• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PERANAN SANGGAR ANAK SEBAGAI ALTERNATIF

H. Hasil dan Pembahasan Penelitian

I. Rangkuman Hasil Penelitian

Rangkuman hasil penelitian dari identitas responden yang diambil dari item nomor 1, 2, 3, 4, dan 5 menunjukkan bahwa pendamping sanggar anak beraneka latar belakang. Melalui hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

pendamping sanggar tidak terbatas oleh umur dan tingkat pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa metode sanggar anak berjalan sesuai dengan teori yang dicita-citakan, yakni semua umat bisa menjadi pendamping, tidak terbatas dari umur, latar belakang ekonomi, tingkat pendidikan, maupun jenis kelamin.

Proses pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul berjalan seperti yang dinyatakan oleh responden pada item nomor 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 . Responden menyatakan bahwa pendampingan iman itu berurusan dengan bimbingan dan pendidikan anak sejak dini demi membangun kepribadian hidup beriman anak. Orang tua adalah penanggungjawab utama dalam rangka mendidik dan mendampingi anak dalam iman dan kepribadiaannya, pendamping hanya sebagai orang yang membantu berlangsungnya pendampingan iman tersebut. Pendampingan iman anak harus memiliki suasana santai dan mempunyai ciri khas yang mendalam dengan berpola pada Yesus dan terbuka pada siapa saja. Sebagian besar responden juga menyatakan setuju dan sangat setuju jika proses pendampingan iman anak yang terjadi di Paroki Bedono dapat menyatukan anak dengan umat yang lain. Kunci dari pendampingan iman anak yang harus dimiliki oleh pendamping adalah sikap kerendahan hati, berpusat pada Kristus, beriman dewasa, terbuka kepada semua anak termasuk yang belum dibaptis dan belum Katolik, dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang tua dan umat, saling melengkapi satu sama lain demi tercapainya pendampingan iman anak yang maksimal, mencintai Kitab Suci, mempunyai semangat pelayanan, cinta kepada anak, dan rela berkorban bagi anak.

Penelitian pada item 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, dan 40 mendeskripsikan peranan sanggar anak sebagai alternatif pendampingan iman anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengertian dari sanggar anak yang berarti rumah tumbuh iman anak, di mana iman anak dipupuk dan disiram agar dapat bertumbuh dan berkembang secara utuh dan berbuah sesuai dengan potensi, konteks, dan zamannya sehingga anak dapat mengelola kehidupannya serta dapat menghadirkan perubahan yang baik untuk sekitarnya. Sanggar anak membantu anak-anak untuk memperoleh pendampingan yang utuh sebagai upaya menuju pribadi yang meneladan Yesus, yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan konteks, situasi, dan zaman hidupnya. Dalam sanggar anak kesenian tradisional seperti tari-tarian tradisional, musik gamelan, reog, dan berbagai kesenian seperti drama musikal, drama, dan lagu-lagu pujian dalam perayaan Ekaristi dapat menjadi media pendampingan iman yang kontekstual yaitu sesuai dengan kebutuhan anak dan lingkungan hidupnya. Model sanggar anak juga memberikan kebebasan kepada orang yang belum mengenal Yesus untuk terlibat di dalamnya. Bisa dikatakan bahwa model sanggar anak mampu menumbuhkembangkan Gereja dalam rangka evangelisasi.

Pernyataan dari seluruh responden menyatakan bahwa dengan sanggar anak pula anak-anak mendapat pendampingan dalam berkumpul menjadi satu komunitas yang beriman Kristiani, sebagai langkah melatih anak untuk terbiasa berkomunio, membentuk paguyuban yang beriman pada Kristus. Dilihat dari sisi liturgi, anak-anak terdampingi sejak dini untuk terlibat dalam perayaan Ekaristi

dan kegiatan liturgis lainnya. Dalam komunitas sanggar pula anak-anak dapat terlatih untuk hidup bersama dengan umat yang beda agama, terlatih untuk saling menghormati perbedaan sebagai wujud dari ajaran Gereja. Dalam sanggar anak, anak-anak dilatih untuk menghayati tentang tugas Gereja yakni diakonia, terbukti dengan saling melayani yang ditunjukkan dengan pelayanannya ke umat dan saling berkunjung antarsanggar anak.

Responden juga menyatakan sangat setuju dan setuju jika dalam sanggar anak yang ada di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, anak-anak mampu belajar untuk mencintai alam ciptaan dan memeliharanya dibuktikan dengan adanya Misa Alam, Jalan Salib Alam, bercocok tanam dengan pupuk organik, dan berbagai kegiatan alam lainnya. Sanggar anak juga membawa anak pada kebanggaan akan budaya yang mereka miliki dan mau menjaga serta melestarikannya.

Semua responden menyatakan bahwa dengan model pendampingan sanggar anak dapat menjadi alternatif pendampingan iman anak yang baik dilakukan di paroki-paroki yang lain.

Hasil penelitian item 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, dan 50 responden menyatakan jika sanggar anak mendapat dukungan dari dewan paroki, romo paroki, dan umat. Ada sebagian kecil responden yang menyatakan tidak setuju dengan hal tersebut, tetapi secara keseluruhan sanggar anak mendapat dukungan dari seluruh umat. Faktor pendukung yang kedua adalah metode sanggar anak mampu menggerakkan anak-anak untuk berani bersaksi akan Tuhan Yesus dengan lagu pujian, tari-tarian tradisional, musik gamelan, reog, festival kesenian sanggar anak, festival visualisasi Kitab Suci, dan berbagai kegiatan lain. Faktor

pendukung yang ketiga yaitu kegiatan antarsanggar mampu memberikan motivasi yang baik bagi anak untuk selalu terlibat dalam kegiatan sanggar anak. Faktor pendukung keempat adalah dukungan dan apresiasi dari masyarakat sekitar tentang sanggar anak memberikan kekuatan bagi sanggar anak karena sanggar berdiri di tengah-tengah masyarakat. Faktor pendukung kelima adalah dukungan dari orang tua. Sebagian besar responden menyatakan setuju dan sangat setuju jika orang tua mendukung anak-anaknya untuk terlibat dalam sanggar anak. Hanya 3 responden yang menyatakan tidak setuju dengan pernyataan ini. Hal itu bisa dikatakan bahwa ada sanggar yang kurang mendapat dukungan dari orang tua, tetapi secara keseluruhan dukungan orang tua sangat baik.

Faktor yang menghambat dari kegiatan sanggar anak adalah pemilihan materi pendampingan iman. Beberapa pendamping menyatakan jika mereka merasa kesulitan dalam mencari media iman secara berkelanjutan, karena banyaknya pertemuan yang berkelanjutan. Tetapi tidak semua pendamping menyatakan kesulitan, ada 3 responden menyatakan netral dan 2 responden yang tidak merasa kesulitan tentang hal ini. Faktor yang menghambat kedua adalah kesulitan dalam mempersiapkan media yang cocok bagi kegiatan sanggar anak dan lingkungan sekitar, pendamping merasa perlu mendapat banyak sumber untuk kelanjutan pendampingan sanggar anak yang kontekstual.