• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

14) Pulau Bulan

Pemberian SHGB tidak menyisakan RTH 30%, karena peraturannya belum terbit, dan pada kenyataannya pulau ini juga tidak dimanfaatkan atau diterlantarkan.

Saat ini sedang diproses kembali SHGB atas nama badan hukum yang sama seluas 20 Ha. Seharusnya pemerintah daerah tidak memberikan ijin lokasi dan BPN tidak memberikan SHGB terhadap badan hukum tersebut, mengingat pulau ini merupakan pulau yang strategis yang berbatasan dengan negara tetangga, diusulkan agar pulau ini merupakan kawasan pertahanan keamanan.

14) Pulau Bulan

Pulau Bulan luas 10.000 Ha, merupakan kawasan 1). pertanian/Agro Bisnis; 2).

Kawasan Budidaya Tambak. Pemilikan hak atas tanah SHGU seluas 3.986,4389 Ha, dan sedang diperoses SHGU seluas 976 Ha (atas nama 5 PT). Jumlah penguasaan dan pemilikan Holding/Group adalah seluas = 4.962,4389 Ha atau sekitar 49,62% . Ruang terbuka hijau masih tersisa 5 Ha.

Oleh sebab itu pemerintah daerah dan BPN dalam memproses/memberikan ijin lokasi dan hak atas tanah harus berhati-hati, mengingat pulau merupakan kawasan pertanian dan budidaya tambak yang perlu mendapatkan ruang terbuka hijau yang lebih besar, dan perlu ada monitoring agar kawasan ini tidak diterlantarkan.

5.2. LANGKAH-LANGKAH PENGATURAN PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH DI PULAU-PULAU KECIL

Berdasarkan hasil penelitian dan pengaturan tentang pulau kecil di atas, maka pulau-pulau kecil yang dapat/tidak diberikan hak atas tanah dengan memperhatikan:

1) Aspek pertahanan dan keamanan Negara, bagi pulau yang berbatasan dengan Negara lain tidak diperkenankan dihuni dan dikuasai oleh Badan Hukum maupun perorangan, karena pulau-pulau

141

kecil tersebut merupakan kawasan pertanahan negara.

2) Aspek Konservasi, terhadap pulau-pulau kecil dengan ekosistemnya , yakni kesatuan komunitas tumbuh-tumbuhan, hewan, organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas oleh karenanya tidak diperkenankan untuk dikuasai dan dimiliki oleh Badan hukum dan perorangan karena merupakan kawasan Konservasi.

3) Aspek kesejahteraan masyarakat, maka terhadap masyarakat yang sudah menghuni pulau-pulau kecil tersebut secara turun-temurun sebelum kemerdekaan Indonesia, perlu mendapatkan legalisasi aset dan akses bagi kesejahteraan perekonomiannya.

4) Luas tanah yang dapat digunakan di pulau-pulau kecil, merujuk pada tata ruang, sempadan pantai dan ruang terbuka hijau (Perda di masing-masing lokasi), kemudian oleh BPN dilakukan pengukuran dan pemetaan serta pemberian hak atas tanah yang dimohon. Artinya rumusan tanah dapat digunakan dan dapat di berikan hak atas tanah di pulau-pulau kecil adalah:

Luas Tanah yang dapat Digunakan/Luas Pemberian Hak Atas Tanah = ( Luas Pulau - Sempadan Pantai - RTH )

Luas tanah yang dapat digunakan/dimanfaatkan = Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah sebesar 60% atau 70% (sesuai Perda), dan Fasum dan Fasus sebesar 40% atau 30% (sesuai Perda).

5) Berdasarkan poin 1) sampai dengan 4) maka pemerintah daerah dapat/tidak dapat memberikan pencadangan dan Ijin lokasi beserta lampiran peta lokasi bagi badan hukum dengan mempedomani :

a) Rencana tata ruang;

b) Sempadan pantai;

Berdasarkan Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, pasal 31 ayat (1) menyatakan “Pemerintah Daerah menetapkan Sempadan Pantai yang disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain. Ayat (3) mengenai batas sempadan pantai sebagaimana dimaksud diatur dengan Peraturan Presiden.

c) Ruang Terbuka Hijau (RTH);

Berdasarkan Undang Undang Nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 57 (huruf b) Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah Kabupaten/Kota dan perseorangan dapat membangun dengan memperhatikan Ruang terbuka hijau (RTH) paling sedikit 30% dari luas pulau/

kepulauan.

d) Pemanfaatan hak atas tanah

Dengan berdasarkan RTH 30%, maka pemberian hak atas tanah 70%, dari luas pulau.

Dari 100% hak atas tanah, maka pemanfataannya sebesar 70% dan fasum serta fasus 30%.

6) Pengukuran dan pemetaan serta pemberian hak atas tanah dapat/tidak dapat dilaksanakan dengan berdasarkan poin 1) dan 5) di atas.

142

143

PENELITIAN POLA PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH DI PULAU-PULAU KECIL

Kesimpulan dan 6 BAB VI

Rekomendasi

144

6.1. KESIMPULAN

1) Pola Penguasaan dan pemilikan tanah di pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut:

a) Satu pulau dimiliki oleh satu Badan Hukum yakni Gili Nanggu, Pulau Nikoi, dan Pulau Lengkana;

b) Satu pulau dimiliki oleh satu Holding/Group yakni pulau Bulan;

c) Satu pulau dikuasai oleh satu orang pulau Kiluan;

d) Satu pulau diindikasikan dimiliki satu orang yakni Pulau Panjurit;

e) Satu pulau diindikasikan dikuasai tiga orang yakni Pulau Rimaubalak;

f) Satu pulau dikuasai dan dimiliki oleh oleh masyarakat dan badan hukum, yakni Gili Trawangan, Gili Meno, Gili Air, Pulau Saonek, Pulau Dum, Pulau Derawan dan Pulau Maratua.

2) Pemerintah Daerah sebagian besar belum menerbitkan Perda terkait dengan sempadan pantai dan ruang terbuka hijau, sehingga dalam memberikan ijin lokasi dan lampiran pemetaan dalam SK ijin lokasi belum merujuk pada sempadan pantai dan ruang terbuka hijau, dan BPN dalam memlaksanakan pengukuran dan pemetaan serta memberikan hak atas tanah sesuai dengan SK Pemda tentang Ijin Lokasi dan peta yang terlampir.

3) Penguasaan dan pemilikan tanah di pulau-pulau kecil sebagian besar belum berpedoman pada peraturan lintas sektoral (pengurangan sempadan pantai dan ruang terbuka hijau), sehingga pola penguasaan dan pemilikan tanah oleh badan hukum dan perorangan dimulai dari bibir pantai.

6.2. REKOMENDASI

1) Terbitkan Peraturan Pemerintah tentang HGU,HGB,HM atau HP bagi seluruh pulau (kecil) berdasarkan PP No.40/1996, pasal 60 dengan memperhatikan:

a) Luasan pulau yang dapat/tidak diberikan penguasaan dan pemilikannya bagi badan hukum, perorangan, pemerintah dan pemerintah daerah.

b) Kriteria pulau yang dapat/tidak diberikan penguasaan dan pemilikannya bagi badan hukum, perorangan, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan: aspek pertahanan keamanan, konservasi dan kesejahteraan.

2) Terbitkan Peraturan Presiden dan Peraturan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN dalam penetapan sempadan pantai yang disesuaikan dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain sesuai Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, pasal 31 ayat (1) dan ayat (3).

3) Terbitkan Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/

BPN dalam kaitannya dengan pemanfaatan hak atas tanah yang dapat dimanfaatkan memperhatikan Ruang Terbuka Hijau paling sedikit 30% dari luas pulau/kepulauan, sesuai Undang Undang Nomor 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 57 (huruf b).

4) Daftarkan seluruh pulau-pulau kecil di Indonesia sesuai pasal 19 UUPA dan PP 24 tahun 1997, agar dapat diketahui berapa jumlah pulau-pulau kecil yang tersebar di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB VI