• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Dalam dokumen BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL (Halaman 65-71)

PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI REGIONAL

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009  69

Berlanjutnya krisis keuangan global akan semakin menekan pertumbuhan sektor produktif Kepulauan Riau terutama pada sektor Industri Pengolahan sebagai sektor dominan. Sementara aktivitas Perdagangan yang relatif meningkat diperkirakan mampu mengkompensir perlambatan yang akan dialami industri Perhotelan. Sedangkan sektor Bangunan diproyeksi tetap tumbuh di atas 10% didorong oleh penyelesaian beberapa proyek konstruksi besar, baik oleh Pemerintah maupun Swasta.

Tekanan inflasi di kota Batam dan Tanjung Pinang selama triwulan II-2009 akan sedikit meningkat merespon kenaikan permintaan atas barang-barang kebutuhan masyarakat. Meski demikian pengaruh faktor cuaca semakin hilang dengan membaiknya iklim di perairan sekitar wilayah Kepulauan Riau.

7.1. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI

`Laju perekonomian di triwulan II-2009 diperkirakan berada pada kisaran -0,48 ± 1% (y-o-y). Asesmen ini sangat dipengaruhi oleh semakin turunnya permintaan global terhadap produk yang diolah industri manufaktur di kota Batam. Tingkat utilisasi produksi perusahaan manufaktur besar diperkirakan relatif sama dengan triwulan I-2009 yakni sekitar 30% - 50%, merosot tajam dibanding kondisi normal sekitar 80% - 90%.

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau

*) angka sementara; **) angka sangat sementara; ***) proyeksi Bank Indonesia Batam (revisi Maret 2009)

Grafik 7.3.

Estimasi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (yoy)

Grafik 7.4.

Estimasi Pertumbuhan Ekspor Barang dan Jasa

 

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009  70

Akibatnya, lalu lintas bahan baku dan barang hasil olahan dari dan ke luar negeri menjadi semakin berkurang. Pertumbuhan ekspor Kepulauan Riau di triwulan mendatang diproyeksi sebesar -4,11 ± 1%. Peluang menguatnya pertumbuhan ekspor terindikasi dari lalu-lintas peti kemas internasional di 3 pelabuhan FTZ kota Batam yang relatif stabil selama bulan Januari – Maret 2009.

Penurunan BI-Rate selama tahun 2009 mencapai 175 bps, diikuti tren penurunan harga komoditas primer dan menguatnya nilai tukar Rupiah diperkirakan dapat menahan laju penurunan Konsumsi Rumah Tangga di triwulan II-2009. Laju pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan sekitar 11,6 ± 1%, relatif sama dengan triwulan I-2009 yang tumbuh 11,42%. Adapun pertumbuhan Konsumsi Pemerintah diproyeksi akan meningkat menjelang akhir masa jabatan sebagian pejabat daerah di Kepulauan Riau. Di samping itu, bergeraknya perekonomian regional selama periode Pemilu serta efektifnya penerapan Free Trade Zone (FTZ) diduga turut mendorong pertumbuhan konsumsi di triwulan mendatang.

Keberhasilan kawasan FTZ di beberapa negara tidak bisa diraih dalam waktu singkat. Meski demikian, momentum krisis finansial diharapkan menjadi keuntungan komparatif yang dimiliki provinsi ini sebagai tujuan berinvestasi. Berjalannya FTZ diperkirakan cukup menahan perlambatan komponen Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB). Laju perlambatan semakin melandai dengan tumbuh 6,32 ± 1%, dibanding triwulan I-2009 yang terkoreksi dari 25,72% menjadi 9,25%.

Sumber : Otorita Batam, Pelabuhan Batam Ket.: Pelabuhan Utama Batam meliputi

pelabuhan Batu Ampar, Sekupang dan Kabil.

Grafik 7.6.

Estimasi Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga, Swasta Nirlaba dan Pemerintah

Grafik 7.5.

Lalu Lintas Peti Kemas Internasional di Pelabuhan Utama Batam

Grafik 7.8. Estimasi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 7.7.

Estimasi Pertumbuhan Investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

 

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009  71

Sementara itu, aktivitas ekonomi produktif sektor Industri Pengolahan diproyeksi lebih melambat dibanding triwulan sebelumnya dengan laju berkisar -4,6 ± 1%. Indikasi penurunan kinerja sektor Industri Pengolahan dapat terlihat dari koreksi tajam aktivitas industri manufaktur Singapura yang diperkirakan mencapai -29% di triwulan I-2009. Rendahnya tingkat utilisasi produksi memaksa perusahaan melakukan efisiensi dan penyesuasian terhadap seluruh faktor produksi. Efisiensi tenaga kerja melalui PHK maupun tidak memperpanjang kontrak kerja masih akan terjadi sepanjang triwulan II-2009, namun jumlahnya diperkirakan semakin menurun.

Arah perkembangan sektor Jasa (services) Singapura yang mengalami bergerak negatif sedikitnya akan mempengaruhi industri pariwisata di Kepulauan Riau, terutama kota Batam. Sedangkan arus perdagangan barang masih tertahan seiring dengan menurunnya aktivitas sektor Industri Pengolahan dan sektor-sektor lainnya. Di samping itu, industri perhotelan dan mall masih dihadapkan pada masalah tingginya kenaikan tarif dasar listrik mencapai 51% akan berdampak pada penurunan nilai tambah yang akan dihasilkan sektor ini di triwulan mendatang. Laju pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di triwulan II-2009 diperkirakan -0,29 ± 1%.

Grafik 7.9.

Pertumbuhan GDP Singapura, Sektor Manufaktur, Konstruksi dan Jasa (yoy)

Sumber : MTI Singapore April 2009 *) angka sementara Sumber : Survei Liaison Bank Indonesia Batam, Maret 2009

No. Nama Perusahaan Jlh Pekerja    Des‐2007 PHK          2008‐2009 Potensi PHK  2009 Jlh Pekerja      Des‐2009 (P) Penurunan  Produksi 1 PT. Sat Nusapersada Tbk 6,000 400 1,600 4,000 40% 2 PT. Schneider Electric  1,400 700 0 700 40% 3 PT. Japan Servo 1,000 500 100 400 70% 4 PT. Epcos 3,000 180 0 2,820 30% 5 PT. Ciba Vision 3,066 800 0 2,266 30% 6 PT. TEC Indonesia 1,600 400 200 1,000 30% 7 PT. TEAC Electronics Indonesia 1,900 800 100 1,000 40% 8 PT. Infineon Technologies 1,750 0 450 1,300 30% 9 PT. Unisem 4,400 800 0 3,600 20% 10 PT. Yoshikawa Electronic Bintan 800 121 0 679 20% 11 PT. Amtek Enginering 1,000 202 200 598 50% 12 PT. Sumitomo Wiring System 950 395 100 455 50% 26,866 5,298 2,750 18,818 Total   Tabel 7.1.

Jumlah PHK di Beberapa Perusahaan Manufaktur Kota Batam

 

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009  72

Adapun perlambatan sektor bangunan diproyeksi semakin melandai dengan meningkat sekitar 12,32 ± 1%, dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 14,81%. Pertumbuhan didorong oleh semakin intensifnya penyelesaian proyek Dompak, hotel dan apartemen, serta pusat hiburan keluarga di Ocarina. Sementara industri properti residensial diperkirakan belum memasuki masa recovery di triwulan II-2009. Pelaku bisnis properti memiliki optimisme terhadap kondisi perekonomian pasca pemilu Presiden bulan Juni mendatang. Sejalan dengan itu, kegiatan promosi dan pemasaran direncanakan lebih intens memasuki semester II tahun 2009.

Perkembangan sektor produktif lainnya relatif konvergen dengan sektor-sektor dominan tersebut. Industri perbankan diperkirakan tumbuh stabil pada triwulan II-2009 di kisaran 6,01 ± 1%, sedangkan triwulan I tumbuh sebesar 6,12%.Desakan berbagai pihak kepada perbankan agar lebih intensif dalam mendorong bergeraknya sektor riil akan berdampak positif bagi kinerja sektor Keuangan. Sehingga target pertumbuhan kredit sebesar 20% di tahun 2009 optimis dapat tercapai.

Meski tumbuh sangat terbatas, laju perekonomian di sektor Pertanian diproyeksi membaik di triwulan II mendatang didorong oleh kenaikan produksi ikan dan hasil laut. Musim angin utara yang terjadi sejak penghujung tahun menyebabkan nelayan tidak dapat melaut akibat tingginya kecepatan angin dan gelombang laut di sekitar wilayah perairan Kepulauan Riau. Sehingga aktivitas penangkapan ikan baru dimulai pada awal bulan Maret setelah musim ini berakhir.

7.2. PROSPEK INFLASI

Memperhatikan kecenderungan pergerakan indikator ekonomi wilayah Provinsi Kepulauan Riau serta berdasarkan pemantauan pada hal-hal yang dapat memberikan

Grafik 7.10. Estimasi Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran

Grafik 7.11.

 

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009  73

pengaruh bagi pergerakan dimaksud seperti dampak musiman, pengaruh alam serta perkembangan terkini mengenai perekonomian global triwulan I 2009, prospek inflasi pada periode triwulan II 2009 di Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang diperkirakan tetap mengalami kenaikan harga dengan level yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2009.

Inflasi Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan akan tetap mengalami inflasi pada kisaran 5,59% - 7,70% (yoy). Sementara itu inflasi tahun kalender diperkirakan akan berada pada kisaran 0,87% - 1,37% (ytd). Sementara itu inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mengalami  kenaikan  pada  kisaran  10,21%  ‐  11,39%  (yoy).  Sedangkan  inflasi  tahun  kalender  diperkirakan  akan  berada  pada  kisaran  1,17%  ‐  2,49%  (ytd). 

7.1.2 Prospek Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi di Kota Batam dengan angka inflasi rata-rata sekitar 1,24% - 1,32% (mtm) setiap bulannya. Sementara itu untuk Kota Tanjung Pinang, rata-rata angka inflasi pada triwulan II 2009 diperkirakan berada pada kisaran 0,27% -0,49% (mtm).

                 

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau di Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mengalami angka rata-rata inflasi pada kisaran 0,46% - 0,63% (mtm). Sedangkan untuk Kota Tanjung Pinang angka rata-rata inflasi sampai dengan triwulan II 2009 inflasi diperkirakan akan berada pada kisaran 0,01% -0,06% (mtm).

 

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009  74

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar di Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mengalami rata-rata angka inflasi pada kisaran 0,10% - 0,28% (mtm). Sementara itu di Kota Tanjung Pinang diperkirakan angka rata-rata inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar antara 0,08% -0,14% (mtm). Sementara itu rata-rata inflasi kelompok sandang di Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan berada pada kisaran 1,58% - 1,61% (mtm). Sedangkan di Kota Tanjung Pinang rata-rata inflasi pada triwulan II 2009 diperkirakan berada pada kisaran 0,10% - 0,13% (mtm).

               

Kelompok kesehatan di Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mengalami rata-rata angka inflasi pada kisaran 0,47% - 0,58% (mtm). Rata-rata angka inflasi Kota Tanjung Pinang pada triwulan II 2009 diperkirakan akan berada pada kisaran 0,01% - 0,02% (mtm). Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mengalami rata-rata inflasi dengan kisaran 0,36% - 0,66% (mtm). Sementara itu di Kota Tanjung Pinang kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata 0,06% - 0,12% (mtm).

 

 

    

Grafik 7.15 Estimasi Inflasi Perumahan Grafik 7.16 Estimasi Inflasi Sandang 

 

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau 

Triwulan I ‐ 2009  75

Kelompok tranportasi, komunikasi dan jasa keuangan di Kota Batam pada triwulan II 2009 diperkirakan akan mulai mengalami kenaikan setelah tiga bulan sebelumnya mengalami penurunan sebagai dampak kebijakan penurunan BBM oleh pemerintah. Pada tiwulan II 2009 kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata 0,08% - 1,67% (mtm) setiap bulannya. Searah dengan yang terjadi di Kota Batam kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan di Kota Tanjung Pinang diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 0,23% - 0,28% (mtm).

Dalam dokumen BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL (Halaman 65-71)