• Tidak ada hasil yang ditemukan

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Sebagai konsumen, manusia melakukan proses pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi berbagai macam produk yang ditawarkan. Menurut Sumarwan (2002) mendefinisikan keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki alternatif pilihan produk atau jasa. Sedangkan jika tidak ada alternatif pilihan dalam pengambilan keputusan maka disebut sebagai sebuah “Hobson’s choice”. Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa seringkali konsumen melakukan tindakan pengambilan keputusan berdasarkan asas rasional dan manfaat hedonik (hedonic benefit) yang diharapkan bahwa keputusan pembelian oleh konsumen mencerminkan campuran dari utilitarian dan hedonik. Adapun tahapan proses pengambilan keputusan konsumen yang dijelaskan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber : Engel, et al (1994)

Tahapan proses pengambilan keputusan konsumen menurut Engel et al. (1994) meliputi lima tahapan sebagai berikut :

1. Pengenalan Kebutuhan

Kebutuhan muncul karena adanya dorongan internal dan eksternal. Dorongan internal merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan haus dan menjadi motivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan yang muncul tersebut. Sedangkan dorongan eksternal akan menggerakkan seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai suatu persepsi atau perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan harus diaktifkan sebelum dikenali dan ada beberapa faktor yang memengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh pemasaran.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang akan memenuhi kebutuhan akan terlibat dalam pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Dari informasi yang diperoleh tersebut, konsumen akan mulai mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan yang akan dikonsumsi.

Pengenalan kebutuhan Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Hasil Pembelian

3. Evaluasi Alternatif

Merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan sampai alternatif yang dipilih. Untuk memilih alternatif, memungkinkan bagi konsumen akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda sesuai kepentingan relatif mereka.

4. Pembelian

Setelah melakukan evaluasi alternatif, maka konsumen akan memperoleh alternatif yang dipilih. Pada tahap ini konsumen akan mengambil keputusan kapan membeli dan bagaimana membayar. Menurut Kotler (2000), konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu faktor sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang, faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

5. Hasil

Proses akhir pada pengambilan keputusan konsumen adalah mengevaluasi hasil. Konsumen akan mengevaluasi hasil apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Hasil evaluasi akan menunjukkan apakah konsumen puas atau tidak terhadap produk tersebut. Jika konsumen puas, maka akan terbentuk keyakinan dan sikap yang berdampak positif terhadap pembelian selanjutnya.

3.1.3. Atribut Produk

Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau serupa (featurs), fungsi, dan manfaat. Atribut produk menurut Engel et al. (1994) yaitu karakteristik suatu produk yang berfungsi sebagai atribut evaluatif selama pengambilan keputusan yang tergantung pada jenis produk dan tujuan. Kotler (2001) menyatakan bahwa atribut produk adalah mutu ciri (keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuasakan kebutuhan), dan model

produk (produk yang melaksanakan fungsinya meliputi keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut lain). Oleh sebab itu, preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat dalam suatu produk. Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama untuk mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap konsumen dan mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan atau mengkonsumsi produk.

Salah satu metode untuk menentukan atribut yang dianggap paling penting adalah metode Cohcran Q Test. Cohcran Q Test merupakan metode iterasi untuk mengeluarkan atribut yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria statistik yang dipakai, dalam metode iterasi ini tidak ada unsur subjektivitas peneliti (Simamora, 2002). Uji Cochran digunakan untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel dengan bentuk data nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua (dikotomi). Pada metode ini menggunakan bentuk kuisioner tertutup untuk responden dengan pilihan jawaban yang sudah ada.

3.1.4. Sikap

Engel et a.l (1994) mendefinisikan sikap sebagai keseluruhan evaluasi yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sifat penting dari sikap adalah faktor kepercayaan dan selalu dinamis (berubah-ubah). Tingkat kepercayaan menjadi penting karena akan mempengaruhi kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku serta dapat memengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sifat bersamaan dengan perubahan waktu karena pola gaya hidup masyarakat yang selalu berubah.

Sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (emosi,perasaan) dan konatif (tindakan). Komponen kognitif berkenaan dengan hal-hal yang diketahui individu yang bersifat langsung dan tidak langsung dengan objek sikap yang dipengaruhi oleh pengalaman, pengamatan dan informasi yang diperoleh konsumen terhadap produk. Komponen afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi konsumen mengenai objek sikap yang ditunjukkan melalui beragam ekspresi mulai dari rasa sangat tidak suka atau sangat tidak senang

sampai sangat suka atau sangat senang. Komponen afektif sangat dipengaruhi oleh komponen kognisnya. Komponen konatif berkenaan dengan kecenderungan individu atau konsumen untuk melakukan suatu tindakan terhadap objek sikap. Konatif belum berupa perilaku nyata namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan.

Schiffman dan Kanuk (1994) mengemukakan empat fungsi dari sikap yaitu :

1. Fungsi Utilitarian

Merupakan sikap konsumen terhadap suatu produk karena adanya asas manfaat yang diperoleh dari produk tersebut atau ingin menghindari risiko dari produk.

2. Fungsi Mempertahankan Ego

Merupakan sikap yang berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri) dari keraguan yang muncul dari dalam diri sendiri atau faktor luar yang menjadi ancaman.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Merupakan sikap yang berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang yang akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan dan opini dari konsumen.

4. Fungsi Pengetahuan

Merupakan fungsi sikap yang sangat penting karena pengetahuan yang baik terhadap produk seringkali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut.

Adapun metode untuk mengukur sikap yaitu : 1. Model Sikap Multiatribut Fishbein.

Menurut Engel et al. (1994) menyatakan bahwa Model Sikap Multiatribut Fishbein dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dengan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Model ini mengidentifikasikan bagaimanana konsumen mengkombinasikan kepercayaan mereka mengenai evaluasi produk sehingga akan membentuk sikap terhadap berbagai merek alternatif. Apabila sikap konsumen bersifat positif, maka produk diterima oleh konsumen dan sebaliknya apabila negatif maka konsumen akan menolak.

3.1.5. Kepuasan Konsumen

Menurut Engel et al. (1994) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan hasil evaluasi pasca konsumsi apakah sesuatu yang dipilih melebihi atau tidak melebihi harapannya. Tingkat kepuasan konsumen dapat diketahui dengan membandingkan antara tujuan perusahaan, nilai produk bagi konsumen serta produk itu sendiri dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sekaligus harapan konsumen terhadap produk. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan secara negatif. Kepuasan dan ketidakpuasan terbagi dalam tiga bentuk yaitu: 1. Diskonfirmasi positif adalah kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik dari

yang diharapkan.

2. Diskonfirmasi sederhana adalah hasil sama dengan yang diharapkan.

3. Diskonfirmasi negatif adalah hasil yang diperoleh lebih buruk dari yang diharapkan.

Kotler (2000) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja suatu produk dengan harapan-harapannya. Apabila dijaabarkan sebagai berikut :

1. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas. 2. Jika kinerja sama dengan harapan maka konsumen akan puas.

3. Jika kinerja melampaui harapan maka konsumen akan sangat puas atau sangat senang.

Menurut Irawan (2007) kepuasan atau satisfaction adalah adalah kata dari bahasa latin yaitu statis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang dapat memuasakan dalah produk atau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat yang cukup tinggi. Kepuasan juga dapat didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Rangkuti (2002) mengemukakan bahwa kepuasan dapat diukur dengan cara sebagai berikut :

1. Traditional Approach

Konsumen diminta memberikan penilaian pada masing-masing indikator produk yang mereka amati umumnya menggunakan skala likert, yaitu memberikan rating dari 1 (sangat tidak puas) sampai 5 (sangat puas).

Selanjutnya konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut secara keseluruhan.

2. Analisis secara deskriptif

Seringkali analisis kepuasan pelanggan berhenti sampai kita mengetahui pelanggan puas atau tidak puas yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif, misalnya melalui perhitungan nilai rata-rata distribusi serta standar deviasi. Analisis kepuasan pelanggan sebaiknya dilanjutkan dengan cara membandingkan hasil kepuasan tahun lalu dengan tahun ini, sehingga kecenderungan perkembangannya dapat ditentukan.

3. Pendekatan terstruktur

Pendekatan ini yang paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu teknik yang paling sering adalah dengan menggunakan prosedur scalling. Caranya responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap sebuah produk. Metode yang digunakan yaitu Customers Satisfaction Index (CSI). Customers Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa. Cara untuk mengukur Customer Satisfaction Index (CSI) ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

1. Means Importan Score (MIS) dan Means Satisfaction Score (MMS) 2. Membuat Weight Factors (WF)

3. Membuat Weight Score (WS) 4. Menentukan nilai CSI

3.1.6. Importance Performance Analysis (IPA)

Metode Importance Performance Analysis (IPA) merupakan suatu teknik penerapan yang praktis untuk mengukur atribut dari tingkat pelaksanaannya dan tingkat kepentingan atribut itu sendiri. Importance Performance Analysis (IPA) menggambarkan kinerja (performance) sebuah merek dibandingkan dengan harapan atau tingkat pentingnya (importance) yang dipersepsikan oleh konsumen dalam bentuk grafik. Importance Performance Analysis (IPA) merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan demi meningkatkan kepuasan

pelanggan. Pemakaian konsep tingkat kepentingan akan dapat diperoleh persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya atribut tersebut dimata pelanggan. Apabila skor tingkat kinerja sesungguhnya lebih atau sama dengan harapan atau tingkat kepentingan maka responden dikategorikan puas, sedangkan bila tingkat pelaksanaan sesungguhnya kurang dari harapan atau tingkat kepentingan responden dikategorikan tidak puas.

Diagram Kartesius akan terdiri dari empat buah kuadran yang terjadi karena pembatasan sumbu x dan sumbu y. Hasil perhitungan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat pelaksanaan/kinerja merek (nilai x) dan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat kepentingan (nilai y) selanjutnya akan dipetakan pada Diagram Kartesius tersebut. Selanjutnya berdasarkan diagram tersebut dapat ditentukan alternatif strategi sesuai posisi atribut pada setiap kuadran.

3.1.7. Customer Satisfaction Index (CSI)

Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut lainnya. Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen (Customer Satisfaction Index) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame.

Hasil penelitian yang dilakukan antara (BB-Biogen) dan Asian Vegetables Research and Development Centre (AVRDC) menunjukkan bahwa edamame berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dengan terdapat 56 koleksi plasma nutfah edamame dalam Bank Gen BB-Biogen pada tahun 2007 (Asadi, 2009). Agar mutu benih yang diperoleh baik, maka perbanyakan benih edamame dilakukan di dataran tinggi.

Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat (Noertjahyo diacu dalam Meidyawati, 2006). Salah satu desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Megamendung adalah Desa Sukamaju. Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Setelah mengenal kedelai edamame, terjadi adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya telah berusahatani kedelai. Banyak petani di Desa Sukamaju berpindah dari berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame.

Dulu budidaya kedelai edamame di Desa Sukamaju masih menggunakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh, Jember. Dengan  jumlah

pembelian yang terbatas menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan benih. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2009 PT Saung Mirwan berusaha membudidayakan benih secara mandiri, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar 110-120 kg per mingguya.

Adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame dan masih adanya keterbatasan ketersediaan benih di pasar dalam mendapatkan benih akan memberikan respon yang berbeda bagi petani sebagai konsumen. Padahal benih merupakan salah satu faktor penting bagi petani dalam mengusahakan suatu komoditi, termasuk kedelai edamame. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani.

Petani sebagai konsumen berharap memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap komoditi yang telah ditentukan untuk ditanam. Hal ini sangat berkaitan dengan sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih..

Sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam membeli benih kedelai edamame, petani pertama kali akan merespon terhadap atribut-atribut apa saja yang ada pada benih tersebut sehingga sesuai dengan harapan petani. Di mana pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame di Bogor, khususunya Desa Sukamaju.  

Penelitian ini dilakukan terhadap petani responden yang pernah menanam benih kedelai edamame dan kedelai. Masing-masing respoden akan dianalisis mengenai karakteristik, proses pengambilan keputusan pembelian, sikap, dan kepuasan terhadap atribut benih kedelai edamame.

Dalam penelitian ini, tujuan mengenai karakteristik dan proses keputusan pembelian akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame akan dianalisis menggunakan model Multiatribut Fishbein. Penilaian mengenai tingkat kepentingan dan kinerja dianalisis menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA). Sedangkan untuk tingkat kepuasan akan dianalisis dengan menggunakan analisis Customer Satisfaction Index (CSI). Atribut-atribut yang digunakan pada penelitian ini ada delapan atribut yaitu harga benih, harga jual, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Penentuan atribut tersebut mengacu pada atribut yang biasa digunakan pada penelitian terdahulu, di mana disesuaikan dengan topik penelitian. Selain itu, juga mengacu pada saran dari salah satu produsen sekaligus pengumpul benih kedelai edamame di Desa Sukamaju. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame (harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong.)

Karakteristik petani kedelai edamame dan proses keputusan pembelian Tingkat kepuasan petani kedelai edamame Analisis Multiatribut Fishbein

Sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame Analisis Desktiptif

Respon petani kedelai edamame • Penurunan jumlah petani kedelai

• Ketersediaan benih kedelai edamame di pasar yang terbatas

Consumers Satisfaction Index ( CSI)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian sikap dan kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame ini dilaksanakan di Desa Sukamaju, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Megamendung sebagai wilayah mulai ditanamnya kedelai edamame dan Desa Sukamaju sebagai salah satu daerah pengembangan edamame yang melibatkan petani di sekitarnya, sehingga dalam pengembangannya pun menjadi lebih cepat. Selain itu, didukung juga oleh topografi dari Kecamatan Megamendung yang cocok untuk penanaman edamame. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Pencarian informasi data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dilaksanakan dengan wawancara secara langsung responden yaitu petani kedelai edamame. Kuesioner yang diajukan meliputi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan sikap dan keputusan pembelian serta tingkat kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi seperti BPS (Badan Pusat Statistik), perpustakaan LSI (Lembaga Sumber Informasi), perpustakaan Fakultas, perpustakaan PSE-KP (Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian), BP3K Wilayah Ciawi, Kantor Desa Sukamaju, dan berbagai literatur seperti buku, skripsi, artikel-artikel dari internet, majalah pertanian, jurnal, dan sebagainya. Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian

No Jenis Data Sumber Data Data yang Diperlukan

Metode Pengumpulan Data 1 Data Primer

Kuesioner Identitas responden, pengetahuan responden tentang produk yang berkaitan dengan penelitian. Survey, observasi melalui penyebaran kuesioner, wawancara. 2 Data Sekunder BPS, LSI, BP3K, Kantor Desa Sukamaju, jurnal, skripsi, majalah, internet Gambaran umum tempat penelitian, informasi dan data kelompok tani,

penelitian kepustakaan.

Studi literatur

4.3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel penelitian dilakukan menggunakan teknik Probability Sampling melalui pendekatan Simple Random Sampling. Metode ini dipilih agar populasi memiliki peluang yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling frame) diperoleh dengan mengetahui data jumlah petani berdasarkan informasi dari Gapoktan Mitra Tani Sejahtera pada setiap kelompok tani yang berjumlah sepuluh di Desa Sukamaju. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame yang pernah melakukan keputusan pembelian benih dan pernah menanam kedelai edamame.

Dalam penelitian ini, responden yang diambil berjumlah 40 orang petani dari 60 petani kedelai edamame di Desa Sukamaju. Nazir (2009) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat mewakili karakteristik responden. Selain itu, jumlah sampel 30 telah menyebar normal (Koentjaraningrat, 1997). Jumlah tersebut diambil melebihi jumlah minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih menggambarkan populasi. Oleh karena itu, jumlah sampel sebanyak 40 dianggap telah mewakili atau telah memenuhi syarat minimal yang telah ditentukan.

Penentuan sampel sebanyak 40 diperoleh dari data tentang jumlah petani di Desa Sukamaju, selanjutnya dipilih petani kedelai edamame secara acak (simple random sampling) untuk masing-masing kelompok tani sebanyak empat

orang. Jumlah empat orang ini diambil karena mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti dan juga disesuaikan dengan populasi yang ada. Pemilihan sampel menggunakan cara undian dengan memberikan nomor-nomor pada seluruh anggota populasi sesuai dengan banyaknya jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga diperoleh 40 responden.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel atribut. Variabel atribut adalah variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar dimanipulasikan (Nazir, 2009). Variabel-variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap, dan sebagainya.

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan keputusan konsumen dalam pembelian benih kedelai edamame dikelompokkan berdasarkan demografi (nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status dan pendapatan). Sedangkan untuk menganalisis sikap dan kepuasan konsumen digunakan variabel atribut yang terkait dengan benih kedelai edamame yaitu dengan melihat evaluasi (ei) dan

kepercayaan (bi) responden.

Sebelas atribut yang diujikan dalam penelitian ini antara lain atribut harga benih, harga jual polong, umur tanaman, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, sertifikasi benih, keseragaman masak panen, daya tumbuh, jumlah polong, dan musim tanam. Atribut benih kedelai edamame yang diujikan tersebut merupakan hasil dari penelusuran penelitian sebelumnya yang relevan dengan kedelai edamame dan juga merupakan saran dari salah satu ketua kelompok tani serta produsen benih sekaligus pengumpul kedelai edamame di Kecamatan Megamendung.

Dari hasil pengujian kuesioner melalui uji validitas dan uji reliabilitas diperoleh delapan dari sebelas atribut benih kedelai edamame yang digunakan