• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA HAK ASUH ANAK

A. Prosedur Penetapan Hak Asuh Anak di Bawah Umur

Perceraian yang terjadi pada pasangan yang tak lagi bisa hidup akur selalu berakhir dengan perpisahan keduanya. Setiap kasus perpisahan, terutama bagi pasangan yang memiliki anak, disertai dengan perebutan hak asuh anak.

Pemerintah Indonesia pun punya aturan jelas yang dapat dipakai sebagai landasan dalam mendapatkan hak asuh anak, apabila terjadi pemutusan perkawinan karena perceraian, baik ibu maupun bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya semata-mata demi kepentingan si anak.

Pelaku hak asuh harus memiliki kecakapan dan memenuhi syarat-syarat sebagai pemegang hak asuh, jika syarat-syarat tertentu tidak dapat terpenuhi salah satu syarat, maka gugurlah kebolehan menyelenggarakan hak asuhnya. Syarat-syarat menjalankan hak asuh anak antara lain

a. Baligh berakal, tidak terganggu ingatannya. Oleh sebab itu, seorang ibu atau ayah yang mengalami gangguan jiwa atau ingatan tidak layak melakukan tugas hadhanah sebab mereka saja tidak mampu menjaga dan mengurus dirinya sendiri. 64

b. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan mendidik anak, dan tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang bisa mengakibatkan tugas hadhanah menjadi terlantar.

64 Satria Effendi, Op cit hal 173

c. Memegang amanah, sehingga dapat lebih menjamin pemeliharaan anak.

Orang yang rusak akhlaknya tidak dapat memberikan contoh yang baik kepada anak yang diasuh, oleh karena itu tidak layak mendapatkan tugas ini.

d. Beragama Islam, sorang non muslim tidak boleh ditunjuk sebagai pengasuh atas anak yang muslim.65

e. Ibunya belum menikah lagi, hal ini dikarenakan kekhawatiran suami kedua tidak merelakan istrinya disibukkan mengurus anaknya dari suami pertama. Namun terdapat pengecualian jika suami keduanya merupakan kerabat si anak, maka pelaksanaan hadhanah masih diperbolehkan atas ibu.

Salah satu dari syarat-syarat tersebut apaila tidak terpenuhi, maka hak seseorang pemegang hak asuh anak akan gugur. Beberapa Ulama berbeda pendapat mengenai pandangan apakah hadlanah akan Kembali kepada seseorang yang sebelumya tidak memperoleh hak tersebun namun jika syarat-syarat tersebut telah dipenuhi atau kembali,yaitu:

Mahzab Maliki berpendapat bahwa jika gugurnya hak itu karen auzur, seperti sakit, tidak mempunyai tempat tinggal atau pergi haji, kemudian penghalang itu telah hilang, maka hal tersebut kembali lagi kepadanya, tetapi jika penghalang itu berupa menikahnya ibu dengan laki-laki lainnya yang bukan mahram anak atau bepergian dengan tanpa uzur kemudian penghalang itu hilang,

Perceraian baik karena talak, fasakh, maupun meninggalnya suami atau telah kembali dari bepergian, maka hak tersebut tidak lagi kepadanya, karena menurut mazhab ini penghalang dalam hadlanah adalah unsur yang idtirari.

65 Sayyid Sabiq, op.cit.Hal 241

Mahzab Hanafiyyah, Syafi‟iyyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa jika hak hadlanah itu gugur karena adanya penghalang, maka hak itukembali lagi kepadanya setelah penghalang itu hilang, baik penghalang idtirari (tidakdapat diusahakan, seperti sakit) maupun penghalang yang ikhtiyari (dapat diusahakan, seperti menikah lagi, bepergian atau fasiq).

Hakim sebelum mengambil keputusan maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan hak asuh anak selain memenuhi syarat sebagai pemegang hak asuh anak yang telah disebutkan diatas, hakim akan melakukan pemeriksaan setempat mengenai pihak yang bersangkutan dengan melihat fakta-fakta yang terungkap dipersidangan dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak, menggali rekam jejak orang tua anak serta melakukan pemeriksaan setempat untuk melihat kenyataan yang terjadi dilapangan.

Berikut prosedur penetapan hak asuh anak:

Permohonan soal penguasaan anak dan nafkah anak dapat diajukan bersama-sama dengan sengketa perceraian atau diajukan secara tersendiri setelah terjadinya perceraian.66

Prosedur pengurusan pengajuan hak asuh anak, baik di Pengadilan Agama ataupun Pengadilan Negeri harus melengkapi syarat yang diperlukan, yakni:67

1. Surat pengajuan permohonan hak asuh ke pengadilan

2. Fotokopi kutipan akta cerai

3. Fotokopi akta kelahiran anak

4. Biaya perkara

66 Pasal 66 ayat (5) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006. (Selanjutnya disebut UUPA)

67 Pengadilan Agama Bekasi, Prosedur pengajuan dan biaya perkara www.pa-bekasi.go.id diakses pada 22 februari 2020 pukul 19.25

Setelah melengkapi syarat yang diperlukan, Anda juga perlu mengikuti prosedur pengajuan hak asuh anak yang berlaku di pengadilan. Prosedur tersebut adalah:

a. Pengajuan Gugatan

Berdasarkan inpers Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI menyebutkan tentang proses mengajukan cerai gugat sebagaimana berikut:

Pasal 132 dalam KHI

a. Gugatan perceraian diajukan istri atau kuasanya ke Pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat kecuali istri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin suami.

b. Dalam hal tergugat bertempat kediaman di luar negeri, ketua Pengadilan Agama memberitahukan gugatan tersebut kepada tergugat melalui perwakilan Indonesia setempat.68

Pasal 133 dalam KHI

a. Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116 huruf b dalam KHI dapat diajukan setelah 2 (dua) tahun terhitung sejak tergugat meninggalkan rumah.

b. Gugatan dapat diterima apabila tergugat menyatakan atau menunjukkan sikap tidak mau lagi berumah tangga bersama.

Pengajuan gugatan hak asuh anak, ditujukan ke pengadilan yang ada di wilayah kediaman tergugat. Penggugat tidak mengetahui domisili tergugat,

68 Undang-undang Republik Indonesia , Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Islam , (Bandung: citra Umbara, 2010) pasal 132

pengajuan dapat dilakukan di pengadilan di wilayah domisili penggugat . 69 dalam hal tergugat berkediaman diluar negeri, ketua Pengadilan Agama memberitahukan gugatan tersebut kepada tergugat melalui Perwakilan Republik Indonesia setempat

Pengajuan gugatan perceraian oleh pengajuan gugatan hak asuh anak diikuti antara suami dan istri yang didasarkan pada alasan antara suami dan istri tidak terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak akan hidup rukun lagi dalam rumah tanga, maka gugatan perceraian menurut pasal 134 Kompilasi Hukum Islam , diajukan ke Pengadilan Agama. Gugatan perceraian yang demikian dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan Agama mengenai sebab-sebab perselisihan dan pertengkaran itu dan setelah mendengar dari orang-orang terdekat suami-istri tersebut serta penetapan hak asuh anak yang ajukan oleh suami atau istri apabila berpengaruh bagi kehidupan anak hasil perkawinan keduanya hendaknya dipertimbangkan oleh hakim.

b. Pemanggilan

Menurut pasal 138 Kompilasi Hukum Islam, setiap kali diadakannya sidang Pengadilan Agama yang memeriksa gugatan perceraian dan permohonan hak asuh anak ,baik penggugat maupun tergugat , atau kuasa mereka dipanggil untuk menghadiri sidang itu yang dilakukan oleh petugas yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama. Panggilan disampaikan secara patut dan sudah diterima oleh penggugat maupun tergugat atau kuasa mereka selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum sidang dibuka. Apabila penggugat maupun tergugat tidak dapat dijumpai, panggilan disampaikan melalui lurah atau yang sederajat.

69 Kompilasi Hukum Islam

c. Persidangan

Menurut Pasal 141 Kompilasi Hukum Islam, persidangan pemeriksaan gugatan perceraian dan permohonan hak asuh anak dilakukan oleh hakim Pengadilan Agama selambat-lambatnya 30 hari ( tiga puluh ) hari setelah diterimanya berkas atau surat gugatan perceraian serta permohonan hak asuh anak.

Menetapkan waktu persidangan perlu diperhatikan tentang waktu pemanggilan dan diterimanya panggilan oleh penggugat atau tergugat atau kuasa mereka.

Didalam persidangan dilakukan pembacaan surat gugatan atau permohonan hak asuh anak oleh pemohon atau penggugat . kemudian jawaban atas surat permohonan atau gugatan yang dilakukan oleh termohon atau tergugat.

Apabila pemohon atau termohon membantah dalil jawaban maka dapat dilakukan replik dan duplik dari masing-masing pihak

Selama perkara belum diputuskan, usaha perdamaian dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan. Hakim yang memeriksa gugatan perceraian yang diikuti oleh permohonan hak asuh anak menurut pasal 143 Kompilasi Hukum Islam ,harus berusaha mendamaikan kedua belah pihak, apabila terjadi perdamaian , maka tidak dapat diajukan gugatan peceraian baru berdasarkan alasan-alasan yang ada sebelum perdamaian dan penetapan hak asuh anak tidak menjadi rebutan kedua belah pihak, karena anak sangat memerlukan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

d. Putusan

Menurut Pasal 146 Kompilasi Hukum Islam, suatu perceraian dianggap terjadi beserta akibat-akibatnya terhitung sejak dijatuhkannya putusan Pengadilan Agama yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Putusan mengenai perceraian dan permohonan hak asuh anak dilakukan didalam sidang terbuka.

Setelah jatuhnya putusan penetapan hak asuh anak maka Panitera Pengadilan Agama menyampaikan salinan surat putusan tersebut kepada suami dan istri atau kuasanya dengan menarik Kutipan Akta Nikah masing-masing yang bersangkutan dan menyerahkan hak asuh anak kepada pemohon atau tergugat yang memiliki kekuatan hukum yang tetap dan mengikat.

Permohonan gugatan hak asuh anak juga dapat dilakukan setelah adanya putusan perceraian dari pengadilan hal tersebut sama halnya dengan melakukan permohonan perceraian hanya saja berbeda pada isi gugatannya, yaitu gugatan hak asuh anak selain itu para pemohon harus melengkapi persyaratannya yaitu, anak harus punya akte kelahiran dari orang tua asli ,pemohon harus sudah pernah mengasuh anak minimal 6 bulan, melampirkan KK, KTP orang tua asli (suami&Istri) , melampirkan surat keterangan sehat dari dokter (suami/Istri).

Setelah melengkapi dokumen persyaratan adapun prosedurnya sebagai berikut:70

1. Pembuatan surat gugatan tertulis ke pengadilan;

2. Pengajuan gugatan hak asuh anak, ditujukan ke pengadilan yang ada diwilayah kediaman tergugat. Kalau penggugat tak mengetahui domisili

70Pengadilan Negeri Kediri kelas 1B https://pn-kediri.go.id/syarat-syarat-permohonan-hak-asuh-anak/layanan-informasi/permohonan-hak-asuh-anak diakses pada tanggal 22 januri 2020 pukul 11.25

tergugat, pengajuan dapat dilakukan di pengadilan di wilayah domisili penggugat;

3. Pemberian nomor registrasi oleh panitera setelah pembayaran biaya perkara dilakukan;

4. Penentuan majelis hakim oleh panitera;

5. Pemanggilan pihak penggugat dan tergugat untuk menghadiri sidang.

Selanjutnya, ada beberapa tahapan persidangan yang harus lalui, yakni:

Usaha mediasi yang dilakukan oleh hakim kepada kedua pihak pada sidang pertama;

Pembacaan surat gugatan atau permohonan hak asuh anak oleh pemohon atau penggugat, Jawaban atas surat permohonan atau gugatan yang dilakukan oleh termohon atau tergugat;

Tahapan replik dan duplik dari masing-masing pihak penggugat atau pemohon dan tergugat atau termohon;

Pembuktian oleh pihak penggugat atau pemohon dan tergugat atau termohon, Kesimpulan dari masing-masing pihak;

Musyawarah Majelis Hakim dan Pembacaan putusan oleh Majelis Hakim.

B. Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Terkait

Dokumen terkait