• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI KEPULAUAN RIAU (KEPRI) 1) Batas wilayah

PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA LOKASI PENELITIAN

9) Sebaran Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Lampung 1.Pulau Anak Krakatau Kab.Lampung Selatan, Rajabasa

4.5. PROVINSI KEPULAUAN RIAU (KEPRI) 1) Batas wilayah

Kepulauan Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja di sebelah Utara; Malaysia dan provinsi Kalimantan Barat di Timur; Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Jambi di Selatan; Negara Singapura, Malaysia dan provinsi Riau di sebelah Barat.

Secara keseluruhan wilayah Kepulauan Riau terdiri dari 4 kabupaten dan 2 kota, 47 kecamatan serta 274 kelurahan/desa dengan jumlah 2.408 pulau besar dan kecil yang 30% belum bernama dan berpenduduk. Adapun luas wilayahnya sebesar 252.601 km², sekitar 95% merupakan lautan dan hanya sekitar 5% daratan.

2) Sejarah

Kepulauan Riau merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Riau. Provinsi Kepulauan Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2002 merupakan Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga.

3) Geografi

Secara geografis provinsi Kepulauan Riau berbatasan dengan negara tetangga, yaitu Singapura, Malaysia dan Vietnam yang memiliki luas wilayah 251.810,71 km² dengan 96 persennya adalah perairan dengan 1.350 pulau besar dan kecil telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.

Ibukota provinsi Kepulauan Riau berkedudukan di Tanjungpinang. Provinsi ini terletak pada jalur lalu lintas transportasi laut dan udara yang strategis dan terpadat pada tingkat

Peta Provinsi Kepri

70

internasional serta pada bibir pasar dunia yang memiliki peluang pasar.

4) Sumber daya alam

Kepri memiliki potensi sumber daya alam mineral dan energi yang relatif cukup besar dan bervariasi baik berupa bahan galian A (strategis) seperti minyak bumi dan gas alam, bahan galian B (vital) seperti timah, bauksit dan pasir besi, maupun bahan galian golongan C seperti granit, pasir dan kuarsa.

5) Pemerintahan

NO. KABUPATEN/KOTA IBU KOTA

1 Kabupaten Bintan Bandar Seri Bentan

2 Kabupaten Karimun Tanjung Balai Karimun

3 Kabupaten Kepulauan Anambas Terempa

4 Kabupaten Lingga Daik

5 Kabupaten Natuna Ranai

6 Kota Batam

7 Kota Tanjung Pinang

-Sebaran Kabupaten/Kota di Provinsi

6) Perekonomian

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2005 adalah sebesar 6,57%. Sektor-sektor yang tumbuh dengan baik (lebih cepat dari pertumbuhan total PDRB) pada tahun 2005 antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi (8,51%), sektor industri pengolahan (7,41%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (6,89%), sektor jasa (6,77%), serta sektor perdagangan, hotel dan restoran (6,69%).

PDRB Perkapita Provinsi Kepulauan Riau dalam lima tahun terakhir (2001-2005) cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2001 PDRB Perkapita (Atas Harga Berlaku – Tanpa Migas) sebesar Rp. 22,808 juta dan pada tahun 2005 meningkat sehingga menjadi sebesar Rp.29,348 juta. Namun secara riil (tanpa memperhitungkan inflasi) PDRB Perkapita (tanpa gas) pada tahun 2001 hanya sebesar Rp.20,397 juta dan pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar Rp. 22,418 juta.

7) Kelautan

Sebagai provinsi kepulauan, wilayah ini terdiri atas 96 % lautan, kondisi ini sangat mendukung bagi pengembangan usaha budidaya perikanan mulai usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya maupun penangkap an. Kabupaten Bintan terdapat budidaya Ikan kakap, budidaya rumput laut, kerambah jaring apung. Kota Batam, Kabupaten Karimun, Lingga, dan Natuna juga memiliki potensi yang cukup besar di bidang perikanan. Selain perikanan tangkap di keempat Kabupaten tersebut, juga dikembangkan budidaya perikanan air laut dan air tawar.

Di kota Batam tepatnya di Pulau Setoko, bahkan terdapat pusat pembenihan ikan kerapu yang mampu menghasilkan lebih dari 1 juta benih setahunnya dan di daerah telaga punggur, ada satu pelabuhan perikanan yang dikelola murni oleh swasta. Letak pelabuhan perikanan swasta

71

Telaga Punggur sangat strategis karena berhadapan dengan jalur lintas kapal penangkapan ikan antara Propinsi Kepri dan Natuna, ZEEI , Laut Cina Selatan serta keberadaan pelabuhan perikanan swasta Telaga Punggur di Kota Batam sangat dekat dengan negara Singapura yang dapat meningkatkan ekspor hasil laut dan menambah pendapatan asli daerah.

8) Peternakan dan Pertanian

Potensi di bidang peternakan difokuskan pada ternak itik, ternak sapi, ternak ayam dan ternak kambing yang umumnya masih dilaksanakan oleh peternakan kecil. Hampir diseluruh wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau berpotensi untuk diolah menjadi lahan pertanian dan peternakan mengingat tanahnya subur. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis terutama di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun dan Kota Batam. Disamping palawija dan holtikultura, tanaman lain seperti kelapa, kopi, gambir, nenas serta cengkeh sangat baik untuk dikembangkan. Demikian juga di Kabupaten Kepulauan Riau dan Lingga sangat cocok untuk ditanami buah-buahan dan sayuran. Di beberapa pulau sangat cocok untuk perkebunan kelapa sawit.

9) Pariwisata

Provinsi Kepulauan Riau merupakan gerbang wisata dari mancanegara kedua setelah Pulau Bali. Jumlah wisatawan asing yang datang berkunjung mencapai 1,5 juta orang pada tahun 2005. Objek wisata di Provinsi Kepulauan Riau antara lain adalah wisata pantai yang terletak di berbagai kabupaten dan kota. Pantai Melur, Pulau Abang dan Pantai Nongsa di kota Batam, Pantai Pelawan di Kabupaten Karimun, Pantai Lagoi, Pantai Tanjung Berakit, Pantai Trikora, dan Bintan Leisure Park di kabupaten Bintan. Kabupaten Natuna terkenal dengan wisata baharinya seperti snorkeling.

Objek wisata lainnya seperti cagar budaya, makam-makam bersejarah, tarian-tarian tradisional serta event-event khas daerah. Di kota Tanjungpinang terdapat pulau Penyengat sebagai pulau bersejarah karena di pulau ini terdapat masjid bersejarah dan makam-makam Raja Haji Fisabililah dan Raja Ali Haji yang kedua-duanya adalah pahlawan nasional.

10) Transportasi

Kapal speedboat yang menghubungkan pulau Batam dengan pulau Bintan. Sistem transportasi yang terdapat di provinsi ini sangat beragam, sesuai dengan kondisi alam dan jarak antar wilayahnya.

Adapun jenis transportasi air yang terdapat di provinsi ini adalah:

l Perahu motor kecil (pompong), banyak

digunakan oleh masyarakat di kawasan pesisir (hinterland).

l Kapal ferry (MV), merupakan transportasi utama antar kota (Tanjungpinang - Batam - Karimun - Lingga).

l SpeadBoat, merupakan transportasi boat cepat, biasa digunakan masyarakat untuk tujuan Tanjungpinang - Lobam - Batam

l KM. Perintis, merupakan salah satu transportasi laut menuju ke dan dari kabupaten Natuna.

72

l Pelni merupakan salah satu transpotasi masyarakat p.bintan, batam

l RORO transportasi (batam,dabo singkep,Tanjung pinang,karimun) Jenis transportasi darat adalah:

l Taxi, merupakan salah satu alat transportasi darat utama di Kota Batam, selain itu merupakan salah satu angkutan umum dari kota Tanjungpinang menuju Kijang (Kec.

Bintan Timur - Kab. Bintan).

l Angkutan kota (angkot), memiliki perbedaan sebutan di masing-masing daerah, di kota Tanjungpinang sebutan untuk angkot adalah “Transport”, sedangkan di kota Batam disebut

“Metro Trans”.

l Bus, untuk kota batam Bus itu sendiri memiliki beberapa jenis, diantaranya: Damri dan bus kota (Busway). Di Kota Tanjungpinang, Bus digunakan oleh masyarakat untuk menuju Tanjunguban (Kec. Bintan Utara - Kab.Bintan). Selain itu juga terdapat bus khusus anak sekolah.

l Becak motor, Di kawasan pesisir (hinterland) seperti kawasan Kec. Belakang Padang dan Pulau Penyengat terdapat sebuah transportasi darat yang cukup unik, yakni Becak Motor dan Ojek.

Provinsi ini memiliki 5 bandara udara, yakni:

l Bandara Internasional Hang Nadim (Batam), Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang) dan Bandara Ranai di Natuna, Bandara Dabo di Dabo Singkep (Lingga) dan Bandara Matak di Matak (Kepulauan Anambas).

l Bandara Internasional Hang Nadim (Batam) merupakan sebuah kebang gaan bagi Provinsi Kepulauan Riau, karena bandara ini mempunyai landasan terpanjang di Asia Tenggara.

l Dalam waktu dekat, sebuah bandara baru akan dibangun di provinsi ini yang ter letak di Kabupaten Bintan Utara. Bandara baru ini dinamakan Bandara Busung yang konon dikabarkan akan me nempati luas area sampai 170 Hektar.

11) Demografi

Suku bangsa yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau adalah Melayu, Bugis, Jawa, Arab, Tionghoa, Padang, Batak, Sunda dan Flores.

Bahasa yang dipakai adalah bahasa resmi yaitu Bahasa Indonesia dan ada juga yang menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.

Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.

Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan, yaitu:

73

1. Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara.

2. Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya, sehingga bahasa ini sudah menjadi standar.

3. Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.

12) Sebaran Pulau-Pulau Kecil

Umumnya pulau-pulau kecil, penghuni pertamanya suku pengembara seputar Kepulauan Riau, yang dikenal dengan Suku Laut atau Orang Laut.

Dari data diketahui 4 persen atau kurang lebih 10.595 km2 merupakan daratan, sedangkan 96 persennya atau kurang lebih 241.215 km2 terdiri dari lautan. Dengan demikian seperti daerah lainnya Kepri memiliki beberapa

pulau-pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain maupun wilayah Indonesia itu sendiri.

Jumlah pulau di wilayah Provinsi Kepulauan Riau sebanyak 2.408 pulau, terdapat 30 pulau kecil yang berbatasan dengan provinsi tetangga dan 19 pulau kecil yang berbatasan dengan negeri jiran.

Terdapat 19 pulau terluar atau terdepan yang terseber di beberapa Kabupaten/kota di Provinsi Kepri. Dari jumlah tersebut, ada yang sudah berpenduduk maupun kosong serta memiliki letak yang sangat strategis, salah satunya sebagai jalaur pelayaran niaga. Selama berabad-abad pulau terdepan tersebut dijadikan sebagai jalur perniagaan, dan hal ini pada akhirnya mengalami perubahan dan pergeseran beberapa kali. Namun satu hal yang tidak berubah adalah jalur niaga tersebut selalu melewati selat malaka atau menyusuri pulau-pulau terdepan yang kita miliki, sehingga menjadi penghubung utama (kawasan perbatasan) sekaligus urat nadi bagi kawasan di Asia Barat dan Asia Timur, bahkan saat ini telah digunakan sebagai jalur utama perniagaan minyak dan gas.

Kawasan perbatasan adalah kawasan yang sangat rawan, sarang pemberontakan, pusat kegiatan Ilegal, terbelakang dan menjadi halaman belakang serta menjadi wilayah ekonomi yang kurang menarik bagi kegiatanperekonomian. Dari 19 pulau tersebut, hanya 4 pulau saya yang berpenghuni dan sisanya kosong. Dan di seluruh pulau tersebut terbilang dibawah garis kemapanan, miskin sarana dan prasarana, kurang akses hingga SDM yang terbatas

Adapun pulau-pulau kecil antara lain adalah : 1. Pulau Iyu Kecil (kosong, luas 0,5 ha) 2. Pulau Karimun Kecil (12 KK, luas 8, 10 ha) 3. Pulau Nipah (sudah direklamasi 60ha) 4. Pulau Palempong ( 5 KK, Luas 1 ha) 5. Pulau Batu Berhenti (luas 90 m2)

74

6. Pulau Nongsa (Kosong, luas 1 ha)

7. Pulau Tokong Malang Biru (kosong, luas 1 ha) 8. Pulau Damar (kosong, luas 0,25 ha)

9. Pulau Mangkai (kosong, Luas 30 ha) 10. Pulau Tokong Nanas (kosong, luas 1 ha) 11. Pulau Tokong Berlayar (kosong, luas 1 ha) 12. Pulau Tokong Boro (kosong, luas 1 ha) 13. Pulau Semiun (kosong, luas 8 ha) 14. Pulau Sebetul (kosong, luas 30 ha) 15. Pulau Sekatung (kosong, 20 km2) 16. Pulau Senoa (berpenghuni, luas 50 ha) 17. Pulau Subi (berpenghuni, luas 200km2) 18. Pulau kepala (kosong, luas 3 ha) 19. Pulau Sentut (kosong, luas 3 ha) a. Kabupaten Bintan, Pulau Bintan 1) Sejarah

Kabupaten Bintan sebelumnya merupakan kabupaten Kepulauan Riau. Kabupaten Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad yang silam tidak hanya di nusantara tetapi juga di mancanegara. Wilayahnya mempunyai ciri khas teridiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang tersebar di Laut Cina Selatan, karena itulah julukan Kepulauan “Segantang lada” sangat tepat untuk menggambarkan betapa banyaknya pulau yang di daerah ini. Pada kurun waktu 1722-1911, terdapat dua Kerajaan Melayu yang berkuasa dan berdaulat yaitu Kerajan Riau Lingga yang pusat kerajaannya di Daik dan Kerajaan Melayu Riau di Pulau Bintan.

Sebelum ditandatangani Treaty of London, kedua kerajaan Melayu tersebut dilebur menjadi satu sehingga menjadi semakinkuat. Wilayah kekuasaannya pun tidak hanya terbatas di Kepulaun Riau saja, tetapi telahh meliputi daerah Johor dan malaka (Malaysia), Singapura dan sebagain kecil wilayah Indragiri Hilir.

Pusat kerjaannya terletak di Pulau Penyengat dan menjadi terkenal di Nusantara dan kawasan semenanjung Malaka. Setelah Sultan Riau meninggal pada tahun 1911, Pemerintah Hindia Belanda menempatkan amir-amirnya sebagai Districh Thoarden untuk daerah yang besar dan Onder Districh Thourden untuk daerah yang agak kecil.

Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menyatukan wilayah Riau Lingga dengan Indragiri untuk dijadikan sebuah keresidenan yang dibagi menjadi dua Afdelling yaitu: Afdelling Tanjungpinang yang meliputi Kepulauan Riau-Lingga, Indragiri Hilir dan Kateman yang berkedudukan di Tanjungpinang dan sebagai penguasa ditunjuk seorang residen. Afdelling indragiri yang berkedudukan di Rengan dan diperintah oleh Asisten Residen (dibawah) perintah residen pada 1949 Keresidenan ini dijadikan Residente Riau dengan dicantumkan

Gambar:Peta Wilayah Administratif Kabupaten Bintan

75

Afdelling Bengkalis (Sumatera Timur) dan sebelum tahun 1945-1949 berdasarkan Besluit Gubernur General Hindia Belanda tanggal 17 Julin 1947 No 9 dibentuk daerah Zelf Bestur (daerah Riau).

Berdasarkan surat Keputusan dengan Republik Indonesia , provinsi Sumatera Tengah tanggal 18 Mei 1950 No.9/ Deprt. menggabungkan diri ke dalam Republik Indonesia dan kepulauan Riau diberi status daerah Otonom tingkat II yang dikeplai oleh Bupati sebagai kepala daerah dengan membawahi empat kewedanan sebagai berikut : Kewedanan Tanjungpinang meliputi wilayah kecamatan Bintan Selatan (termasuk kecamatan Bintan Timur, Galang, Tanjungpinang Barat dan Tanjungpinang Timur sekarang)Kewedanan karimun meliputi wilayah kecamatan karimun, Kundur dan Moro Kewedanan Lingga meliputi wilayah kecamatan Lingga, Singkept dan Senayang. Kewedanan Pulau Tujuh meliputi wilayah kecamatan Jemaja, Siantan, Midai, Serasan, Tambelan Bunguran Barat dan Bunguran Timur.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan No.26/K/1965 dengan mempedomani Instruksi gubernur Riau tanggal 10 Februari 1964 No. 524/A/1964 dan Instruksi No.16/V/1964 dan surat Keputusan Gubernur Riau tanggal 9 Agustus 1964 No. UP/247/5/1965 tanggal 15 Noopember 1965 No. UP/256/5/1965 menetapkan terhitung mulai 1 januari 1966 semua daerah Administratif kewedanan dalam kabupaten Kepulauan Riau di hapuskan.

Pada tahun 1983 sesuai dengan PP No 31 tahun 1983 telah dibentuk kota administratif Tanjungpinang yang membawahi 2 kecamatan yaitu kecamatan Tanjungpinang Barat dan kecamatan Tanjungpinang Timur, dan pada tahun yang sama sesuai dengan PP no 34 tahun 1983 telah pula dibentuk kotamadya batan. Dengan adanya pengembangan wilayah tersebut, maka Batam tidak lagi menjadi bagian Kepulauan Riau.

Berdasarkan UU No. 53 Tahun 1999 dan UU No 13 tahun 200 kabupaten kepulauan Riau dimekarkan menjadi 3 kabupaten yaitu terdiri dari : Kabupaten Kepulauan Riau, kabupaten karimun dan Kabupaten Natuna. Kemudian dengan dikeluarkannya UU No.5 Tahun 2001, kota administratif Tanjungpinang berubah menjadi kota Tanjung yang statusnya sama dengan kabupaten.

Pada akhir tahun 2003 dibentuk Kabupaten Lingga sesuai dengan UU no 31/2003, maka kabupaten Kepulauan Riau meliputi 6 kecamatan yaitu Bintan Utara, Bintan timur, teluk Bintan, Gunung Kijang, Teluk Sebong dan Tambelan. Dan berdasarkan PP NO 5 Tahun 2006 tanggal 23 Februari 2006 kabupaten Kepulauan Riau berubah nama menjadi Kabupaten Bintan.

2) Kondisi Geografis, Kependudukan dan Batas Wilayah

Luas wilayah : 88.038,54 Km2 dimana luas daratan 1.946,13 Km2 atau 2,21% sedangkan jumlah penduduk hingga bulan Juni 2013 sebesar 159.403 jiwa.

Batas wilayah adalah:

l Sebelah Utara dengan Malaysia Timur dan Kabupaten Natuna

l Sebelah Timur dengan Provinsi Kalimantan Barat

l Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lingga

l Sebelah Barat dengan Kota Batam dan Kabupaten Lingga

76

3) Potensi wilayah

Secara geografis Kabupaten Bintan terletak pada posisi yang strategis yaitu pada alur laut kepulauan Indonesia yang berseberangan dengan Laut Cina Selatan, Selat Malaka Strait, dan Selat Singapura yang sangat strategis untuk pusat lalu lintas transportasi laut dan mempunyai nilai strategis untuk perdagangan dan industri dan membuka kemudahan dan peluang investasi.

Kegiatan pelabuhan laut utama (Internasional) untuk bongkar muat (ekspor dan impor) di Kabupaten Bintan diarahkan ke Bandar Sri Udana Lobam (Desa teluk Sasah), pelabuhan di ibukota Kabupaten di Bintan Bunyu, dan pelabuhan Sri Bayintan Kijang di sekitar kawasan Maritim. Kegiatan pelabuhan laut utama (Internasional) untuk penumpang di arahkan ke pelabuhan Bandar Bentan Telani di Lagoi, pelabuhan di Tanjung Berakit di kecamatan Teluk Sebong, pelabuhan di ibukota Kabupaten di Bintan Bunyu, dan pelabuhan Sri Bayintan Kijang di Kecamatan Bintan Timur.

Selain itu bandara udara dan transportasi lautnya, maka menambah keunggulan komparatif dalam melakukan investasi pada bidang industri, parawisata, perikanan, pertanian dan sebagainya yang perlu dipacu dan dikembangkan.

4) Perekonomian

Struktur ekonomi wilayah Bintan dilihat dari sektor ekonomi dan peluang usaha pada tahun 2005, kontribusi terbesar terhadap GDRP di Bintan adalah sektor industri yaitu sebesar 64.7%. Posisi kedua didominasi oleh sektor Pertambangan yaitu sebesar 13.09%.

Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 9.78%, Bangunan dan Konstruksi 3,39%, sektor pertanian sebesar 3.19 %, dan sektor-sektor lainnya cukup kecil yaitu antara 0.09% to 2.93%.

5) Pulau-pulau Kecil

Jumlah pulau 240 pulau, yang berpenghuni 39 pulau dan tidak berpenghuni 201 pulau, sedangkan pulau terluar adalah pulau Sentot. Oleh karenanya dalam penelitian ini di fokuskan pada pulau Nikoi.

Pulau Nikoi, terletak di Kelurahan Teluk Bakau, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, dengan luas: 14 hektar. Pemanfaatan pulau untuk Pariwisata, yang mana penguasaan tanah dikuasai oleh Badan Hukum (Asing), sedangkan RTRW merupakan kawasan Pariwisata.

6) Jenis Ikan dan Satwa Langka

Jenis ikan dan satwa langka yang hidup di perairan Kabupaten Bintan adalah: Jenis Penyu (penyu belimbing, penyu hijau, penyusisik, penyu pipih,penyu lekang, penyu tempayan), Dugong (ikan duyung), Hiu paus, Kuda laut dan Ikan Napolion . Semua jenis ini dilindungi.

b. Kota Batam, Pulau Batam

Kota Batam adalah kota terbesar di Kepulauan Riau dan merupakan kota dengan populasi terbesar ke tiga di wilayah Sumatra setelah Medan dan Palembang, Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Batam Per April 2012 jumlah penduduk Batam mencapai 1.153.860 jiwa. Metropolitan Batam terdiri dari tiga pulau, yaitu Batam, Rempang dan Galang yang dihubungkan oleh Jembatan Barelang.

77

Kota Batam merupakan sebuah kota dengan letak sangat strategis. Selain berada di jalur pelayaran internasional, kota ini memiliki jarak yang cukup dekat dengan Singapura dan Malaysia. Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika dibangun pada tahun 1970-an awal kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 158 kali lipat.

1) Sejarah

Pulau Batam dihuni pertama kali oleh orang melayu dengan sebutan orang selat sejak tahun 231 Masehi. Pulau yang pernah menjadi medan perjuangan Laksamana Hang Nadim dalam melawan penjajah ini digunakan oleh pemerintah pada dekade 1960-an sebagai basis logistik minyak bumi di Pulau Sambu.

Batam merupakan salah satu pulau yang berada diantara perairan Selat malaka dan selat Singapura. Tidak ada literatus yang menjadi rujukan dari mana asal nama Batam. Nama Batam dapat di jumpai adalah dalam Traktat London (1824). Penduduk asli diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang dikenal dengan sebutan orang Selat atau orang laut.

Penduduk disini telah mendiami wilayah tersebut sejak jaman Kerajaan Tumasik (sekarang Singapura) diakhir tahun 1300 atau pada awal abad ke-14. Ada catatan lainnya yang mengatkan pulau Batam telah di diami oleh orang laut sejak tahun 231 M dimana pada waktu itu Singapura disebut dengan nama pulau Ujung. Pada masa kejayaan Kerajaan Malaka, pulau Batam dibawah kekuasaan Laksamana Hang Tuah, setelah Malaka jatuh atas kawasan pulau Batam, maka pulau ini dipegang oleh Laksamana Hang Nadim yang berkedudukan di Bentan (sekarang P.Bintan). Setelah Hang Nadim wafat pulau ini berada dalam kekuasaan Sultan Johor sampai dengan pertengahan abad ke -18. Dengan munculnya Kerajaan Melayu Riau di Lingga dan terbentuknya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, maka pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya berada di bawah kekuasaannya, sampai berakhirnya Kerajaan Melayu Riau tahun 1911.

Pada abad ke 18 perairan Selat malaka semakin maju karena persaingan antara Belanda dengan Inggris untuk menguasai perairan tersebut, sehingga bandar Singapura maju dengan pesat dan pulau Batam amat bermanfaat bagi pedagang-pedagang untuk berlindung dari patroli Belanda yang secara sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura.

Pada abad 19 pada tahun 1824 Pemerintah Inggris dengan Belanda menandatangani perjanjian London yang berisi: Belanda mengakui kedudukan Inggris di Malaka dan Singapura, sementara itu Bengkulu menjadi kekuasaan Belanda sekaligus menguasai kepulauan Riau.

Pada dekade 1970-an, dengan tujuan awal menjadikan Batam sebagai Singapura-nya Indonesia, maka sesuai Keputusan Presiden nomor 41 tahun 1973, Pulau Batam ditetapkan sebagai lingkungan kerja daerah industri dengan didukung oleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam atau lebih dikenal dengan Badan Otorita Batam (BOB) sebagai penggerak pembangunan Batam.

Peta Wilayah Administratif Kota Batam

78

Seiring pesatnya perkembangan Pulau Batam, pada dekade 1980-an, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 1983, wilayah kecamatan Batam yang merupakan bagian dari kabupaten Kepulauan Riau, ditingkatkan statusnya menjadi Kotamadya Batam yang memiliki tugas dalam menjalankan administrasi pemerintahan dan kemasyarakatan serta mendudukung pembangunan yang dilakukan Otorita Batam.

Di era reformasi pada akhir dekade tahun 1990-an, dengan Undang-Undang nomor 53 tahun 1999, maka Kotamadya administratif Batam berubah statusnya menjadi daerah otonomi, yaitu Pemerintah Kota Batam untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan dengan mengikut sertakan Badan Otorita Batam.

2) Geografis dan Batas Wilayah

Kota yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau ini, memiliki luas wilayah daratan seluas 1.040 km² atau sekitar 1,5 kali dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 2.950 km². Kota Batam beriklim tropis dengan suhu

Kota yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau ini, memiliki luas wilayah daratan seluas 1.040 km² atau sekitar 1,5 kali dari wilayah Singapura, sedangkan luas wilayah keseluruhan mencapai 2.950 km². Kota Batam beriklim tropis dengan suhu