BAB II : PENYERTAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA MENURUT
B. Penjatuhan Sanksi Terhadap Anak Yang Turut Serta
6. Putusan
a. Putusan PN Padangsidimpuan No. 5/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Padangsidimpuan telah menjatuhkan putusannya dengan amar putusan sebagai berikut : 1. Menyatakan Anak yang Berkonflik dengan Hukum (AD), telah
terbukti secara sah dan menyainkan bersalah melakukan tindak pidana “Melakukan Kekerasan terhadap Anak yang Mengakibatkan Mati” sebagaimana yang terdapat dalam dakwaan tunggal Jaksa Penuntut Umum;
2. Menjatuhkan pidana terhadap anak yang berkonflik dengan hukum, dengan pidana penjara selama 6 (enam) tahun;
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalankan oleh Anak yang Berkonflik dengan Hukum, dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan Anak yang berkonflik dengan Hukum tetap ditahan;
5. Menetapkan barang bukti berupu:
- 1(satu) buah pisau belati
- 1(satu) unit Handphone merek Asus warna Hitam - 1(satu) buah baju kaos oblong warna biru
- 1(satu) buah celana berwarna biru dongker - Sepasang sendal merk Swallow berwarna putih - 1(satu) Unit Handphonemerek Asus warna Hitam
Masing-masing dirampas untuk dimusnahkan
- 1 (satu) unit sepeda motor merk Suzuki Spin 125 warna Hitam beserta 1(satu) buah kunci kontak sepeda motor.
- 1(satu) unit sepeda motor merk Supra X 125 warna hitam beserta 1(satu) buah kunci kontak sepeda motor merk Honda.
Masing-masing di kembalikan kepada pemiliknya.
6. Membebankan kepada Anak yang Berkonflik dengan Hukum Membayar biaya perkara sejumlah Rp. 3000,- (tiga ribu rupiah).
b. Putusan PN Padangsidimpuan No. 6/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp
1. Menyatakan Anak yang Berkonflik dengan Hukum MF, telah terbukti sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “turut serta melakkan kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan mati” sebagaimana dakwaan tunggal Jaksa Penuntut Umum ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum tersebut, oleh karena itu dengan pidana penjara 5 (lima) tahun ;
4. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalankan oleh Anak yang berkonflik dengan Hukum, dikurangi seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
5. Menetapkan Anak yang Berkonflik dengan Hukum tetap ditahan;
6. Menetapkan barang bukti berupa:
- 1(satu) buah pisau belati
- 1(satu) unit Handphone merek Asus warna Hitam - 1(satu) buah baju kaos oblong warna biru
- 1(satu) buah celana berwarna biru dongker - Sepasang sendal merk Swallow berwarna putih - 1(satu) Unit Handphone merek Asus warna Hitam
- 1(satu) unit sepeda motor merk Suzuki Spin 125 warna Hitam beserta 1(satu) buah kunci kontak sepeda motor.
- 1(satu) unit sepeda motor merk Supra X 125 warna hitam beserta 1(satu) buah kunci kontak sepeda motor merk Honda. Masing-masing digunakan dalam berkas perkara An. AD;
7. Membenarkan kepada Anak yang berkonflik dengan Hukum membayar biaya perkara sejumlah Rp. 3.000,- (tiga ribu rupiah);
3. Analisis Putusan
Dakwaan merupakan dasar penting dari hukum acara pidana, karena berdasarkan hal apa saja yang dimuat di dalam surat itu, hakim akan memeriksa pekara itu. Pemeriksaan didasarkan kepada surat dakwaan. Menurut Naderburg, pemeriksaan tidak batal jika batas-batas dilampaui, namun putusan hakim hanya boleh mengenai peristiwa-peristiwa yang terletak dalam batasan ini.92
Dalam KUHAP, hanya disebutkan hal-hal yang harus dimuat dalam surat dakwan, ialah uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai delik yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan tempat delik terjadi93.
Dalam perkara pidana No. 5/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp dan No.6/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp Penuntut Umum Pengadilan Negeri Padangsidimpuan dalam dakwaannya menggunakan jenis dakwaan tunggal yaitu Pasal 80 ayat (3) UU RI No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Dakwaan Tunggal dibuat karena tidak adanya keraguan oleh jaksa untuk mengidentifikasi tindak pidana dilakukan oleh para terdakwa.
Dengan tidak adanya keraguan tersebut, maka jaksa dapat membuat dakwaan dengan bentuk dakwaan tunggal. Untuk mempersingkat dan mempermudah proses pembuktian tuntutan, namun tidak menimbulkan resiko akan lepas atau bebasnya terdakwa dari segala tuntutan hakim.
92Andi Hamzah, Hukum Acara PidanaIndonesia Edisi Kedua, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008), hlm.169.
93Ibid
Oleh sebab itu dakwaan jaksa dalam surat dakwaan tunggal sudah tepat, sebab Jaksa telah teliti menentukan surat dakwaannya terhadap para terdakwa yaitu AD dan MF. Dalam artiannya syarat formil dan syarat materil dari surat dakwaan yaitu:94
1. Syarat formil, yaitu identitas lengkap terdakwa, diberi tanggal pengajuan surat dakwaan dan ditanda tangani oleh Jaksa Penuntut Umum.
2. Syarat Materil yang meliputi :
a. Uraian secara cermat, jelas, dan lengkap mengenai tindak pidanayang didakwakan.
b. Waktu tindak pidana dilakukan (tempus delicti) c. Tempat tindak pidana dilakukan (locus delicti)
Jaksa Penuntut Umum sangat yakin bahwa perbuatan para terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 80 ayat (3) UU RI No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka dakwaan Jaksa Penuntut umum sudah sesuai dengan Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP dan berdasarkan fakta hukum telah terpenuhi segala unsur-unsur yang di dakwakan.
Selanjutnya dalam Pasal 137 KUHAP menentukan bahwa penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang
94Al.Wisnubruto, Praktik Persidangan Pidana, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014), hlm.50.
didakwakan melakukan suatu delik dalam darah hukumnya dengan melimpahkan perkara kepengadilan yang berhak mengadilinya.95
Berdasarkan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang pada dasarnya mendakwakan Pasal yang sama terhadap kedua kasus di atas, dalam perkara No.Register 5/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp dan No.Register 6/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp JPU menuntut Pasal 80 ayat (3) UU RI No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU RI No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan membuatnya dalam satu surat dakwan, apabila dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara dalam hal:
a. Bebarapa tindak pidana yang dilakukan oleh seseorang yang sama dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan dalam pemeriksaan;
b. Beberapa tindak pidana bersangkut paut dengan yang lain;
c. Beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan yang lain, akan tetapi yang satu dengan yang lain ada hubungannya, dalam hal ini penggabungan tersebut perlu bagi kepentingan pemeriksaan.
Pengertian Putusan Hakim adalah merupakan tindakan akhir dari hakim di dalam persidangan, menentukan apakah dihukum atau tidak sipelaku, jadi putusan hakim adalah pernyataan dari seorang hakim dalam memutuskan suatu perkara di dalam persidangan dan memiliki kekuatan
95Andi Hamzah, Op.Cit, hlm.162
hukum tetap. Pasal 1 angka (11) KUHP “Putusan Pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.”
Dalam halnya putusan hakim harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Surat putusan pemidanaan memuat:
a. Kepala putusan yang dituliskan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”
b. Nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaan terdakwa.
c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan.
d. Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan terdakwa
e. Tuntutan pidana, sebagaimana yang terdapat dalam surat tuntutan f. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
pemidanaan atau tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang meringankan terdakwa g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali
perkara diperiksa oleh hakim tunggal
h. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
i. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti.
j. Keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan dimana letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat autentik dianggap palsu.
k. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan.
l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus dan nama putusan.
Penjatuhan pidana terhadap terdakwa didasarkan pada pada penilaian pengadilan, yang mana jika pengadilan menilai terdakwa terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan kesalahan yang didakwakan kepadanya dan berpatokan pada sitem pembuktian dan batas minimum pembuktian yang diterangkan dalam Pasal 183 KUHAP sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah.
Pada dasarnya anak yang melakukan tindak pidana wajib mempertanggung jawabkan perbuatannya di muka pengadilan. Pengadilan yang menangani perkara anak disebut dengan sidang pengadilan anak yang
kemudian menjadi sidang anak. Untuk melindungi dan memberikan bimbingan kepada anak yang berkonflik dengan hukum.
Dalam hal ini Putusan Pengadilan Negeri Padangsidimpuan No.5/Pid.Sus Anak/2017/PN Psp dan No.6/Pid.Sus Anak/2017/PN Psp berdasarkan kasus tersebut, ada beberapa fakta hukum yang dapat menjadi pertimbangan untuk menganalis kasus tersebut lebih lanjut yaitu:
a. Putusan No. 5/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp
1. Terdakwa dalam hal ini adalah anak yang berumur 17 tahun yang melakukan tindak pidana pembunuhan kepada anak yang berumur 18 tahun.
2. Terhadap kasus ini hakim menjatuhkan putusan kepada terdakwa karena terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 80 ayat (3) UU RI No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan hukuman 6 (enam) tahun penjara.
b. Putusan No. 6/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp
1. Terdakwa dalam hal ini adalah anak yang berumur 18 tahun yang melakukan turut serta dalam tindak pidana pembunuhan kepada anak yang berumur 18 tahun.
2. Terhadap kasus ini hakim menjatuhkan putusan kepada terdakwa karena terbukti secara sah dan menyakinkan melanggar Pasal 80 ayat (3) UU RI No.35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU RI No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dengan hukuman 5 (lima) tahun penjara.
a. Turut serta melakukan tindak pidana pembunuhan
Turut serta dalam melakukan tindak pidana pembunuhan berarti bersama-sama melakukan. Setidaknya harus ada dua orang yaitu orang melakukan tindak pidana (pleger) dan orang yang turut serta melakukan tindak pidana (medepleger). Dua orang atau lebih dalam hal ini semuanya harus terlibat secara fisik dalam melakukan tindak pidana, bukan hanya perbuatan yang bersifat membantu di awal atau di akhir tindak pidana.
Berdasarkan pertimbangan hakim dilihat fakta-fakta hukum di persidangan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum AD dan MF terbukti melakukakan pembunuhan terhadap anak korban Hamzah Siregar.
Berdasarkan kronologis anak yang berkonflik dengan hukum AD dan MF bersama-sama merencanakan tempat perkelahian. Sebelum menuju ke tempat terjadinya tindak pidana MF menyarankan kepada AD untuk mengambil sebuah pisau karena khawatir tidak bisa melawan Hamzah Siregar. Pada saat perkelahian terjadi, MF membantu AD membalikkan badan agar AD berada di atas anak korban Hamzah Siregar, setelah itu anak yang berkonflik dengan hukum MF mengantarkan AD pulang ke rumahnya. Berdasarkan keterangan sanksi AD dan Mf membenarkan seluruhnya dan tidak ada pembelaan dari keduanya. Dalam hal ini dapat dilihat secara jelas bahwa unsur penyertaan dari tindak pidana telah terbukti.
Berdasarkan kronologis anak korban Hamzah Siregar tidak langsung meninggal dunia, tetapi masih sempat di bawa ke RSU Losung Batu. Kemudian ditolak karena tidak ada dokter, dan langsung dilarikan ke RSU Padangsidimpuan dan dirawat di ruang IGD. Berselang ½ jam di rawat di IGD korban dinyatakan telah meninggal dunia.
Adami Chazawi dalam bukunya menyatakan bahwa saat timbul akibat hilangnya nyawa orang tidaklah harus seketika atau tidak lama setelah perbuatan, melainkan dapat timbul beberapa lama setelah kemudian, yang terpenting akibat itu benar-benar disebakan oleh perbuatan itu.96 Dalam hal ini harus terdapat bukti antara perbuatan dengan timbulnya akibat matinya orang tersebut ada hubungan klausa, artinya akibat matinya orang itu memang benar-benar merupakan akibat dari perbuatan itu tanpa harus dipersoalkan apakah matinya orang itu timbul seketika tau tidak.Berdasarkan penjelasan di atas jelas adanya hubungan kausalitas antara perbuatan yang dilakukan anak yang berkonfik dengan hukum AD dan MF dengan kematian anak korban Hamzah Siregar.
b Penjatuhan sanksi terhadap anak yang melakukan turut serta tindak pidana
Penjatuhan sanksi terhadap anak yang melakukan tindak pidana harus mempertimbangkan berbagai hal, seperti berat ringannya tindak pidana yang dilakukan, faktor-faktor anak melakukan tindak pidana,
96Adami Chazawi (2), Op.Cit, hlm.59.
keadaan kejiwaan anak, kehidupan keluarga, pendidikan, sosial serta hak-hak dan kepentingan anak. Dalam halnya penjatuhan sanksi harus dapat memberikan rasa keadailan kepada anak yang berkonfik dengan hukum tanpa harus menyampingkan keadilan terhadap korban anak Hamzah Siregar. Dalam halnya penjatuhan sanksi yang diberikan hakim menurut hemat penulis telah tepat. Anak yang berkonflik dengan hukum (AD) orang yang melakukan pembunuhan dikenai sanksi pidana penjara 6 (enam) tahun dan anak yang berkonflik dengan hukum (MF) orang yang turut serta melakukan dikenai sanksi pidana penjara 5 (lima) tahun.
Perbedaan sanksi antara orang yang melakukan dan orang yang turut serta melakukan dalam putusan ini, berdasarkan fakta-fakta hukum anak yang turut serta melakukan merasa menyesal dan bersalah dalam melakukan tindak pidana.
Hal ini menjadi pembelajaran kepada masyarakat khususnya orang tua agar tetap memperhatikan tumbuh kembang anak demi menghindari terjadinya tindak pidana yang dapat merungikan dirinya sendiri dan masyarakat. Penjatuhan sanksi bagi anak semata-mata bukan sebagai balasan atas perbuatannya, melainkan pembinaan agar anak tidak mengulangi kesalahannya lagi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyertaan berdasarkan KUHP terbagi menjadi dua yaitu pembuat dan pembantu. Pembuat diatur dalam Pasal 55 KUHP yaitu plegen (mereka yang melakukan), doenplegen (mereka yang menyuruh melakukan) medeplegen (mereka yang turut serta melakukan), uitlokken(mereka yang menganjurkan). Sedangkan pembantu diatur di dalam Pasal 56 KUHP yaitu pembantuan pada saat kejahatan dilakukan dan pembantuan sebelum kejahatan dilakukan.
2. Penjatuhan sanksi terhadap anak yang melakukan tindak pidana harus dapat memberikan perlindungan terhadap anak. Sanksi yang dijatuhkan terhadap anak haruslah dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan dan membahayakan anak serta masa depannya.
Perlindungan terhadap anak dilakukan dengan memberikan perlakuan dan perhatian khusus terhadap anak dalam menangani perkaranya. Terhadap anak yang melakukan tindak pidana harus diteliti dengan sungguh-sungguh faktor yang menyebabkan anak tersebut melakukan tindak pidana sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menjatuhkan sanksinya kemudian. Anak yang melakukan tindak pidana juga harus dijamin dan dilindungi hak-haknya oleh hukum dan aparat penegak
hukum. Pengaturan sanksi terhadap anak sebelum lahirnya UU No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (UU Pengadilan Anak). UU No.
11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menerapkan 2 sistem yaitu pidana dan tindakan. Lahirnya UU ini memberi rasa perlindungan kepada anak yang berhadapan dengan hukum, karena penjatuhan pidana merupakan upaya terakhir dalm menangani kasus anak.
3. Berdasarkan Putusan Hakim PN Padangsidimpuan No. 5/Pid.Sus-Anak/2017/PN Psp dan No. 6/Pid.Sus-5/Pid.Sus-Anak/2017/PN PSp menjatuhkan Pasal 80 ayat (3) UU RI No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan UU RI No.
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang berarti anak terbukti secara sah dan menyakinakan melakukan turut serta dalam pembunuhan.
Melalui pertimbangannya hakim telah menguraikan unsur-unsur yang didakwakan, alat bukti, keterangan saksi dan keterangan terdakwa. Hakim menjatuhkan hukuman pidana penjara 6 (enam) tahun kepada anak yang melakukan pembunuhan dan 5 (lima) tahun kepada anak yang ikut serta dalam melakukan pembunuhan. Penjatuhan sanksi yang diberikan oleh hakim menurut penulis telah tepat. Karena hakim telah cukup memberikan perlindungan terhadap anak, dan memberi rasa keadilan bagi keluarga korban anak Hamzah Siregar.
B. Saran
Adapun saran yang dapat Penulis berikan sehubungan dengan penulisan ini adalah:
1. Jaksa Penuntut umum harus teliti dan cermat dalam menyusun surat dakwaan dan surat tuntutan, mengingat keduanya merupakan dasar bagi hakim untuk menjatuhkan atau tidak menjatuhkan pidana terhadap pelaku yang dihadapkan di muka persidangan. Selain itu, harus mempunyai pengetahuan atau ilmu tentang hukum dengan baik, bukan hanya hukum secara formiil, melainkan juga hukum secara materiil agar tidak salah dalam menentukan rumusan undang-undang atau pasal yang didakwakan.
2. Penjatuhan sanksi terhadap anak harus dilakukan dengan hati-hati.
Hakim harus dapat mencari dan mengetahui dengan sungguh-sungguh penyebab anak melakukan tindak pidana sehingga terhadap anak dapat diberikan perlindungan hukum. Oleh karena itu, pemerintah perlu mempersiapkan hakim-hakim yang kompeten untuk menangani perkara anak.
DAFTAR PUSTAKA BUKU
Adnan, Wahyu, 2007, kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Bandung, Gunung Angkasa
Ali, Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Sinar Grafika
Andrisman, Tri, 2009, Asas-Asas dan Dasar Aturan Hukum Pidana Indonesia, Bandar Lampung, Unila
Chazawi, Adami, 2002, Pelajaran Hukum Pidana, Jakarta, Raja Grafindo Persada
, 2002, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, Jakarta, Raja Grafindo Persada
, 2005, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta, Raja Grafindo Persada
, 2016, Tindak Pidana Pornografi, Jakarta, Sinar Grafika
Djaja, Ermansjah, 2010, Tipologi Tindak Pidana Korupsi di Indonesia, Bandung, Mandar Maju
Effendy, Marwan,2010, Korupsi dan Pencegahannya, Jakarta,Timpani Publishing Ekaputra, Mohammad, dan Abul Khair, 2016, Percobaan dan Penyertaan,
Medan, USU Press
Fazar ND, Mukti dan Yulianto Achmad, 2010, Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,Yogyakarta, Pustaka belajar
Gosita, Arif, 1985, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta, Akademika Presindo Gultom,Maidin, 2008, Perlindungan Hukum Terhadap Anak, Bandung, PT
Refika Aditama
Halim, Pathorang, 2013, Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pencucian Uang di Era Globalisasi, Yogyakarta, Total Media
Hamzah, Andi, 2008, Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Jakarta, Sinar Grafika
Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Sinar Grafika
Kartanegara, Satochid, Hukum Pidana Kumpulan Kuliah, Balai Lektur Mahasiswa
Lamintang, P.A.F, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti
Mahmud Marzuki, Peter, 2009, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media Group
Marlina, 2009, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Pengembangan Konsep Diversi dan Restorative Justice, Bandung, PT Refika Aditama
Marpaung, Leden, 2000, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh:
Pemberantasan dan Prevensinya, Jakarta, Sinar Grafika
Maramis, Frans, 2013, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo
Moeljatno, 1985, Azas-Azas Hukum Pidana, Jakarta, Bina Aksara
, 1985, Hukum Pidana Delik-delik Penyertaan, Jakarta, Bina Aksara
Muladi dan Barda Nawawi, 1992, Teori dan Kebijakan Pidana, Bandung, Alumni Nashriana, 2011, Perlindungan Hukum Bagi Anak di Indonesia, Jakarta, Raja
Grapindo
Nawawi Arief, Barda, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti
Nazir, M, 2012, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta Prasetyo, Teguh, 2011, Hukum Pidana, Jakarta, Rajawali Pres
Prodjodikoro,Wirjono, 2003, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bndung, Aditama.
Poerdaminta, Wjs,1992, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka
Prodjodikoro, Wirjono, 1974, Tindak-Tindak Pidana di Indonesia, Jakarta, Eresco
Renggong, Ruslan, 2016, Hukum Pidana Khusus: Memahami Delik-Delik di Luar KUHP, Jakarta, Kencana Pranamedia Grup,
R.M, Soeharto, 1996, Hukum Pidana Materiil: Unsur-Unsur Objektif Sebagai Dasar Dakwaan, Jakarta, Sinar Grafika
Santoso, Topo dan Eva Achjani Zulfa, 2001, Kriminologi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada
Samidan Prang, Muzakkir,2011, Terorisme dalam Persefektif Hukum Pidan di Indonesia, Medan, Pustaka Bangsa Press
Sholehuddin, 2014, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System dan Implementasinya, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada Soesilo, R, 1991, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor, Politeia Soejono Soekanto, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press Sudarto, 2002, Hukum Pidana Materil, Jakarta,Sinar Grafika
Sunggono, Bambang, 2015, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rajawali Press Syamsuddin, Aziz, 2011, Tindak Pidana Khusus, Jakarta, Sinar Grafika
Teguh, Prasetyo, 2011, Hukum Pidana, Jakarta, Raja Gravindo Persada
Tongat, 2009, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia Dalam Persefektif Pembaharuan, Cetakan Kedua, Malang, UMM Press.
, 2003, Hukum Pidana Materil, Jakarta, Djambatan
,1986, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Bandung, Eresco
Wahid, Abdul, dkk, 2004, Kejahatan Terorisme-Persefektif Agama, HAM dan Hukum, Bandung, Refika Aditama,
Wisnubruto, Al, 2014, Praktik Persidangan Pidana, Yogyakarta, Cahaya Atma Pustaka
Wiyanto, Roni, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Mandar Maju
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
Kitab Undang-Undang Pidana
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana INTERNET
https://www.bps.go.id, Data Statistik Kriminal 2017.Pdf, hlm.19, Diakses Pada:
Sabtu 24 Maret 2018, Pukul: 13:26 WIB.
http://www.harnas.co/2018/01/01/kejahatan-anak-di-sumut-meningkat-lebih-dari-100-persen, Diakses Pada: Sabtu 24 Maret 2018, Pukul:19:40 WIB.
https://nasional.tempo.co/read/808347/vonis-kasus-yy-hukuman-mati-20-tahun-penjara-dan-denda-2-m, Diakses Pada 24 Maret 2018, Pukul 09.00 WIB.
http://www.kompasiana.com/iraannisa/anak-sd-melakukan-pembunuhan-berencana-terhadap-temannya_552bb5b36ea8344f6f8b457b, Diakses Pada 24 Maret 2018, Pukul: 08.00 WIB.
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/08/14504141/dua.pemerkosa.dan.
pembunuh.karyawati.ef.divonis.hukuman.mati. Diakses Pada 4 April 2018, Pukul 07.00 WIB.