• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

B. Saran

1. Bagi pendamping sanggar anak:

Untuk menunjang kegiatan sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono, maka pendamping perlu melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

a. Mengadakan pertemuan rutin bagi para pendamping sanggar anak se-Paroki Santo Thomas Rasul Bedono untuk bersama-sama membahas materi pendampingan iman anak yang kontekstual dengan daerahnya masing-masing sebagai upaya mempermudah sanggar anak dalam menentukan inkulturatif materi pendampingan iman anak.

b. Pendamping sanggar anak saling membagikan media yang dimiliki dalam sanggar sebagai upaya membentuk kesatuan sanggar anak yang harmonis di seluruh Paroki Santo Thomas Rasul Bedono.

c. Pendamping semakin bersemangat dan tetap memelihara spiritualitas pendamping pendampingan iman anak walaupun ada orang tua dan umat yang kurang mendukung kegiatan sanggar anak.

2. Bagi Umat Paroki Santo Thomas Rasul Bedono:

Umat semakin terlibat dalam kegiatan sanggar anak, karena kegiatan sanggar anak mampu membawa Gereja semakin gembira dan nama Yesus semakin diwartakan. Anak adalah empu dari Kerajaan Surga, maka dari itu anak perlu diberikan tempat sebagai anggota Gereja yang utuh.

3. Bagi Program Studi Ilmu Pendidikan dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik:

Kampus IPPAK perlu mengembangkan matakuliah Pendidikan Iman Anak dengan cara belajar bersama sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul sebagai tambahan wawasan dan model pendampingan iman anak yang beracuan dengan budaya atau kearifan lokal dan alam ciptaan.

(163)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Amalorpavadas, D.S. (1972). Katekese Sebagai Tugas Pastoral Gereja. Yogyakarta: Pusat Kateketik.

Amin Susanto dkk. (2012). Minggu Gembira Panduan untuk Pembimbing Sekolah Minggu. Yogyakarta: Kanisius.

Babin, Pierre. (1991). The New Era in Religious Communication. Minneapolis, USA: Fortress Press.

Benedictus XVI. (2007). “Anak-anak dan Media: Sebuah Tantangan untuk Pendidikan”. Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke 43, 20 Mei 2007.

Charis, Edwin. (2003). Menyusun Program Gerejawi bagi Pemula. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang. (2008). Nota Pastoral Melibatkan Anak dan Remaja untuk Pengembangan Umat. Muntilan: Dewan Karya Pastoral KAS 2008.

. (2014). Formatio Iman Berjenjang. Yogyakarta: PT Kanisius.

Fransiskus. (2014). “Komunikasi demi Melayani Perjumpaan Budaya Sejati”. Surat Gembala pada Hari Komunikasi Sosial se-Dunia ke 48, 1 Juni 2014.

Hurlock, Elisabeth B. (1991). Psikologi Perkembangan Anak: Cetakan 1. Terj. Med Meitasari Tjadrasa. Jakarta: Erlangga.

Iswarahadi, Y.I. (1999). Metode Katekese Alternatif. Yogyakarta: Pusat Pastoral.

. (2002). Pendidikan Iman di Zaman Audiovisual. Yogyakarta: Pusat Pastoral.

. (2003). Beriman dengan Bermedia. Yogyakarta: Kanisius. . (2013). Sebuah Antopologi Komunikasi Media & Pewartaan Iman Usaha Mencari Model Pewartaan Iman pada Zaman Digital. Yogyakarta: Kanisius.

Kadarmanto, Ruth S. (2005). Tuntunlah ke Jalan yang Benar, Panduan Mengajar Anak di Jemaat. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2014). Pendidikan Agama Katolik Menjadi Murid Yesus SD Kelas II. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud. Konferensi Waligereja Indonesia. (1996). Iman Katolik Buku Informasi dan

Referensi. Yogyakarta: Kanisius.

Kountur, Ronny. D.M.S.,Ph.D. (2003). Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM.

Mangunhardjana, A.M. SJ. (1986). Pendampingan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius.

Mayeroff, Milton. (1993). Mendampingi untuk Menumbuhkan. Yogyakarta: Kanisius.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Paroki St. Thomas Rasul Bedono. (2015). Dinamika Komunitas Sanggar Kegiatan. Kab. Semarang: Sanggar Anak Bedono

Pendampingan Calon Pendamping PIA. (2003). Menjadi Pendamping PIA yang Berkualitas. Yogyakarta: FIPA-USD

Prasetya dkk. (2008). Dasar-Dasar Pendampingan Iman Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Pusat Kateketik. (2002). Kursus Pendampingan Iman Anak Bagi Para Novis dan Postulan Yogyakarta. Yogyakarta: IPPAK.

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

SAGKI. (2006). Bangkit dan Bergeraklah! Dokumentasi Hasil Sidang Agung Gereja Katolik 2005. Jakarta: Obor.

Sugiarti, Maria Goretti AK. (1999). Pendampingan Iman Anak., Yogyakarta: FIPA – Universitas Sanata Dharma.

Suharsimi Arikunto. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suharyo, Mgr. Ignatius. (2009). The Catholic Way: Kekatolikan dan Keindonesiaan Kita. Yogyakarta: Kanisius.

Sutrisno Hadi. (2004a). Metodologi Reaserch 1. Yogyakarta: Andi Offset. (2004b). Metodologi Reaserch 2. Yogyakarta: Andi Offset. Telaumbanua, Marinus. (2005). Ilmu Kateketik Hakikat, Metode, dan

Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.

Tim Pendamping Sanggar Anak Bedo No!. (2014). Presentasi Sanggar Anak di Paroki Sukorejo:”Membangun Rumah Tumbuh Iman Anak”, tanggal 6 April 2014.

Umar, Husein. (1998). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

van Beek, Aart. (2001). Pendampingan Pastoral. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Yohanes Paulus II. (1981). Anjuran Apostolik, Familiaris Consortio, Peranan Keluarga Kristen Dalam Dunia Modern. Jakarta: KWI . (1991). Catechesi Trandendae. Terj. R..Hardawiryana, SJ. Dalam Dokumen Gerejani. Jakarta: KWI.

2. Internet

Benie Varman. (2015). Sanggar Anak Sadang-Bedono.

https://www.youtube.com/watch?v=ni5wkAosjqQ. Diterbitkan

tanggal 17 Februari 2015, diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 17.48 WIB.

eFKa. (2013). Kompasiana: Mandiri, Membumi, dan Lestari (Lustrum I

Paroki St. Thomas Rasul Bedono).

http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/08/mandiri-membumi-dan-lestari-lustrum-i-paroki-st-thomas-rasul-bedono-616693.html. Diakses

tanggal 24 Februari 2015 pukul 15.25 WIB.

Fransiskus Kurniawan. (2013). Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS)

Paroki St. Tomas Rasul Bedono.

https://www.youtube.com/watch?v=hr1m8HseQ5c. Diterbitkan

tanggal 28 Oktober 2013, diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.00 WIB.

. (2014). Salam Natal dari Bedo No!.

https://www.youtube.com/watch?v=PaWy56Behf8. Diakses pada

tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.10 WIB.

. (2014). [Dongeng Bahasa Jawa] Pitulungane Monggo-Festival Anak Sanggar Bedono 2014.

https://www.youtube.com/watch?v=FvQR-HNnzOo. Diterbitkan

tanggal 25 Februari 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.20 WIB.

. (2014). Festival Anak Sanggar - Sanggar Anak Sadang. https://www.youtube.com/watch?v=k3BhlV_rS4g. Diterbitkan tanggal 10 April 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.27 WIB.

. (2014). Wayang Sayur oleh Sanak Sodong.

https://www.youtube.com/watch?v=MegTo6D8PoY. Diterbitkan

tanggal 4 April 2014, diakses pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 16.37 WIB.

. (2014). Festival Sanggar Anak - Reog Jaran Blarak. https://www.youtube.com/watch?v=WtixW658Jjg. Diterbitkan tanggal 4 Maret 2014, diakses tanggal 25 Februari 2015 pukul 05.35 WIB.

. (2014). Pring Reketeg - Lustrum I Paroki Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=VTkzqIUxQLg. Diterbitkan tanggal 22 Februari 2014, diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 16.50 WIB.

. (2014). Perayaan HPS Sadang, Paroki St. Thomas Rasul Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=EzBCxJ4LC34. Diterbitkan tanggal 29 Oktober 2014 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 17.13 WIB.

Sanak Sodong. (2014). Berbagi Cerita, Berbagi Bahagia.

http://sodonglestari.com/ . diakses tanggal 24 Februari 2015.

. (2014). Tidak Sekedar Membagi. http://sodonglestari.com/

. diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 19:41 WIB.

. (2014). Festival Anak Sanggar BedoNo!.

http://sodonglestari.com/. Diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul

. (2014). Wayang Sayur Sanggar Anak Sodong.

http://sodonglestari.com/. Diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul

19.35 WIB.

Thomas Puji Ristanto. (2014). Suasana Latihan Sanggar Anak Sodong.

https://www.youtube.com/watch?v=qxP-ZTCLyUU. Diterbitkan

tanggal 13 Apr 2014 diakses tanggal 23 Februari 2015 pukul 19.05 WIB.

Triangle photography & videography. (2013). Sanggar anak Sadang, Bedono. https://www.youtube.com/watch?v=zh3JxJ6SnhQ. Diterbitkan tanggal 20 Jun 2013 diakses tanggal 24 Februari 2015 pukul 17.19 WIB.

(1)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (IPPAK) Jl. Ahmad Jazuli 2, Tromolpos 75 Yogyakarta 55002

Telp. (0274) 589035, 541642 – Fax (0274) 541641 Hal : Surat Permohonan Izin Pelaksanaan Penelitian

Yth. Rm. Patricius Hartono, Pr

Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang Di Bedono

Dengan hormat,

Sehubungan dengan penelitian skripsi yang berjudul “Peranan Sanggar Anak terhadap Proses Pendampingan Iman Anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono Kabupaten Semarang”, saya,

Nama : Yustinus Tyasmanto

NIM : 111124003

Semester : VIII

Program Studi : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengajukan permohonan izin untuk melakukan penelitian dengan mengedarkan kuesioner kepada para pendamping sanggar anak di Paroki Santo Thomas Rasul Bedono dengan tujuan mendapatkan data tentang peranan sanggar anak terhadap proses pendampingan iman anak.

Demikian surat permohonan saya, atas perhatian dan izin yang diberikan Pastor Paroki Santo Thomas Rasul Bedono saya ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 2 Juni 2015

Pembimbing Skripsi, Pemohon,

Drs. Y.I. Iswarahadi, SJ, MA Yustinus Tyasmanto

Mengetahui, Kaprodi IPPAK USD

(2)

Lampiran 2: Materi Formasio Iman Berjenjang Formasio Iman Berjenjang

1) Pengertian Formasio iman Berjenjang

Formasio iman dilakukan dalam dua bentuk, yakni secara berjenjang dan kategorial. Formasio iman secara berjenjang artinya formasio iman dilaksanakan melalui tahap-tahap usia, mulai dari usia balita sampai lanjut usia. Formasio iman berjenjang dilaksanakan melalui jalur paroki, dengan alasan bahwa di paroki terdapat umat mulai dari anak-anak sampai lanjut usia, from the womb to the tomb (dari rahim hingga makam). Mereka semua berhak untuk mendapatkan pendampingan iman sepanjang hidupnya.

Formasio iman berjenjang adalah formasio iman yang integratif dan progresif. Integratif artinya ada kesatuan dan keutuhan antarjenjang. Pendampingan iman tidak hanya membutuhkan pendamping yang dapat mendampingi dalam jenjang tertentu, tetapi juga memahami arah pendampingan selanjutnya. Itu sebabnya pendampingan ini juga bersifar progresif yang berarti ada suatu langkah dan tahap yang lebih tinggi menurut jenjang usianya. Untuk membantu arah tersebut ketersediaan pendamping dan program pendampingan sangatlah penting.

Formasio iman berjenjang sangat memperhatikan aspek perkembangan psikologi dan perkembangan iman. Hal ini dapat membantu keberhasilan sebuah pendampingan. Setiap jenjang usia tentu memiliki karakteristik psikologi yang berbeda-beda, maka formasio iman berjenjang harus memperhatikan karakteristik pesertanya untuk menentukan metode maupun cara pendampingan.

2) Peranan Formasio iman

a) Peran Kerygmatis

Formasio iman berperan meneguhkan iman umat melalui pewartaan yang bersumber dari Kitab Suci. Formatio menjadi perwujudan dari pelayanan sabda bagi umat. Oleh sebab itu hidup seorang pendamping iman tidak lepas dari Kitab Suci. Ia menghidupi dan menggemakan Kitab Suci melalui pengajaran, pewartaan dan kesaksian hidupnya.

Formasio iman menegaskan perutusan Gereja untuk selalu mewartakan Injil. Bukan hanya Gereja yang menjalankan formatio, tetapi Allah yang melalui Gereja memberikan Sabda dan hidup-Nya. Kitab Suci menjadi media utama dalam formasio iman. Terhadap pewartaan, umat beriman diajak untuk memberikan tanggapan dengan bebas berupa penyerahan diri kepada Allah dan menerima sebagai kebenaran wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya (DV 5).

b) Peran Edukatif

Formasio iman bersifat mendidik orang untuk hidup menurut Injil dan ajaran Gereja. Orang yang telah beriman dididik agar berkembang imannya sampai memberi dampak bagi hidupnya. Oleh sebab itu pendidikan tidak hanya menyangkut aspek pengetahuan tetapi juga penghayatan dan pengamalan. Iman

(3)

anak perlu didampingi sebab mereka merupakan ujung tombak perkembangan Gereja. Gereja harus bertanggungjawab atas perkembangan iman mereka.

c) Peran Kuratif

Memelihara iman umat agar bertumbuh dan berkembang dengan menjalankan tugas Gereja yang meliputi pewartaan sabda (word), doa (worship), persekutuan, kesaksian, sharing (witness), dan pelayanan serta keterlibatan yang memberdayakan (welfare). Dalam kebersamaan, orang akan terpelihara dan terjaga pertumbuhan imannya serta terbukti dayanya. Iman tidak mungkin tumbuh tanpa dipelihara, dijaga, dipupuk melalui doa, membaca kitab suci, beribadat dan bersekutu.

d) Peran Transformatif

Membarui hidup atas dasar iman. Tidak hanya pengajaran (inform) tetapi mengubah (transform). Perubahan itu meliputi unsur kognitif, afektif dan operatif serta kreatif. Iman membantu orang menjadi kritis. Formasio iman mendorong orang untuk bertindak benar dan membawa kebaikan bersama. Formasio iman mengantar orang pada pertobatan yaitu perubahan hidup umat berdasarkan nilai-nilai injili. Ia semakin serupa dengan hidup Yesus baik dalam pikiran, kata dan perbuatan.

3) Tujuan Formasio iman

a) Kemuridan

Seseorang disebut murid jika tinggal dan hidup bersama gurunya. Dalam proses kebersamaan itu terjadilah proses belajar bersama, terdidik, tertempa dan terbentuk dalam pengetahuan, karakter, keterampilan dan seluruh kepribadian secara utuh. Kemuridan bukan sekadar peniruan (imitasi) terhadap gurunya. Pemuridan merupakan konsekuensi logis mengalami panggilan Allah dan campur tangan Allah dalam diri kita. Melalui formasio iman, kita disadarkan akan panggilan Yesus untuk berelasi dan tinggal bersama-Nya, belajar mengalami kehidupan-Nya sampai pada akhirnya diperbarui serta diutus melanjutkan karya-Nya.

b) Kedewasaan

Hidup sebagai anak Allah dimulai saat menerima sakramen baptis, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah “tetap di dalam Kristus, berakar dalam Dia, dibangun di atas Dia, bertambah teguh dalam iman dan bersyukur” (lih. Kol 2:6-7). Pendewasaan berarti proses pertumbuhan dalam relasi dengan Kristus, mengambil bagian dalam kehidupan-Nya, nasib-Nya dan turut dalam perutusan-Nya. Formasio iman membantu orang mengalami pendewasaan iman. Iman yang dewasa membawa manusia kepada penghayatan kehadiran Yesus yang mendalam.

c) Kekatolikan

Kekatolikan mengandung unsur iman dan tradisi dengan mengimani dan menghayati tradisi rasuli yang diwujudkan dalam pengakuan, penghayatan doa

(4)

dan liturgi serta dalam tindakan kasih. Kekatolikan yang diharapkan menyangkut unsur informasi, hati dan misi. Keuskupan Agung Semarang membentuk diri umatnya dengan kesadaran akan kekatolikan yang dihayati secara cerdas (memahami dan menghayati serta pandai memperhitungkan keadaan dan siap menghadapi tantangan serta dapat mempertanggungjawabkan imannya), tangguh (sikap dalam menghadapi pergulatan hidup, Kristus menjadi keyakinannya, tujuan dan sebagai jalan hidupnya, jiwanya dan jalan keselamatannya. Dalam formasio iman, umat perlu dibimbing agar iman dimaknai positif dan ditempatkan sebagai sesuatu yang berharga), misioner (melibatkan diri dalam masyarakat dan bekerjasama dengan semua yang berkehendak baik untuk menegakkan keselamatan).

4) Aspek Formasio iman

Unsur hidup meliputi kognitif, afektif, dan operatif; dengan demikian aspek formation iman menyangkut empat unsur tersebut, yaitu:

a) Pengetahuan Iman

Pengetahuan iman merupakan cara untuk dapat mempertanggungjawabkan apa yang umat yakini. Pengetahuan iman sangat perlu untuk mencapai penghayatan iman yang lebih dalam.

b) Tradisi Katolik

Bukan sekedar praktik keagamaan tetapi pengalaman iman bersama jemaat kristiani dan kesatuan jemaat dalam Roh. Tradisi merupakan kenyataan yang hidup yang menyimpan pengalaman iman jemaat yang diterima, diwartakan, dirayakan, dan diwariskan dari Gereja Perdana sampai sekarang meliputi: sakramen, sakramentali, doa dan devosi, praktik hidup Katolik lainnya.

c) Moral Katolik

Sikap dan tindakan etis yang bersumber dari pengalaman iman dan berpijak pada Ajaran Sosial Gereja meliputi: dekalog (Sepuluh Perintah Allah), khotbah di bukit, keterlibatan sosial berdasarkan prinsip menunjung martabat manusia, solidaritas. Dengan penghayatan moral Katolik, manusia diajak untuk membangun sikap tobat terus menerus sebagai usaha nyata pembaruan hidup moral.

d) Menjemaat dan memasyarakat

Iman Gereja bukan melulu iman personal yang dihayati pribadi melainkan iman ekklesial yang dihayati bersama melalui perjumapaan yang saling memperkembangkan iman, Gereja sebagai bagian dari masyarakat luas maka harus terlibat di dalamnya. Keterlibatan itu diwujudkan dengan cara: persaudaraan sejati lintas batas, kerjasama dengan semua yang berkehendak baik dan melibatkan diri dalam tanggung jawab sosial serta berani bersikap kritis-profetis (menyuarakan kehendak Allah dalam realitas). Ajaran Sosial Gereja menjadi bahan yang memadai untuk mendasari keterlibatan dalam masyarakat.

(5)

Lampiran 3: Materi Spiritualitas Pendamping Pendampingan Iman Anak Spiritualitas Pendamping Pendampingan Iman Anak

Kata spiritualitas berasal dari spirit yang artinya “roh, daya kekuatan yang menghidupkan dan menggerakkan seseorang untuk bertindak dan mewujudnyatakannya.”

Tentu saja sebagai seorang pendamping PIA, terlebih dahulu pendamping harus menguasai spiritualitas pendamping PIA agar pendampingan menjadi semakin maksimal. Spiritualitas Pendampingan Iman Anak (PIA) adalah sebagai berikut:

1) Kerendahan Hati

Kerendahan hati atau dengan kata lain merasul dalam arti bahwa sebagai pendamping PIA hendaknya memiliki sikap rendah hati di hadapan anak-anak, tidak bersikap menggurui atau menguasai, tetapi bersikap seperti teladan Yesus Kristus yang berkenan menghidupkan, membebaskan dan menyelamatkan manusia (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

2) Beriman Dewasa

Beriman dewasa artinya memiliki keyakinan mendalam akan cinta kasih Allah yang menyelamatkan manusia melalui Yesus Kristus, dan mampu menghayati imannya dalam situasi apa pun juga serta mampu memberikan seluruh hidupnya demi keselamatan orang banyak (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

3) Kristosentris

Kristosentris artinya seluruh hidup berpusat pada Yesus Kristus, seorang pendamping hendaknya terus menerus menimba kekuatan inspirasi dan nilai-nilai hidup Kristus untuk ditularkan pada anak-anak yang didampingi (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

4) Keterbukaan

Pendamping mampu menciptakan hubungan yang akrab dengan anak-anaknya, mampu memahami situasi masing-masing anak dan kehidupan mereka. (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

Dalam mewartakan Kabar Gembira pendamping PIA diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus hadir dan berkarya tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga dalam diri anak-anak dampingan (Prasetya, 2008: 28).

5) Kerjasama dan Saling Melengkapi

Pendamping hendaknya mau dan mampu menjalin kerjasama dengan orang lain (sesama pendamping) agar dapat saling melengkapi dalam usaha mencapai tujuan yang diharapkan oleh Gereja (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

(6)

6) Mencintai Kitab Suci

Seorang pendamping PIA hendaknya akrab dengan Kitab Suci. Dengan membaca, merenungkan, dan menggali Sabda Allah terus menerus diharapkan pengalaman iman dalam Kitab Suci sungguh mempengaruhi hidup pendamping dalam mendampingi hidup anak-anak, sehingga pendamping tidak hanya sekadar membagi pengetahuan tentang Kitab Suci tetapi juga menjiwai Kitab Suci tersebut (Panduan Calon Pendamping PIA, 2003: 28).

7) Semangat Pelayanan dan Rela Berkorban

Pendamping PIA hendaknya memiliki semangat pelayanan di mana dengan semangat mau datang kepada anak-anak, tidak menunggu anak-anak yang datang kepada pendamping. Sebagai pendamping diharapkan mampu mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan anak-anak dampingannya. Pengorbanan itu antara lain meliputi waktu, tenaga, pikiran, harta, kepentingan pribadi dan keluarga, dan sebagainya. Pengorbanan ini hendaknya didasarkan pada kesungguhan hati dan ketulusan hati, tanpa pamrih apa pun, karena mencintai tugas perutusannya (Prasetya, 2008: 28).

8) Pendamping PIA menurut Kitab Suci Yohanes 10:11-15

Seorang pendamping dalam mendampingi iman anak perlu mempunyai semangat seperti Yesus dalam Kitab Suci. Gambaran pendamping yang baik dapat kita temukan dalam Kitab Suci sebagai berikut:

No Ayat Tema Penjelasan ayat

1 Ayat 11 “memberikan nyawa-Nya”

Mengorbankan waktu, pikiran, perasaan, mengutamakan kepentingan bersama, memiliki dedikasi yang tulus, memberikan yang terbaik, berani menanggung resiko demi pelayanan, berani dan mampu menerima kritikan, memperjuangkan kepentingan anak-anak dan lebih memperhatikan anak-anak yang lemah

2 Ayat 12 “ciri gembala yang bukan pemilik domba” (pemimpin yang tidak baik)

Lebih mengutamakan kepentingan pribadi, bekerja demi pujian, mencari popularitas diri dan tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan anak-anak.

3 Ayat 13 “meninggalkan domba”

Tidak berani, takut ambil resiko, tidak mau direpotkan, tidak mau tahu dengan keadaan anak, dan menghindar dari masalah

4 Ayat 13b “membiarkan srigala menerkam”

Membiarkan anak-anak dalam kesulitan sendiri, tidak mau tahu dengan kesulitan anak-anak dan tidak konsekuen dalam tugas

(7)

No Ayat Tema Penjelasan ayat

5 Ayat 14 “mengenal domba-domba”

Pendamping tahu kebutuhan peserta, mengenal dan mencintai anak-anak, menerima anak dengan segala kekurangan dan kelemahan, mau dan mampu mendengarkan dan mengerti dunia anak-anak. Dikenal oleh

domba

Anak-anak merasa dekat dan akrab, anak-anak merasa diperhatikan, dipercaya oleh anak-anak, dan semangat persaudaraan sangat diraskan.

6 Ayat 15 “mengenal Bapa”

Melaksanakan kehendak Bapa, taat pada Bapa, memiliki relasi pribadi dengan Bapa dan memiliki iman yang mendalam

Dikenal Bapa Berkenan kepada Bapa, merasa bangga, merasa bahagia, berani, karena merasa disertai oleh Bapa.

(8)

Lampiran 4: Materi tentang Pedoman Menyelenggarakan Pendampingan Iman Anak yang Mengacu dari Kitab Suci

1) Pedoman Pendampingan Iman Anak

Dalam pendampingan iman anak dan pendampingan-pendampingan yang lain, banyak sekali pedoman untuk melaksanakan sebuah kegiatan pendampingan. Berikut adalah sebuah usulan dalam mempersiapkan materi pendampingan iman anak sebagai upaya mempersiapkan pendamping untuk lebih terampil saat berhadapan dengan anak dan Kitab Suci.

a) Tema

Tema adalah batasan bahan pertemuan. Tema memberikan gambaran bagi pendamping tentang ruang lingkup sikap iman yang akan dibahas.

b) Renungan Pendamping

Kesaksian hidup dari pendamping merupakan hal penting dalam proses katekese. Sebelum pendamping membawa anak-anak pada proses katekese maka pendamping hendaknya terlebih dahulu bergumul tentang sikap iman yang akan dibahas. Pendamping perlu menyadari dan menghayati tema. Untuk itu disajikan pertanyaan-pertanyaan reflektif tentang tema yang disajikan pada bagian pendamping.

c) Tujuan

Tujuan di sini adalah segi iman yang akan dicapai dalam suatu pendampingan. Tujuan merupakan konkretisasi dari tema yang dibahas. Tujuan sangatlah penting dalam sanggar anak sebagai arah pendampingan yang mendekatkan anak kepada Yesus.

d) Sumber Bahan

Sumber bahan merupakan sumber-sumber yang dipakai sebagai bahan dalam pembelajaran tema tertentu. Pada dasarnya sumber bahan diambil dari Kitab Suci atau dokumen Gereja, dan buku-buku lain yang relevan serta pengalaman hidup sehari-hari. Tawaran sumber yang diusulkan bukan harga mati, namun tetap dibuka kemungkinan memilih teks Kitab Suci sesuai dengan situasi.

e) Sarana dan Alat

Sarana dan alat adalah segala perlengkapan yang dapat mendukung pertemuan sehingga pertemuan menjadi semakin hidup dan mengena. Pendamping dapat memfotokopi sarana yaitu teks Kitab Suci, blangko isian, dan teks-teks lain. Sarana yang tersedia dalam skripsi ini sifatnya sebuah usulan, oleh karena itu sarana yang tersedia dapat diganti atau tidak digunakan.

f) Doa atau Lagu Pembuka dan Penutup Pertemuan

Penting bagi pendamping bahwa setiap pertemuan yang direncanakan merupakan perjumpaan umat beriman. Kesadaran hadir sebagai umat

(9)

diungkapkan lewat doa pembukaan dan doa penutup. Lagu pembuka dan penutup sebagai wujud kegembiraan anak-anak dan pemersatu ucapan doa anak-anak.