• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1.1 Kurikulum 2013

2.1.1.1 Rasional dan Elemen Pengembangan Kurikulum 2013

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, bahan pelajaran, dan cara mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Oemar Hamalik (2003: 16 &18) menambahkan bahwa kurikulum adalah jangka waktu pendidikan yang ditempuh siswa untuk semua kegiatan yang memberikan peserta didik sebuah pengalaman belajar/pendidikan guna mendapatkan ijazah. Sependapat dengan Oemar, Ladjid (2005:25) menambahkan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan diselesaikan peserta didik untuk mendapatkan ijazah. Dari beberapa definisi di atas, bahwa yang dimaksud dengan kurikulum adalah semua mata pelajaran dan kegiatan peserta didik yang terencana yang dapat memberikan pengalaman belajar sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Seiring dengan perkembangan jaman, kurikulum mengalami beberapa perubahan. Kurikulum 2013 yang baru diberlakukan mulai tahun pelajaran 2013/2014 diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, memotivasi peserta didik, aktif, kreatif, mandiri sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik sekaligus psikologis peserta didik. kurikulum 2013 diharapkan akan menghasilkan

insan bangsa yang produktif, kreatif, dan inovatif serta watak dan peradaban bangsa yang beradab.

1. Rasional Pengembangan Kurikulum 2013

Rasional pengembangan kurikulum 2013 dijabarkan Kemendikbud (2013) melalui beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi dikembangkannya kurikulum 2013 antara lain: tantangan internal, tantangan eksternal, penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, dan penguatan materi. Pertama, tantangan internal. Perlunya perubahan kurikulum karena ditemukan beberapa kelemaham pada empat elemen Standar Nasional Pendidikan pada kurikulum KTSP 2006 (Kemendikbud, 2013). Empat elemen Standar Nasional Pendidikan tersebut diantaranya standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Kemendikbud (2013) dalam Mulyasa (2013:60) menyatakan bahwa banyak mata pelajaran yang keluasan dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak, kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh dengan didominasi oleh aspek pengetahuan saja. Selain itu, kurikulum KTSP 2006 belum peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan sosial, standar proses belum menggambarkan pembelajaran yang rinci, standar penilaian berbasis kompetensi belum digunakan.

Kemendikbud (2013) menambahkan bahwa tantangan internal lainnya berkaitan dengan perkembangan jumlah penduduk di Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Jumlah penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih banyak daripada penduduk usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-4 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif akan

mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 dengan anka mencapai 70%. Oleh karena itu, tantangan terbesar yang dihadapi adalah bagaimana mengupayakan manusia produktif yang melimpah tersebut untuk ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi, keterampilan dan nilai melalui pendidikan agar tidak menjadi beban.

Kedua, tantangan eksternal. Arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi akan menggeser pola hidup masyarakat. Dari pola hidup masyarakat yang agraris dan peniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Tantangan eksternal juga terkait dalam bidang pendidikan. Diadaptasi dari Mulyasa (2013:60) hasil studi internasional Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa lima persen peserta didik Indonesia yang mampu mengerjakan soal penalaran berkategori tinggi; padahal peserta didik Korea dapat mencapai 71 persen. Hasil suvei lain didapat dari Program for Internasional Student Assessment (PISA) dari studi tahun 2009 menempatkan Indonesia pada peringkat bawah 10 besar dari 65 negara peserta PISA. Ternyata masih banyak peserta didik Indonesia yang hanya menguasai pelajaran sampai level tiga saja, sementara banyak peserta didik dari negara lain yang menguasai pelajaran sampai level empat, lima bahkan enam.

Ketiga, penyempurnaan pola pikir. Berdasarkan kondisi yang telah dijabarkan pada tantangan internal dan eksternal di atas, dilakukan beberapa penyempurnaan pola pikir. Penyempurnaan pola pikir tersebut diantaranya: (1) pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi berpusat pada peserta didik, (2) dari pola

pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya), (3) pembelajaran yang terisolasi menjadi pembelajaran jejaring yang berarti bahwa peserta didik dapat belajar dari siapa saja dan darimana saja, (4) pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif dan kritis, (5) pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok, (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia, (7) pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

Keempat,penguatan tata kelola kurikulum. Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan kurikulum 2013 untuk SD/MI diubah sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan.oleh karena itu, dalam kurikulum 2013 dilakukan tata kelola sebagai berikut: 1) tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif; 2) penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan; 3) penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Kelima, penguatan materi. Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai dan semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti.

2. Elemen Pengembangan Kurikulum 2013

Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi (Kemendikbud:2013). Menurut Permendikbud nomor 54 tahun 2013 yang dimaksud dengan Standar kompetensi lulusan (SKL) adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang seharusnya dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran.

Kemendikbud (2013) menerangkan bahwa Standar Kompetensi Kelulusan mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang

dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan

diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui kegiatan “ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Kurikulum 2013 dirancang dengan dengan karakteristik sebagai berikut (Kemendikbud, 2013:3): (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik, (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana. Peserta didik diharapkan mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke dalam lingkungan masyarakat serta memanfaatkan masyarakat sebagi sumber belajar. (3) mengembangkan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. (4) memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut ke dalam kompetenasi dasar mata pelajaran. (6) kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti. (7) kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan.

Kurikulum 2013 mengganti Standar Kompetensi yang digunakan pada kurikulum sebelumnya dengan Kompetensi Inti. Kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia peserta didik pada kelas tertentu. Kompetensi Inti (KI) dirumuskan sebagai berikut (Kemendikbud:2013) :

a. Kompetensi Inti-1 (KI – 1) untuk kompetensi inti sikap spiritual b. Kompetensi Inti-2 (KI – 2) untuk kompetensi inti sikap sosial c. Kompetensi Inti-3 (KI – 3) untuk kompetensi inti pengetahuan d. Kompetensi Inti-4 (KI – 4) untuk kompetensi inti keterampilan

KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berkaitan dengan pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berkaitan dengan penyajian materi. KI-1, KI-2, dan KI-4 dapat dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3 (Kemendikbud: 2013).

KI-3 dan KI-4 dapat dikembangkan melalui pembelajaran langsung, sedangkan KI-1 dan KI-2 dapat dikembangkan dengan pembelajaran tidak langsung. Kemendikbud (2013) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pembelajaran langsung adalah proses pendidikan yang tersusun dan tertuang dalam silabus dan RPP dimana peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir, dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar. Pembelajaran langsung dialami peserta didik ketika melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau biasa disebut dengan instructional effect. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan nilai dan sikap.

Kemendikbud (2013) menambahkan, ketercapaian penguasaan berbagai kompetensi oleh peserta didik yang meliputi kompetensi domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan menggunakan strategi pembelajaran yang dikehendaki sesuai kurikulum 2013 yaitu dengan pendekatan tematik terpadu (Integratif Tematic) dan pendekatan saintifik/ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan tersebut perlu dipadukan dengan model-model pembelajaran yang sesuai karakteristik kedua pendekatan tersebut, diantaranya adalah model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning), dan model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning ).

Pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelaaran (RPP), serta penilaian. Penilaian dalam pembelajaran yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum 2013 adalah penilaian otentik. Penilaian otentik (Authentic Assesment) digunakan dalam hal menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.

Tujuan diterapkannya kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif (Kunandar, 2014:16). Kemampuan hidup yang baik akan menjadikan manusia Indonesia mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dengan demikian, bangsa Indonesia siap dan mampu mengikuti perkembangan sesuai arus global yang sedang berkembang.

2.1.1.2Pendekatan Tematik Integratif

Dokumen terkait