• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

D. Proses Penanaman Nilai - Nilai Kerukunan Beragama

Menurut pemaparan M salah seorang staf pengajar, kerukunan intern umat Islam dalam pelajaran Fiqih mereka tanamkan dengan cara : cara menyampaikan kepada anak anak saya kemukakan yang aslinya dengan menjelaskan sejarahnya yang benar seperti contoh sholat terawih menyampaikan anak >ki !hn dasarnya Aisyah .ra meriwayatkan bulan romadhon nabi tidak melakukan lebih dari 11 rek aat,; "..Aisyah ki sopo to..?, sopo yang paling dekat dengan nabi, Aisyah sebagai istri nabi opo Sahabate..? tetapi nabi juga berkata setelah peninggalanku ikutilah para sahabatku."., sekarang dikembalikan kepada murid untuk membandingkan : ".. kalau ini sahabat sama istri Nabi lebih kuat/dekat mana...?, tapi, jika kamu sudah terbiasa dengan itu ya jangan sampai kamu menyalahkan menentang lingkunganmu". Dalam mengenalkan pada anak kami kemukakan aslinya ^ulu, : "..kalau kamu belum memiliki dasar dan sejarahnya ikutilah itpi jangan sampai menentang.., asai orang itu komit dengan apa yang ia yakini.”

Menambahkan peri hai pemberian ucapan selamat atas hari raya umat lain, beliau menuturkan : “Kami tidak mengajarkan serta tidak membenarkan pemberian ucapan selamat natal atau sejenisnya yang intinya ucapan selamat terhadap umat agama lain atas perayaan hari raya mereka, karena bila kita

memberi selamat berarti kita secara tidak langsung ikut mengiyakan dan membenarkan agama mereka.”

Senada dengan pernyataan M, SD yang juga guru agama : "Dalam proses KBM kita mengenalkan sejarahnya, asal mula suatu peristiwa seperti budaya Valentine yang disponsori Barat (non Islam) yang katanya hari kasih

hal tersebut sangat kental dan sudah sangat membudaya di kalangan anak muda (ABG), memberikan arahan yang baik tentang bagaimana harus bersikap bijak sebagai seorang rrvsiim sehingga anak akan lebih faliam bagaimana harus mensikapinya.

Tambah dari salah seorang guru pengampu mata pelajaran PKN pada wawancara tanggal 31/5/2010 menerangkan tentang toleransi : "Untuk menjaga agar tidak teijebak oleh cara-cara misionaris, kita sebagai seorang muslim harus mempunyai dasar landasan/ fondasi iman yang kuat, kita harus faham betu’ terlebih dahulu dengan agama kita sendiri”

Adapun mengenai cara dan metode penanaman nilai tersebut Menurut salah seorang guru menjelaskan cara-cara/ metode yang digunakan berbeda- beda tergantung guru yang mengajar diantaranya Menurut SH saiah seorang pengampu PKN : "Cara-cara penanaman nilai-nilai toleransi biasanya melalui pembiasaan yang bersifat kecil dahulu sesama muslim, pemberian contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan metode cerita Contextual Learning (CTL)"

MN sebagai pengampu akhlaq mengungkapkan : “..Anak disuruh untuk menulis pengalaman-pengalaman keseharian baik pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain disekitamya seperti sebuah tugas portofolio yang nantinya dijadikan bahan diskusi, anak diajak berangan-angan serasa terjun langsung dalam kehidupan yang akhirnya serta memberi tanggapan baik buruk tentang permasalahan tersebut.”

Selain itu guru juga membuat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan tema kajian yang nantinya sang anak oidik harus memberikan tanggapannya. Guru menyampaikan dalil-dalil baik itu dalil naqli maupun dalil aqli tentang tema kajian serta bagaimana kita sebagai hamba Allah SWT mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Prinsip pokok dari pengajaran nilai-nilai karakter kerukunan beragama yang mereka tanamkan pada diri anak didik adalah menerapkan prinsip Resiprokalitas yaitu ibarat sebuah hubungan timbal balik seperti contoh apabila tidak mau dicubit maka jangan mencubit. Hal itu sejalan dengan sebuah Sikap ketidak sopanan kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita justru akan berbalik menyerang dan berlaku tidak sopan terhadap agama kita, kepada Allah Yang Maha Esa. Tentunya kita sebagai seorang muslim tidak menginginkan hal tersebut teijadi karena secara tegas islam adalah agama damai. Bahkan agama-agama yang ada kesemuanya tersebut mengajarkan kedamaian dan cinta damai.

B A B IY

PEMBAHASAN

Dalam tubuh SMP Muhammadiyah. Wawasan Kerukunan beragama atau dalam Islam diistilahkan Tasamuh/ Toleransi sudah bukan barang baru lagi di lembaga yang bernaung dibawah Organisasi Islam ini. Dijelaskan dalam Buku standar h?» peudld-bir; Al Islam dat: Kemuhani<-diyshan, tujuan dari ^-da pendidikan di SMP Muhamadiyah salah satunya mewujudkan manusia indonesia yang taat beragama serta berakhlaqul karimah, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produkif, kreatif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (Tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya Islami dalam komunitas sekolah sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadist.

Pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan menekankan keseimbangan, keselarasan dan keserasian hubungan manusia dengan Aiiah SWT, Hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitar sesuai dengan Al Qur'an dan As Sunnah. Sesuai dengan tujuan tersebut penulis membahasnya menjadi beberapa point permasalahan yang diangkat guna mengetahui sejauh mana peranan lembaga Islam Muhammadiyah dalam mempertahankan keutuhan NKRI berkaitan dengan tema kerukunan beragama. Adapun yang penulis bahas diantaranya bagaimanakah aslinya kurikulum yang diterapkan di SMP

Kesejahteraan dan kemajuan untuk membangun peradaban umat manusia. Adapun dalam Mata Pelajaran PKN, nilai-nilai seperti itu ada masuknya dalam term hak asasi manusia namun sudah sangat sedikit ditemui. Hal tersebut ditegaskan oleh salah seorang guru pengampu PKN ketika penulis temui dan memaparkan secara jelas tentang bagaimana kaitannya materi PPKN yang sekarang dengan nilai-nilai budi pekerti.

Menurut pemaparannya :

“..begini mas khusus untuk mapcl PKN, materinya sebatas permasalahan kepemerintahan, tata kenegaraan seperti ketetapan, Tap MPR, MPR, DPR Lembaga Legesiatif maupun Yudikatif. Hal tersebut sangat berbeda jauh dengan PKN yang dahulu ketika masih bernama PMP yang banyak memuat P4 yang syarat akan nilai budi pekerti” (wawancara,SH.31/5/2010)

Tambahnya:

"materi yang sekarang terkesan sangat menjenuhkan dan kurang cocok bila diajarkan pada anak usia SMP. Tapi harus bagaimana lagi, kita juga terikat dengan sistem”

Selain dari hasil tersebut, penulis mengkomparasikan dengan bukti autentik buku paket PPkn bahwasanya materi-materi budi pekerti yang terkait dengan kerukunan beragama serta akhlaqu! karimah memang minim, kalaupun ada hanya sebatas hak asasi manusia yang sifatnya sangat sedikit.

Keadaan tersebut tidak membatasi guru-guru untuk tetap menanamkan

nilai-nilai budi pekerti kerukunan beragama. Selain oleh guru PPKN, tanggung

jawab pengajaran serta penanaman nilai-nilai keislaman diantaranya nilai-nilai kerukunan beragama juga merupakan tanggung jawab bersama semua lapisan

Menurut para guru inti pokok dari kehidupan kita di dunia tak lain adalah mencari bekal untuk keselamatan dunia dan akhirat. Dalam hal ini Islam mengatur semua tata cara berkehidupan, bersosial, mempererat Ukuwah Islamiyah, selain Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathoniyah serta Ukuwah Basyoriyah/insaniyah pun tak boleh ketinggalan. Agama pun menjadi penting kaitannya dengan terciptanya sebuah kedamaian. Sesuai dengan pemaparannya, guru-guru pun juga meyakini dan berpendapat meskipun berbilang banyaknya, agama-agama mempunyai misi yang sama, yaitu keselamatan (salvation) hagi umat manusia, yang selalu mengajarkan akan adanya nilai-nilai kebaikan, cinta damai, saling menghargai dan bersikap adil kepada sesama baik itu dalam satu agama ataupun berbeda agama.

Menurut sebagian guru kita perlu memberikan andil dalam mempersiapkan generasi sebagai bagian dalam upaya mempertahankan keutuhan NKRI. Dari hasil olah data pengamatan dan wawancara ditemukan bahwa para penerus Muhammadiyah di lingkungan SMP sangat menginginkan terciptanya keutuhan NKRI. Menanggapi sebagian ormas yang berusaha menjadikan negara ini menjadi negara Islam, ha! tersebut tidak mereka setujui, tegasnya salah seorang perwakilan guru memaparkan:

“..ya ndak bisa mas...hal tersebut jelas tidak mungkin karena

Indonesia

berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang'45 selain itu