• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. PEMBAHASAN 1.Analisis Hasil Posttest1.Analisis Hasil Posttest

2. Proses Pembelajaran di Kelas

Hasil pengamatan sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan strategi heuristik vee, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Siswa hanya datang, duduk, dengar, catat dan hafal di kelas sehingga pembelajaran berlangsung secara monoton dan kurang mengaktifkan siswa. Hal ini mengakibatkan kemampuan bernalar siswa kurang berkembang dengan baik. Terbukti dari kesulitan mereka dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan. Kesulitan ini disebabkan karena mereka hanya menghafal penyelesaian yang pernah dicontohkan guru bukan memahami maksud dari pertanyaan yang disajikan. Siswa hanya terbiasa menghafal soal dan penyelesaiannya saja, sehingga siswa belum mampu memberikan dugaan atas penyelesaian suatu masalah. Siswa belum mampu untuk menarik kesimpulan dari beberapa fakta yang dibuat, serta siswa belum mampu mengaitkan konsep yang tepat terhadap suatu masalah. Hal-hal tersebut yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.

Pada penelitian ini diketahui bahwa perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan penalaran induktif matematis siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan pembelajaran matematika dengan menggunakan

strategi heuristik vee lebih baik dari pada pembelajaran dengan strategi ekspositori yang diterapkan di sekolah. Untuk menerapkan strategi heuristikvee pada kelas eksperimen, pembelajaran memanfaatkan LKS yang terdiri dari tahap orientasi, pengungkapan gagasan siswa (thinking), pengungkapan permasalahan (problem), pengkonstruksian pengetahuan baru (doing) dan evaluasi. Berikut adalah gambaran saat kegiatan inti pembelajaran dengan menggunakan strategi heuristik vee dikelas eksperimen.

Tahap awal, sebelum siswa diberikan pengarahan oleh guru pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee, selalu dilakukan apersepsi yang di dalamnya disampaikan tujuan pembelajaran, mengingatkan materi pra-syarat, dan memotivasi tentang materi yang akan dipelajari. Tahap selanjutnya yaitu tahap orientasi. Siswa diberikan pengarahan oleh guru pembelajaran menggunakan strategi heuristik vee. Pembelajaran ini dimulai dengan mengaitkan konsep yang akan dipelajari baik dengan kehidupan sehari-hari ataupun dengan pembelajaran sebelumnya.

Pada tahap orientasi siswa sudah mendapatkan pengetahuan awal, kemudian siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, yang beranggotakan 4-5 orang. Siswa dibagikan satu lembar kerja siswa serta selembar summary in heuristik vee. Sebagian besar siswa dalam kelas eksperimen sangat antusias, di awal pembelajaran memang suasana kelas agak sedikit berisik hal ini dikarenakan baru pertama kalinya mereka melakukan pembelajaran matematika menggunakan alat bantu LKS, summary in heuristik vee dan secara berkelompok.

Tahap selanjutnya adalah pengungkapan gagasan siswa (thinking). Tahap ini memfasilitasi siswa untuk menuangkan ide dan gagasannya pada LKS dengan cara berdiskusi kelompok, pada bagian thinking siswa diberikan waktu untuk mengisi sesuai dengan pengetahuan yang sudah mereka dapatkan pada tahap orientasi, inilah yang menstimulus siswa untuk melatih dalam bernalar.

Gambar 4.4

Kegiatan Siswa Dalam Berdiskusi

Tahap pengungkapan permasalahan pada LKS berisi problem dan doing mengenai suatu masalah yang dapat dijawab berdasarkan pembelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya. Siswa dituntut untuk mengingat kembali pengetahuannya yang sudah didapatkan pada tahap pengungkapan gagasan, dan mengidentifikasi informasi yang terdapat dalam soal, yang selanjutnya dikomunikasikan dalam bentuk model matematikanya dan diselesaikan sesuai pertanyaan. Siswa mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan pernyataan dalam bentuk model matematikanya dengan mengerjakan tahap tersebut. Pada langkah ini, siswa mempresentasikan hasil dari hipotesisnya dan penggeneralisasiannya. Dalam proses ini siswa antar kelompok bisa bertukar informasi, sehingga antar kelompok saling melengkapi informasi kelompok lainnya. Guru sebagai pengatur jalannya diskusi, serta membimbing siswa dalam membuat kesimpulan sementara.

Pada tahap selanjutnya yaitu pengkonstruksian pengetahuan baru siswa kembali bekerja secara kelompok untuk mengkonstruksi gagasan baru dari hasil kesimpulan sementara. Pada langkah ini siswa diminta untuk membuat rangkuman dalam bentuk veeyang berkaitan dengan hasil kesimpulan sementara.

Langkah ini dilakukan untuk membuktikan hasil kesimpulan sementara dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Untuk membuktikan hasil pengerjaan pada tahap pengungkapan gagasan siswa dengan problem dan doing. Biasanya tahap ini dari pertanyaan, “mengapa?” atau berikan alasannya dan pada akhir tahap ini siswa diminta menghubungkan antara jawaban yang dibuatnya pada tahap pengungkapan gagasan siswa dengan pengungkapan permasalahan. Pada contoh hasil jawaban rangkuman siswa dikelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan strategi heuristik vee tampak bahwa siswa sudah mampu merangkum dengan baik, dapat memahami apa yang ditanyakan soal dan mampu mengaitkannya dengan konsep yang telah dipelajarinya. Secara keseluruhan jawaban pada rangkuman siswa kelas eksperimen ini mengalami peningkatan dari setiap pertemuan. Dari hasil rangkumandiperoleh bahwa siswa kelas eksperimen sudah cukup memahami setiap materi yang disampaikan dilihat dari hasil rangkuman yang didapatkan setiap pembelajaran berlangsung.

Berikut ini akan ditampilkan contoh hasil rangkuman yang dikerjakan oleh siswa kelas eksperimen:

Gambar 4.6

Contoh Rangkuman yang Dibuat Siswa pada Kelas Eksperimen Di Akhir Pertemuan

Tahapan terakhir siswa diminta membuat kesimpulan akhir pada tahap evaluasi. Untuk mengetahui gagasan mana yang paling sesuai untuk mengungkapkan masalah yang dipelajari dan pengkonstruksian pengetahuan baru, siswa diminta untuk melakukan tanya jawab kelas yang dipandu oleh guru. Guru kemudian mencatat ide-ide pokok yang sesuai dengan konsep di papan tulis. Guru juga mendiskusikan jawaban siswa yang salah.

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa proses pembelajaran pada kelas eksperimen yang menggunakan strategi heuristik vee mampu meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematis dibandingkan kelas kontrol. Hal ini dikarenakan semua tahapan heuristik vee dapat meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematik siswa, tetapi pada salah satu tahapan strategi heuristik vee pada tahapan pengungkapan gagasan siswa dapat menuangkan ide dan gagasan siswa, inilah yang menstimulus siswa untuk melatih dalam bernalar. Berdasarkan penjelasan tersebut, pada tahap pengungkapan gagasan siswa lebih baik untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematis siswa dibandingkan tahapan yang lainnya.

Pada tahap pembelajaran strategi heuristik vee, siswa melakukan kegiatan pengungkapan gagasan yang membantu mereka untuk menemukan rumus kembali, dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa berdiskusi menemukan rumus untuk menentukan gradien yang telah ditentukan di LKS. Siswa tampak antusias dalam kegiatan ini, karena pembelajaran seperti ini berbeda dari pembelajaran sebelumnya. Dalam LKS ini, mengaitkan gradien dengan kehidupan sehari-hari yaitu mensketsakan bukit menjadi sebuah segitiga yang memiliki kemiringan. Dengan petunjuk yang ada di LKS tersebut, siswa berdiskusi menemukan rumus cara menentukan gradien. Pada kegiatan ini dapat mengembangkan kemampuan penalaran induktif siswa yaitu siswa mengungkapkan gagasannya dengan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dalam menemukan rumus dan memberikan sebuah kesimpulan dari suatu konsep.

Di lain pihak pembelajaran persamaan garis di kelas kontrol dilakukan dengan strategi ekspositori. Pada strategi ekspositori guru menerangkan langsung

materi-materi persamaan garis. Upaya meningkatkan kemampuan penalaran induktif pada pembelajaran ekspositori bersifat lebih interaktif berbeda dengan kelas eksperimen yang pembelajarannya bersifat mandiri, pembentukan konsep pada kelas kontrol siswa tidak secara langsung menemukan konsep tetapi melalui penjelasan dari guru. Guru sebagai pusat pembelajaran, memudahkan guru dalam mengajak siswa berpikir melalui cara berpikir guru, tetapi jika siswa hanya melihat tanpa ikut dalam proses akan sulit melatih kemampuan penalaran induktifnya, maka diperlukan interaksi agar siswa tidak hanya melihat tetapi ikut berpikir dalam merumuskan konsep walaupun tidak secara langsung. Pada proses interaksi guru dengan siswa diharapkan dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan penalaran induktif.