• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROVINSI NUSA TENGGARA TIM UR

Dalam dokumen 359560801 SEMNAS FTM 2017. pdf (Halaman 184-192)

Albertus Juvensius PONTUS1, Louis Hermanus LAMMA2, dan Christy Mildayani AMTARAN3 1,2 agister Teknik ertambangan Konsentrasi Geomeklanika U N Veteran Yogyakarta

3Mahasiswa Teknik Pertambangan Universitas Nusa Cendana Kupang

Korespondensi penulis: albertus.pontus91@gmail.com ABSTRACT

This research was conduc ted at the Wini Beach - Tanjung Bastian, Humusu C Village, District of North Insana, North Central Timor Regency, East Nusa Tenggara Province. The purpose of this research is to determine the quali ty content of the ore iron within the iron sand at the Wini beach using magnetite degree calculation, the mineral content and Fe element content and also megascopic and microscopic description of the iron sand. The magnetism content calculation is done to exhibit the ore mineral s presence which then the content of the iron sand mineral is known. The magnetite s content average within the iron sand is 2,96%, the mineral content is 4,72% and the to tal Fe content is 2,48%. With this result it is kno wn that the quality of the iron content within Wini s iron sand has a bad quali ty so that it cannot be processed any further to be reserves.

Keywords: Iron Sand, Quality, Deposition.

ABSTRAK

Peneli tian ini telah dilakukan pada daerah Pantai Wini, yaitu di Tanjung Bastian, Desa Humusu C, Kecamatan Insana Utara, Kabupaten Timo r Tengah Utara, Propinsi Nusa Tenggara Ti mur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuali tas kandungan logam besi yang ada pada pasir besi di Pantai Wini dengan menggunakan perhitungan kadar magnetit (magnetite degree), kadar mineral dan kadar unsur Fe serta pendeskripsian megaskopis dan mikroskopis pasir besi tersebut. Perhitungan kadar kemagnetan adalah menunjukkan keberadaan mineral logam sehingga kadar mineral pasir besi tersebut dapat diketahui. Rata-rata kadar magnetit dari pasir besi tersebut adalah 2,96 %, dengan kadar mineral sebesar 4,72 % dan kadar Fe totalnya sebesar 2,48 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kualitas kandungan logam besi pasir besi Wini adalah memiliki kualitas yang buruk sehingga tidak dapat diolah lebih lanjut untuk dipastikan menjadi cadangan. Kata Kunci : Pasir Besi, Kualitas, Endapan.

PENDAHULUAN

Kabupaten Timor Tengah Utara adalah salah satu kabupaten yang memiliki potensi terbesar pair besi. Tempat yang memiliki potensi terbesar adalah desa Humusu C, Kecamatan Insana Utara. Keterdapatan pasir besi di desa Humusu berada tepat pada pesisir pantai Wini, dan bersifat homogen yang tersebar luas di sekitar pantai dengan 3 blok yang memiliki warna dan tekstur yang berbeda-beda. Dilihat dari sebarannya di lapangan, pasir besi di pantai Wini memiliki potensi yang cukup banyak. Sumberdaya pasir besi yang ada di pantai Wini totalnya 439,52 ton (Sirituka, C. 2014). Melihat sumberdaya tersebut yang didukung dengan kadar pasir besi antara 51%-62 % yang memiliki harga semakin tinggi tiap tahunnya maka kualitas yang terbaik dari pasir besi Wini sangat diperlukan. Maka untuk memastikan pasir besi tersebut memenuhi syarat memiliki kualitas yang baik dan dapat dijadikan cadangan maka perlu dilakukan pengujian laboratorium mengenai kualitas pasir besi.

METODOLOGI

Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Sedimentasi juga termasuk suatu proses pengendapan material yang diakibatkan oleh air atau udara di bawah pengaruh gravitasi

atau gaya sentrifugal membentuk bagian bawah lapisan padatan tersuspensi, yang disebut dengan sedimen, sedimen yang tidak dikonsolidasi (batuan lepas). Proses sedimentasi ini akan menghasilkan sebuah delta yaitu suatu proses pengendapan material yang diangkut oleh air sungai, dan terbentuk juga bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai yang merupakan proses pengendapan dari material-material yang terbawa oleh angin.

1. Endapan Placer Pantai

Endapan logam dasar di pantai dan lepas pantai pada umumnya terjadi akibat proses pelapukan (weathering) dan transportasi yang terdapat sebagai endapan letakan (placer) yang dihasilkan dari cebakan hidrothermal, yang berkaitan dengan batuan intrusi.

Berdasarkan keterkaitan placer dengan teknis eksplorasi dan penambangannya, Macdonald (1983) membagi lingkungan pengendapan placer atas benua, transisi dan laut, dimana yang pertama terdiri atas sublingkungan eluvial, koluvial, fluviatil, gurun, dan glasial.

2. GenesaEndapan Placer Pantai

a. Placer Residual

Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya (contohnya urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan atau penghancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia misalnya beryl.

b. Placer Elluvial

Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.

c. Placer Sungai atau Alluvial.

Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan dimana pertama adalah mineral berat pada batuan sumber (batuan beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua adalah pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).

d. Placer Pantai

Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan atau terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat. Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

e. Placer Eoulin

Merupakan bentang alam yang dibentuk karena aktivitas angin. Placer ini banyak dijumpai pada daerah gurun pasir. Gurun pasir sendiri lebih diakibatkan adanya pengaruh iklim. Gurun pasir diartikan sebagai daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata kurang dari 26 cm/tahun. Sedangkan cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan transportasi

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017

Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

oleh air yaitu secara melayang (suspension) dan menggeser di permukaan (traction). Secara umum partikel halus atau debu dibawa secara melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan (traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation) dan menggelinding (rolling). Pengendapan oleh angin, jika kekuatan angin yang membawa material berkurang atau jika turun hujan, maka material-material (pasir dan debu) tersebut akan diendapkan. (flushing), desain peralatan, kondisi kerja, efisiensi dari operasi.

3. Identifikasi Megaskopis dan Mikroskopis

a. Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang mempunyai warna khas. Pada umumnya batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning atau abu-abu terang. Ada pula yang berwarna gelap, abu-abu gelap sampai hitam dan coklat.

b. Bentuk butir

Kebundaran (Roundness) adalah tingkat membundar atau meruncingnya butiran. Sifat ini hanya dapat diamati pada batuan sedimen klastik kasar. Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport. Butiran dari mineral yang resisten seperti kuarsa, dan sirkon akan berbentuk kurang bundar dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan piroksen.

c. Pemilahan (sorting)

Sorting adalah tingkat keseragaman dari ukuran butir penyusun batuan sedimen, yang terbagi atas:

1. Pemilahan baik, bila ukuran besar butir di dalam batuan sedimen merata atau sama besar. Pemilahan ini terjadi pada batuan sedimen kemas tertutup.

2. Pemilahan sedang, bila ukuran besar butir di dalam batuan sedimen ada yang seragam dan ada yang tidak seragam

3. Pemilahan buruk, bila ukuran butir tidak merata, terdaapt matriks dan fragm en (berukuran halus hingga kasar). Pemilahan ini umumnya terdapat pada batuan sedimen kemas terbuka.

d. Pecahan

Pecahan merupakan kecenderungan suatu mineral untuk pecah. Pecahan pada mineral terbagi menjadi dua, yaitu even dan uneven. Kenampakan pecahan pada mineral di bawah mikroskop polarisasi dapat dilihat berupakan retakan dengan warna yang tidak tembus cahaya. Pecahan dapat memotong arah belahan ataupun sejajar dengan arah belahan suatu mineral.

e. Ketembusan Cahaya

Berdasarkan sifatnya terhadap cahaya, mineral-mineral terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Mineral yang tembus cahaya (transparent)

2. Mineral yang tidak tembus cahaya (opaque)

Apabila dilihat di bawah mikroskop, mineral transparent akan berwarna bening dan cerah, sedangkan mineral opaque kenampakannya di bawah mikroskop berupa butiran berwarna hitam, dimana cahaya tidak menembus mineral.

4. Grain Counting

Grain counting adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui kadar dari suatu sampel (konsentrat mineral berat, sayatan poles, maupun sayatan tipis), dengan membandingkan antara persen volume suatu mineral tertentu terhadap mineral secara keseluruhan. Analisis grain counting dilakukan dengan cara menghitung jumlah butir tiap jenis mineral yang ditebarkan pada area-area berbentuk bujur sangkar memiliki luas area yang sama yaitu lima atau tiga kotak dan tersusun secara diagonal. Tahap berikutnya adalah

pemisahan fraksi magnetit dari non magnetit dilakukan dengan magnet batang 300 gaus secara berulang-ulang sebanyak 7 kali untuk mendapatkan konsentrat yang cukup bersih. Setelah konsentratnya diperoleh, dilakukan penimbangan.

a. Pemisahan Magnetik

Persentase kemagnetan ditentukan dengan membagi berat konsentrat yang dihasilkan dari pemisahan magnet dengan conto lapangan yang telah direduksi hingga menjadi 100 gr kemudian dikalikan 100 %. Dengan membandingkan berat konsentrat dan berat asal, maka didapat nilai MD (magneticdegree), dengan menggunakan rumus:

... (1) Dimana:

MD = Nilai derajat kemagnetan (Magnetite degree)

b. Derajat Liberasi

Derajat liberasi adalah perbandingan antara jumlah berat mineral bebas dan berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan terikat). Efisiensi yaitu perbandingan antara

undersize yang lolos dengan undersize yang seharusnya lolos. Rumusnya adalah:

... (2) Dimana :

DL = Derajat Liberasi Na = Jumlah Butir Mineral

5. Teori Cone and Quartering

Sampling atau pengambilan sampel merupakan tahap awal dari suatu analisis. Pengambilan sampel harus efektif, cukup seperlunya tapi representatif (mewakili). Selain itu dengan cara melakukan sampling yang baik dan benar, sangat besar manfaatnya dalam prose s selanjutnya karena conto yang cukup sedikit itu dapat mewakili material yang begitu banyak dan dapat dipakai sebagai patokan untuk mengontrol apakah proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau sebaliknya. Tentunya hasil sampling ini harus disertai dengan analisis dengan menggunakan mikroskop (Sukamto, 2001).

HASIL

Pada proses channel sampling, sampel diambil pada 9 titik yang berbeda, dan pengambilan sampel tersebut secara random atau secara acak. Masing-masing titik sampel diambil dengan ketebalan yang sama yaitu dengan kedalaman 0-20 cm. Lokasi pengambilan sampel tersebut memiliki 3 blok pasir besi dengan warna dan tekstur yang berbeda-beda, yaitu pada blok pertama pasir tampak berwarna putih kecoklatan dengan ukuran butir sedang. Pada blok ke-2, pasir tampak berwarna coklat kehitaman dan berukuran pasir sedang sampai halus. Sedangkan pada blok ke-3, pasir berwarna hitam dan memiliki ukuran pasir halus. Pada kedalaman tertentu, terdapat kerikil halus hingga bongkah, sehingga perlapisan ini diperkirakan karena arus air laut.

Identifikasi Megaskopis

a. Warna

Secara megaskopis, warna dari endapan placer di lokasi penelitian adalah abu-abu hingga abu-abu kehitaman. Memiliki kilap logam (metallic).

b. Tekstur

Menurut Skala Wentworth (1992), maka ukuran butir pasir di lokasi penelitian tergolong dalam ukuran pasir sedang hingga pasir halus. Karena merupakan material sedimen yang telah tertransport jauh dari sumber, maka kebundaran pasir tergolong pasir yang sangat membundar (well-rounded). Pemilahan juga tergolong pemilahan yang baik karena memiliki ukuran butir yang seragam.

c. Morfologi Kristal

Bentuk khasnya octahedron, berbentuk massif sampai granullar, kristalin sampai halus.

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017

Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

Struktur sedimen di lokasi pengendapan adalah struktur perlapisan dimana pada lapisan paling atas dominan berupa material berukuran pasir dan pada kedalaman yang berbeda, terdapat lapisan material berukuran kerikil hingga bongkah berwarna hitam gelap.

e. Berat Jenis

Berdasarkan pengujian berat jenis pasir besi (Lampiran A), maka didapatkan hasil berat jenis dari pasir besi di lokasi penelitian adalah 1,93 gr/cm3.

Grain counting Menggunakan Mikroskopik

Pengamatan grain counting akan menghasilkan data-data mengenai bentuk asli mineral,

gangue-nya, mineral asosiasi, hubungan antara butiran mineral dengan pengototrnya, derajat liberasi dan kadar mineral dalam conto. Selain itu, keterangan-keterangan tersebut dapat membantu dalam mencari proses pengolahannya. Grain Counting dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler dengan perbesaran tertentu. Perbesaran Grain Counting

harus memperlihatkan hal-hal diantaranya, conto yang akan diamati harus telah diketahui jenis mineralnya, bentuk, kilap, dan sebagainya yang didapat dari penyelidikan mikroskopis.

Gambar 1. Fotomikrograf Sayatan Poles Gambar 2. Fotomikrograf Sayatan Poles

kode B-1 kode B-1

Gambar 3. Fotomikrograf Sayatan Poles Gambar 4. Fotomikrograf Sayatan Poles kode C-1 kode C-1

Pada Gambar 1 fotomikrograf sayatan poles tersebut tampak mineral magnetite- hematite (warna terang) dengan ukuran butir 1/8 mm–1/4 mm, tergolong pasir halus (fine sand), bentuk ukuran butir memanjang, dan memiliki pemilahan yang sangat baik. Pada gambar 1 juga tampak mineral yang berwarna coklat kehitaman, yang disebut dengan mineral pengotor

(gangue mineral).

Pada Gambar 2 tampak fotomikrograf sayatan poles tersebut tampak magnetite (warna terang) dengan ukuran butir 1/8 mm – 1/4 mm yaitu merupakan pasir halus, dengan bentuk butir kubik dan memiliki pemilahan yang baik. Pada gambar 2 tampak mineral yang berwarna coklat kehitaman, yang disebut dengan mineral pengotor (gangue mineral).

Mineral Magnetit Mineral pengotor Mineral pengotor Mineral Magnetit Mineral Magnetit Mineral pengotor Mineral pengotor Mineral Magnetit Mineral pengotor

Pada Gambar 3 fotomikrograf sayatan poles tersebut tampak magnetite-hematite (warna terang) dengan ukuran butir 1/8 mm– 1/4 mm yaitu merupakan pasir halus, dengan bentuk butir kubik dan memiliki pemilahan yang baik, bentuk butir kubik. Pada gambar 3 tampak mineral yang berwarna coklat kehitaman, yang disebut dengan mineral pengotor

(gangue mineral).

Pada Gambar 4 fotomikrograf sayatan poles tersebut tampak magnetite-hematite (warna terang) dengan ukuran butir 1/8 mm – 1/4 mm yaitu merupakan pasir halus dan bentuk butir menyudut (angular) serta memiliki pemilahan yang baik. Pada gambar 4 tampak mineral yang berwarna coklat kehitaman, yang disebut dengan mineral pengotor (gangue mineral). Analisa ayak

Tabel 1. Hasil Analisa Ayak Sampel

Fraksi Berat sampel

(gr) Persentase (%) +20 20,84 4,168 -20 + 40 73,79 14,758 -40 + 60 208,13 41,626 -60 + 100 155,92 31,184 -100 + 120 9,81 1,962 -120 + 140 2,55 0,51 + 140 28,96 5,792

Dari data pada tabel 1, total berat sampel adalah 500 gram dan total persentasenya adalah 100 %. Berat awal sampel yang akan diayak pada sampel C1 adalah 505,26 gram. Dari data tersebut juga belum ada kehilangan mineral berharga bersama tailing. Untuk mencari kehilangan mineral berharga bersama tailling adalah sebagai berikut :

Dalam pasir besi, terdapat konsentrat yang terdiri dari mineral-mineral berharga, dan juga mineral pengotor. Sedangkan tailling merupakan mineral pengotor yang hasil dari magnetit separator. Didalam tailing tidak hanya mineral pengotor yang hilang tetapi juga ada sisa-sisa konsentrat yang ikut hilang bersama tailling. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat kita ketahui bahwa ada 1,041 % mineral berharga yang hilang bersama tailling. Sedangkan 98,959 % merupakan mineral berharga yang lolos dan disebut konsentrat.

Gambar 5. Grafik Analisa Ayak

Nampak dari gambar 5. dapat dilihat hasil analisa ayakan sampel B1, dimana fraksi ayakannya berurutan, dimulai dari ayakan nomor 20 mesh sampai 140 mesh, dan pada ayakan

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017

Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

tersebut ada sampel yang lolos sesuai nomor ayakan dan ada yang masih tertinggal di dalam ayakan tersebut. Grafik tersebut juga terlihat pada titik tertinggi dalam persentase sampel yang lolos pada masing-masing fraksi, dimana persentase tertinggi adalah pada ayakan nomor 60 mesh yaitu 41,626 %, dan dapat terlihat pada titik puncak grafik.

Magnetit Separator

Tabel 2. Hasil Magnetite Separator Konsentrat Pasir Besi Berat pada arus 0.1 A Berat pada arus 0.2 A Persentase pada arus 0.1 A (%) Persentase pada arus 0.2 A (%) Konsentrat 13,29 gr 16,82 gr 3,978 5,545 Tailing 320,79 gr 286,53 gr 96,022 94,455 Total 334,08 gr 303,35 gr 100 % 100 %

Dari hasil perhitungan di atas, nampak bahwa pada arus 0,1 ampere maupun arus 0,2 ampere terlihat dengan jelas bahwa memiliki tailling dengan persentase yang cukup tinggi yaitu mencapai 96,022 % pada arus 0,1 ampere dan 94,455 % pada arus 0,2 ampere, Sedangkan konsentratnya sangat rendah yaitu 3,978 % pada arus 0,1 ampere dan 5,545 % pada arus 0,2 ampere.

Analisa Derajat Kemagnetan

Tabel 3. Hasil Perhitungan Derajat Kemagnetan Berat Konsetrat (gr) Berat Sampel (gr) MD (%)

13,29 505,26 2,63 16,82 505,26 3,32 14,5 507,62 2,85 15,48 507,62 3,04

Hasil perhitungan menunjukkan nilai magneticdegree memilikinilai terendah sebesar 2,63% dan tertinggi sebesar 3,32 %. Nilai rata-rata MagneticDegree (MD) dari seluruh sampel adalah sebesar 2,96%. Terjadi perbedaan antara nilai MD karena pada sampel dengan kadar terendah memiliki mineral pengotor yang lebih dominan.

Analisa Kadar Mineral

Analisa kadar mineral, umumnya dilakukan untuk mengetahui mineral-mineral logam yang mempunyai densitas lebih tinggi dibandingkan mineral pengotornya.

Analisa Kadar Unsur Fe

Tabel 3. Hasil Perhitungan Kadar Unsur Fe

Jenis Mineral Kode Sampel Metode

B1 C1

Fe total (%) 2,48 2,19 AAS FeO (%) 2,08 1,87 Volumetri Fe2O3 (%) 1,23 1,05 Perhitungan

TiO2 (%) 0,66 0,67 Spektrofotometri

Analisis unsur Fe menggunakan perhitungan kimiawi yang didasarkan pada hasil laboratorium. DISKUSI

Kualitas Logam Pasir Besi

Dilihat dari derajat kemagnetan dan kadar unsur Fe yang terkandung didalamnnya, maka pasir besi di lokasi penelitian memiliki kadar Fe yang sangat rendah yaitu hanya memiliki 2,23 % kandungan logam besi didalamnya. Sedangkan untuk kualitas logam besi yang baik, dan

memiliki harga jual yang sesuai di pasaran adalah pasir besi harus memiliki kandungan logam besi antara 51%-62%. Dari nilai kandungan Fe tersebut, pasir besi Wini juga tidak bisa dipasarkan karena sama sekali tidak memiliki harga jual dengan nilai yang sangat rendah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dari pengujian kualitas pasir besi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis megaskopis dan mikroskopis pasir besi tersebut maka pasir besi lebih banyak didominasi mineral pengotor diantaranya kuarsa, silika, serpentin, titan dan juga lempung dibandingkan mineral magnetite (Fe total, FeO) dan hematitenya (Fe2O3).

2. Dari hasil penelitian tersebut maka derajat kemagnetan dari pasir besi tersebut hanya mencapai 2,96 %, kadar mineral 4,95 % dan memiliki kadar unsur Fe totalnya 2,48 %

3. Dari Hasil penelitian tersebut, maka dapat dipastikan bahwa pasir besi di Pantai Wini memiliki kualitas yang buruk, sehingga tidak dapat dipastikan untuk menjadi cadangan dan hanya tergolong dalam sumberdaya terkira.

SARAN

Penelitian mengenai pasir besi di pantai Wini ini sebaiknya tidak dilakukan tahap eksplorasi karena memiliki kandungan logam besi yang sangat rendah. Sebaiknya lokasi Pantai Wini khususnya Tanjung Bastian dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah Kabupaten Timor Tengah Utara untuk dijadikan obyek wisata dan memberi nilai tambah untuk pariwisata Kabupaten TTU.

DAFTAR PUSTAKA

Arief Saint., 2012, Uji kadar butir lolos saringan No.4 untuk agregat halus. From http://www.scribd.com/doc/77336300/1-Uji-Kadar-Lumpur-Lolos-Saringan-No-4. Amir Harman, Bijaksana Satria, Mufit Fatni, fadhillah, 2014 Kajian tentang Sifat Magnetik

Pasir Besi dari Pantai Sunur, Pariaman, Sumatera Barat ,Jurnal Geo isika / .

Chusni Ansori, Sudarsono, Saefudin: distribusi mineralogi pasir besi pada jalur pantai

selatan Kebumen-kutoarjo.From http://www.scribd.com/PasirBesi/Sayatan

Poles/index.php.htm

Data Umum Potensi Wilayah Humusu C, Kecamatan Insana Utara, TTU INC, Telsmith, 2011, Mineral Processing,USA

N. W. Bambang, Oktober , Penyelidikan Endapan Pasir Besi di Daerah Pesisir Selatan

Ende-Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur”,journal, April 2014.

Richard, Robert H, 1909, A Text Book Ore Dressing, New York

PP Republik Indonesia No.23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral Dan Batubara.

Sirituka, Christi B. 2013, Skripsi : Interpretasi Sumber Daya Terindikasi Endapan Pasir Besi Studi Kasus di Daerah Pantai Wini Desa Humusu C Kabupaten Timor Tengah Utara

Nusa Tenggara Timur, Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Nusa Cendana Kupang.

Surjono Sugeng S, Amijaya Hendra D, Winardi Sarju, 2010, Analisis Sedimentologi Panduan

Pengujian mineral sedimentologi , Pustaka Geo, Yogyakarta.

____________, 99 , reduksi langsung pasir besi kulonprogo Yogyakarta laporan penelitian ,

Proyek pertambangan teknologi pengolahan bahan galian Pusat pengembangan Teknologi

Dalam dokumen 359560801 SEMNAS FTM 2017. pdf (Halaman 184-192)