• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sikap dan Kepuasan Petani terhadap Benih Kedelai (Studi Kasus Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor)"

Copied!
277
0
0

Teks penuh

(1)

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup baik. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada tahun 2008 merupakan angka yang tertinggi sejak krisis tahun 1998. Hal ini tidak terlepas dari dukungan sektor pertanian yang merupakan salah satu fondasi ekonomi Indonesia. Pada tahun 2008 sektor pertanian merupakan satu dari tiga sektor yang mengalami pertumbuhan yang tinggi, yaitu sebesar 5,1 persen. Pangan, khususnya aneka kacang dan ubi, merupakan komoditas yang mempunyai peran penting bagi kehidupan rakyat dan perekonomian Indonesia (Balitkabi, 2010).

Kedelai merupakan salah satu dari komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan berkembangnya industri pangan. Menurut Balitbang Pertanian (2008) kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton. Hanya sekitar 35 persen dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri.

Kebutuhan kedelai dalam negeri yang besar belum bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Hal ini mendorong pemerintah mengimpor kedelai dari pasar dunia untuk memenuhi konsumsi domestik. Menurut Supadi (2009), dari sisi impor selama periode 1990-1998 sempat mengalami penurunan rata-rata hampir 6,70 persen per tahun. Namun periode berikutnya (1998-2006) melonjak rata-rata 29,92 persen per tahun. Ketergantungan terhadap impor kedelai terus meningkat dari tahun ke tahun pada periode 1989-1993 sebesar 24,2 persen per tahun terus meningkat menjadi 31,14 persen per tahun periode 1994-1997 dan meningkat lagi menjadi 56,66 persen pada periode 1998-2006. Keadaan ini tidak dapat dibiarkan terus menerus, mengingat kedelai merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia.

(2)

teknologi spesifik lokasi dan sumberdaya manusia yang cukup terampil dalam usahatani kedelai (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2010 diacu dalam Sari, 2011). Kondisi tersebut juga diharapkan dapat mewujudkan tercapainya swasembada kedelai tahun 2014 di Indonesia. Swasembada kedelai merupakan suatu keadaan tercukupinya kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri oleh produksi kedelai nasional (Sari, 2011). Selain itu, Indonesia juga memiliki komoditas substitusi yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti kedelai. Diperlukan promosi diversifikasi substitusi kedelai agar secara bertahap komoditas alternatif tersebut dapat menggantikan kedelai dalam konsumsi rakyat Indonesia (Budhi dan Aminah, 2010).

Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, yaitu tempe, kecap, tauco, susu kedelai, tahu, dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Selain dikonsumsi dalam bentuk produk olahan, kedelai juga dapat dikonsumsi secara segar seperti kedelai edamame. Di Jepang, negara asal kedelai ini, edamame dijadikan sebagai sayuran dan dikenal sebagai makanan kesehatan. Kedelai edamame kaya akan protein, vitamin A dan B, zat kapur, zat besi, dan serat. Selain itu, kedelai edamame mempunyai biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur yang lebih lembut dibandingkan dengan kedelai biasa (Konovsky et al, 1994). Kedelai edamame mengandung berbagai zat yang bermanfaat untuk kesehatan. Kedelai edamame merupakan satu-satunya kedelai yang mengandung semua dari sembilan jenis asam amino esensial yang dapat menstabilkan kadar gula darah, meningkatkan metabolisme dan kadar energi dan membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu, kedelai edamame juga mengandung isoflavon, beta karoten dan serat1.

Awal pengembangan edamame (vegetable soybean) yaitu sejenis tanaman kedelai sayur (Glycine max (L) Merri ll) baru dilakukan untuk kepentingan sendiri di awal tahun delapan puluhan, guna konsumsi komunitas orang Jepang di Jakarta. Kedelai ini disebut juga sebagai kedelai Jepang atau lebih dikenal dengan edamame. Eda berarti cabang, dan mame berarti kacang, atau kacang yang       

1

(3)

tumbuh di sela cabang. Kedelai ini di introduksi dari Jepang sebagai jenis kedelai sayur yang dipetik muda. Kegiatan untuk tujuan budidaya komersial edamame telah dimulai di wilayah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 1988. Salah satu pelopor pengembangan edamame di Indonesia adalah Mr. Sakuma dari Cipanas dan Saung Mirwan yang dipimpin Bapak Theo Tatang Hadinata, sebuah perusahaan swasta yang berlokasi di Gadog, Bogor serta diperkenalkan pengembangannya untuk kegiatan agroindustri olah beku di Jember oleh Pamulang Integrated Farming (PIF) bekerja sama dengan Saung Mirwan (SM). Mengacu pada hasil percobaan pengembangan edamame di Jember sejak tahun 1992 sampai 1994, hal ini menunjukkan bahwa tanaman edamame mempunyai potensi untuk dikembangkan secara komersial, baik untuk pasar ekspor ke Jepang maupun untuk di dalam negeri (Samsu, 2001).

Tidak hanya itu, pengembangan kedelai edamame juga dilakukan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor (BB-Biogen) yang telah memulai kegiatan konservasi, karakteristik, dan plasma nutfah edamame sejak tahun 1998. Pada tahun 2007 telah dimulai kegiatan pemuliaan yang berkeja sama dengan Asian Vegetables Research and Development Centre (AVRDC). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa edamame berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dengan terdapat 56 koleksi plasma nutfah edamame dalam Bank Gen BB-Biogen pada tahun 2007 (Asadi, 2009). Agar mutu benih yang diperoleh baik, maka perbanyakan benih edamame dilakukan di dataran tinggi.

(4)

desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Kecamatan Megamendung adalah Desa Sukamaju2.

Desa Sukamaju berpotensi mengembangkan kedelai edamame salah satunya dikarenakan banyaknya petani yang bermitra dengan produsen benih sekaligus pengumpul kedelai edamame. Keberadaan produsen tersebut memiliki pengaruh bagi petani dalam memperoleh benih yang akan digunakan. Benih kedelai edamame diperoleh petani melalui bermitra, baik secara mitra tani maupun mitra beli. Dalam mitra tani adanya keterikatan dalam hal penentuan rotasi budidaya yang telah ditentukan oleh produsen. Sementara mitra beli hanya terikat dalam hal pembelian benih saja, tidak dalam rotasi budidaya. Selain itu, juga memiliki pengaruh dalam memberikan alternatif komoditi yang akan diusahakan oleh petani. Setelah mengenal kedelai edamame, terjadi adanya penurunan jumlah petani yang sebelumnya telah berusahatani kedelai. Banyak petani di Desa Sukamaju berpindah dari berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame.

Dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan kedelai edamame, petani sebagai konsumen diharapkan memiliki sikap positif dan kepuasan yang tinggi terhadap atribut benih kedelai edamame. Kondisi ini tentunya akan membentuk sikap petani dalam menggunakan benih kedelai edamame, sehingga pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Introduksi dan pemasaran benih kedelai edamame dari produsen akan berhasil jika sesuai dengan preferensi petani sebagai konsumen benih. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian perilaku konsumen untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame di Kabupaten Bogor, khususnya di Desa Sukamaju.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Walaupun tidak termasuk dalam program yang dicanangkan pemerintah daerah setempat, tetapi telah banyak petani yang mengusahakan kedelai edamame.       

2

(5)

Sekitar kurang lebih 100 petani mitra yang bertanam kedelai edamame (Irsyadi, 2011). Hal ini disebabkan salah satunya adalah harga jual dari kedelai edamame yang relatif stabil dibandingkan dengan harga jual komoditi lainnya yang ditanam di Desa Sukamaju. Stabil dalam artian pada kondisi iklim yang buruk pun harga jual yang diterima petani tidak begitu signifikan turunnya. Harga jual yang diterima oleh petani saat ini adalah sebesar Rp 6.750 per kilogram, jika kondisi iklim buruk, kemungkinan harga yang diterima petani berkisar antara Rp 6.000 sampai Rp 6.500 per kilogram. Lain halnya pada komoditi cabe misalnya yang harga jualnya bisa sangat tinggi pada waktu tertentu seperti menjelang hari raya. Sebaliknya, harga cabe akan menjadi sangat murah pada saat bukan musimnya. Adanya perbedaan harga yang signifikan tersebut menjadikan kedelai edamame sebagai tanaman yang dipilih untuk diusahakan oleh petani di Desa Sukamaju. Kondisi ini juga yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame.

Dulu budidaya kedelai edamame di Desa Sukamaju masih menggunakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh, Jember3. Benih yang dibeli PT Saung Mirwan tersebut jumlahnya terbatas hanya sekitar 10-20 kg per minggu, sehingga menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan benih. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2009 PT Saung Mirwan berusaha membudidayakan benih secara mandiri. Sampai saat ini PT Saung Mirwan telah mampu memproduksi benih 70-100 kg per minggunya, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar 110-120 kg per mingguya. Akan tetapi, ada juga petani yang telah menggunakan benih hasil produksi panen sebelumnya. Hal ini dilakukan oleh petani untuk mengantisipasi terbatasnya benih yang tersedia di pasar. Dalam penyediaan benih kedelai edamame bermutu tersebut, petani di Desa Sukamaju umumnya melakukan kemitraan dengan produsen benih kedelai edamame. Hal tersebut juga bertujuan agar petani lebih mudah dalam menjual hasil kedelai edamame karena adanya fasilitator yang membantu petani dalam menyalurkan hasil panen.

Dengan terjadinya penurunan jumlah petani dari berusahatani kedelai kemudian berpindah menjadi kedelai edamame dan terbatasnya benih yang       

3

Eskportir kedelai edamame yang berdomisili di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

(6)

tersedia akan berpengaruh pada respon petani sebagai konsumen. Masih banyak petani yang sulit dalam mendapatkan benih, dalam artian benih yang tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat varietas, dan tepat waktu. Padahal benih merupakan salah satu faktor penting bagi petani dalam mengusahakan suatu komoditi, termasuk kedelai edamame. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani. Benih kedelai edamame memiliki atribut-atribut yang akan menjadi pertimbangan bagi petani untuk dikonsumsi atau tidak. Apalagi kedelai edamame termasuk jenis komoditi yang masih baru di pasaran yang dikonsumsi oleh konsumen tertentu saja. Kedelai edamame memiliki pasar yang berbeda dengan kedelai biasa. Kedelai edamame biasa dipasarkan ke supermarket ataupun diekspor ke luar negeri seperti Jepang. Permintaan kedelai edamame di negara Jepang sekitar 100.000 ton per tahun, sekitar 70.000 ton dipasok dari sejumlah negara seperti Cina, Taiwan, Thailand, Vietnam, dan Indonesia4.

Dengan melakukan pengkajian tentang perilaku konsumen yaitu petani kedelai edamame, maka dapat diketahui bagaimana respon petani terhadap atribut yang ada pada benih kedelai edamame. Respon tersebut dapat diketahui dari sikap dan kepuasan terhadap atribut-atribut yang paling penting dan menjadi pertimbangan dalam melakukan keputusan pembelian benih kedelai edamame, di mana pada akhirnya dapat terpenuhi sesuai dengan harapan petani. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih kedelai edamame ?

2. Bagaimana sikap petani terhadap benih kedelai edamame ?

3. Bagaimana tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis karakteristik dan proses keputusan pembelian petani terhadap benih kedelai edamame.

       4

(7)

2. Menganalisis sikap petani terhadap benih kedelai edamame.

3. Menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap benih kedelai edamame. 1.4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pihak produsen benih kedelai edamame sebagai dasar dalam pengembangan yang sesuai dengan hasil dari analisis sikap dan kepuasan petani.

2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan dan melatih kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang ada.

3. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai referensi dan bahan penelitian khusunya terkait dengan masalah sikap dan kepuasan konsumen.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani kedelai edamame yang pernah melakukan keputusan pembelian dan pernah menanam kedelai edamame.

(8)

II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan mengenai komoditi kedelai edamame, seperti dalam hal pengembangan dan potensi kedelai edamame di Indonesia. Tidak hanya dari segi komoditinya saja yang ditinjau, akan tetapi dari segi alat analisis yang digunakan pun juga ditinjau yaitu kajian penilaian sikap dengan multiatribut fishbein, penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dengan Importance Performance Analysis (IPA) dan penilaian tingkat kepuasan dengan Customer Satisfaction Index (CSI). Tinjauan lainnya juga membahas mengenai perbedaan dengan penelitian terdahulu.

2.1. Pengembangan dan Potensi Kedelai Edamame di Indonesia

Santoso (2003) menjelaskan bahwa di Indonesia kedelai edamame dikenal sebagai kedelai yang diproduksi dalam keadaan belum masak penuh yang biasanya dipanen pada umur 65 hari setelah tanam. Sementara ini sentra produksi kedelai edamame di pulau Jawa dapat dijumpai di daerah Jember (Jawa Timur), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Ciawi-Bogor (Jawa Barat). Namun, tidak menutup kemungkinan pada masa yang akan datang produksi komoditi ini akan meningkat karena tanaman kedelai mempunyai daerah penyebaran yang luas. Pada pengelolaan di tingkat industri, kedelai edamame sebagian besar diproduksi sebagai komoditi ekspor dalam bentuk olahan beku (frozen edamame) dan sebagian dipasarkan di dalam negeri dalam bentuk kedelai segar yang masih dalam polong dengan kemasan plastik berlubang maupun styrofoam yang ditutup strech film.

(9)

Sama halnya menurut Purnomo (2006) yang menyatakan kedelai edamame beku (frozen vegetable soybean) merupakan produk olahan kedelai edamame yang dikonsumsi sebagai makanan ringan dan mempunyai prospek pasar yang menjanjikan. Pasar utama edamame beku adalah Jepang (88%) dan Amerika (11%). Permintaan edamame di Amerika terus mengalami peningkatan. Pada tahun 1993 permintaan edamame beku hanya 800 ton, namun pada tahun 2000 telah meningkat sampai mencapai lebih dari 10.000 ribu ton. Peningkatan permintaan edamame beku di Amerika disebabkan karena kebutuhan konsumen terhadap manfaat kesehatan yang diperoleh dengan mengkonsumsi edamame. Sama halnya juga dengan di Jepang, peningkatan permintaan edamame beku diperkirakan mencapai tiga sampai lima persen per tahunnya

Meidyawati (2006) menjelaskan permintaan edamame baik untuk pasar domestik maupun luar negeri cukup besar. Produktivitas edamame di Jawa Barat selama periode 1996 sampai 2000 relatif masih rendah yaitu 2,92 ton per ha. Sementara itu, volume ekspor kedelai edamame Indonesia tahun 2000 sebanyak 126,326 ton dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 192,806 ton. Tingginya permintaan tersebut menarik Indonesia untuk memproduksi kedelai edamame. Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 di daerah Megamendung, Bogor Jawa Barat. Kedelai edamame dapat tumbuh di daerah beriklim tropis dan subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga cocok untuk ditanam di Indonesia.

(10)

Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Irsyadi (2011) yang menyatakan bahwa kedelai edamame yang sering juga disebut kedelai Jepang memiliki pasar yang berbeda dengan kedelai biasa. Kedelai edamame memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai biasa. Komoditi kedelai edamame biasa dipasarkan ke supermarket ataupun diekspor ke luar negeri seperti Jepang. Walaupun belum terlalu banyak yang produksi dan konsumsi oleh masyarakat Indonesia, tetapi kedelai edamame memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai edamame di dalam negeri dan memasarkannya ke Negara Jepang.

2.2. Kajian Penilaian Sikap Dengan Metode Multiatribut Fishbein

Kajian yang dilakukan oleh Fahmi (2008) mengenai sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik, sikap dan kepuasan petani. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode convenience sampling yang berarti adanya kesediaan dari responden untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Dalam menganalisis sikap petani terhadap benih padi varietas unggul sikap digunakan model Multiatribut Fishbein. Dari 14 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen), dan pemasaran hasilnya meenjelaskan bahwa sikap yang paling tinggi dari petani ada tiga atribut. Di mana petani di Kabupaten Kediri lebih menyukai dan menanam varietas Membramo dengan atribut yang produktivitas tinggi, rasa enak, dan pemasaran yang mudah.

(11)

survey dilakukan. Untuk menganalisis sikap konsumen digunakan metode Multiatribut Fishbein. Berdasarkan hasil analisis Cochran terdapat 12 atribut yang penting yaitu harga, awet atau tahan lama, ada garansi, kemudahan memasang, kuat konstruksinya, mudah didapat, lapisan tidak mudah terkelupas, dapat dibongkar pasang, ada brosur, ada display model dan diskon harga. Dari 12 atribut, hasil analisis Multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa skor total produk merek Olympic, Big Panel, dan Habitat masing-masing adalah 168.01, 155.39, dan 142.50. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi responden terhadap produk merek Olympic lebih dapat memenuhi harapan dan kebutuhan responden dengan atribut awet atau tahan lama, kuat konstruksinya, mudah didapat, dan ada brosur.

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Afrilia (2010) mengenai analisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini (Studi Kasus di Agrowisata Gunung Mas Cisarua Bogor) bertujuan untuk menganalisis karakteristik umum dan proses pengambilan keputusan, sikap serta kepuasan konsumen terhadap teh celup hitam walini. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik convenience sampling sebanyak 60 orang. Metode analisis data yang digunakan untuk menganalisis sikap adalah Multiatribut Fishbein dengan sembilan atribut yang diuji yaitu harga, rasa teh, warna air teh, aroma teh, kemasan, kejelasan tanggal kadaluarsa, kejelasan izin Depkes, merek, dan kemudahan dalam mendapatkan. Dari hasil Multiatribut Fishbein menunjukan bahwa responden memiliki sikap yang positif terhadap kedua produk, namun responden cenderung lebih menyukai teh celup hitam Walini (80,80) dibandingkan dengan teh celup Sariwangi (77,32). Hasil analisis tingkat kepentingan dan kinerja pada teh celup hitam Walini atribut tertinggi adalah tanggal kadaluarsa (3,40) dan terendah adalah merek (2,12). Sedangkan pada teh celup Sariwangi kinerja yang tertinggi adalah atribut merek dan kemudahan dalam mendapatkan produk (3,37) dan terendah adalah atribut warna kepekatan air teh (2,23).

(12)

dari responden. Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sikap yang diambil oleh konsumen terkait dengan keunggulan atribut yang terdapat pada suatu produk tertentu, sehingga menimbulkan sikap positif dari konsumen yang mau menerima dan memilih produk tersebut.

2.3. Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA)

  Penelitian yang dilakukan oleh Ayuningtyas (2009) mengenai analisis sikap konsumen dan kinerja atribut teh hijau siap minum merek Nu Green Tea original di kota Jakarta memiliki empat tujuan secara lebih khusus. Tujuannya adalah mengkaji karakteristik konsumen, mengkaji proses keputusan pembelian konsumen, mengkaji sikap konsumen, dan mengkaji kinerja atribut produk. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling yang berdasarkam atas ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif, analisis angka ideal, dan IPA. Dalam menganalisis tingkat kinerja atribut, peneliti mengguakan 14 atribut yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Keempatbelas atribut tersebut adalah atribut harga, rasa manis, aroma, kemudahan mendapatkan, kemasan, merek, manfaat, iklan, promosi, kesegaran, komposisi, kejelasan kadaluarsa, kejelasan izin Departemen Kesehatan, dan ketersediaan dalam kondisi dingin. Hasil analisis kinerja terhadap atribut teh hijau siap minum merek Nu green tea original dengan menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) akan digambarkan dalam diagram kartesius yang memiliki empat kuadran. Hasil analisis IPA menunjukkan bahwa atribut Nu green tea original tidak ada yang terdapat dalam kuadran I (prioritas utama). Pada kuadaran II (pertahankan prestasi) terdapat atribut kejelasan kadaluarsa, kesegaran, kejelasan izin Departemen Kesehatan, kemudahan mendapatkan, ketersediaan dalam kondisi dingin, dan rasa manis. Sementara atribut harga, manfaat antioksidan, komposisi dan kemasan berada dalam kuadran III (prioritas rendah). Terakhir, kuadran IV (berlebihan) yaitu atribut aroma, iklan, promosi, dan merek.

(13)

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen, mengidentifikasi dan menganalisis proses keputusan pembelian, mengidentifikasi dan menganalisis kepuasan konsumen, dan memberikan implikasi strategi pada pihak Giant Botani Square. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli dan mengkonsumsi sayur organik di Giant Botani Square yang berjumlah 50 orang. Penelitian ini menggunakan alat analisis tabulasi deskriptif, Importance Performance Analysis (IPA), dan Customer Satisfaction Index (CSI). Hasil Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa atribut yang termasuk ke dalam kuadran I (prioritas utama) yang harus diperbaiki kinerjanya adalah atribut keragaman jenis dan ketersediaan sayuran organik karena memiliki kinerja yang masih rendah. Atribut yang harus dipertahankan yang termasuk ke dalam kudran II (pertahankan prestasi) adalah atribut kualitas karena memiliki tingkat kepentingan dan kinerja yang baik. Atribut sayuran organiktidak ada yang terdapat dalam kuadran III (prioritas rendah). Sementara atribut yang termasuk dalam kaudran IV (berlebihan) adalah atribut harga dan kemasan sayuran organik karena memiliki tingkat kinerja yang berlebihan.

Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa nilai dari tingkat kepentingan dan kinerja setiap produk memiliki nilai yang berbeda. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor waktu, tempat penelitian dan juga atribut yang diteliti. Dengan analisis Importance Performance Analysis (IPA) dapat menggambarkan kinerja dari sebuah produk yang dibandingkan dengan harapan dari konsumen. Hasil tersebut biasa digambarkan dengan menggunakan diagram kartesius yang terbagi menjadi empat kuadran. Dari keempat kuadran tersebut dapat dilihat atribut-atribut mana saja yang telah dan belum sesuai antara kinerja produk dan yang diharapkan oleh konsumen. Hasil dari diagram kartesius ini juga dapat memberikan implikasi strategi yang dapat membantu para produsen dalam mempertahankan produknya.

2.4. Penilaian Tingkat Kepuasan Dengan Metode Customer Satisfaction Index (CSI)

(14)

Barat bertujuan mengidentifikasi karakteristik dan proses keputusan pembelian serta menganalisis sikap dan kepuasan konsumen terhadap penggunaan padi varietas unggul di kota Solok. Penelitian dilakukan kepada petani yang pernah menanam benih padi varieats unggul yaitu Batang Piaman, Batang lembang, Cisokan, dan Anak Daro. Untuk menganalisis tingkat kepuasan petani, peneliti menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI) dengan 13 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, harga jual gabah, harga benih, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, kerontokan gabah, patahan beras, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, dan tekstur nasi (pulen). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tingkat kepuasannya, petani berada pada kategori puas terhadap benih padi varietas unggul Cisokan dan Anak Daro karena memiliki keunggulan atribut berupa rasa nasi yang enak dan harga jual gabah yang tinggi,. Sedangkan kelemahannya yaitu pada atribut ketersediaan benih yang terbatas, harga benih yang mahal, dan untuk vaietas Anak Daro ditambah lagi dengan atribut umur tanaman yang panjang.

(15)

petani memiliki tingkat kepuasan paling tinggi pada benih padi VUB Ciherang dengan kategori puas, tingkat kepuasan kedua diperoleh pada benih padi VUB Situ Bagendit, dan tingkat kepuasan paling rendah diperoleh pada benih padi hibrida Bernas Super dengna kategori biasa. Sehingga, petani benih padi hibrida merasa tidak puas terhadap benih tersebut sedangkan petani benih padi inhibrida merasa puas.

Manalu (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih padi hibrida di Kecamatan Baros kota Sukabumi. Penelitiannya bertujuan untuk menganalisis sikap dan proses pengambilan keputusan serta kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida. Tujuan penelitian ini adalah menetukan kepuasan petani dalam menggunakan benih padi hibrida. Terdapat 13 atribut yang digunakan yaitu anakan produktif, patahan beras, harga jual gabah, harga benih, kerontokan gabah, kekuatan rebah tanaman, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, produktivitas gabah, rasa nasi, sertifikasi benih, umur tanaman, tekstur nasi (pulen). Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan survey menggunakan sampel acak sederhana (Snowball Sampling). Dalam menjawab tingkat kepuasan petani menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Berdasarkan hasil perhitungan kepuasan konsumen untuk benih padi hibrida Bernas Prima diketahui bahwa nilai Customer Satisfaction Index adalah 66 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa benih padi hibrida Bernas Prima dianggap Puas oleh petani responden dengan tingkat kepuasan sebesar 66 persen. Dari hasil angka tersebut berarti masih ada nilai ketidakpuasan sebesar 34 persen, terutama pada harga benih.

(16)

2.5. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Dalam hal alat analisis, penelitian-penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian Fahmi (2008), Chanifah, Irawati, dan Triandika (2009), Manalu dan Afrilia (2010) pada alat analisis yang digunakan yaitu metode Multiatribut Fishbein untuk mengukur sikap dan Customer Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur tingkat kepuasan. Akan tetapi memiliki perbedaan pada objek komoditi yang dikaji dan pada atribut-atribut yang digunakan. Juga memiliki persamaan alat analisis Importance Performance Analysis (IPA) dengan penelitian Ayuningtyas (2009) dan Airine (2010). Sedangkan pada penelitian Santoso (2003), Purnomo (2006), Meidyawati (2006), Fadloli (2005), Feifi (2008) dan Irsyadi (2011) memiliki persamaan pada komoditi yang dikaji yaitu kedelai edamame.

(17)

Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

No Nama Tahun Judul Penelitian Metode

1

Santoso 2003

Kajian Penyimpanan Kedelai edamame (Glycine max linn.) dengan kemasan atmosfer terkendali

Analisis data objektif, organoleptik

2 Fadloli 2005

Kajian Pelaksanaan Kemitraan PT. Saung Mirwan dengan Mitra Tani Edamame di Desa

Sukamanah Kecamatan

Megamendung Kabupaten Bogor

IPA, Analisis Thurstone

3 Purnomo 2006

Penjadwalan Tanam Kedelai Edamame (Glycine max [L.] Merr.) Untuk Menunjang Produksi Edamame Beku di PT Mitratani Duatujuh Jember

Statistik Uji Box-Pierce, Simulasi

Monte Carlo, Metode Heuristik

4 Meidyawati 2006

Hama Utama dan Musuh Alami Pada Tanaman Kedelai

Edamame (Glycine max varietas edamame) di Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Analisis Tingkat Serangan

5 Feifi 2008

Kajian Manajemen Rantai Pasokan Pada Produk dan Komoditi Kedelai Edamame (Studi Kasus di PT Saung Mirwan, Ciawi, Bogor)

Metode DEA, Metode Balanced Scorecard, AHP, Analissi SWOT

6 Fahmi 2008

Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Analisis Multiatribut

Fishbein, IPA dan CSI

7 Chanifah 2009

Analisis Sikap dan Keputusan Petani Terhadap Atribut Benih Padi Hibrida di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor

Analisis Deskriptif Analisis Cochran, analisis

Multiatribut

Fishbein,

Perceptual Mapping, analisis Biplot dan CSI.

8 Irawati 2009

Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oryza Sativa) Varietas Unggul di Kota Solok Sumatera Barat.

IPA dan CSI

9 Triandika 2009

Analisis Atribut dan Sikap Konsumen Terhadap Produk Furnitur Merek Olympic yang Dipasarkan di Modern Retail Outlet (Studi Kasus di Outlet Hypermart Jabodetabek).

Analisis Deskriptif, Analisis Cochran,

perceptual

mapping, Analisis biplot, serta

(18)

Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian

No Nama Tahun Judul Penelitian Metode

10 Ayuningtyas 2009

Analisis Sikap Konsumen dan Kinerja Atribut Teh Hijau Siap Minum Merek Nu Green Tea Original di Kota Jakarta

Analisis deskriptif, Angka Ideal, IPA

11 Manalu 2010

Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Baros kota Sukabumi

Analisis Deskriptif, analisis Cochran, Analisis

Multiatribut

Fishbein,

Perceptual Mapping, analisis Biplot dan CSI.

12 Afrilia 2010

Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Terhadap Teh Celup Hitam Walini (Studi Kasus di Agrowisata Gunung Mas Cisarua Bogor)

Analisis Deskriptif, Analisis

Multiatribut

Fishbein, IPAdan CSI.

13 Airine 2010

Analisis Perilaku Konsumen Sayuran Organik (Studi Kasus Giant Botani Square, Kota Bogor, Jawa Barat)

Tabulasi deskriptif, IPA, CSI

14 Irsyadi 2011

Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai Edamame Petani Mitra PT Saung Mirwan

(19)

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

  Uraian secara teoritis dalam menjawab tujuan dari penelitian ini dijelaskan dalam kerangka pemikiran teoritis. Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan bersumber dari penelusuran teori-teori yang relevan terkait penelitian. Berikut dijelaskan mengenai kerangka pemikiran teoritis.

3.1.1. Konsumen dan Perilaku Konsumen

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sedangkan menurut Sumarwan (2002) konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk digunakan sendiri. Dan konsumen organisasi adalah konsumen yang membeli barang atau jasa untuk seluruh kegiatan-kegiatan sosial. Menurut Kotler (2000) konsumen didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang berusaha memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang yang dipengaruhi untuk kehidupan pribadi atau kelompoknya.

(20)

a. Perilaku konsumen adalah dinamis, menekankan bahwa seorang konsumen, kleompok konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Dalam hal pengembangan strategi pemasaran, sifat dinamis perilaku konsumen menyiratkan bahwa seseorang tidak boleh berharap bahwa satu strategi pemasaran yang sama dapat memberikan hasil yang sama sepanjang waktu, dan di pasar serta industri yang sama.

b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi, menekankan bahwa untuk mengembangkan strategi pemasaran yang tepat, kita harus memahami yang dipikirkan (kognisi), dirasakan (pengaruh), dan dilakukan (perilaku) oleh konsumen. Selain itu, kita juga harus memahami apa dan di mana peristiwa (kejadian sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh pikiran, perasaan, dan tindakan konsumen.

c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, menekankan bahwa konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga berkaitan dengan pertukaran.

3.1.2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

(21)

Gambar 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Sumber : Engel, et al (1994)

Tahapan proses pengambilan keputusan konsumen menurut Engel et al. (1994) meliputi lima tahapan sebagai berikut :

1. Pengenalan Kebutuhan

Kebutuhan muncul karena adanya dorongan internal dan eksternal. Dorongan internal merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti rasa lapar dan haus dan menjadi motivasi orang tersebut untuk memenuhi keinginan yang muncul tersebut. Sedangkan dorongan eksternal akan menggerakkan seseorang untuk mencari informasi yang lebih untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pengenalan kebutuhan didefinisikan sebagai suatu persepsi atau perbedaan antara yang diinginkan dengan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan harus diaktifkan sebelum dikenali dan ada beberapa faktor yang memengaruhi pengaktifan kebutuhan yaitu waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu dan pengaruh pemasaran.

2. Pencarian Informasi

Konsumen yang akan memenuhi kebutuhan akan terlibat dalam pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Konsumen akan mencari informasi yang disimpan dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal). Dari informasi yang diperoleh tersebut, konsumen akan mulai mempertimbangkan berbagai alternatif pilihan yang akan dikonsumsi.

Pengenalan kebutuhan

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

(22)

3. Evaluasi Alternatif

Merupakan proses di mana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan sampai alternatif yang dipilih. Untuk memilih alternatif, memungkinkan bagi konsumen akan menggunakan beberapa kriteria evaluasi yang berbeda sesuai kepentingan relatif mereka.

4. Pembelian

Setelah melakukan evaluasi alternatif, maka konsumen akan memperoleh alternatif yang dipilih. Pada tahap ini konsumen akan mengambil keputusan kapan membeli dan bagaimana membayar. Menurut Kotler (2000), konsumen membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai. Ada dua faktor yang berada diantara niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu faktor sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif seseorang, faktor situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

5. Hasil

Proses akhir pada pengambilan keputusan konsumen adalah mengevaluasi hasil. Konsumen akan mengevaluasi hasil apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera setelah digunakan. Hasil evaluasi akan menunjukkan apakah konsumen puas atau tidak terhadap produk tersebut. Jika konsumen puas, maka akan terbentuk keyakinan dan sikap yang berdampak positif terhadap pembelian selanjutnya.

3.1.3. Atribut Produk

(23)

produk (produk yang melaksanakan fungsinya meliputi keawetan, keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta atribut lain). Oleh sebab itu, preferensi konsumen dapat diketahui dengan mengukur tingkat kegunaan dan nilai relatif penting setiap atribut yang terdapat dalam suatu produk. Atribut fisik yang ditampilkan pada suatu produk dapat menimbulkan daya tarik pertama untuk mempengaruhi konsumen. Penilaian terhadap produk menggambarkan sikap konsumen dan mencerminkan perilaku konsumen dalam membelanjakan atau mengkonsumsi produk.

Salah satu metode untuk menentukan atribut yang dianggap paling penting adalah metode Cohcran Q Test. Cohcran Q Test merupakan metode iterasi untuk mengeluarkan atribut yang dinilai tidak sah berdasarkan kriteria statistik yang dipakai, dalam metode iterasi ini tidak ada unsur subjektivitas peneliti (Simamora, 2002). Uji Cochran digunakan untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel dengan bentuk data nominal atau untuk informasi dalam bentuk terpisah dua (dikotomi). Pada metode ini menggunakan bentuk kuisioner tertutup untuk responden dengan pilihan jawaban yang sudah ada.

3.1.4. Sikap

Engel et a.l (1994) mendefinisikan sikap sebagai keseluruhan evaluasi yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan. Sifat penting dari sikap adalah faktor kepercayaan dan selalu dinamis (berubah-ubah). Tingkat kepercayaan menjadi penting karena akan mempengaruhi kekuatan hubungan diantara sikap dan perilaku serta dapat memengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sifat bersamaan dengan perubahan waktu karena pola gaya hidup masyarakat yang selalu berubah.

(24)

sampai sangat suka atau sangat senang. Komponen afektif sangat dipengaruhi oleh komponen kognisnya. Komponen konatif berkenaan dengan kecenderungan individu atau konsumen untuk melakukan suatu tindakan terhadap objek sikap. Konatif belum berupa perilaku nyata namun masih berupa keinginan untuk melakukan suatu tindakan.

Schiffman dan Kanuk (1994) mengemukakan empat fungsi dari sikap yaitu :

1. Fungsi Utilitarian

Merupakan sikap konsumen terhadap suatu produk karena adanya asas manfaat yang diperoleh dari produk tersebut atau ingin menghindari risiko dari produk.

2. Fungsi Mempertahankan Ego

Merupakan sikap yang berfungsi untuk melindungi seseorang (citra diri) dari keraguan yang muncul dari dalam diri sendiri atau faktor luar yang menjadi ancaman.

3. Fungsi Ekspresi Nilai

Merupakan sikap yang berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang yang akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan dan opini dari konsumen.

4. Fungsi Pengetahuan

Merupakan fungsi sikap yang sangat penting karena pengetahuan yang baik terhadap produk seringkali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut.

Adapun metode untuk mengukur sikap yaitu : 1. Model Sikap Multiatribut Fishbein.

(25)

3.1.5. Kepuasan Konsumen

Menurut Engel et al. (1994) mengemukakan bahwa kepuasan merupakan hasil evaluasi pasca konsumsi apakah sesuatu yang dipilih melebihi atau tidak melebihi harapannya. Tingkat kepuasan konsumen dapat diketahui dengan membandingkan antara tujuan perusahaan, nilai produk bagi konsumen serta produk itu sendiri dengan kebutuhan dan keinginan konsumen sekaligus harapan konsumen terhadap produk. Sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan secara negatif. Kepuasan dan ketidakpuasan terbagi dalam tiga bentuk yaitu: 1. Diskonfirmasi positif adalah kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik dari

yang diharapkan.

2. Diskonfirmasi sederhana adalah hasil sama dengan yang diharapkan.

3. Diskonfirmasi negatif adalah hasil yang diperoleh lebih buruk dari yang diharapkan.

Kotler (2000) menyatakan kepuasan adalah perasaan senang atau kekecewaan seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja suatu produk dengan harapan-harapannya. Apabila dijaabarkan sebagai berikut :

1. Jika kinerja berada dibawah harapan maka konsumen menjadi tidak puas. 2. Jika kinerja sama dengan harapan maka konsumen akan puas.

3. Jika kinerja melampaui harapan maka konsumen akan sangat puas atau sangat senang.

Menurut Irawan (2007) kepuasan atau satisfaction adalah adalah kata dari bahasa latin yaitu statis yang berarti enough atau cukup dan facere yang berarti to do atau melakukan. Jadi, produk atau jasa yang dapat memuasakan dalah produk atau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari oleh konsumen sampai pada tingkat yang cukup tinggi. Kepuasan juga dapat didefinisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. Rangkuti (2002) mengemukakan bahwa kepuasan dapat diukur dengan cara sebagai berikut :

1. Traditional Approach

(26)

Selanjutnya konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut secara keseluruhan.

2. Analisis secara deskriptif

Seringkali analisis kepuasan pelanggan berhenti sampai kita mengetahui pelanggan puas atau tidak puas yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif, misalnya melalui perhitungan nilai rata-rata distribusi serta standar deviasi. Analisis kepuasan pelanggan sebaiknya dilanjutkan dengan cara membandingkan hasil kepuasan tahun lalu dengan tahun ini, sehingga kecenderungan perkembangannya dapat ditentukan.

3. Pendekatan terstruktur

Pendekatan ini yang paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan. Salah satu teknik yang paling sering adalah dengan menggunakan prosedur scalling. Caranya responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap sebuah produk. Metode yang digunakan yaitu Customers Satisfaction Index (CSI). Customers Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk atau jasa. Cara untuk mengukur Customer Satisfaction Index (CSI) ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu:

1. Means Importan Score (MIS) dan Means Satisfaction Score (MMS) 2. Membuat Weight Factors (WF)

3. Membuat Weight Score (WS) 4. Menentukan nilai CSI

3.1.6. Importance Performance Analysis (IPA)

(27)

pelanggan. Pemakaian konsep tingkat kepentingan akan dapat diperoleh persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya atribut tersebut dimata pelanggan. Apabila skor tingkat kinerja sesungguhnya lebih atau sama dengan harapan atau tingkat kepentingan maka responden dikategorikan puas, sedangkan bila tingkat pelaksanaan sesungguhnya kurang dari harapan atau tingkat kepentingan responden dikategorikan tidak puas.

Diagram Kartesius akan terdiri dari empat buah kuadran yang terjadi karena pembatasan sumbu x dan sumbu y. Hasil perhitungan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat pelaksanaan/kinerja merek (nilai x) dan rata-rata dari skor rata-rata bobot tingkat kepentingan (nilai y) selanjutnya akan dipetakan pada Diagram Kartesius tersebut. Selanjutnya berdasarkan diagram tersebut dapat ditentukan alternatif strategi sesuai posisi atribut pada setiap kuadran.

3.1.7. Customer Satisfaction Index (CSI)

Customer Satisfaction Index (CSI) merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada suatu merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang kemungkinan seorang pelanggan beralih ke merek produk lain, terutama jika pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik mengenai harga maupun atribut lainnya. Metode ini digunakan untuk mengukur indeks kepuasan konsumen (Customer Satisfaction Index) dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerja (performance) yang berguna untuk pengembangan program pemasaran yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

(28)

Hasil penelitian yang dilakukan antara (BB-Biogen) dan Asian Vegetables Research and Development Centre (AVRDC) menunjukkan bahwa edamame berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia dengan terdapat 56 koleksi plasma nutfah edamame dalam Bank Gen BB-Biogen pada tahun 2007 (Asadi, 2009). Agar mutu benih yang diperoleh baik, maka perbanyakan benih edamame dilakukan di dataran tinggi.

Di Indonesia, kedelai edamame mulai ditanam pada tahun 1988 yaitu di Megamendung, Bogor Jawa Barat (Noertjahyo diacu dalam Meidyawati, 2006). Salah satu desa yang berpotensi mengembangkan kedelai edamame di Megamendung adalah Desa Sukamaju. Dengan potensi yang dimiliki berupa potensi alam dan sumber daya manusia, Desa Sukamaju telah berusaha dalam mengusahakan kedelai edamame. Setelah mengenal kedelai edamame, terjadi adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya telah berusahatani kedelai. Banyak petani di Desa Sukamaju berpindah dari berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame.

Dulu budidaya kedelai edamame di Desa Sukamaju masih menggunakan benih yang berasal dari PT Mitra Tani Dua Tujuh, Jember. Dengan  jumlah

pembelian yang terbatas menyebabkan petani kesulitan dalam mendapatkan benih. Untuk mengatasi masalah tersebut, pada tahun 2009 PT Saung Mirwan berusaha membudidayakan benih secara mandiri, namun permintaan akan benih masih melebihi penawaran benih yang ada yaitu sekitar 110-120 kg per mingguya.

Adanya penurunan jumlah petani dari yang sebelumnya berusahatani kedelai menjadi kedelai edamame dan masih adanya keterbatasan ketersediaan benih di pasar dalam mendapatkan benih akan memberikan respon yang berbeda bagi petani sebagai konsumen. Padahal benih merupakan salah satu faktor penting bagi petani dalam mengusahakan suatu komoditi, termasuk kedelai edamame. Dengan benih bermutu yang tercermin melalui atribut-atribut yang melekat pada benih, akan berpengaruh pada keputusan pembelian oleh petani.

(29)

Sebelum melakukan pengambilan keputusan dalam membeli benih kedelai edamame, petani pertama kali akan merespon terhadap atribut-atribut apa saja yang ada pada benih tersebut sehingga sesuai dengan harapan petani. Di mana pada akhirnya petani mampu mengevaluasi benih tertentu dalam memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame di Bogor, khususunya Desa Sukamaju.  

Penelitian ini dilakukan terhadap petani responden yang pernah menanam benih kedelai edamame dan kedelai. Masing-masing respoden akan dianalisis mengenai karakteristik, proses pengambilan keputusan pembelian, sikap, dan kepuasan terhadap atribut benih kedelai edamame.

(30)
[image:30.595.91.523.70.585.2]

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

Sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame (harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong.)

Karakteristik petani kedelai edamame dan proses keputusan pembelian

Tingkat kepuasan petani kedelai

edamame

Analisis Multiatribut Fishbein

Sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih kedelai edamame Analisis Desktiptif

Respon petani kedelai edamame • Penurunan jumlah petani kedelai

• Ketersediaan benih kedelai edamame di pasar yang terbatas

(31)

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian sikap dan kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame ini dilaksanakan di Desa Sukamaju, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Megamendung sebagai wilayah mulai ditanamnya kedelai edamame dan Desa Sukamaju sebagai salah satu daerah pengembangan edamame yang melibatkan petani di sekitarnya, sehingga dalam pengembangannya pun menjadi lebih cepat. Selain itu, didukung juga oleh topografi dari Kecamatan Megamendung yang cocok untuk penanaman edamame. Penelitian di lapangan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2011.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Pencarian informasi data penelitian menggunakan data primer dan data sekunder. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dilaksanakan dengan wawancara secara langsung responden yaitu petani kedelai edamame. Kuesioner yang diajukan meliputi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan sikap dan keputusan pembelian serta tingkat kepuasan petani sebagai konsumen terhadap atribut benih kedelai edamame.

(32)

Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian

No Jenis Data Sumber Data Data yang Diperlukan

Metode Pengumpulan Data 1 Data Primer

Kuesioner Identitas responden, pengetahuan responden tentang produk yang berkaitan dengan penelitian. Survey, observasi melalui penyebaran kuesioner, wawancara. 2 Data Sekunder BPS, LSI, BP3K, Kantor Desa Sukamaju, jurnal, skripsi, majalah, internet Gambaran umum tempat penelitian, informasi dan data kelompok tani,

penelitian kepustakaan.

Studi literatur

4.3. Metode Penentuan Sampel

Penentuan sampel penelitian dilakukan menggunakan teknik Probability Sampling melalui pendekatan Simple Random Sampling. Metode ini dipilih agar populasi memiliki peluang yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Kerangka sampling (sampling frame) diperoleh dengan mengetahui data jumlah petani berdasarkan informasi dari Gapoktan Mitra Tani Sejahtera pada setiap kelompok tani yang berjumlah sepuluh di Desa Sukamaju. Responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame yang pernah melakukan keputusan pembelian benih dan pernah menanam kedelai edamame.

Dalam penelitian ini, responden yang diambil berjumlah 40 orang petani dari 60 petani kedelai edamame di Desa Sukamaju. Nazir (2009) mengemukakan bahwa 30 sampel responden dari populasi sudah dapat mewakili karakteristik responden. Selain itu, jumlah sampel 30 telah menyebar normal (Koentjaraningrat, 1997). Jumlah tersebut diambil melebihi jumlah minimal untuk mengantisipasi adanya data yang tidak valid dan lebih menggambarkan populasi. Oleh karena itu, jumlah sampel sebanyak 40 dianggap telah mewakili atau telah memenuhi syarat minimal yang telah ditentukan.

(33)

orang. Jumlah empat orang ini diambil karena mengingat keterbatasan yang ada pada peneliti dan juga disesuaikan dengan populasi yang ada. Pemilihan sampel menggunakan cara undian dengan memberikan nomor-nomor pada seluruh anggota populasi sesuai dengan banyaknya jumlah sampel yang dibutuhkan, sehingga diperoleh 40 responden.

4.4. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel atribut. Variabel atribut adalah variabel yang tidak bisa dimanipulasikan ataupun sukar dimanipulasikan (Nazir, 2009). Variabel-variabel atribut umumnya merupakan karakteristik manusia seperti intelegensia, jenis kelamin, status sosial, pendidikan, sikap, dan sebagainya.

Pada penelitian ini, variabel yang digunakan untuk menganalisis karakteristik konsumen dan keputusan konsumen dalam pembelian benih kedelai edamame dikelompokkan berdasarkan demografi (nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status dan pendapatan). Sedangkan untuk menganalisis sikap dan kepuasan konsumen digunakan variabel atribut yang terkait dengan benih kedelai edamame yaitu dengan melihat evaluasi (ei) dan

kepercayaan (bi) responden.

Sebelas atribut yang diujikan dalam penelitian ini antara lain atribut harga benih, harga jual polong, umur tanaman, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, sertifikasi benih, keseragaman masak panen, daya tumbuh, jumlah polong, dan musim tanam. Atribut benih kedelai edamame yang diujikan tersebut merupakan hasil dari penelusuran penelitian sebelumnya yang relevan dengan kedelai edamame dan juga merupakan saran dari salah satu ketua kelompok tani serta produsen benih sekaligus pengumpul kedelai edamame di Kecamatan Megamendung.

(34)

pengambilan keputusan pembelian benih yaitu atribut umur tanaman, sertifikasi benih, dan musim tanam. Dalam penelitian ini, atribut umur tanaman benih tidak menjadi pertimbangan petani karena menurut petani dari segi umur tanaman tidak jauh berbeda dengan komoditi lain yang biasa ditanam petani yang relatif singkat yaitu sekitar dua bulan. Sedangkan untuk atribut sertifikasi benih secara umum petani cenderung tidak mengetahui apa maksud dari serfikasi benih itu sendiri. Hanya beberapa petani saja yang mengetahui tentang sertifikasi benih. Selain itu, benih yang petani beli dari produsen pun memang tidak tercantum label yang berisikan mengenai karakter dari benih tersebut seperti tanggal kadaluarsa dan berat bersih benih. Untuk atribut musim tanam tidak ada perbedaan yang terlalu jauh jika ditanam pada saat musim kemarau atau musim hujan. Kalaupun ada perbedaan hanya dalam hal jarak tanam dan terkait pemeliharaan saja karena kedelai edamame termasuk komoditi dengan harga jual yang stabil dibandingkan komoditi lain.

Tabel 3. Atibut Benih Kedelai Edamame

No Atribut benih kedelai edamame

1 Harga benih 2 Harga jual polong 3 Produktivitas

4 Ketahanan hama penyakit 5 Ketersediaan benih di pasar 6 Keseragaman masak panen 7 Daya tumbuh

8 Jumlah polong

Delapan variabel atribut benih kedelai edamame yang digunakan dalam penelitian dijelaskan sebagai berikut :

1. Atribut harga benih, berkaitan dengan besarnya harga dari benih kedelai edamame yang akan dibeli oleh petani.

2. Atribut harga jual polong, berkaitan dengan besarnya harga jual polong dari benih kedelai edamame yang akan dijual oleh petani.

(35)

4. Atribut ketahanan hama penyakit, berkaitan dengan jenis dan jumlah hama penyakit yang menyerang kedelai edamame.

5. Atribut ketersediaan benih di pasar, berkaitan dengan ketersediaan dan kemudahan memperoleh benih kedelai edamame di pasar.

6. Atribut keseragaman masak panen, berkaitan dengan seragamnya kedelai edamame yang masak pada saat panen.

7. Atribut daya tumbuh, berkaitan dengan besarnya daya tumbuh dari benih kedelai edamame yang akan digunakan.

8. Atribut jumlah polong, berkaitan dengan jumlah polong yang akan diterima oleh produsen sesuai dengan standar yang ditentukan.

4.5. Pengujian Kuesioner

Responden yang diajukan kuesioner dalam penelitian ini adalah petani kedelai edamame. Kuesioner yang diberikan kepada responden perlu diuji dari sisi validitas dan reliabilitas agar data yang dikumpulkan dapat menggambarkan kejadian yang akan diukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Nazir (2009) jika validitas dan reliabitilas tidak diketahui, maka akibatnya menjadi fatal dalam memberikan kesimpulan ataupun dalam memberikan alasan terhadap hubungan-hubungan antarvariabel. Bahkan secara luas, validitas dan reliabilitas mencakup mutu seluruh proses pengumpulan data sejak konsep disiapkan sampai kepada data siap untuk dianalisis.

4.5.1. Uji Validitas

(36)

Metode Cochran Q Test merupakan riset pendahuluan untuk menentukan atribut-atribut apa saja yang melekat pada produk (Simamora, 2002). Kuesioner pendahuluan diujikan pada 10 orang untuk memenuhi syarat pengujian atribut Cochran Q Test yang dilakukan terhadap sepuluh persen dari jumlah populasi (Umar, 2000). Hasil kuesioner pendahuluan diuji menggunakan Cochran Q Test dengan tahapan sebagai berikut :

1. Hipotesis atas atribut yang akan diuji, yaitu :

H0 : Semua atribut yang memberikan hasil yang sama

H1 : Semua atribut yang memberikan hasil yang berbeda.

2. Mencari Q hitung dengan rumus sebagai berikut

Qhit =

(

)

− ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − − n i i n i i k i i k i i C R k C C k k 2 2 1

Di mana :

k = Jumlah atribut yang diuji

Ci = Jumlah yang menjawab “ya” dari setiap blok

Ri = Jumlah yang menjawab “ya” dari semua atribut tiap blok

3. Penentuan Q tabel dengan cara Q tabel diukur dengan α = 0.05 derajat kebebasan (dk) = jumlah atribut -1 dan akan diperoleh dari tabel chi square distribution (khi kuadrat).

4. Keputusan, yaitu :

•Jika Q hitung > Q tabel, maka tolak H0

•Jika Q hitung < Q tabel, maka terima H0

Untuk mengetahui atribut apa saja yang menjadi pertimbangan responden, maka dilakukan Uji Cochran. Uji Cochran dilakukan terhadap 10 orang responden dengan memberikan pertanyaan tertutup dengan menyediakan 11 atribut yang diperoleh dari referensi studi terdahulu dan beberapa saran dari produsen benih. Dasar dari Uji Cochran adalah jika nilai Q hitung < Q tabel, maka terima H0

(37)

Berdasarkan hasil Uji Cochran dapat dilihat pada pengujian keempat hasil Qhitung sebesar 11.545 dan Qtabel sebesar 14.067, sehingga Qhitung < Qtabel yang berarti terima H0 dengan kesimpulan bahwa proporsi jawaban “ya”

tidak berbeda untuk setiap variabel. Artinya dilakukan empat kali pengujian validitas karena ada tiga atribut yang tidak menjadi variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu atribut umur tanaman, sertifikasi benih, dan musim tanam. Uji validitas dengan uji Cochran ini dapat dikatakan valid hasilnya jika yaitu nilai Qhit < Q tabel, maka akan terima H0 yang artinya semua variabel atribut

memberikan hasil yang sama.

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 11 atribut yang diujikan ternyata melalui Uji Cochran diperoleh hasil terdapat delapan atribut yang paling dipertimbangkan oleh responden dalam melakukan pembelian benih kedelai edamame. Delapan atribut tersebut yaitu harga benih, harga jual polong, produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Hasil Uji Cochran selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 4. Hasil Uji Cochran

No Atribut Uji

ke-1

Uji ke-2 Uji ke-3 Uji ke-4

1 Harga benih 8 8 8 8

2 Harga jual 10 10 10 10

3 Umur tanaman 4 4 4

4 Produktivitas 10 10 10 10

5 Ketahanan hama penyakit 10 10 10 10

6 Ketersediaan benih di pasar 6 6 6 6

7 Sertifikasi benih 1

8 Keseragaman masak panen 8 8 8 8

9 Daya tumbuh 8 8 8 8

10 Jumlah polong 7 7 7 7

11 Musim tanam 2 2

Qhitung 43,730 31,184 18.794 11.545

(38)

4.5.2. Uji Reliabilitas

Menurut Nazir (2009), reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukur. Dengan instrumen atau alat ukur yang baik mampu memberikan informasi yang sebenarnya di lapang. Pada penelitian ini, uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Rumus Alpha (α). Pengujian reliabilitas dengan Rumus Alpha (α) dilakukan melalui tahap berikut ini :

1. Mencari nilai varian (σt2) tiap butir dengan rumus :

∑X2 (∑X)2

σt2 = n

n

Keterangan :

σt2 = Nilai varian tiap butir

n = Jumlah sampel

X = Nilai skor yang dipilih

2. Mencari jumlah varian (σb2) dengan rumus :

∑σb2 = σ12 + σ22 +……+σn2

Keterangan :

∑σb2 = Jumlah varian

σ12 = Nilai varian dari butir ke-1

σn2 = Nilai varian dari butir ke-n

3. Memasukan pada rumus Alpha (α)

r11 = k 1- ∑σb2

k – 1 σt2

Nilai reliabilitas yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai dari tabel r product moment. Jika nilai |r11| > r product moment dapat disimpulkan

bahwa instrumen atau alat ukur yang digunakan baik. Hasil uji Reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.6. Metode Analisis Data

[image:38.595.96.502.196.811.2]
(39)

menggunakan metode multiatribut Fishbein. Sedangkan analisis tingkat kinerja dan kepentingan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan tingkat kepuasan menggunakan metode Customer Satisfaction Index (CSI). Software yang digunakan untuk mengolah data analisis yaitu Microsoft Excel dan Minitab 14.

4.6.1. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2009). Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan dan menganalisis karakteristik konsumen dalam melakukan pembelian benih kedelai edamame. Data yang diperoleh dari analisis ini akan ditabulasikan, dan dideskripsikan secara keseluruhan. Kuesioner untuk menjawab analisis deskriptif ditunjukkan pada lampiran 2.

4.6.2. Analisis Multiatribut Fishbein

Engel et al. (1994) menyatakan bahwa model atribut sikap dari Fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Sedangkan menurut Simamora (2002) model Fishbein didasarkan pada pemikiran bahwa sikap dibentuk oleh komponen kepercayaan (beliefs) dan perasaan (feelings). Model ini sendiri dapat menjelaskan dua jenis sikap berdasarkan objek sikap, yaitu sikap terhadap objek (attitude toward object) dan sikap terhadap perilaku (attitude toward behavior).

(40)

baik atau tidak baik keyakinan mereka terhadap atribut-atribut tersebut. Atribut yang paling menonjol dari produk tersebut dapat diketahui dengan melihat atribut mana yang menduduki peringkat paling tinggi. Selanjutnya hal kedua yang paling penting yaitu menganalisis dimensi evaluatif yang berhubungan dengan setiap atribut produk.

Model multiatribut Fishbein terhadap objek menggambarkan hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut suatu produk. Hal pertama yang paling penting yaitu diperlukan beberapa informasi penting dari konsumen sebagai responden yang bersifat kognitif atau berupa pengetahuan konsumen yang berkaitan dengan produk. Melalui dasar kognitif, maka dapat diketahui sejauh mana seorang konsumen mengenal, mengetahui, mengerti, dan memahami produk karena sebuah sikap akan sangat bergantung kepada pengetahuan mengenai objek penelitian melalui atribut-atribut produk. Produk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah produk berupa benih kedelai edamame.

Model multiatribut Fishbein digunakan karena model ini mampu memberikan informasi tentang persepsi petani sebagai konsumen terhadap benih kedelai edamame yang sudah ada, lebih sederhana dalam penggunaan data, kemudahan pengisian kuesioner maupun proses analisisnya. Pada penelitian ini, untuk menilai sikap petani terhadap atribut benih kedelai edamame akan dibandingkan dengan benih kedelai. Benih kedelai dijadikan sebagai pembanding karena dilihat secara fisik benih tersebut memiliki beberapa atribut terkait yang sama dengan kedelai edamame. Dengan membandingkan kedelai edamame dengan kedelai, maka akan diketahui dari segi sikap, benih mana yang dapat memberikan sikap paling positif bagi petani. Selain itu, benih kedelai memang yang pernah ditanam oleh petani di Desa Sukamaju.

Model sikap multiatribut Fishbein didasarkan pada perangkat kepercayaan mengenai atribut objek yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap atribut. Model multiatribut Fishbein dirumuskan sebagai berikut :

i n

i ie b

Ao

=

(41)

Keterangan :

Ao : Sikap terhadap objek

bi : Kekuatan kepercayaan bahwa objek memiliki atribut -i ei : Evaluasi mengenai atribut -i

n : Jumlah atribut yang menonjol

Komponen ei menggambarkan evaluasi dari atribut, diukur pada skala evaluasi lima angka yaitu dari skala satu “sangat tidak penting” sampai skala lima “sangat penting”. Sedangkan komponen bi menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya atau seberapa kuat konsumen puas bahwa produk tertentu memiliki atribut yang diberikan. Pengukuran tingkat kepercayaan sama dengan pengukuran tingkat kepentingan yang diukur pada skala evaluasi lima angka yaitu skala satu “sangat tidak penting” sampai skala lima “sangat penting”, namun berbeda pada hal indikatornya. Pada penelitian ini, skala yang dipakai yaitu skala dengan bobot nilai satu sampai dengan lima. Hal ini dilaksanakan karena kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan tertutup yang telah tersedia pilihan jawaban. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi yang umumnya pasti ganjil seperti tiga, lima, tujuh, dan sembilan. Skala lima diplih karena dengan semakin banyak pilihan jawaban, maka jawaban responden semakin terwakili dan tentu disesuaikan dengan batas kemampuan dari responden. Dalam penelitian ini, responden adalah petani kedelai edamame yang secara umum di lapang identik dalam hal keterbatasan waktu dan kemampuan, sehingga skala lima diasumsikan cocok dengan karakter responden.

Estimasi sikap terhadap setiap objek digunakan indeks ∑ biei dengan

mengalikan setiap skor kepercayaan dengan skor evaluasi yang sesuai. Hasil pencapaian akhir dari atribut-atribut akan berupa suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, tahan atau tidak tahan dan lain-lain. Kuesioner untuk penilaian sikap dan kepuasan ditunjukkan pada lampiran 3.

4.6.3. Metode Importance Performance Analysis (IPA)

(42)

pengukuran sikap yang paling luas digunakan dalam riset pemasaran. Skala Likert merupakan indikator skala untuk mengukur tingkat kepentingan menurut persepsi konsumen dan tingkat pelaksanaan secara nyata yang ditunjukkan melalui kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh dua faktor yaitu harapan konsumen akan kinerja sebuah produk dan kenyataan yang diterima setelah mengkonsumsi produk tersebut. Konsumen akan merasa puas jika kinerja produk sama atau bahkan melebihi harapan konsumen dan sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika kinerja produk ternyata tidak sesuai dengan harapan (Santoso, 2005).

Tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut bagi konsumen atau seberapa besar harapan konsumen terhadap kinerja suatu atribut. Tingkat pelaksanaan kinerja adalah bagaimana kinerja yang telah diberikan oleh pihak perusahaan terhadap konsumen (Umar, 2000).

Skala ini memungkinkan konsumen mengungkapkan perasaannya yang diekspresikan ke dalam sebuah kepuasan. Dengan demikian pada penelitian ini menggunakan lima skala karena dengan semakin banyak pilihan jawaban, maka jawaban responden semakin terwakili dan tentu disesuaikan dengan batas kemampuan dari responden. Pilihan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling rendah sampai paling tinggi. Karena pilihan jawaban beerjenjang, maka setiap jawaban bisa diberi bobot sesuai dengan intensitasnya. Dalam pengukuran tingkat kepentingan (importance) akan diberi peringkat dengan skala lima angka yaitu dari skala satu “sangat tidak penting” sampai skala lima “sangat penting” yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Skala dan Kriteria Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame

Skala Kriteria

1 Sangat tidak penting

2 Tidak penting

3 Cukup penting

4 Penting

5 Sangat Penting

(43)

Tabel 5 menunjukan skala yang akan menjadi ukuran pada atribut benih kedelai edamame. Skala tersebut memerlukan suatu indikator yang jelas mengenai batasan dan artinya agar dapat diukur dengan benar dan memudahkan peneliti dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data. Dalam analisis Importance Performance Analysis (IPA) ini atribut yang digunakan tidak berjumlah delapan atribut, tetapi ada enam atribut yaitu produktivitas, ketahanan hama penyakit, ketersediaan benih di pasar, keseragaman masak panen, daya tumbuh, dan jumlah polong. Hal ini dikarenakan dua atribut yaitu harga benih dan harga jual polong tidak dapat dikategorikan dari sangat mahal sampai sangat murah karena responden dalam penelitian ini tidak seragam, sehingga tidak digunakan. Indikator tersebut dapat ditentukan melalui penelusuran penelitian sebelumnya, artikel dari internet, dan informasi dari salah satu ketua kelompok tani serta produsen sekaligus pengumpul kedelai edamame di Kecamatan Megamendung (Tabel 6). Tabel 6. Indikator Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame

No Atribut Indikator

1 Produktivitas Sangat tidak penting : Produktivitas edamame sangat tidak penting jika produktivitas yang dihasilkan sangat rendah.

Tidak penting : Produktivitas edamame t tidak penting jika produktivitas yang dihasilkan rendah.

Cukup penting : Produktivitas edamame cukup penting jika produktivitas yang dihasilkan cukup tinggi.

Penting : Produktivitas edamame penting jika produktivitas yang dihasilkan tinggi.

Sangat Penting : Produktivitas edamame sangat penting jika produktivitas yang dihasilkan sangat tinggi.

2 Ketahanan hama penyakit

Sangat tidak penting : Ketahanan hama penyakit sangat tidak penting jika edamame sangat mudah terserang hama penyakit dan sangat sulit dalam penanganannya.

Tidak penting : Ketahanan hama penyakit tidak penting jika edamame mudah terserang hama penyakit dan sulit dalam penanganannya.

(44)
[image:44.595.100.504.102.780.2]

Tabel 6. Indikator Tingkat Kepentingan Atribut Benih Kedelai Edamame

No Atribut Indikator

3 Ketersediaan benih di pasar

Sangat tidak penting : Ketersediaan benih di pasar sangat tidak penting jika benih sangat sulit untuk dicari dan dibeli.

Tidak penting : Ketersediaan benih di pasar tidak penting jika benih sulit untuk dicari dibeli.

Cukup penting : Ketersediaan benih di pasar cukup penting jika benih cukup sulit untuk dicari dan dibeli.

Penting : Ketersediaan benih di pasar penting jika benih tidak sulit untuk dicari dan dibeli.

Sangat Penting : Ketersediaan benih di pasar sangat penting jika benih sangat tidak sulit untuk dicari dan dibeli.

4 Keseragaman masak panen

Sangat tidak penting : Keseragaman masak panen sangat tidak penting jika polong yang masak sangat tidak seragam.

Tidak penting : Keseragaman masak panen tidak penting jika polong yang masak tidak seragam.

Cukup penting : Keseragaman masak panen cukup penting jika polong yang masak cukup seragam.

Penting : Keseragaman masak panen penting jika polong yang masak seragam.

Sangat Penting : Keseragaman masak panen sangat penting jika polong yang masak sangat seragam.

5 Daya tumbuh Sangat tidak penting : Daya tumbuh sangat tidak penting jika daya tumbuh edamame sangat tidak sesuai standarnya.

Tidak penting : Daya tumbuh tidak penting jika daya tumbuh edamame tidak sesuai standarnya.

Cukup penting : Daya tumbuh cukup penting jika daya tumbuh edamame cukup sesuai standarnya.

Penting : Daya tumbuh penting jika daya tumbuh edamame sangat sesuai standarnya.

Sangat Penting : Daya tumbuh sangat penting jika daya tumbuh edamame sangat sesuai standarnya.

6 Jumlah polong Sangat tidak penting : Jumlah polong sangat tidak penting jika jumlah polongnya sangat tidak sesuai dengan keinginan pengumpul benih.

Tidak penting : Jumlah polong tidak penting jika jumlah polongnya tidak sesuai dengan keinginan pengumpul benih. Cukup penting : Jumlah polong cukup penting jika jumlah polongnya cukup sesuai dengan keinginan pengumpul benih. Penting : Jumlah polong penting jika jumlah polongnya sesuai dengan keinginan pengumpul benih.

Sangat Penting : Jumlah polong sangat penting jika jumlah polongnya sangat sesuai dengan keinginan pengumpul benih.

(45)
[image:45.595.110.512.166.362.2]

atribu

Gambar

Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
Tabel 1. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian
Gambar 2.   Kerangka Pemikiran Operasional
tabel r product moment. Jika nilai |r11| > r product moment dapat disimpulkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian tentang analisis sikap dan kepuasan petani terhadap benih jagung hibrida di Kabupaten Lampung Selatan

Keunggulan teknologi baru yang dimiliki padi hibrida memang menjanjikan, namun memiliki kendala bagi petani yaitu pada harga benih padi hibrida yang lebih mahal dari pada benih

Rendahnya pendapatan usahatani ini dapat dipicu oleh ketidakstabilan pasar dan harga (Soekartawi, 1986). Ketidakstabilan pasar dan harga akan berpengaruh terhadap

Analisis sikap dan kepuasan konsumen dengan menggunakan model sikap Multiatribut Fishbein terhadap minuman teh celup merupakan suatu gambaran penilaian konsumen terkait

Maka penelitian mengenai sistem agribisnis kedelai penting untuk dilakukan agar dapat tetap menjaga ketersedian kedelai dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik terhadap

Kemudian sisanya, beberapa atribut yang dirasakan debitur dengan sikap belum puas, yaitu kemudahan proses pelayanan, pelayanan yang tepat waktu, informasi yang

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa sikap petani terhadap benih jagung Jaya dan benih jagung Bisi adalah biasa saja, artinya petani

Berdasarkan gambar 10 dapat diketahui bahwa nilai paling tinggi dalam tingkat kepuasan konsumen dalam pembelian produk kaki naga yaitu nilai 3 dipilih sebanyak