Tabel III.10 Rundown Program
3.4 Proses Camera Person
Seorang camera person bisa disebut juga penata kamera mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk semua aspek teknik dalam pengambilan gambar berupa pemotretan maupun merekam gambar. Penulis sebagai penata kamera dalam produksi non drama XPLORENESIA mempunyai tanggung jawab besar atas keseluruhan pengambilan gambar dan bekerja sama dengan rekan setim terlebih khusus kepada pengarah acara agar tercapainya sebuah karya yang baik dan layak di nikmat oleh masyarakat.
Selain bisa disebut sebagai penata kamera, camera person memiliki sebutan lain seperti cameramen.
Menurut Kusumawati dkk (2017:68) “Kameraman adalah seseorang yang bertugas merekam gambar dengan menggunakan perangkat keras kamera video yang direkam melalui pita video, memory, hard disk atau media penyimpan lainnya sesuai denganarahan pengarah acara atau pengarah acara”.
Menurut penulis tidak hanya bertugas dan bertanggung jawab dalam pengambilan gambar yang ia rekam, seorang penata kamera juga harus paham dengan ilmu dasar teknik kamera serta berkerja sama dengan pengarah acara dalam upaya penerjemahan dari bahasa tulisan kebahasa visual. Sudut pengambilan gambar amat menentukan dalam menentukan keberhasilan penyampaian pesan dalam program yang telah dibuat.
131
Sedangkan menurut Rusman dan Yusiatie (2017:131) menyatakan bahwa “cameramen adalah orang yang bertanggung jawab atas pengambilan gambar untuk program televisi”.
Dalam produksi program televisi non drama magazine XPLORENESIA penulis sebagai penata kamera mempunyai tugas yaitu merekam gambar yang dibutuhkan dari awal hingga akhir shooting dan bekerja sama dengan pengarah acara dalam menentukan sudut pengambilan gambar. Serta memperbanyak stock shoot untuk mempermudah penyunting gambar memilih hasil gambar dalam proses penyuntingan gambar.
Jadi penulis disini menarik kesimpulan bahwa penata kamera bertugas dan bertanggung jawab dalam pengambilan gambar berdasarkan description yang telah ditentukan dan mengoperasikan kamera untuk merekam gambar dalam film, video maupun media lain sesuai perintah dari pengarah acara.
3.4.1 Pra Produksi
Segala hal dalam menciptakan suatu karya harus melalui tahap pra produksi, yaitu kegiatan perencanaan yang cukup berperan penting dalam kelancaran proses produksi. Dalam proses pra produksi ini, penulis bersama dengan tim melakukan pencarian tema yang akan dibuat
Dalam tahap pra produksi penulis sebagai seorang penata kamera mempelajari semua naskah yang telah dibuat dan disepakati bersama dengan pengarahan dari pengarah acara untuk dapat memikirkan sebuah shot yang akan dibuat dalam program non drama “ Xplorenesia”.
132
Sedangakan menurut Kusumawati dkk (2017:69) “Tahap pra produksi merupakan tahap yang paling menentukan hasil gambar yang baik”.
Menurut kutipan diatas penulis mengartikan bahwa dalam tahap inilah tahap yang paling penting. Semua hal, mulai dari ikut serta dalam pembuatan ide dan gagasan dan mempelajari naskah yang akan di produksi serta menyiapkan kamera apa saja yang diperlukan sesuai konsep yang diangakat dan mengilustrasikan naskah kedalam bentuk gambar dan tata letak kamera kepada tim agar terciptanya hasil gambar yang diinginkan.
Dalam proses pra poduksi produser mulai melakukan beberapa kegiatan untuk mengumpulkan berbagai data yang diperlukan sebagai bahan pengembangan gagasan yang lebih mendalam. Setelah produser, penulis naskah dan pengarah acara sudah menentukan rencana apa yang akan di angkat.
Langakah selanjutnya penata kamera bersama produser, penulis naskah dan pengarah acara, penata artistik, penata audio, penata cahaya serta penyunting gambar yaitu melakukan casting host. Membuat anggarandan melakukan riset lokasi apa saja yang dibutuhkan dalam naskah yang telah disepakati bersama, serta penulis sudah mendapatkan instruksi dari pengarah acara kira-kira kebutuhan agambar apa saja yang akan direkam dan angle apa saja yangdibutuhkan dalam program ini dalam produksi televisi non drama magazine XPLORENESIA.
Setelah terciptanya kesepakatan diatas tim membuat surat perizinan lokasi dan survey lokasi untuk bertemu narasumber dengan bersumber dari berbagai info dan data yang didapatkan, serta berkonsultasi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir. Kami
133
melakukan riset pertama kali ke daerah batu sangkar. Untuk bertemu beberapa narasumber selaku seseorang yang menjaga dan melestarikan sejarah serta berkunjung kebebrapa tempat wisata didaerah batu sangkar. Kami berserta tim berkunjung ke Istana Baso Pagaruyung, Batu Angke-angke dan melanjutkanya kebeberapa daerah lain di Sumatra Barat. Akhirnya tim memutuskan untuk menganggkat tema wisata sejarah di Sumatra Barat dalam program non drama XPLORENESIA. Serta menentukan kesepakatan trasnportasi dan waktu produksi yang ditentukan agar terciptanya kelancaran dalam suatu proses produksi
Kesimpulan pada tahap ini penata kamera akan melakukan beberapa pekerjaan yang bersifat teknis maupun non teknis seperti, mempersiapkan fasitas yang akan mendukung jalannya proses produksi (pemilihan kamera, peralatan penunjang, memilih lensa dll) membuat desain kreatif meliputi riset, merangkai storyboard dan floorplan, membuat shot list, mempelajari naskah yang akan diproduksi, mepelajari teknis produksi khususnya teknis kamera, diskusi dengan pengarah acara untuk mencapai visi dan misi produksi yang sama.
3.4.2 Produksi
Ini adalah tahap paling penting bagi seorang penata kamera untuk mempelajari naskah dan director treatment untuk menjadi acuan seorang penulis dan mendiskusikan angle dan teknik pengambilan gambar kepada pengarah acara.
Menurut Kusumawati dkk (2017:75) “Segala perencanaan yang telah dipersiapkan dalam tahap pra produksi, akan di realisasikan pada tahap produksi. Seorang penata kamera akan memantau pengarah acara atau pengarah acara untuk
134
menerjemahkan bahasa tulisan kedalam bahasa visual. Setiap gambar yang dihasilkan sangatlah penting terhadap pesan dan informasi apa yang akan disampaikan kepada penonton”.
Teknis dan angle pengambilan gambar adalah kunci utama produksi, karena itu pada sebuah karya program televisi non drama magazine XPLORENESIA kualitas gambar dan suara yang disajikan kepada audien. Jadi penulis sebagai penata kamera bisa disebut sebagai panjang tangan dari pengarah acara yang dipercaya untuk mengambil gambar. Penulis menguasai dasar-dasar pengambilan gambar adalah syarat untuk menjadi penata kameara, karena penulis harus memahami apa yang harus dilakukan sesuai intruksi pengarah acara dan dapat bekerja sama dengan baik kepada semua kru produksi.
Dalam program non drama televisi XPLORENESIA ini pengambilan gambar diambil dengan menggunakan tripot, slider, handheld, dan flycam.
Dalam produksi non drama televisi ini pengambilan gambar 60% (enam puluh persen) menggunakan handheld sedangkan 40% (empat puluh persen) menggunakan tripot, flycam, dan actioncam. Penggunakan kamera ini pun disesuaikan dengan kebutuhan pengambilan gambar outdoor dan indoor dikarenakan ini sangat praktis.
Adapun kamera bantu yaitu go pro hero 4 dan drone bugs tree. Akan tetapi penulis sebagai penata kamera lebih banyak menggunakan handheld dikarenakan penulis sebagai penata kamera ingin mengembangkan pengambilan gambar dan lebih menyesuaikan dengan konsep acara non drama magazine XPLORENESIA yang mengangkat wisata sejarah, namun tetap menjaga kualiatas gambar agar tidak shaking,
135
juga memperhatikan hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis untuk menciptkan tontonan yang tidak membosankan dan monoton.
Ada beberapa istilah dalam pergerakan kamera untuk seorang penata kamera menurut Kusumawati dkk (2017:99) menyatakan bahwa movement (pergerakan kamera) pergerakan kamera (camera movement) sangat penting dilakukan oleh penata kamera, yaitu:
1. Panning
Panning adalah teknik pengambilan gambar dengan cara membelokan badan kemera secara horizontal tanpa merubah posisi kamera.
2. Tilting
Tilting adalah teknik pengambilan gambar dengan cara menggerakan badan kamera secara vertical.
3. Tracking
Tracking adalah teknik yang dilakukan daengan caramendekatkan kameradengan objek atau menjauhkan kamera dari objek.
4. Zooming
Zooming adalah teknik pergerakan lensa kamera yang dilakukan dengan menggunakan tombol wide angle (W) dan tombol tele (T)
5. Arching
Arching adalah teknik pengambilan gambar dengan cara bergerak mengelilingi objek, gerakan ini dapat dilakukan dengan setengah lingkaran atau satu lingkaran penuh.
136 6. Crane
Crane adalah teknik pengambilan gambar dengan alat penyanggah yang disebut crane, jimmy jip atau portal jip.
7. Crabbing
Crabbing adalah pergerakan kamera dengan cara bergerak kecamping ke kanan atau ke kiri layaknya kepiting yang sedang berjalan.
Menurut penulis sebagai penata kamera, selain sebagai seorang yang menggambil gambar dalam program non drama magazine show XPLORENESIA harus mampu mengerti pergerakan kamera diatas, untuk sebuah patokan dalam pengarahan yang dilakukan pengarah acara dalam proses produksi berlangsung. Penulis sebagai penata kamera menggunakan teknit diatas agar tercipta gambar yang dinamis dan enak dilihat oleh audience.
Kesimpulan dari beberapa tugas penting penata kamera pada tahap produksi adalah mengoperasikan kamera dan merekam gambar pada saat produksi, bekerja sama dengan pengarah acara pada saat proses pengambilan gambar agar sesuai dengan nasakah, memberikan masukan kepada pengarah acara atau pengarah acara untuk menghasilkan gambar yang terbaik, selalu menjaga kontinuitas gambar, bertanggung jawab menjaga kamera selama proses produksi agar kamera tetap pada kondisi normal dan siap digunakan, selalu bekerja sama dengan semua tim produksi untuk mencapai hasil yang terbaik.
137
3.4.3 Paska Produksi
Setelah melewati tahap pra produksi dan produksi, tim segera melakukan tahap pasca produksi. Dalam tahap paska produksi ini penulis sebagai penata kamera memberi masukan kepada penyunting gambar mengenai stock gambar yang digunakan dalam program non drama XPLORENESIA.
Menurut Kusumawati dkk (2017e:77) menyatakan bahwa:
dalam tahap pasca produksi tidak banyak hal yang dilakukan oleh penata kamera. Penata kamera dalam tahap ini juga bertugas untuk menyusun camera report untuk mempermudah pekerjaan penyunting gambar. Segala informasi yang telah dilakukan dalam proses produksi dilaporkan lengkap dengan keterangan hasil produksi.
Pada proses paska produksi ini penulis sebagai penata kamera masih mempunyai tugas dan kewajiban dalam produksi dikarenakan masih harus bekerja sama dengan penyunting gambar guna melengkapi program dengan stock shot yang telah diambil kemudian akan di proses oleh penyunting gambar dan pengarah acara sehingga di dapat sebuah program yang telah di sepakati bersama. Pada proses paska produksi ini penulis juga harus mampu memberikan hasil akhir gambar kepada penyunting gambar untuk melengkapi program dengan dengan stock shot yang diambil dalam proses produksi sehingga penyunting gambar mampu menjelaskan secara visual gambar yang akan di editnya.
138
Bisa disimpulkan bahwa tugas penata kamera di tahap pasca produksi adalah melakukan pengecekan kembali peralatan kamera yang telah digunakan, membuat laporan produksi kamera (camera report) untuk kebutuhan pasca produksi, memberikan semua hasil gambar kepada penyunting gambar, melakukan perawatan kamera (maintenance) agar kamera dapat digunakan pada produksi lainya
139
3.4.4 Peran dan Tanggung Jawab Camera Person
Penulis sebagai penata kamera mempunyai peran dan tanggung jawab tersendiri seperti profersi lainya penata kamera adalah sebagai crew produksi televisi yang mempunyai tanggung jawab yang spesifik.
Berbicara mengenai bagaimana pekerjaan suatu profesi, berarti akan membahas tentang tugas dan tanggung jawab yang spesifik. Pada umunya seorang penata kameara tidak bekerja sendiri (kecuali untuk hal tertentu), dan secara umum tugas dan tanggung jawab penata kamera antara lain berdiskusi dengan produser serta pengarah acara untuk rencana me pembahasan konsep produksi, mempelajari naskah yang sudah dibuat, menginterpretasikan bagaimana supaya mendapat gambar yang baik, memilih peralatan kamera serta penunjangnya, bekerja sama dengan pengarah acara pada saat proses shooting, melakukan pengambilan gambar dengan baik dan bertanggung jawab.
Jadi kesimpulan dari peran dan tanggung jawab seorang penata kamera sangat penting berpengaruh dengan apa yang telah dihasilkan pada saat pra produksi, produksi dan paska produksi. Penulis juga membantu suteradara dalam upaya menerjemahkan bahasa tulisan kedalam bahasa visual melalui pemilihan angle, komposisi dan pergerakan kamera serta pencahayaan.
Dalam produksi program TV non drama “Xplonesia” peran dan tanggung jawab penulis sangat penting.
140
Dalam tahap pra produksi penulis sebagai penata kamera ikut serta menuangkan ide-ide kreatif, gagasan dan mendiskusikan shot demi shot dengan pengarah acara untuk pengambilan gambar saat produksi.
Dalam tahap produksi penulis sebagai penata kamera harus ada dalam produksi berlangsung agar terciptanya proses produksi utnuk menghasilkan gambar yang sudah ada dalam director treatment, serta bertanggung jawab penuh akan peralatan yang digunakan dalam produksi maupun hasil gambar yang direkam.
Dalam tahap paska produksi penulis sebagi penata kamera ikut membantu penyunting gambar memilih shot demi shot untuk kebutuhan penyuntingan gambar.
141
3.4.5 Proses Penciptaan Karya
Penulis dalam produksi non drama televisi yang berjudul XPLORENESIA, bertugas menjadi penata kamera dalam produksi non drama ini dikarenakan penulis sangat tertarik untuk menekuni profesi tersebut, hal ini merupakan tantangan bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya non drama yang menarik untuk dlihat bagi penonton non drama televisi yang kami buat. Penulis juga ingin menerapkan ilmu yang sudah di berikan oleh dosen pengajar di kampus dan dengan referensi buku mengenai ilmu kamera tentang cara pengambilan gambar yang baik. Meskipun ilmu serta pengalaman sebagai penata kamera belum begitu banyak untuk bisa menjadi penata kamera yang handal, tetapi penulis terus belajar dan berusaha banyak mencari pengalaman agar bisa membuat karya yang baik dan penonton yang melihat akan mengerti karya yang telah dihasilkan selain itu penulis juga sering menonton acara TV non drama ditelevisi dengan memperhatikan type shot, angle kamera, gerakan kamera, tata cahaya untuk dipelajari dan diterapkan dalam produksi acara non drama ini.
142
A. Konsep Kreatif
Dalam program TV non drama magazine XPLORENESIA produser, pengarah acara, penulis naskah dan crew lainya menentukan tujuan program yang akan dibuat dan sumatra barat lah tujuan yang akan dikunjungi oleh XPLORENESIA.
Penulis sebagai penata kamera berperan penting juga dalam memberi konsep
kreatif, terutama dalam pengambilan gambar. Hal yang harus penata kamera lakukan adalah memberi angle yang menarik untuk penonton agar penonton tidak merasa jenuh, dan seorang penata kamera juga mempunyai rasa (sense of art) kreatifitas dalam menciptakan dalam sebuah gambar dengan komposisi kita juga membangun “mood“ suatu visual dan keseimbangan objek.
Pengambilan gambar XPLORENESIA terinspirasi dari acara program Weekend List yang di produksi NET TV, karena program memiliki pengambilan gambar yang unik, bagus dan kreatif.
B. Konsep Produksi
Bicara dengan konsep produksi penata kamera, konsep yang kami buat dalam program non drama magazine XPLORENESIA penulis penekan kan kepada hal yang bersifat wisata, sejarah dan informasi, edukasi. Segi pengambilan gambar, teknis, angle, komposisi gambar, warna, pergerakan kamera, hingga pencahayaan lighting, hal ini tentunya tak terlepas dari sebuah prosedur serta kerja sama tim dalam penciptaan
143
sebuah konsep yang dibuat dari sebuah naskah menjadi bentuk audio visual serta layak dinikmati, karena tanpa adanya konsep sebuah karya akan terasa hambar, tanpa makna.
Konsep produksi memiliki peranan penting dalam membawa kemana program mengarah . Penata kamera sangat dituntut untuk memiliki kecakapan dalam hal pengambilan gambar pada situasi sesulit apapun.
Sebagai penata kamera dalam proses produksi mempunyai tanggung jawab
menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan saat produksi. Seperti kamera dan tripod, konsep pada saat produksi sebagai penata kamera sudah seharusnya mengikuti pengarah acara dalam pengambilan gambar yang pengarah acara inginkan, penata kamera juga harus menyiapkan stock shot sebanyak mungkin agar mempermudah saat pengeditan mengambil gambar sebagus mungkin untuk hasil memuaskan.
C. Konsep Teknis
1. Pemilihan Peralatan
Pemilihan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan produksi ini adalah 2 memory card dan untuk pemakaian kamera menggunakan Sony VG 30 dan kamera Sony MC 2500, 2 memory card cannon
2. Persiapan Peralatan
144 a. kamera SONY baterai dan charger
b. memory card 2 Unit
c. kamera Sony VG 30 2 Unit
d. kamera MC 2500 2 Unit
e. kamera digital cannon(BTS) 2 Unit
f. Tripod 1 Unit
3. Teknik-Teknik Pengambilan Gambar
a. Diantara jenis pengambilan angle kamera adalah :
1. High angle
Pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih tinggi dari objek yang di ambil
2. Low angle
Pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih rendah dari objek yang di ambil
3. Normal angle( eye level )
Sudut pengambilan gambar yang menunjukkan posisi kamera sejajar dengan
145 4. Bird Eye
Teknik pengambilan gambar dengan posisi dari ketinggian objek,
memperlihakan lingkungan yang luas.
5. Frog Eye
Pengambilan gambar dengan ketinggian sesuai dengan dasar dudukan atau
lebih rendah dari kedudukan objek.
b. Diantara jenis pengambilan jenis-jenis shot adalah : 1. ECU (Extreme Close Up)
Pengambilan suatu gambar sebesar mungkin yang menampilkan bagian tertentu dari tubuh manusia atau menampilkan detail objek.
2. BCU (Big Close Up)
Pengambilan gambar pada daerah kepala untuk menunjukan sifat-sifat yang
tercermin dari wajah seseorang atau bagian dari wajah.
3. CU (Close Up)
146
atau pemandangan suatu objek gambar dari dekat.
4. MLS (Medium Long Shot)
Pengambilan gambar yang menampilkan lutut sampai keatas kepala
5. MS (Medium Shot)
147 6. LS (Long Shot)
Pengambilan gambar dari jarak yang cukup jauh hingga seluruh pemandangan
dapat ditampilkan semua didalam gambar atau memberi kesan kedalaman.
7. ELS (Extreme Long Shot)
Pengambilan gambar yang menampilkan objek keseluruhan tapi terlihat jauh.
8. FS (Full Shot)
Pengambilan gambar dari objek secara penuh dari kepala hingga kaki dengan
ruang gerak objek sempit.
9. GS (Group Shot)
Pengambilan gambar yang mengutamakan suatu kelompok orang sbgai objek gambarnya.
10. ES (Establishing Shot)
Pengambilan gambar dengan menggunakan sudut pengambilan gambar yang
148
3.4.6 Kendala Produksi dan Solusinya
a. Mencari lokasi shooting, dengan tidak sama sekali tau lokasi, solusinya sebelum melakukan produksi mencari informasi melalui internet untuk membantu dalam pencarian lokasi.
b. Penulis dalam menjalaankan produksi menggunakan konsep hand held maka gambar banyak yang goyang atau shaking (goyang). Solusinya mengatur satu kali nafas dalam mengambil shooting dan merapatakan tangan pada gengaman kamera agar kamera tidak mudah goyang
c. Pada saat produksi penulis sebagai camera person mengikuti host berjalan dan saat itu keadaan pencahayaan tidak merata. Solusinya saya bekerja sama dengan penata cahaya untuk menggunakan lampu led portable agar mudah dipindahkan dan dibaawa untuk ikut serta mengikuti host agar pencahayaan tetap stabil mengarah ke host .
149
3.4.7 Lembar Camera Person
a. Konsep Camera Person
Penulis sebagai Camera person atau bisa disebut juga penata kamera pada proses pra produksi, produksi, dan paska produksi tentunya mempunyai ide dan konsep-konsep yang tentunya telah di laluinya dalam ketiga proses tersebut diatas. Adapun tiap-tiap proses baik pra produksi, produksi, dan paska produksi telah mempunyai kesulitan sendiri-sendiri akan tetapi penulis selaku penata kamera tentunya telah mengkoordinasikan segala sesuatunya bersama tim sehingga proses kesulitan tersebut dapat dilalui. Adapun hambatan-hambatan yang terjadi pada proses pra produksi, produksi dan paska produksi diantaranya telah menjadikan penulis sebuah pengalaman kerja yang nantinya akan dijadikan motivasi untuk proses kerja selanjutnya.
Adapun penulis mnggunakan sebagai sumber ide, baik yang beasal dari proses pribadi maupun dari pengalaman orang lain yang sekiranya dapat di terapkan dalam proses produksi program ini. Penulis sebagai penata kamera akhirnya tahu benar bahwa konsep dan ide serta pemikiran-pemikiran yang jernih mampu membuat proses produksi menjadi lebih mudah yang tentunya dengan hasil yang memuaskan.
150
3.4.7.2 Camera Report