentrasi 1 µg/ml; 2 µg/ml; 3 µg/ml;

4 µg/ml dan 5 µg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Kurva kalibrasi diperoleh karena adanya hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga dapat dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasi.

3.6.5.4 Natrium

Larutan baku natrium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet (0,5 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml dan 2,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (Larutan ini mengandung konsentasi 0,2 µg/ml; 0,4 µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8 µg/ml; 1,0 µg/ml) dandiukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Kurva kalibrasi diperoleh karena adanya hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga dapat dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasi.

3.6.6 Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Magnesiumdan Natrium dalam Sampel

Sebelum dilakukan penetapan kadar mineral kalium,kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel, terlebih dahulu instrumen yaitu spektrofotometer serapan atom dan perangkat lainnya dikondisikan dan diatur metodenya sesuai dengan mineral yang diperiksa.

3.6.6.1 Penetapan Kadar Kalium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,25 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan di cukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda dengan faktor pengenceran 400 kali. Diukurabsorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai bsorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.2 Penetapan Kadar Kalsium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,25 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda dengan faktor pengenceran 100 kali. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansinya yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.3 Penetapan Kadar Magnesium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan di cukupkan dengan akuademineralisata hingga

garis tanda dengan faktor pengenceran 125 kali. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus beradadalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.4 Penetapan Kadar Natrium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,25 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan di cukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda dengan faktor pengenceran 400 kali. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.5 Perhitungan Kadar Kalium, Kalsium, Magnesium, dan Natrium dalam Sampel

Menurut Harmita (2004), kadar kalium, kalsium, magnesium, dan natrium dapat dihitung dengan mensubstitusikan absorbansi ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:

Kadar (µg/g) =Konsentrasi (µg ⁄ ml) × Volume(ml) × Faktor Pengenceran Berat Sampel (g)

Dokumen terkait