• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis menurut Harmita (2004) adalah sebagai berikut:

a. kecermatan (accuracy)

Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan ditentukan dengan dua cara, yaitu:

 metode simulasi

Metode simulasi (spiked-placebo recovery) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit bahan murni ke dalam suatu bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit yang ditambahkan (kadar yang sebenarnya).

 metode penambahan baku

Metode penambahan baku (standard addition method) merupakan metode yang dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode yang akan divalidasi. Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang dianalisis tanpa penambahan sejumlah analit. Persen perolehan kembali ditentukan dengan menentukan berapa persen analit yang ditambahkan ke dalam sampel dapat

ditemukan kembali. Rentang persen perolehan kembali yang diizinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Rentang persen perolehan kembali yang diizinkan pada analit sampel Jumlah analit pada sampel Persen perolehan kembali yang diizinkan (%)

1 ppm 80-110

100 ppb 80-110

10 ppb 60-115

1 ppb 40-120

b. keseksamaan (precision)

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.

Dari penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa simpangan baku relatif atau RSD meningkat seiring dengan menurunnya kadar analit yang dianalisis.

c. selektivitas (spesifisitas)

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuan suatu metode mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel (Harmita, 2004).

d. batas deteksi dan batas kuantitasi

Batas deteksi Limit Of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan, sedangkan batas kuantitasi Limit Of Quantitation (LOQ) adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran sifat dari suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk memeriksa kandungan mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium pada buah mangrove (Sonneratai caseolaris ).

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Februari – Mei 2016.

3.2 Bahan-bahan 3.2.1 Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah dari tanaman mangrove (Sonneratai caseolaris) yang diambil di Desa Sei Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Berdagai Sumatera Utara.

3.2.2 Pereaksi

Semua bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisa keluaran E. Merck yaitu asam nitrat 65% v/v, larutan standar kalium konsentrasi 1000 μg/ml, larutan standar kalsium konsentrasi 1000 μg/ml, larutan standar magnesium konsentrasi 1000 μg/ml, dan larutan standar natrium konsentrasi 1000 μg/ml, kecuali disebutkan lain yaitu akuademineralisata (Laboratorium Penelitian Farmasi USU).

3.3 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spektrofotometer Serapan Atom (Hitachi Z-2000) lengkap dengan lampu katoda kalium, kalsium, magnesium, dan natrium, alat tanur (BIBBY Stuart), alat pengolah akuademineralisata (Purelab UHQ ELG), hot plate, neraca analitik (BOECO Germany), neraca kasar, kertas saring Whatman no. 42, krus porselen dan alat-alat gelas (Pyrex dan OBEROI).

3.4 Identifikasi Sampel

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor, Jalan Raya Jakarta-Bogor Km. 46, Cibinong.

3.5 Pembuatan Pereaksi

3.5.1 Larutan Asam Nitrat dengan akuademineralisata (1:1)

Sebanyak 500 ml larutan asam nitrat65% v/v diencerkan dengan 500 ml akuademineralisata (Isaac, 1990).

3.6 Prosedur Penelitian

3.6.1 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang tidak diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti (Sudjana, 2005).

3.6.2 Penyiapan Sampel

Buah mangrove sebanyak 500 g dibersihkan dari pengotornya, dicuci bersih dengan akuademineralisata lalu ditiriskan hingga kering, dipotong, lalu dihaluskan dengan blender.

3.6.3 Proses Destruksi

Sampel yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 25 g didalam krus porselen, diarangkan di atas hot plate, lalu diabukan di tanur dengan temperatur awal 100oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC dengan interval 25oC setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 48 jam (dihitung saat suhu sudah 500℃), lalu setelah suhu tanur ±27 ℃ krus porselen dikeluarkan. Abu yang diperoleh ditambahkan 5 ml HNO

3 (1:1) secara hati-hati. Kemudian kelebihan HNO3 diuapkan pada hot plate dengan suhu 100-120oC sampai kering. Krus porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dengan temperatur awal 100℃ dan perlahan – lahan temperatur dinaikkan hingga suhu 500℃ dengan interval 25℃ setiap 5 menit.

Pengabuan dilakukan selama 1 jam (Isaac, 1990). Bagan alir proses destruksi kering buah mangruve dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 40.

3.6.4 Pembuatan Larutan Sampel

Sampel hasil destruksi dilarutkan dalam 5 ml HNO3 (1:1) hingga diperoleh larutan bening. Kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml dan krus porselen dibilas dengan akuademineralisata sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan kedalam labu tentukur. Setelah itu dicukupkan volumenya dengan akuademineralisata hingga garis tanda. Lalu disaring dengan kertas saring Whatman No.42 dengan membuang ± 5 ml larutan pertama hasil penyaringan untuk menjenuhkan kertas saring dan selanjutnya ditampung ke dalam botol (Isaac, 1990).

Larutan ini digunakan untuk uji kuantitatif kalium, kalsium, magnesium, dan natrium (Bagan alir pembuatan larutan sampel dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 41).

3.6.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi 3.6.5.1 Kalium

Larutan baku kalium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kaliumdibuat dengan memipet (0,5 ml; 1 ml;

1,5 ml; 2 ml dan 2,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (larutan ini mengandung konsentrasi 0,2 µg/ml; 0,4 µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8 µg/ml;

dan 1 µg/ml) dandiukur pada panjang gelombang 766,5 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.5.2 Kalsium

Larutan baku kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi kalsium dibuat dengan memipet (2,5 ml, 5 ml, 7,5 ml, 10 ml, dan 12,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (larutan ini mengandung konsentrasi 1 µg/ml; 2 µg/ml; 3 µg/ml; 4 µg/ml; dan 5 µg/ml) dandiukur pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala udara-asetilen.

3.6.5.3 Magnesium

Larutan baku magnesium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi magnesium dibuat dengan memipet (2,5 ml;

5 ml; 7,5 ml; 10 ml; dan 12,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (larutan ini mengandung konsentrasi 1 µg/ml; 2 µg/ml; 3 µg/ml;

4 µg/ml dan 5 µg/ml) dan diukur pada panjang gelombang 285,2 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Kurva kalibrasi diperoleh karena adanya hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga dapat dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasi.

3.6.5.4 Natrium

Larutan baku natrium (konsentrasi 1000 µg/ml) dipipet sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (konsentrasi 10 µg/ml).

Larutan untuk kurva kalibrasi natrium dibuat dengan memipet (0,5 ml; 1,0 ml; 1,5 ml; 2,0 ml dan 2,5 ml) dari larutan baku 10 µg/ml, masing-masing dimasukkan ke dalam labu 25 ml dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akuademineralisata (Larutan ini mengandung konsentasi 0,2 µg/ml; 0,4 µg/ml; 0,6 µg/ml; 0,8 µg/ml; 1,0 µg/ml) dandiukur pada panjang gelombang 589,0 nm dengan tipe nyala udara-asetilen. Kurva kalibrasi diperoleh karena adanya hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, sehingga dapat dihitung persamaan regresi dan koefisien korelasi.

3.6.6 Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Magnesiumdan Natrium dalam Sampel

Sebelum dilakukan penetapan kadar mineral kalium,kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel, terlebih dahulu instrumen yaitu spektrofotometer serapan atom dan perangkat lainnya dikondisikan dan diatur metodenya sesuai dengan mineral yang diperiksa.

3.6.6.1 Penetapan Kadar Kalium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,25 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml dan di cukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda dengan faktor pengenceran 400 kali. Diukurabsorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 766,5 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai bsorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalium. Konsentrasi kalium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.2 Penetapan Kadar Kalsium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,25 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan dicukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda dengan faktor pengenceran 100 kali. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansinya yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku kalsium. Konsentrasi kalsium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.3 Penetapan Kadar Magnesium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,2 ml dimasukkan kedalam labu tentukur 25 ml dan di cukupkan dengan akuademineralisata hingga

garis tanda dengan faktor pengenceran 125 kali. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 285,2 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus beradadalam rentang kurva kalibrasi larutan baku magnesium. Konsentrasi magnesium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.4 Penetapan Kadar Natrium Sampel

Larutan sampel hasil destruksi dipipet sebanyak 0,25 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan di cukupkan dengan akuademineralisata hingga garis tanda dengan faktor pengenceran 400 kali. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 589,0 nm dengan nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku natrium. Konsentrasi natrium dalam sampel ditentukan berdasarkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

3.6.6.5 Perhitungan Kadar Kalium, Kalsium, Magnesium, dan Natrium dalam Sampel

Menurut Harmita (2004), kadar kalium, kalsium, magnesium, dan natrium dapat dihitung dengan mensubstitusikan absorbansi ke dalam persamaan regresi yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:

Kadar (µg/g) =Konsentrasi (µg ⁄ ml) × Volume(ml) × Faktor Pengenceran Berat Sampel (g)

3.7 Analisis Data Secara Statistik

3.7.1 Penerimaan dan Penolakan Hasil Pengamatan

Kadar kalium, kalsium, magnesium, dan natrium yang diperoleh dari hasil pengukuran masing-masing larutan sampel dianalisis dengan menggunakan

SD = √∑(Xi− X̅i)² n − 1

parameter standar deviasi. Kemudian dilakukan uji-t satu arah (one-tailed t-test) arah pada interval kepercayaan 99% untuk mengamati bias (perbedaan) hasil kadar sampel penelitian secara analitik pada metode yang digunakan.

Menurut Harmita (2004) simpangan baku dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

Keterangan : Xi = Kadar sampel

i = Kadar rata-rata sampel N = Jumlah perulangan

Menurut Sudjana (2005) nilai thitung dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Untuk mencari thitung digunakan rumus:

Sedangkan untuk menentukan kadar mineral di dalam sampel dengan interval kepercayaan 99%, α = 0.01, dk = n-1, dapat digunakan rumus :

Keterangan: X̅i = kadar rata-rata sampel SD = standar Deviasi

dk = derajat Kebebasan (dk = n-1) α = interval Kepercayaan

n = jumlah Perulangan.

3.8 Validasi Metode

3.8.1 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Batas deteksi merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sedangkan batas kuantitasi

thitung =|Xi− X̅i| SD/√n

Kadar mineral: µ = X̅i± (t(α

2, dk)×SD

√n)

merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

Menurut Harmita (2004) batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus:

3.8.2 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Uji perolehan kembali ditetapkan pada larutan tertentu yang sesuai (larutan blanko atau larutan matriks) dimana analit yang ditambahkan telah diketahui jumlahnya (konsentrasi pertengahan rentang validasi. Dalam metode ini, kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan standar dengan konsentrasi tertentu (Ermer dan McB. Miller, 2005).

Metode adisi dilakukan bila tidak memungkinkan membuat sampel plasebo karena matriks sampel yang dianalisa tidak diketahui. Pengerjaan metode adisi dilakukan dengan menambahkan sejumlah analit dengan konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dilakukan analisis pada sampel tersebut (Harmita, 2004)

Larutan baku yang ditambahkan 2 ml larutan standar kalium (konsentrasi 1000 µg/ml), 1 ml larutan standar kalsium (konsentrasi 1000 µg/ml), 1 ml larutan standar magnesium (konsentrasi 1000 µg/ml) dan 2 ml larutan standar natrium

RSD =SD

i × 100%

Buah mangrove yang telah diiris ditimbang secara seksama sebanyak 10 gram, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah itu ditambahkan larutan standar kalium. Langkah kerja yang sama diilakukan untuk uji perolehan kembalikalium, kalsium, magnesium dan natrium dengan penambahan larutan baku masing-masing.

Menurut Harmita (2004) persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini berikut ini:

CA = kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku (mg/100g) CF = kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku (mg/100g) C*A = kadar larutan baku yang ditambahkan (mg/100g)

3.8.3 Uji Keseksamaan (Precision)

Menurut Harmita (2004), keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang beragam. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan. Adapun rumus untuk menghitung simpangan baku relatif sebagai berikut:

Keterangan: X̅i = kadar rata-rata sampel SD = standar Deviasi

RSD = relative standard deviation (simpangan baku relatif) Persen Perolehan Kembali = 𝐶𝐹 − 𝐶𝐴

𝐶𝐴

𝑥 100 %

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, JalanRaya Jakarta–Bogor Km. 46, Cibinong. Disebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah buah mangrove (Sonneratai caseolaris L.) suku Lythraceae. Surat hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 39.

4.2 Kurva Kalibrasi Kalium,Kalsium, Magnesium dan Natrium

Kurva kalibrasi kalium, kalsium, magnesium dan natrium diperoleh dengan mengukur larutan standar kalium,kalsium, magnesium dan natrium pada panjang gelombang masing-masing. Kurva kalibrasi kalium, kalsium, magnesium dan natrium dapat dilihat pada Gambar 4.1; 4.2; 4.3 dan 4.4 dibawah ini. Hasil pengukuran absorbansi danperhitungan persamaan regresi larutan standar dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 42 sampai Lampiran 8 halaman 48.

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kalium Konsentrasi (µg/ml)

Absorbansi

Menurut Ermer dan McB. Miller (2005), nilai koefisien korelasi (r) harus sama atau lebih besar dari 0,97 untuk menunjukkan adanya korelasi linier yang menyatakan adanya hubungan antara konsentrasi dan absorbansi. Nilai koefesien korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan dan arah hubungan linier antara dua variabel dalam hal ini konsentrasi dan absorbansi larutan standar kalium, kalsium, magnesium dan natrium. Nilai r berada pada rentang -1 < r < +1. Korelasi positif menunjukkan terdapat hubungan antar variabel yang searah, dimana jika nilai satu variabel dinaikkan maka nilai variabel yang lain juga meningkat. Sebaliknya, jika r bernilai negatif menunjukkan adanya korelasi negatif. Dimana hubungan antar variabel saling berkebalikan. Jika nilai suatu variabel dinaikkan, maka nilai variabel yang lain akan turun.

Dari kurva kalibrasi kalium diatas, diperoleh persamaan regresi standar kalium sebagai berikut Y =0,10936 X – 0,000029 dengan nilai koefisien korelasi kalium (r)=0,9997. Terdapat hubungan positif yang sangat kuat antara konsentrasi standar kalium terhadap absorbansinya. Dari persamaan regresi di atas diperoleh nilai slope (kemiringan) garis regresi sebesar 0,10936.

Gambar 4.2 dibawah ini merupakan kurva kalibrasi larutan standar kalsium dengan persamaan regresi Y= 0,02118 X – 0,0013 dan nilai r = 0,9997. Nilai koefisien korelasi dari kalibrasi magnesium tersebut menunjukkan terdapat hubungan searah yang sangat kuat antara variabel konsentrasi terhadap absorbansi larutan. Sedangkan nilai slope garis regresi sebesar 0,02118.

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kalsium

Gambar 4.3.Kurva Kalibrasi Larutan Standar Magnesium

Gambar 4.4. Kurva Kalibrasi Larutan Standar Natrium Konsentrasi (µg/ml)

Konsentrasi (µg/ml) Konsentrasi (µg/ml) Absorbansi

Absorbansi

Absorbansi

Kurva kalibrasi pada Gambar 4.3 dan 4.4 merupakan kurva kalibrasi magnesium dan natrium dengan persamaan regresi masing masing Y = 0,03493 X + 0,0014 dan Y = 0,11123X + 0,0010. Nilai koefisien korelasi untuk kalibrasi magnesium dan natrium masing-masing adalah 0,9995 dan 0,9997. Nilai r magnesium dan natrium menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat kuat antar variabel, yaitu korelasi searah antara konsentrasi terhadap absorbansinya.

Nilai slope untuk garis regresinya yaitu 0,03493 dan 0,11128.

4.3 Analisis Kadar Kalium, Kalsium, Magnesium dan Natrium pada Buah Mangrove

Penetapan kadar mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium dilakukan secara spektrofotometri serapan atom. Konsentrasi kalium, kalsium, magnesium dan natrium ditentukan berdasarkan perhitungan menggunakan persamaan regresi larutan standar masing-masing mineral yang diperoleh dari kurva kalibrasi. Absorbansi sampel yang ditetapkan kadarnya harus berada pada dalam rentang absorbansi larutan baku kalibrasi. Sehingga dilakukan pengenceran yang berbeda-beda untuk larutan sampel sesuai dengan mineral yang diukur.

Pengenceran larutan sampel untuk penentuan kadar kalium pada buah mangrove dilakukan sebanyak 400 kali (faktor pengenceran 400 kali) dan diukur pada rentang konsentrasi kalibrasi 0,2-1,0 ppm, untuk kalsium dilakukan pengenceran sebanyak 100 kali dan diukur pada rentang konsentrasi kalibrasi 1,0-5,0 ppm. Sedangkan faktor pengenceran yang diperoleh untuk penetapan kadar mineral magnesium 125 kali dan natrium masing-masing 400 kali dengan diukur pada rentang konsentrasi kalibrasi masing-masing 1,0-5,0 ppm dan 0,2-1,0 ppm.

Menurut Ermer dan McB. Miller (2005) pengukuran sampel dilakukan sebanyak enam perulangan untuk masing-masing mineral yang diperiksa dengan tidak boleh kurang dari lima larutan sampel yang ditetapkan berada disekitar batasan konsentrasi yang ditetapkan pada kalibrasi.Hasil pengukuran kadar sampel dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 50. Perhitungan penetapan kadar mineral dalam buah mangrovedapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 51.

Analisis penetapan kadar mineral kemudian dilanjutkan secara statistik dengan menggunakan uji-t satu arah pada tingkat kepercayaan 99,0% (α=0,01) (perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11 halaman 56). Hasil analisis secara kuantitatif mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium pada buah mangrove dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Uji-t atau significance test digunakan untuk menentukan data yang diperoleh dari hasil pengukuran dapat diterima atau tidak berdasarkan interval kepercayaan atau nilai signifikansi yang ditetapkan dengan membandingkannya terhadap nilai t tabel. Penentuan hasil dapat diterima atau tidak disebabkan karena adanya variabilitas yang besar selama rangkaian analisis. Tujuan penetapan uji-t ini juga untuk menjaga keakurasian selama rangkaian analisis (Ermer dan McB. Miller, 2005).

Tabel 4.1 Kadar mineral buah mangrove (Sonneratai caseolaris) yang dihitung berdasarkan berat basah.

Mineral

Kalium Kalsium Magnesium natrium

kadar

mangrove (Sonneratia Caseolaris). Jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian saya kadar kalium, kalsium, magnesium dan natrium yang diperoleh sebesar 95,2636 ± 1,0482mg/100 g, 33,8226 ± 0,2040 mg/100g, 37,4961

± 0,1953 mg/100 g, dan 77,7731 ± 0.3738 mg/100 g. dari perbandingan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kadar antara data yang diperoleh dari penelitian dengan literatur.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya variasi (fluktuasi) kadar mineral yang signifikan pada hasil penelitian jika dibandingkan dengan hasil literatur atau hasil penelitian lain diantaranya faktor genetik yang berbeda, daerah tempat hidup tanaman, faktor pra-panen (fertilitas tanah-termasuk pH dan ketersediaan nutrien, kelembaban tanah, temperatur tumbuh), waktu penyerbukan, irigasi, usia tanaman (buah), metode pengukuran kadar mineral sampel, dan bagian tanaman yang dianalisa (Florkowski, dkk., 2009).

4.4 Uji Perolehan Kembali (Recovery)

Hasil uji perolehan kembali (recovery) kadar kalium, kalsium, magnesium, dan natrium setelah penambahan masing-masing larutan baku kalium, kalsium, magnesium, dan natrium dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.2. Lampiran 15 halaman 66.

Tabel 4.2 Hasil uji perolehan kembali kadar mineral sampel

Mineral Recovery (%) Syarat rentang uji recovery (%)

Kalium 96,61

80 – 120 %

Kalsium 100,89

Magnesium 101,86

Natrium 98,52

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali kalium sebesar 96,61%, untuk mineral kalsium sebesar 100,89%, untuk magnesium adalah 101,86%, sedangkan hasil uji perolehan kembali untuk natrium sebesar 98,52%. Uji perolehan kembali (recovery) digunakan untuk menentukan tingkat akurasi (kecermatan) dalam pengerjaan penetapan kadar mineral sampel.

Hasil di atas menunjukkan persen perolehan kembali semua mineral yang diukur masih berada pada rentang persen recovery yang dipersyaratkan oleh Ermer dan McB. Miller (2005).

Menurut Ermer dan McB. Miller (2005), hasil uji akurasi (recovery) yang digunakan pada spektofotometri serapan atom berada pada kisaran 80 - 120 %.

Adapun uji akurasi digunakan untuk membandingkan hasil uji secara statistik dengan nilai teoritis pada interval kepercayaan. Perhitungannya uji perolehan kembali kadar mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 67.

4.5 Simpangan Baku Relatif

Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif untuk mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3 Nilai simpangan baku dan simpangan baku relatif mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium

No. Mineral Simpangan baku

(µg/mL)

Simpangan baku relatif dihitung berdasarkan data hasil uji perolehan kembali dalam persen mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium dalam sempel. Nilai simpangan baku atau standar deviasi untuk keempat mineral yang

diperiksa masing-masing adalah 1,8330 µg/ml, 1,1673 µg/ml, 1,0755 µg/ml dan 2,4585 µg/ml. Nilai simpangan baku relatif mineral kalium, kalsium, magnesium dan natrium masing-masing 1,89%; 1,15%; 1,05% dan 2,49%. Perhitungan simpangan baku dan simpangan baku relatif dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 72.

Menurut Harmita (2004) nilai simpangan baku relatif dikatakan memenuhi syarat jika nilai RSD yang diperoleh tidak lebih dari 16% untuk larutan dalam satuan ppm. Dari hasil yang diperoleh memenuhi presisi yang baik. Hal ini

Menurut Harmita (2004) nilai simpangan baku relatif dikatakan memenuhi syarat jika nilai RSD yang diperoleh tidak lebih dari 16% untuk larutan dalam satuan ppm. Dari hasil yang diperoleh memenuhi presisi yang baik. Hal ini

Dokumen terkait